Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

STANDARISASI LARUTAN

KONDISI PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh :
Kelompok 7 (Tujuh)

Nama : Handayani

NIM : 2009046026

Asisten : Pursatul Faradillah

NIM : 1809045057

LABORATORIUM TEKNOLOGI LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2021

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dengan menimbang secara teliti sejumlah
contoh solute yang digunakan dan melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara
teliti diukur volumenya. Cara ini biasanya tidak dapat dilakukan, karena relatif sedikit
pereaksi kimia yang dapat diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi
permintaan analis akan ketelitiannya. Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini
disebut standar primer. Suatu larutan lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi
yang pada proses itu ia bereaksi dengan sebagaian berat dari standar primer.

Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi netralisasi asam basa. Titik
equivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di
netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH, Ph pada
titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisasi asam
basa.

Larutan mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Tubuh kita


menyerap mineral, vitamin dan makanan dalam bentuk larutan. Demikian pula hewan
dan tumbuhan menyerap makanan dalam bentuk larutan. Larutan ada yang berwujud
cair, gas maupun padat. Larutan yang berbentuk gas, misalnya udara yang merupakan
campuran dari berbagai jenis gas terutama nitrogen dan oksigen.

Umumnya yang kita lihat adalah larutan dalam fase cair. Untuk larutan cair, bila nama
pelarut yang digunakan tidak disebutkan, berarti pelarut air. Larutan terdiri dari dua
komponen, yaitu pelarut dan terlarut. Zat pelarut pada umumnya mempunyai proporsi
yang lebih besar, sedangkan zat terlarut mempunyai proporsi yang lebih kecil. Setiap
larutan mempunyai standarisasi masing-masing, jadi standarisasi larutan satu dengan
larutan lain tidak sama.
Oleh karena itu, beberapa larutan tidak stabil bila berada dalam udara terbuka maka dari
itu diperlukan standarisasi larutan untuk mengetahui konsentrasinya dan dilakukan
praktikum mengenai standarisasi larutan.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui cara melakukan standarisasi larutan
2. Mengetahui cara menentukan molaritas larutan NaOH dengan standar asam
oksalat dihidrat.
3. Mengetahui cara menghitung konsentrasi larutan NaOH dan HCl.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Standarisasi

Standarisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder


ditentukan dengan cara menitrasi dengan larutan standar primer (John, 2003).

Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti.
Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer
dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian
tinggi (konsentrasi diketahui dari massa – volum larutan). Larutan standar skunder
adalah larutan standar yang dipersipakan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat
tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil
standarisasi (Day, 2002).

Larutan standar primer adalah larutan yang mengandung zat baku utama dalam kadar
tertentu dan biasanya digunakan untuk membaku titran. Larutan standar primer ini
merupakan senyawa yang dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian yang tinggi.
Sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan (titran) yang biasanya ditempatkan
pada buret yang kemudiaan ditambahkan kedalam larutan zat yang telah diketahui
konsentrasinya secara standar primer (Cairns, 2009).

Senyawa-senyawa semacam ini dapat ditimbang secara akurat hingga 4 atau 6 desimal,
dan volumenya dicukupkan didalam labu ukur untuk menghasilkan larutan yang
diketahui molaritasnya (Cairns, 2009).

Larutan standar primer harus memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Harus tersedia dalam bentuk murni, atau dalam satu tingkat kemurnian yang
diketahui, pada suatu tingkat biaya yang logis. Secara umum jumlah totol dari
pengotor tidak boleh melebihi 0,01-0,02 % dan harus melakukan tes untuk
mendeteksi kuantitas pengotor-pengotor tersebut melalui tes kuantitatif dengan
sensivitas yang diketahui.
2. Substansi tersebut harus stabil. Harus mudah dikeringkan dan tidak terlalu
higroskopis sehingga tidak banyak menyerap air selama penimbangan. Substansi
tersebut seharusnya tidak kehilangan berat jika terpapar udara. Garam hidrat
biasanya tidak dipergunakan sebagai standar primer.
3. Yang diinginkan adalah standar primer tersebut mempunyai berat ekivalen yang
cukup tinggi agar dapat meminimalisasi konsekuensi galat pada saat
penimbangan (Day dan Underwood, 1998).

Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan


konsentrasi suatu larutan dengan merekasikan larutan yang sudah ditentukan
konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan
menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam
bas aini adalah dengan titrasi volumetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau
basa yang bereaksi (Syukri, 1999).

2.2 Pengertian Titrasi

Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal.
Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk menitrasi (biasanya sudah
diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai
titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui
konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik yang menyatakan banyaknya
titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur,
ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya.
Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya
diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi
kemudian dilakukan proses pengenceran (Khopkar, 1990).

Pada saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator berubah warna
pada saat titik ekuivalen. Pada titrasi asam basa, dikenal istilah titik ekuivalen dan titik
akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan basa tepat
habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan indikator. Saat perubahan
warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi (Sukmariah, 1990).

Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai
standarisasi. Suatu larutan standar kadang-kadang dapat disiapkan dengan
menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan tepat,
dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Zat yang memadai dalam hal ini hanya
sedikit, disebut standar primer (Underwood, 2002).

Istilah analisis titametri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan
menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang
diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang akan ditetapkan.
Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang sedang dititrasi disebut titrat (Haryadi,
1994)

Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi


yang tidak diinginkan untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan
standarisasi-standarisasi yang dilakukan dengan titrasi (Baroroh, 2004).

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang
diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh
tertentu yang akan di analisis. Contoh yang akan dianalisis dirujuk sebagai (tak
diketahui, unknown). Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan
yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam
dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume suatu asam dan
suatu basa yang tepat saling menetralkan (Gunawan, 2004).

Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan kedalam buret (pipa Panjang
berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah
titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (Erlenmeyer)
dengan mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memaki pipet gondok. Untuk
mengamati titik ekivalen , dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen.
Dalam titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (Gunawan, 2004).
Suatu proses didalam laboratorium untuk mengukur jumlah suatu reaktan yang beraksi
sempurna dengan sejumlah reaktan lainnya, dimana reaktan pertama ditambahkan
secara kontinu kedalam reaktan kedua disebut titrasi. Reaktan yang ditambahkan tadi
disebut sebagai titran dan reaktan yang ditambahkan titran kedalamnya disebut titree.
Didalam beberapa titrasi, titik ekivalen adalah titik selama proses titrasi dimana
tepatnya titrat telah cukup ditambahkan untuk beraksi dengan titree. Salah satu masalah
teknis dalam titrasi adalah titik dimana suatu perubahan dapat diamati, terjadi yang
untuk mengindikasikan pendekatan yang paling baik ke titik ekivalen. Secara ideal, titik
akhir dan titik ekivalen seharusnya identic, tetapi dalam prakteknya jarang sekali ada
orang yang mampu membuat kedua titik tersebut tepat sama, meskipun ada beberapa
hal dimana perbedaan antara kedua hal tersebut dapat diabaikan (Gunawan, 2004).

Kadang-kadang kita perlu mengetahui tidak hanya atau sekedar pH, akan tetapi perlu
kita ketahui juga berapa banyak asam atau basa yang terdapat didalam sampel. Sebagai
contoh, seorang ahli kimia lingkungan mempelajari suatu danau dimana ikan-ikannya
mati. Dia harus mengetahui secara pasti seberapa banyak asam yang terkandung dalam
suatu sampel air danau tersebut. Titrasi melibatkan suatu proses penambahan suatu
larutan yang disebut titran dari buret ke suatu flask yang berisi sampel dan disebut
analit. Berhasilnya titrasi asam-basa tergantung pada seberapa akurat kita dapat
mendeteksi titik stoikiometri. Pada titik tersebut, jumlah mol dari H3O+ dan OH- yang
ditambahkan sebagai titran adalah sama dengan jumlah mol dari OH- atau H3O+ yang
terdapat dalam analit. Pada titik stoikiometri, larutan terdiri dari garam dan air. Larutan
tersebut adalah asam apabila ion asam yang terkandung didalamnya, dan basa apabila
ion basa yang terkandung didalamnya (Koesmadja, 2006).

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari
reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam dan basa keduanya setara, yaitu
dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu larutan yang akan
dinetralkan, misal asam ditempatkan didalam flask bersamaan dengan beberapa tetes
indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang terdapat didalam
buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian
dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya
perubahan warna indikator. Titik pada titrasi dimana indikator warnanya berubah
disebut titik akhir (Koesmadja, 2006)

2.3 Pengertian Larutan

Larutan merupakan campuran karena terdiri dari dua bahan dan disebut homogen
karena sifat-sifatnya sama disebuah cairan. Karena larutan adalah campuran molekul
biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan bila dibandingkan
dalam larutan murni. Gaya Tarik antar molekul tidak sejenis menyebabkan pelepasan
energi dan entalpi menurun. Larutan pada dasarnya adalah campuran homogen, dapat
berupa gas, zat cair maupun padatan. Menyebabkan komponen-komponen dalam
larutan saja tidak cukup memberikan larutan secara lengkap. Banyak cara untuk
memberikan konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut
dalam kuantitas pelarut (larutan). Dengan demikian setiap sistem konsentrasi
menyatakan satuan yang digunakan zat terlarut, kuantitasnya zat terlarut pelarut
(Syukri, 1999)

Dua komponen yang penting dalam suatu larutan yaitu pelarut dan zat yang dilarutkan
dalam pelarut tersebut. Zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut. Larutan yang
menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air. Larutan yang
mengandung zat terlarut dalam jumlah yang banyak dinamakan larutan pekat. Jika
jumlah zat terlarut sedikit, larutan dinamakan cairan dengan cairan, padatan, atau gas
sebagai zat yang terlarut (Sukdarjo, 1997).
BAB 3

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Praktikum Kimia Lingkungan tentang Standarisasi Larutan dilaksanakan secara online


(Via Zoom) karena terdampak Pandemi Covid-19. Pandemi menyebabkan praktikum
dilaksanakan sesuai protokol kesehatan dengan tidak bertatap muka. Laporan ini
menggunakan data pengukuran yang sudah ada yaitu data sekunder tahun 2019 di
Laboratorium Teknologi Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum Standarisasi Larutan yaitu :

1. Statif dan Klem


2. Buret
3. Neraca Analitik
4. Labu ukur
5. Labu Erlenmeyer
6. Botol semprot
7. Corong kaca
8. Gelas kimia
9. Labu takar
10. Pipet ukur
11. Bulb
12. Batang pengaduk
13. Spatula
14. Pipet tetes

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum Standarisasi Larutan yaitu :

1. Larutan HCl 0,1 N


2. Larutan NaOH 0,1 N
3. Kristal Asam Oksalat Dihidrat
4. Indikator Fenolftalein
5. Aquades

3.3 Cara Kerja

Cara kerja pada praktikum Standarisasi Larutan yaitu :

Pembuatan Larutan Standar H2C2O4 0,1 N :

1. Ditimbang Asam Oksalat Dihidrat menggunakan neraca analitik dengan tepat


0,63 gram
2. Dimasukan kedalam gelas kimia
3. Dilarutkan dengan 20 ml aquades
4. Dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu takar 100 ml
5. Diencerkan dengan aquades hingga tanda batas
6. Dihomogenkan hingga merata

Standarisasi Larutan H2C2O4 dengan Larutan Standar NaOH :

1. Dipipet larutan H2C2O4


2. Dimasukan kedalam labu erlenmeyer 250 ml
3. Ditambahkan dengan tiga tetes indikator pp
4. Dihomogenkan hingga merata
5. Dimasukan larutan NaOH kedalam buret sebanyak 50 ml
6. Dititrasi dengan larutan H2C2O4 yang sudah diteteskan indikator pp, hingga
berubah warna
7. Dihitung konsentrasi NaOH

Standarisasi Larutan HCl dengan Larutan Standar NaOH :

1. Dipipet larutan HCl


2. Dimasukan kedalam labu erlenmeyer 250 ml
3. Ditambahkan tiga tetes indikator pp
4. Dihomogenkan hingga merata
5. Dimasukan larutan NaOH kedalam buret sebanyak 50 ml
6. Dititrasi dengan larutan HCl yang sudah diteteskan indikator pp, hingga berubah
warna
7. Dihitung konsentrasi larutan NaOH
BAB 5

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan kesimpulan yaitu :

1. Suatu larutan harus dilakukan proses standarisasi karena beberapa larutan tidak
stabil bila terkena udara
2. Terdapat volume yang dipakai pada beberapa larutan, hal itu terjadi karena ada
perbedaan valensi dari senyawa itu.
3. Larutan terbagi menjadi dua yaitu larutan standar primer dan standar sekunder
4. Larutan HCl termasuk kedalam larutan standar primer.
DAFTAR PUSTAKA

1. Adam Wiryawan, dkk. 2008, Kimia Analitik, ISBN 978-602-8320-40-5,


Direktorat Pembinaan Sekolah Menegah Kejuruan, Jakarta, [Diakses 12 April
2021]. Pukul 22.50 WITA
2. Dr. Syukri, dkk. 2015, Jurnal Kimia Unand, Volum 4, ISSN 2303-3401,
Padang, [Diakses 12 April 2021]. Pukul 23.15 WITA
3. Baroroh, Umi L. U, 2004, Diktat Kimia Dasar I, Universitas Lambung
Mangkurat. Banjarbaru, [Diakses 13 April 2021]. Pukul 01.48 WITA

Anda mungkin juga menyukai