Anda di halaman 1dari 17

A.

JUDUL PERCOBAAN
Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N dan Penentuan Kadar Asam Cuka
B. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan normalitas larutan NaOH menggunakan larutan standar asam
oksalat dan menteapkan kadar asam cuka secara titrasi volumetri.
C. LANDASAN TEORI
Konsentrasi adalah ukuran jumlah suatu zat tertentu dalam volume
tertentu. Karena kecenderungan dari beberapa reaksi untuk terjadi sebagian
didasarkan pada jumlah molekul-molekul yang bereaksi, konsentrasi merupakan
faktor signifikan dalam penentuan peristiwa kimiawi. Sebuah cara umum untuk
menyatakan konsentrasi larutan adalah dalam mol zat tertentu per liter larutn
(molaritas). Satu mol (dengan satuannya mol), yang merupakan berat molekul dari
suatu molekul tertentu dinyatakan dalam gram, dapat dianggap sebagai jumlah
spesifik atom atau molekul. Dalam beberapa kasus, normalitas (N) dan bukannya
molaritas lebih dipilih sebagai cara untuk menyatakan konsentrasi. Karena
normalitas pada dasarnya adalah molaritas yang dibagi oleh valensi, atau daya
kimiawi dari suatu molekul, normalitas mengukur dengan lebih tepatreaktivitas
kimiawi zat-zat dalam larutan. Zat yang memiliki pengaruh tertentu yang
sama (Fried, 1999: 13).
Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut yang terdapat dalam
sejumlah tertentu larutan. Molaritas menyatakan konsentrasi sebagai jumlah mol
zat terlarut dalam 1 L larutan. Analisis gravimetrik merupakan suatu teknik untuk
menentukan identitas suatu senyawa dan/atau konsentrasi larutan melalui
pengukuran massa. Percobaan gravimetrik sering melibatkan reaksi pengendapan.
Dalam titrasi asam-basa, larutan yang diketahui konsetrasinya (katakanlah, larutan
basa) ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam larutan yang konsentrasinya belum
diketahui (katakanlah asam) dengan tujuna untuk menentukan konsentrasi yang
belum diketahui tersebut. Titik pada saat reaksi dalam titrasi telah sempurna disbut
titik ekuivalen (Chang, 2005: 115).
Salah satu teknik yang paling penting dalam kimia analitik ialah titrasi,
yaitu penambahan secara cermat volume suatu larutan yang mengandung zat A
yang konsentrasinya diketahui, kepada larutan kedua yang mengandung zat B yang
konsentrasinya tidak diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya
secara kuantitatif. Selesainya reaski yaitu pada titik akhir, ditandai dengan
semacam perubahan sifat fisis, misalnya warna campuran yang bereaksi. Titik akhir
dapat dideteksi dalam campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan
zat yang disebut indikator, yang mengubah warna pada titik akhir. Pada titik akhir,
jumlah zat kimia A yang telah ditambahkan secara unik berkaitan dengan bahan
kimia B yang tidak diketahui yang semula ada, berdasarkan persamaan reaksi
titrasi. Titrasi memungkinkan kimiawan menentukan jumlah zat yang ada dalam
sampel. Dua penerapan titrasi yang paling lazim melibatkan reaksi netralisasi
asam-basa dan reaksi oksidasi-reduksi (atau redoks) (Oxtoby, 2001: 161).
Analisis dengan metode titrimetrik didasarkan pada reaksi kimia seperti
Aa + tT → produk
Dimana a molekul analit A, bereaksi denagn t molekul pereaksi, T. Pereaksi T,
yang disebut titran, ditambahkan secara kontinu, biasanya dari sebuah buret, dalam
wujud larutan yang konsentrasinya diketahui. Larutan ini disebut larutan standar,
dan konsentrasinya ditentukan dengan sebuah proses yang dinamakan standarisasi.
Penambahan dari titran tetap dilakukan sampai jumlah T secara kimiawi sama
dengan yang telah ditambahkan kepada A. Selanjutnya akan dikatakan titik
akivalen dari titrasi yang telah tercapai. Agar diketahui kapan harus berhenti
menambahkan titran, kimiawan dapat menggunakan indikator yang bereaksi
terhadap kehadiran titran yang berlebih dengan melakukan perubahan warna.
Perubahan warna ini bisa saja terjadi persis pada titik akivalen tetapi bisa juga
tidak. Titik dalam titrasi diaman indikator berubah warnanya disebut titik akhir.
Pemilihan indikator untuk membuat kedua titik sama adalah satu aspek yang
penting dalam analisis titrimetrik (Day, 1998: 43).
Studi kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam-basa paling nyaman
apabila dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disebut titrasi. Dalam
percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti disebut
larutan standar, ditambahkan secara bertahap ke larutan yang lain yang
konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua lautan tersebut
belangsung sempurna. Jika kita mengetahui volume larutan standar dan larutan
tidak diketahui yang digunakan dalam titrasi, maka kita dapat menghitung
konsentrasi larutan tidak diketahui (Chang, 2005: 111).
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa proses di mana konsentrasi larutan
ditentukan secara akurat dinamakan standarisasi. Suatu larutan standar terkadang
dapat dipersiapkan dengan menguraikan suatu sampel dari zat terlarut yang
diinginkan dan menimbang secara akurat dalam suatu larutan yang volumenya
diukur secara akurat. Metode ini pada umunya tidak diterapkan karena
bagaimanapun juga jarang reagen kimiawi yang diperoleh dalam bentuk murni
untuk memenuhi kebutuhan analisis dalam hal keakuratan. Segelintir substansi
yang memadai untuk hal ini disebut standar primer. Lebih umum lagi sebuah
larutan distandarisasi dengan titrasi, dimana larutan tersebut bereaksi dengan
sejumlah standar primer yang telah ditimbang (Day, 1998: 50).
Percobaan standarisasi larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat
ini termasuk titrasi netralisasi. Dalam titrasi netralisasi pH titik akhir titrasi
ditentukan oleh banyaknya H+ yang berlebihan dalam larutan, yang besarnya
tergantung pada sifat asam, basa dan konsentrasi larutan. Sehingga pada
penambahan titran lebih lanjut pada titik ekivalen akan menyebabkan peubahan pH
yang cukup besar dan indikator yang digunakan harus berubah warna pada titik
ekivalen titrasi. Sehingga peubahan indikator asam-basa tergantung pada pH titik
ekivalen (Tim Dosen, 2018: 6).
Dalam kebanyakan reaksi asam basa, tidak ada perubahan warna yang
tajam pada titik akhirnya. Dalam hal ini perlu ditambahkan sedikit indikator, yaitu
zat warna yang berubah warna bila reaksi selesai. Sebagai contoh fenolftalein
merupakan salah satu indikator yang mengubah warna menjadi warna merah muda
bila larutan berubah dari asam ke basa. Konsentrasi asetat dalam larutan berair
dapat ditentukan dengan menambahkan beberapa tetes larutan
fenolftalein dan menitrasinya dengan larutan natrium hidroksida yang
konsentrasinya diketahui secara cermat. Jika warna merah muda tampak permanen,
cerat buret ditutup. Pada titik ini, reaksinya adalah
CH3COOH(aq) + OH- CH3COO-(aq) + H2O(l)
Secara stoikiometri telah selesai (Oxtoby, 2001: 162).
Dalam titrasi asam basa indikator adalah zat yang memiliki perbedaan
warna yang mencolok dalam medium asam atau basa. Salah satu indikator yang
umum digunakan adalah fenolftalaen, yang tidak berwarna dalam larutan asam atau
netral tetapi berwarna merah muda dalam larutan basa. Pada titik ekivalen semua
KHP telah dinetralkan oleh NaOH dan larutan masih tidak berwarna. Namun jika
kita menambahkan hanya satu tetes lagi larutan NaOH dari buret, warna larutan
kan segera berubah menjadi merah muda kerna sekarang larutan bersifat basa.
Dengan mengetahui massa KHP yang bereaksi (yang berarti jumlah molnya), kita
dapat menghitung konsentrasi larutan NaOH (Chang, 2005: 112).
Larutan standar primer yaitu larutan dimana kadarnya dapat diketahui
secara langsung karena didapatkan dari hasil penimbangan. Umunya kadarnya
dinyatakan dalam normalitas. Larutan standar primer yang digunakan dalam titrasi
asam-basa adalah asam oksalat, natrium tetra borat, asam benzoat, kalium hidrogen
iodat, sedangkan larutan standar sekunder yang dapat digunakan dalam titrasi
asam-basa adalah NaOH, HCl dan lain-lain (Tim Dosen, 2018: 6).
Normalitas, seperti molaritas dan formalitas, normalitas sistem konsentrasi
pada volume dari larutan. Hal ini didefenisikan sebagai:
Normalitas = jumlah ekivalen per liter larutan
atau
N= Eq
V
Diamana N adalah normalitas, eq adalah jumlah ekivalendan V adalah volume
Larutan dalam liter (Day, 1998: 59).
Syarat-syarat larutan standar primer antara lain: mempunyai kemurnian
yang tinggi, rumus molekulnya pasti, tidak mengalami perubahan saat
penimbangan, berat ekivalen yang tinggi serta larutannya stabil dalam
penyimpangan. Larutan standar sekunder adalah larutan dimana konsentrasinya
ditentukan dengan jalan standarisasi dengan larutan standar primer. Syarat-syarat
larutan standar sekunder antara lain: derajat kemurnian lebih rendah dari larutan
standar primer, berat ekivalennya tinggi serta larutannya stabil dalam
Penyimpanan (Tim Dosen, 2018: 6-7).
Semua larutan volumetrik yang digunakan dalam analisis farmaseutikal,
disiapkan dari standar primer. Standar primer merupakan senyawa yang dapat
diperoleh dengan tingkat kemurnian yang sangat tinggi (> 99,9 %). Contoh
senyawa yang digunakan sebagai standar primer termasuk natrium karbonat
(Na2CO3) dan kalium hidrogen ftalat (C8H5O4K). Senyawa-senyawa semacam ini
dapat ditimbang secara akurat sehingga empat atau bahkan enam desimal, dan
volumenya dicukupkan di dalam labu ukur untuk menghasilkan larutan dengan
molaritas yang diketahui. Larutan yang dibuat melalui standarisasi terhadap standar
primer disebut dengan standar sekunder. Larutan yang distandarisasi terhadap
standar sekunder disebut dengan standar tersier, dan demikian seterusnya. Tetapi
proses ini tidak dapat dilanjutkan terus-menerus, karena kesalahan selalu terjadi
pada setiap penetapan kadar, dan hasilnya menjadi kurang raliabel jika larutan yang
diperoleh semakin jauh dari standar primer awal (Cairns, 2004: 126-127).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Labu takar 100 mL (1 buah)
b. Pipet ukur 25 mL (1 buah)
c. Pipet ukur 10 mL (1 buah)
d. Erlenmeyer 250 mL (6 buah)
e. Corong biasa (2 buah)
f. Gelas kimia 50 mL (1 buah)
g. Buret 50 mL (2 buah)
h. Gelas ukur 10 mL (1 buah)
i. Statif dan klem (2 set)
j. Pipet tetes (2 buah)
k. Botol semprot (1 buah)
l. Bulb pipet (2 buah)
m. Batang pengaduk (1 buah)
n. Lap kasar (1 buah)
o. Lap halus (1 buah)
2. Bahan
a. Larutan Standar Asam Oksalat 0,1 N (H2C2O4)
b. Larutan Natrium Hidroksida 0,1 M (NaOH)
c. Asam cuka perdagangan (CH3COOH)
d. Aquades (H2O)
e. Indikator phenolftalein
f. Tissue
g. Label
h. Aluminium foil
E. PROSEDUR KERJA
1. Standarisasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan standar asam oksalat 0,1 N
a. Larutan standar NaOH 0,1 N dimasukkan kedalam gelas kimia 50 mL.
b. Larutan standar NaOH yang berada di gelas kimia dimasukkan kedalam
buret 50 mL.
c. Larutan NaOH yang berada diburet 50 mL dikalibrasi.
d. Larutan asam oksalat 0,1 N sebanyak 25 mL dipipet kedalam Erlenmeyer.
e. Kemudian ditambahkan tiga tetes indikator phenolftalein.
f. Kemudian dititrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna
dari tidak berwarna menjadi warna merah muda.
g. Volume penitrasi dicatat.
h. Perlakuan d sampai g diulangi sebanyak dua kali.
i. Konsentrasi NaOH yang sebenarnya dihitung.
2. Penetapan kadar asam cuka
a. Larutan cuka perdagangan sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam gelas ukur.
b. Larutan cuka perdagangan yang berada di gelas ukur dimasukkan kedalam
labu takar 100 mL.
c. Kemudian diencerkan dengan aquades sampai tanda batas.
d. Kemudian labu takar ditutup dan dikocok.
e. Larutan encer tersebut diambil sebanyak 10 mL menggunakan pipet ukur 10
mL dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL.
f. Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator phenolftalein.
g. Larutan dititrasi dengan larutan standar NaOH dengan hati-hati sampai
terjadi perubahan dari tak berwarna menjadi warna merah muda.
h. Volume penitrasi dicatat.
i. Perlakuan e sampai h diulangi sebanyak 2 kali. Kadar asam asetat dihitung.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Standarisasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan standar asam oksalat 0,1 N
Volume Asam Oksalat (mL) Volume NaOH (mL) Normalitas NaOH (N)

25 18,7 0,13

25 17,9 0,14

25 17,7 0,14

Volume rata-rata 18,1 0,14

2. Penentuan kadar asam cuka


Penunjukkan Buret I (mL) II (mL) III (mL)

NaOH awal 50 49,9 49,8

NaOH akhir 49,9 49,8 49,7

Volume NaOH 0,1 0,1 0,1

G. ANALISIS DATA
1. Standarisasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan standar asam oksalat 0,1 N
V H 2 C2 O4 x N H 2 C 2 O4
a. N NaOH =
V NaOH
25 mL x 0,1 N
= = 0,13 N
18,7 mL
V H 2 C2 O4 x N H 2 C 2 O4
b. N NaOH =
V NaOH
25 mL x 0,1 N
= = 0,14 N
17,9 mL
V H 2 C2 O4 x N H 2 C 2 O4
c. N NaOH =
V NaOH
25 mL x 0,1 N
= = 0,14 N
17,7 mL
( 18,7+17,9+17,7 ) mL 54,3 mL
d. Volume rata-rata NaOH = = =
3 3
18,1 mL
( 0,13+0,14+ 0,14 ) N 0,41 N
e. Normalitas rata-rata NaOH = = =
3 3
0,14 N
2. Penentuan kadar asetat dalam cuka
( 0,1+ 0,1+0,1 ) mL 0,3 mL
a. Volume rata-rata NaOH= = = 0,1 mL
3 3
(V rata−rata x N )NaOH
b. Normalitas asam cuka (N2) =
10 mL
(0,1 mL x 0,1 N )
= = 0,001 N
10mL
100 mL
c. Normalitas asam cuka mula-mula (N 1) = x 0,001 N =
1mL
0,1 N
d. Normalitas larutan induk (Mstock)
Dik: % asam asetat = 25%
Berat jenis asam asetat = 1,048 gr/mL
V larutan yang diencerkan = 10 mL
Mr CH3COOH = 60 gr/mol

Dit: Mstock = ......?

10 mL . ρ. %
Penyelesaian: Mstock =
Mr

gr
10 mL .1,048 .25 %
mL
= = 4,37 N
gr
60
mol

e. Kadar asam asetat dalam cuka


M1
%= x 99%
M induk
0,1
= x 99% = 2,27%
4,37

H. PEMBAHASAN
Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut yang terdapat dalam
sejumlah tertentu larutan. Molaritas menyatakan konsentrasi sebagai jumlah mol
zat terlarut dalam 1 L larutan. Dalam titrasi asam-basa, larutan yang diketahui
konsetrasinya (katakanlah, larutan basa) ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam
larutan yang konsentrasinya belum diketahui (katakanlah asam) dengan tujuan
untuk menentukan konsentrasi yang belum diketahui tersebut. Titik pada saat
reaksi dalam titrasi telah sempurna disbut titik ekuivalen (Chang, 2005: 115).
Salah satu teknik yang paling penting dalam kimia analitik ialah titrasi,
yaitu penambahan secara cermat volume suatu larutan yang mengandung zat A
yang konsentrasinya diketahui, kepada larutan kedua yang mengandung zat B yang
konsentrasinya tidak diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya
secara kuantitatif. Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir, ditandai dengan
semacam perubahan sifat fisis, misalnya warna campuran yang bereaksi. Titik akhir
dapat dideteksi dalam campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan
zat yang disebut indikator, yang mengubah warna pada titik akhir. Pada titik akhir,
jumlah zat kimia A yang telah ditambahkan secara unik berkaitan dengan bahan
kimia B yang tidak diketahui yang semula ada, berdasarkan persamaan reaksi
titrasi. Titrasi memungkinkan kimiawan menentukan jumlah zat yang ada dalam
sampel. Dua penerapan titrasi yang paling lazim melibatkan reaksi netralisasi
asam-basa dan reaksi oksidasi-reduksi (atau redoks) (Oxtoby, 2001: 161).
Dalam praktikum standarisasi larutan NaOH 0,1 N dan penentuan kadar
asam cuka metode yang digunakan adalah analisis kuantitatif, yang dimana analisis
kuantitatif fokus kajiannya adalah penetapan banyaknya suatu zat tertentu (analit)
yang ada dalam sampel (Day, 1998: 2), dengan cara melakukan titrasi atau
titrimetri. Adapun prinsip dasar dari praktikum ini dasarkan pada reaksi netralisasi
asam basa dan prinsip kerjanya adalah pencampuran, pengocokan, titrasi dan
pengamatan. Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan normalitas larutan
NaOH menggunakan larutan standar asam oksalat dan menetapkan kadar asam
cuka secara titrasi volumetri.
1. Standarisasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan standar asam oksalat 0,1 N
Praktikum ini termasuk dalam titrasi netralisasi, dilakukan dengan cara
titrasi asam basa untuk mengetahui konsentrasi atau kadar larutan standar basa
dengan menggunakan larutan standar asam. Larutan standar merupakan larutan
yang telah diketahui konsentrasinya. Larutan standar terdiri atas dua jenis yakni
larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah
larutan yang kadarnya dapat diketahui secara langsung karena diperoleh dari hasil
penimbangan dan kadarnya secara umum dinyatakan dalam normalitas, larutan
standar primer bersifat mudah dikerigkan, derajat kemurniannya lebih tinggi, tidak
bersifat higroskopis, tidak mudah terpengaruh oleh udara, lebih stabil, mempunyai
massa ekivalen yang tinggi. Dan larutan standar sekunder adalah larutan yang
konsentrasinya ditentukan dengan cara standarisasi menggunakan larutan standar
primer. Larutan standar sekunder bersifat tidak stabil, mudah dipengaruhi, bersifat
higroskopis, derajat kemurniannya lebih rendah (Tim Dosen, 2018: 5-6). Larutan
standar primer pada percobaan ini ialah asam oksalat (H2C2O4) sedangkan larutan
standar sekundernya adalah natrium hidroksida (NaOH). Asam oksalat (H 2C2O4)
berperan sebagai analit dan natrium hidroksida (NaOH) berperan sebagai titran
yang ditempatkan dalam buret.
Sebelum dilakukan titrasi, terlebih dahulu asam oksalat (H 2C2O4)
ditambahkan dengan indikator phenolftalein (pp). Indikator pp tersebut dalam
keadaan asam ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna saat penambahan
indikator pp ke dalam larutan asam oksalat. Indikator pp dalam keadaan asam tidak
mengalami perubahan warna dan dalam keadaan basa akan mengalami perubahan
warna menjadi merah muda (Chang, 2005: 112). Indikator pp memiliki pH sekitar
8,3-10. Indikator pp pada pH dibawah 8,3 tidak berwarna dan lewat dari pH 8,3
warna merah muda mulai muncul. Indikator pp digunakan dalam percobaan ini
karena tidak mempengaruhi proses titrasi  dan dianggap mampu mengalami
perubahan warna diantara dua titik yang sangat dekat dengan titik ekivalen.
Indikator pp mempermudah dalam mengetahui keadaan ketika larutan telah
mencapai titik ekivalen.
Percobaan standarisasi NaOH 0,1 N dilaksanakan sebanyak tiga kali dengan
tujuan agar hasil titrasi lebih akurat. Hasil yang diperoleh pada proses ini berturut-
turut adalah 18,7 mL, 17,9 mL dan 17,7 mL dengan normalitas NaOH yang
diperoleh berdasarkan perhitungan berturut-turut adalah 0,13 N, 0,14 N dan 0,14 N
sehingga diperoleh normalitas rata-rata NaOH sebesar 0,14 N. Hasil tersebut sesuai
dengan teori karena berdasarkan teori, normalitas dari larutan NaOH yakni sebesar
0,1 N. Adapun reaksi yang terjadi:
H2C2O4 (aq)  + 2 NaOH (aq) → Na2C2O4 (aq)  + 2 H2O (l)
(asam oksalat) (natrium hidroksida (natrium oksalat) (aquades)
2. Penetapan kadar asetat dalam cuka
Percobaan ini dilakukan dengan cara titrasi asam cuka perdagangan
dengan larutan NaOH. Sebelum dititrasi, asam cuka perdagangan diencerkan
terlebih dahulu. Pengenceran tersebut bertujuan untuk menurunkan konsentrasi
larutan dan untuk mempercepat terjadinya titik akhir titrasi yang ditandai dengan
terjadinya perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Setelah
diencerkan, larutan tersebut ditambahkan dengan indikator pp. Penambahan
indikator pp berfungsi agar saat melakukan titrasi dapat terjadi perubahan warna
yang menandakan tercapainya titik akhir titrasi. Pada percobaan ini, NaOH
berperan sebagai titran dan asam asetat (asam cuka perdagangan) yang merupakan
asam lemah berperan sebagai analit atau larutan yang dititrasi. Adapun reaksi yang
terjadi, yaitu:
CH3COOH (aq)  + NaOH (aq) → CH3COONa (aq)  + H2O (l)
(asam asetat) (natrium hidroksida) (natrium asetat) (air)
Percobaan ini juga dilakukan sebanyak tiga kali untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat. Titrasi pertama muncul warna merah muda saat volume NaOH yang
digunakan sebesar 0,1 mL, titrasi kedua sebesar 0,1 mL dan titrasi ketiga sebesar
0,1 mL. Volume rata-rata NaOH yang digunakan sebesar 0,1 mL. Berdasarkan
perhitungan, kadar asam asetat dalam cuka perdagangan sebesar 2,27% yang
berarti dalam 100 mL pelarut air terdapat 2,27 mL asam asetat.
I. KESIMPULAN DAN SARAN
1.    Kesimpulan
Penentuan normalitas larutan NaOH menggunakan larutan standar asam
oksalat dilakukan dengan titrasi dan diperoleh normalitas rata-rata NaOH sebesar
0,14 N. Dan penetapan kadar asam asetat dalam cuka perdagangan dilakukan
dengan cara titrasi asam cuka perdagangan menggunakan larutan NaOH dan
diperoleh kadar asam asetat sebesar 2,27% yang berarti dalam 100 mL pelarut air
terdapat 2,27 mL asam asetat.
2.    Saran
a. Untuk praktikan
Diharapakan kepada praktikan agar lebih menguasai prosedur kerja dengan
benar dan teliti agar diperoleh hasil yang maksimal.
b. Untuk asisten
Asisten telah membimbing dan mengajar dengan baik, diharapkan agar terus
mempertahankan cara membimbingnya.
c. Untuk laboran
Diharapkan kepada laboran agar mengganti alat-alat yang sudah tidak layak
pakai.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Buku Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Cairns, Donald. 2004. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta: EGC.

Day, R.A dan A.L, Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif


Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Fried, George H dan George J, Hademenos. 1999. Biologi Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga.
Oxtoby, David W, Gillis, H.P, Nachtrieb, Norman H, Akhmadi, Suminar,
Simarmata dan Silvester, Lemeda. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern
Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Tim Dosen Kimia. 2018. Penuntun Praktikum Kimia Dasar Lanjut. Makassar:
Universitas Negeri Makassar.
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum kimia dasar lanjut dengan judul “Standarisasi


Larutan NaOH 0,1 N dan Penentuan Kadar Asam Cuka” oleh :
nama : Sri Nurfadillah Ningsih
nim : 1713042002
kelas : Pendidikan Kimia B
kelompok : III (tiga)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh asisten dan koordinator asisten dan dinyatakan
diterima.

Makassar, April 2018


Koordinator Asisten, Asisten,

Niluh Sriwianti Yohanas M. Tandiloloaaa


NIM: 1413440012 NIM: 1313441022

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dra. Hj. Sumiati Side, M.Si


NIP: 19610923 198503 2 002
JAWABAN PERTANYAAN

1. Jelaskan jenis-jenis larutan baku dan berikan masing-masing


dua contoh!
2. Jelaskan prinsip kerja titrasi volumetri!
JAWABAN

1. Larutan baku atau larutan standar adalah larutan yang dibuat


degan cara melarutkan sejumlah senyawa baku tertentu yang
sebelumnya senyawa tersebut ditimbang secara tepat dalam
volume larutan yang diukur dengan tepat.
Larutan standar ada dua macam yaitu
a. Larutan standar primer, yaitu larutan standar yang
konsentrasinya diketahui secara langsung karena
didapatkan dari hasil penimbangan, serta larutannya lebih
stabil, dan tingkat kemurniannya lebih tinggi
Contoh larutan standar primer : Asam oksalat (H2C2O4)
Arsen trioksida (As2O3)
b. Larutan standar sekunder, Larutan standar yang
konsentrasinya ditentukan dengan jalan standarisasi
dengan larutan standar primer, derajat kemurniannya lebih
rendah dari larutan primer.
Contoh larutan standar sekunder : Natrium hidroksida (NaOH),
Perak nitrat (AgNO3)
2. Titrasi volumetri memiliki prinsip kerja yakni penambahan
titran (zat yang telah diketahui konsentrasinya) sedikit demi
sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen (keadaan ketika
banyaknya asam atau basa tepat setara secara stoikiometri
dengan banyaknya basa atau asam yang terdapat dalam
suatu larutan).
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum kimia dasar lanjut dengan judul “Standarisasi


Larutan NaOH 0,1 N dan Penentuan Kadar Asam Cuka” oleh :
nama : Sri Nurfadillah Ningsih
nim : 1713042002
kelas : Pendidikan Kimia B
kelompok : III (tiga)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan
diterima.

Makassar, Mei 2018


Koordinator Asisten, Asisten,

Niluh Sriwianti Yohanas M. Tandilolo


NIM. 1413440012 NIM. 1313441022

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dra. Hj. Sumiati Side, M.Si


NIP: 19610923 198503 2 002

Anda mungkin juga menyukai