Anda di halaman 1dari 12

PAPER

TITRASI ASAM BASA

Oleh :

Gusti Ayu Made Sri Darma Sari

NRP : 56203213413

Dosen Pengampu :

Dr. Yuliati Sipahutar, S.Pi., M.M

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN


POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN
2022
DAFTAR ISI

JUDUL

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Titrasi Asam Basa

2.2 Macam Macam Titrasi

2.3 Indikator Titrasi Asam Basa

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

3.2 Alat

3.3 Bahan

3.4 Prosedur Kerja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Titrasi merupakan prosedur analisis suatu larutan asam-basa yang belum diketahui
konsentrasinya. Titrasi dilakukan dengan memasukkan sejumlah larutan asam yang belum
diketahui konsentrasinya ke dalam erlenmeyer. Kemudian, titran (zat pentitrasi) berupa
basa ditambahkan sedikit demi sedikit hingga tercapai titik ekuivalen. Pencapaian titik
ekuivalen akan terjadi saat konsentrasi OH⁻ sama dengan konsentrasi H⁺ atau pH larutannya
adalah 7 (netral). Setelah itu, kelebihan sedikit saja zat titran akan menyebabkan
perubahan pH dengan cepat dan mengakibatkan terjadinya perubahan warna pada
indikator (Puspita Danang, et al, 2019). Titrasi merupakan prosedur analisis suatu larutan
asam-basa yang belum diketahui konsentrasinya. Titrasi dilakukan dengan memasukkan
sejumlah larutan asam yang belum diketahui konsentrasinya ke dalam erlenmeyer.
Kemudian, titran (zat pentitrasi) berupa basa ditambahkan sedikit demi sedikit hingga
tercapai titik ekuivalen. Pencapaian titik ekuivalen akan terjadi saat konsentrasi OH⁻ sama
dengan konsentrasi H⁺ atau pH larutannya adalah 7 (netral). Setelah itu, kelebihan sedikit
saja zat titran akan menyebabkan perubahan pH dengan cepat dan mengakibatkan
terjadinya perubahan warna pada indikator (Puspita Danang, et al, 2019).
Titrasi merupakan prosedur analisis suatu larutan asam-basa yang belum diketahui
konsentrasinya. Titrasi dilakukan dengan memasukkan sejumlah larutan asam yang belum
diketahui konsentrasinya ke dalam erlenmeyer. Kemudian, titran (zat pentitrasi) berupa
basa ditambahkan sedikit demi sedikit hingga tercapai titik ekuivalen. Pencapaian titik
ekuivalen akan terjadi saat konsentrasi OH⁻ sama dengan konsentrasi H⁺ atau pH larutannya
adalah 7 (netral). Setelah itu, kelebihan sedikit saja zat titran akan menyebabkan
perubahan pH dengan cepat dan mengakibatkan terjadinya perubahan warna pada
indikator (Puspita Danang, et al, 2019).
Titrasi didefinisikan sebagai suatu proses dalam praktikum analisis volumetri yang
melibatkan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya (titran) dengan larutan yang
belum diketahui konsentrasinya (titrat). Analisis dilakukan dengan menentukan konsentrasi
larutan melalui penetesan larutan titran yang terdapat pada buret ke larutan titrat yang
terdapat pada Erlenmeyer hingga tercapai titik ekuivalen (Almatsier, 2003). Titrasi asam basa
merupakan penetapan konsentrasi senyawa yang bersifat asam dengan larutan standar
yang bersifat basa begitupun sebaliknya dengan penetesan larutan standar melalui buret
ke dalam larutan yang ingin diketahui konsentrasinya pada Erlenmeyer hingga mencapai titik
ekuivalen (Budi et al., 2020). Menurut Raymond Chang (2005), dasar titrasi menggunakan
beberapa reaksi kimia diantaranya yaitu, reaksi yang melibatkan asam kuat dan basa kuat,
reaksi yang melibatkan asam lemah dan basa kuat, serta reaksi yang melibatkan asam kuat
dengan basa lemah.
Suatu zat asam dapat didefinisikan sebagai zat yang dapat memberi proton (ion H+)
kepada zat lain (zat basa) ataupun menerima pasangan electron bebas dari suatu zat basa.
Berbagai macam zat asam yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yaitu
cuka yang mengandung asam asetat, jeruk yang mengandung asam sirat, dan anggur
yang mengandung asam tartrat (Keenan, 1984) Sedangkan larutan basa merupakan larutan
dengan kandungan pH lebih dari 7. Suatu zat basa dapat didefinisikan sebagai zat yang
menerima proton dan menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Berbagai macam
zat basa yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yaitu air kapur, obat maag, sabun
(Keenan, 1984).
1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari Paper ini yaitu:

1. Mengetahui cara titrasi asam basa


2. Mengetahui macam macam titrasi
3. Mengetahui konsentrasi larutan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Titrasi Asam Basa


Titrasi adalah suatu cara untuk menentukan konsentrasi asam atau basa dengan
menggunakan larutan standar. Larutan satandar dapat berupa asam atau basa yang telah
diketahui konsentrasinya dengan teliti. Keadaan dengan jumlah ekivalen asam sama dengan
basa disebut titik ekivalen. Dalam titrasi asam basa nilai tetapan kesetimbangan ionisasi
digunakan sebagai tolok ukur dalam penentuan pH larutan yang menanadai tercapainya
titik ekivalen. Titik ekivalen atau titik akhir teoritis adalah saat banyaknya asam atau basa yang
terdapat dalam larutan (Rini, 2019). Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan
mudah untuk menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa.
Kebanyakan asam dan basa organik dan organik dapat dititrasi dalam larutan berair,
tetapi sebagian senyawa itu terutama senyawa organik tidak larut dalam air. Namun demikian
umumnya senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik
itu dapat ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan
asam digunakan larutan baku asam kaut misalnya HCl, sedangkan untuk menentuan
basa digunakan larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan
dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau dengan bantuan
peralatan seperti potensiometri, spektrofotometer, konduktometer. Titik akhir titrasi adalah
titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot
tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses
pengenceran.
Kesalahan titrasi merupakan kesalahan yang terjadi bila titik akhir titrasi tidak
tepat sama dengan titik ekivalen (≤ 0,1%), disebabkan ada kelebihan titran, indikator
bereaksi dgn analit, atau indikator bereaksi dgn titran, diatasi dgn titrasi larutan blanko.
Larutan blanko larutan yg terdiri atas semua pereaksi kecuali analit.Untuk mengetahui titik
ekivalen secara eksperimen biasanya dibuat kurva titrasi yaitu kurva yang menyatakan
hubungan antara –log [H+] atau –log [X-] atau –log [Ag+] atau E (volt) terhadap volum.
Titrasi didefinisikan sebagai teknik analisis kimia kuantitatif yang digunakan untuk
menentukan kadar dari suatu larutan. Penentuan kadar larutan dilakukan dengan penetesan
larutan yang telah diketahui konsentrasinya melalui buret hinnga mencapai suatu titik
ekuivalen. Pengukuran volume dalam titrasi menjadi satu hal penting sehingga titrasi memiliki
nama lain analisis volumetri (Ralph, H. 2008).
Larutan standar merupakan larutan dengan konsnetrasi yang telah diketahui secara
pasti. Larutan standar terbagi menjadi dua berdasarkan tingkat kemurniannya yaitu,
larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer didapatkan
dengan cara menimbang dan melarutkan suatu zat dengan kemurnian tinggi, sedangkan
larutan standar sekunder diperoleh dengan menimbang dan melarutkan suatu zat yang
tingkat kemurniannya relative rendah sehingga konden cepat (Underwood, 1999). Larutan
standar akan bisa digunakan apabila memenuhi beberapa syarat diantaranya,
mempunyai tingkat kemurnian tinggi, memiliki rumus molekul yang pasti, tidak bersifat
higroskopis dan mudah ditimbang, larutan bersifat stabil, memiliki Mr (massa molekul
relative) tinggi namun muatan ionnya rendah.
Titrasi asam basa merupakan penetapan konsentrasi senyawa yang bersifat asam
dengan larutan standar yang bersifat basa begitupun sebaliknya dengan penetesan
larutan standar melalui buret ke dalam larutan yang ingin diketahui konsentrasinya pada
Erlenmeyer hingga mencapai titik akhir titrasi (Budi et al., 2020). Pada titrasi asam basa,
indicator berupa asam lemah akan bereaksi dengan zat basa sebagai penetral setelah
seluruh asam dititrasi dengan basa (Syukri, 1999). Pada titrasi, baik titrasi asam-basa
maupun titrasi lainnya, terdapat titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah
titik teoritis, tidak dapat ditentukan berdasarkan eksperimen/percobaan namun ditentukan
melalui pengamatn perubahan warna, perubahan besar partikel (terbentuknya endapan), dan
perubahan beda potesial (John, 2003). Sedangkan titik akhir titrasi adalah titik saat proses
titrasi berakhir dan umumnya dideteksi dengan penambahanindicator yang akan berubah
pada kondisi lingkungan tertentu (misal, kondisi asam).
Titrasi asidimetri merupakan salah satu metode penentuan kadar suatu larutan
yang menggunakan larutan asam sebagai larutan standar. Larutan standar yang umum
digunakan yaitu asam klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4) dalam konsentrasi yang
tinggi/pekat. Kelebihan asam klorida sebagai larutan standar yaitu mudah larut dalam air dan
tidak membentuk garam sukar larut (Setiawati, pp).
Titrasi alkalimetri merupakan salah satu metode penentuan kadar suatu larutan
dengan menggunakan larutan basa sebagai larutan standard dan menggunakan
phenolphthalein (PP) sebagai indikatornya. Larutan basa standar yang umum digunakan
yaitu natrium hidroksida (NaOH). Kelebihan natrium hidroksida sebagai larutan standar
yaitu mudah larut dalam air, murah, dan memiliki tingkat kemurnian tinggi (Rohman &
Gandjar, 2008).
Indikator asam basa merupakan zat warna yang dapat memberikan perubahan
warna pada larutan yang di tirasi saat mencapai titik akhir titrasi. Indikator asam basa
akan berubah warna apabila lingkungan pH larutan berubah, karena indicator asam basa
berupa asam organic lemah atau basa organik lemah maka di dalam larutan akan terjadi
proses ionisasi sehingga bentuk molekul indicator akan memiliki warna yang berbeda
dengan warna indikatornya (Padmaningrum, 2013). Penambahan indikator diusahakan
tidak terlalau banyak, hanya berkisar anatara dua atau tiga tetes. Pemilihan indicator
untuk titrasi bergantung pada kekuatan asam dan basa yang digunakan dalam proses
Indikator asam basa merupakan zat warna yang dapat memberikan perubahan warna
pada larutan yang di tirasi saat mencapai titik akhir titrasi. Indikator asam basa akan
berubah warna apabila lingkungan pH larutan berubah, karena indicator asam basa berupa
asam organic lemah atau basa organik lemah maka di dalam larutan akan terjadi proses
ionisasi sehingga bentuk molekul indicator akan memiliki warna yang berbeda dengan
warna indikatornya (Padmaningrum, 2013).
Penambahan indikator diusahakan tidak terlalau banyak, hanya berkisar anatara
dua atau tiga tetes. Pemilihan indicator untuk titrasi bergantung pada kekuatan asam dan
basa yang digunakan dalam proses titrasi. Beberapa indikator yang digunakan dalam titrasi
asam basa diantaranya yaitu, timol biru yang memiliki warna merah dalam kondisi asam dan
berwarna kuning dalam kondisi basa. Bromfenol biru yang memiliki warna kuning dalam
kondisi asam dan berwarna ungu kebiruan dalam kondisi basa. Metil jingga yang memiliki
warna jingga pada kondisi asam dan berwarna kuning pada kondisi basa. Metil merah
yang memiliki warna merah pada kondisi asam dan berwarna kuning pada kondisi basa.
Klorofenol biru yang memiliki warna kuning pada kondisi asam dan berwarna merah pada
kondisi basa. Bromtimol biru yangmemiliki warna kuning pada kondisi asam dan berwarna
biru pada kondisi basa. Kresol merah yang memiliki warna kuning pada kondisi asam
dan berwarna merah pada kondisi basa. Dan yang terakhir yaitu fenolftalein yang tak
berwarna pada kondisi asam dan berwarna pink kemerahan pada kondisi basa. Dari
berbagai macam indicator diatas, indicator yang biasa digunakan pada titrasi asam basa
yaitu fenolftalein (Raymond Chang, 2005). Kesalahan umum yang terjadi pada proses titrasi
merupakan kesalahan yang terjadi apabila titik akhir titrasi tidak tepat sama dengan titik
ekuivalen (<0,1%), yang dapat disebabkan oleh kelebihan titran, indicator bereaksi dengan
analit atau titran.

Gambar 1.1 Proses titrasi asam basa

2.2 Macam Macam Titrasi


Berdasarkan sifat larutan standarnya, titrasi dibedakan menjadi asidimetri dan
alkalimetri. Asidimetri merupakan reaksi penetralan yang menggunakan larutan baku
asam sebagai titran, sedangkan alkalimetri merupakan reaksi penetralan yang
menggunakan larutan baku basa sebagai titran. Salah satu analisis alkalimetri adalah titrasi
basa terhadap asam cuka (asam asetat). Reaksi antara kalium hidroksida (NaOH) dengan
asam asetat akan menghasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat
sehingga titik ekuivalen terjadi pada pH > 7. Titrasi ada empat diantaranya adalah: 1. Titrasi
asam dengan basa kuat. Diakhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam
kuat dan basa kuat. Misal: HCl dan NaOH 2. Titrasi asam lemah dan basa kuat. Pada akhir
titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Misal : asam asetat
dengan NaOH. 3. Titrasi basa lemah dan asam kuat. Pada akhir titrasi akan terbentuk
garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat. Misal : NH4Cl dan HCl 4. Titrasi asam
lemah dan basa lemah. Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam
lemah dan basa lemah. Misal : asam asetat dan NH4OH.

2.3 Indikator Titrasi Asam Basa


Indikator merupakan suatu senyawa yang kompleks yang mampu bereaksi dengan
asam ataupun basa yang disertai dengan adanya perubahan warna yang sesuai dengan
konsentrasi ion hidrogen dalam suatu proses titrasi.
Indikator yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu indikator buatan yakni
fenolftalein (pp). fenolftalein digunakan karena memiliki karakteristik sebagai berikut:
 pH < 0 : berwarna jingga (kondisi sangat asam).
 pH 0-8,2 : tidak berwarna (kondisi asam atau mendekati netral).
 pH 8,2-12 : berwarna pink keunguan (kondisi basa).
 pH > 12 : tidak berwarna (kondisi sangat basa).
Indikator yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu indikator buatan yakni
fenolftalein (pp). fenolftalein digunakan karena memiliki karakteristik sebagai berikut:
 pH < 0 : berwarna jingga (kondisi sangat asam).
 pH 0-8,2 : tidak berwarna (kondisi asam atau mendekati netral).
 pH 8,2-12 : berwarna pink keunguan (kondisi basa).
 pH > 12 : tidak berwarna (kondisi sangat basa).
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin
dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan
sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara
melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titrasi asam basa
dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan pengamatan
dengan indikator bila pH pada titik ekuivalen 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam
pada titirasi asam atau basa lemah, jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan
perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104 .pH berubah secara drastis bila
volume titrannya. Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu molekul ke molekul
lain. Dalam air proton biasanya tersolvasi sebagai H30. Reaksi asam basa bersifat
reversibel. Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa, pH dan perubahan warna indikator
tergantung secara tidak langsung pada temperature (Apriani, et al, 2016).
BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan praktkum ini dilakukan di Laboraturium Kimia Dasar POLITEKNIK AHLI
USAHA PERIKANAN, yang dilaksanakan pada hari 18 November 2022.

3.2 Alat
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah : corong, statif, buret 50 ml, pipet
volume 25 ml, gelas ukur 25 ml, erlenmeyer 250 ml.

3.3 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah : larutan NaOH 0,1 M, larutan HCI, indikator
fenolftalein.

3.4 Prosedur Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum kali ini sebagai berikut:
1. Disiapkan buret kering 50 ml dan pasangkan corong pada bagian mulut buret
2. Dimasukan larutan standar NaOH 0.1 M melebihi volume buret
3. Dibuka kran buret dan keluarkan NaOH agar semua bagian buret terisi NaOH 0.1 M.
Pastikan tidak ada gelembung udara, terutama dibagian bawah buret.
4. Ditepatkan miniskus NaOH 0.1 M pada buret menjadi 0 ml
5. Dimasukan 25 ml HCl yang konsentrasinya tidak diketahui kedalam Erlenmeyer.
6. Ditambahkan 2-3 tetes larutan indikator fenolftalein.
7. Dilakukan titrasi dengan meneteskan NaOH 0.1 M secara perlahan-lahan ke
dalam erlenmeyer sampai larutan HCl berubah warna.
8. Dicatat berapa volume larutan standar yang terpakai.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan


Adapun hasil dari titrasi yaitu : didapatkan larutan NaOH 25 ml dan larutan HCL 10,7
ml. Titrasi asam basa adalah metode analisa volumetri/titrimetri yang berdasarkan pada
reaksi netralisis antara ion hidrogen dari asam dan ion hidroksida dari basa yang
membentuk molekul air, hal tersebut disebut juga dengan titrasi nertalisis. Pada titrasi asam
basa melibatkan larutan asam ataupun basa sebagai titer maupun titrant. Titrasi asam basa
menurut reaksi penetralan yaitu kadar larutan asam dutentukan menggunakan larutan basa
atau sebaliknya. Titran ditambahkan ke titer sedikit-sedikit hingga keadaannya ekuivalen
(tepat habis bereaksi), keadaan ini disebut “titik ekuivalen”. Disaat sudah mencapai titik
ekuivalen titrasi dihentikan, dan kita dapat megetahui volume titer yang digunakan untuk
mencapai keadaan ekuivalen. Dengan data voulme titran, volume serta konsentrasi kita dapat
menghitung kadar dari titran. Untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa kita
dapat menggunakan indikator larutan yang mempunyai warna yang berbeda tergantung
pH larutan, yang digunakan pada praktikum kali ini indikator yang digunakan adalah
indikator Fenolftalein, dengan indikator ini apabila titrasi sudah mencapai titik ekuivalen
larutan akan berubah menjadi warna merah 8 muda. Berat ekuivalen pada titrasi (BE)
merupakan banyaknya zat yang dapat melepaskan/mengikat 1 mol ion hidrogen atau 1
mol ion hidroksida. Dalam reaksi asam basa, setiap senyawa melepasakan/menerima atom
hidrogen (Indayatmi, 2020).
Mencari hasil titrasi dengan rumus :

M.HCL x V.HCL = M.NaOH x V.NaOH

M.HCL = 0,1

V.HCL = 10,7

M.NaOH = ?

V.NaOH = 25 ml

Perhitungan :

M.HCL x V.HCL = M.NaOH x V.NaOH


0,1 x 10,7 = M.NaOH x 25
M.NaOH = 0,1 x 10,7 / 25
= 0,042
BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembuatan paper ini yaitu :

1. Titrasi asam basa adalah metode analisa volumetri/titrimetri yang berdasarkan


pada reaksi netralisis antara ion hidrogen dari asam dan ion hidroksida dari basa
yang membentuk molekul air, hal tersebut disebut juga dengan titrasi nertalisis.
2. Titrasi dibedakan menjadi asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri merupakan reaksi
penetralan yang menggunakan larutan baku asam sebagai titran, sedangkan
alkalimetri merupakan reaksi penetralan yang menggunakan larutan baku basa
sebagai titran.
3. Hasil titrasi didapatkan 0,042
DAFTAR PUSTAKA

Aghisna, Dewi, dkk., 2017. Komparasi Kemampuan Psikomotorika Mahasiswa Reguler


dengan PAPK pada Percobaan Titrasi Asam Basa. Artikel Pendidikan Kimia. Pp.
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.
Andriani, R. 2016. Pengenalan Alat-alat Laboratorium Mikrobiologi untuk Mengatasi
Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal Mikrobiologi. Vol 1 No. 1:
Hal 3-7.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Day, Underwood. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Aghisna, Dewi, dkk., 2017. Komparasi Kemampuan Psikomotorika Mahasiswa Reguler
dengan PAPK pada Percobaan Titrasi Asam Basa. Artikel Pendidikan Kimia. Pp.
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.
Andriani, R. 2016. Pengenalan Alat-alat Laboratorium Mikrobiologi untuk Mengatasi
Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal Mikrobiologi. Vol 1 No. 1:
Hal 3-7.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Day, Underwood. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Indra Kusuma, Wahid, dkk. 2013. Pengaruh Konsentrasi NaOH yang Berbeda Terhadap
Mutu Agar Rumput Laut Gracilaria verrucosa. Journal of Marine Research. Vol 2 No.
2: Hal 120-129.
Keenan Kleinfelter, Wood dan Pudjaatmaka, A.H. 1980. Kimia untuk Universitas. Jakarta:
Erlangga.
Mustafa, rahmad. 2007. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta: Gramedia
Padmaningrum, Regina T. 2013. Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat. Jurnal Pendidikan
Kimia. Pp. Hal 1-7.
Rohman, A dan Gandjar, I. G. 2008. Kimia Farmasi Analisis Cetakan Kedelapan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Untari, Budi, dkk., 2020. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan Kandungan Jenis Asam
Lemak dalam Minyak yang Dipanaskan dengan Metode Titrasi Asam Basa dan
Kromatografi Gas. Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi. Vol 1: Hal 1-10.

Anda mungkin juga menyukai