Pembahasan
Percobaan ini mengenai kelarutan intrinsik obat dan konstanta dielektrik
campuran pelarut dari pada dalam satu pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan
melarut bersama (cosolvency). Metode yang digunakan adalah metode titrasi asam
basa, yaitu suatu metode yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu
larutan yang belum diketahui konsentrasinya dengan menggunakan larutan
standar yang telah diketahui konsentrasinya, oleh karena itu pada percobaan
digunakan larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya yaitu 0,1 N.
Mekanisme reaksi titrasi yaitu titran yang ditambahkan tetes demi tetes ke titrat
tepat habis bereaksi yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator
keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen yaitu titik dimana konsentrasi basa atau
titik dimana jumlah basa yang ditambahkan samadengan jumlah asam yang
dinetralkan sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
peubahan warna indikator disebut sebagai titik akhir titrasi.
Kelarutan intrinsik pada senyawa obat asam salisilat menggunakan bahan
pelarut berupa aquades, propilenglikol dan etanol Dalam percobaan ini digunakan
empat tabung untuk menganalisis kelarutan intrinsik asam salisilat. Pada
keempat tabung tersebut dimasukkan campuran pelarut aquades, propilenglikol
dan etanol dengan volume yang berbeda-beda tiap tabungnya. Untuk tabung
pertama tanpa etanol dan tabung keempat tanpa propilenglikol. Perbedaan
pemberian volume ini bertujuan untuk melihat pengaruh kepolaran terhadap asam
salisilat. Dimana penambahan propilenglikol membuat larutan semakin nonpolar,
sedangkan etanol merupakan senyawa yang bersifat polar, sehingga penambahan
etanol menambah kepolaran larutan. Selanjutnya asam salisilat dan ketiga bahan
pelarut dihomogenkan selama 30 menit dengan divortex. Tujuannya untuk
meningkatkan kelarutan zat. Kelarutan asam salisilat yaitu larut dalam air dan
dalam etanol (95%) P. Setelah proses pengocokkan selesai larutan disaring
menggunakan kertas saring untuk memisahkan antara filtrat dan residu dari
larutan tersebut, filtrat diambil untuk dititrasi sedangkan residu dari larutan tidak
digunakan. Sebelum dititrasi filtrat ditambahkan indikator fenolftalein untuk
mengetahui titik akhir titrasi yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna
menjadi ungu lembayung, perubahan warna ini dapat terjadi karena indikator ini
merupakan suatu asam yang sangat lemah dalam keadaan tidak terionisasi namun
dalam keadaan basa fenolptalein akan terionisasi lebih banyak dan akan
memberikan warna yang lebih terang sehingga mudah diamati, indicator ini dapat
memberikan warna pada keadaan basa karena berada pada trayek pH berkisar
antara 8,3-10. Volume NaOH yang digunakan pada keempat tabung adalah 17,2
ml, 20,8 ml, 24,3 ml, dan 50 ml.
mengatasi kesulitan tertentu yang timbul ketika pembuatan larutan farmasetis dan
dapat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan. Salah satu contoh yaitu pada
percobaan yang telah dilakukan dapat ditentukan pelarut mana yang paling baik
untuk melarutkan senyawa asam salisilat yang merupakan salah satu zat aktif pada
sediaan farmasi.
G.
1.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
Tabung satu memiliki kadar asam salisilat sebesar 2,37% dan konstanta
2.
3.
4.