Anda di halaman 1dari 13

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Dasar dengan judul “Pembuatan


Larutan”, disusun oleh:
nama : Imanuel Iglesyas Rappun
nim : 1812042011
kelas : Pend. Fisika (A)
kelompok : IV (empat)
telah diperiksa dan dikonsultasikan kepada Asisten dan Koordinator Asisten maka
dinyatakan diterima.

Makassar, Oktober 2018

Koordinator Asisten Asisten

Nurfadilah Adam Maryella Oktafrilly Lethe


NIM. 1413142002 NIM. 1413442003

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Pince Salempa, M.Si


NIP.19571220 198602 2 001
A. JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan Larutan

B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu
zat terlarut dari kristalnya.
2. Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu
zat terlarut dari larutan yang lebih besar konsentrasinya.

C. LANDASAN TEORI
Zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Zat tersusun
atas partikel-partikel yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Susunan dan sifat partikel setiap zat berbeda-beda. Susunan dan sifat
partikel sangat menentukan wujud zat. Zat cair mempunyai sifat bentuk
berubah-ubah dan volumenya tetap ( Putri, dkk, 2017 : 147)
Sistem homogen yang mengandung dua zat atau lebih dikenal sebagai
larutan (Oxtoby, dkk, 2001:153). Suatu campuran dikatakan homogen karena
susunannya seragam sehingga tidak teramati adanya bagian-bagian yang
berlainan, bahkan dengan mikroskop optik. Larutan (solution) terdiri atas zat
pelarut (solvent) dan satu atau lebih zat terlarut (solute). Pelarut adalah medium
tempat suatu zat lain melarut. Pelarut dikenal juga sebagai zat pendispersi, yaitu
tempat menyebarnya partikel-partikel zat terlarut. Zat terlarut adalah zat yang
terdispersi didalam pelarut (Sumardjo 2009 : 489). Pelarut dipandang sebagai
“pembawa” atau medium bagi zat terlarut, yang dapat berperan serta dalam
reaksi kimia dalam larutan atau meninggalkan larutan karena pengendapan atau
penguapan (Oxtoby, dkk, 2001:153)
Fase larutan yaitu solvent atau solute dapat berupa gas, zat cair, atau zat
padat. Semua gas dapat bercampur dengan sesamanya. Oleh karena itu, semua
campuran gas adalah larutan. Cairan pada umumnya dapat melarutkan berbagai
macam padatan, cairan lain, dan gas membentuk larutan. Larutan padat,
misalnya emas emas 22 karat yang merupakan campuran homogen emas dengan
perak atau logam lain. Larutan yang berwujud cair merupakan bentuk yang
paling umum dikenal.
Perbedaan antara pelarut dan zat terlarut sebenarnya relatif. Suatu zat pada
saat tertentu dapat berupa zat terlarut dan pada saat yang lain berupa zat pelarut.
Biasanya kita menyebut zat yang paling banyak sebagai pelarut dan yang sedikit
sebagai zat terlarut. Misalnya dalam alkohol 15%, alkohol merupakan zat
terlarut dan air merupakan pelarut. Dalam alkohol 80%, alkohol merupakan
pelarut dan air merupakan zat terlarut (Sumardjo 2009:489).
Menurut Oxtoby, dkk (2001:165) Tekanan uap pelarut tidak nol dan
berubah menurut komposisi larutan pada suhu tertentu. Jika fraksi mol pelarut
(X1) adalah 1, maka tekanan uapnya ialah P12, yaitu tekanan uap pelarut murni
pada suhu eksperimen itu. Bila (X1) mendekati nol (memberikan zat terlarut
murni), maka tekanan uap P1merosot dari P12 menjadi 0. Untuk beberapa
larutan, plot dari tekanan uap pelarut versus fraksi mol pelarut dapat sangat tepat
dengan garis lurus yang dikenal dengan hukum Raoult. Larutan yang mengikuti
hubungan garis lurus sesuai dengan persamaan : P1 = X1P10 disebut larutan ideal.
Larutan lain menyimpang dari perilaku garis lurus dan disebut larutan nonideal.
Larutan non ideal dapat menunjukkan penyimpangan positif (dengan tekanan
uap lebih tinggi daripada yang diprediksi oleh hukum Raoult) atau
penyimpangan negatif (dengan tekanan uap ebih rendah). Pada tingkat molekul,
penyimpangan negatif muncul bila zat terlarut menarik molekul pelarut dengan
sangat kuat, sehingga mengurangi kecenderungan untuk lari ke fasa uap.
Penyimpangan positif muncul pada kasus kebalikannya, yaitu bila molekul
pelarut dan zat terlarut tidak saling tarik menarik satu sama lain. Bahkan larutan
nonideal dengan zat terlarut yang tidak berdisosiasi mendekati hukum Raoult X1
mendekati 1 : bagaimanapun, ini sama seperti gas nyata mematuhi gas ideal pada
rapatan yang cukup rendah. Keempat sifat larutan encer yang bergantung pada
efek kolektif jumlah partikel terlarut adalah:
1. Penurunan tekanan uap
∆P1 = P1 - P01 = X1P01 - P01= -X2P01
Perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol
zat terlarut. Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan uap : tekanan
uap selalu lebih rendah diatas larutan encer dibandingkan diatas pelarut
murninya.
2. Peningkatan titik didih
Titik didih normal cairan murni atau larutan ialah suhu pada saat
tekanan uap mencapai 1 atm. Karena zat terlarut merupakan tekanan uap,
maka suhu larutan harus dinaikkan agar ia mendidih. Artinya, titik didih
larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarut murni. Gejala ini yang biasa
disebut sebagai peningkatan titik didih, merupakan metode alternatif untuk
menentukan masa molar.
3. Penurunan titik beku
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih.
Disini kita hanya mempertimbangkan kasus jika padatan pertama yang
mengkristal dari larutan adalah pelarut murni. Jika zat terlarut mengkristal
bersama pelarut, maka situasinya akan lebih rumit pelarut murni padat
berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut,
sebagaimana ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan demikian pula,
berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Jika
pelarut padat dan pelarut dalam larutan berada bersama-sama, mereka harus
memiliki tekanan uap yang sama. Ini berarti bahwa suhu beku larutan dapat
diidentifikasi sebagai suhu ketika kurva tekanan uap pelarut padat
murninya berpotongan dengan kurva larutan.
4. Tekanan osmotik
Tekanan pada sisii larutan dari membran lebih besar daripada
tekanan atmosfer pada permukaan pelarut murni, yaitu sebesar tekanan
osmotik yang dirumuskan p = pgh.

Menurut Oxtoby, dkk (2001:157) tidak seperti senyawa, larutan memiliki


komponen dalam proporsi tertentu dan tidak dapat dinyatakan dengan rumus
kimia. Persamaan untuk reaksi pelarutan tidak melibatkan pelarut sebagai
reaktan. Persamaan ini menyatakan keadaan awal zat terlarut dalam tanda
kurung di ruas kiri persamaan dan pernyataan pelarut yang digunakan dalam
tanda kurung di ruas kanan.

Menurut Sumardjo (2009:489) jumlah zat dalam larutan dinyatakan sebagai


kepekatan. Larutan pekat adalah larutan yang memiliki kepekatan tinggi, yaitu
larutan yang mengandung cukup banyak zat terlarut per satuan jumlah larutan.
Larutan encer adalah larutan yang memiliki kepekatan rendah, yaitu larutan yang
didalamnya mengandung sedikit zat terlarut. Larutan jenuh adalah larutan yang
mengandung jumlah zat terlarut dalam jumlah maksimum. Pada larutan jenuh
terdapat kesetimbangan antara partikel yang melarut dan partikel yang tidak
melarut. Larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah lebih sedikit
dibandingkan dengan kemampuan pelarutnya disebut larutan tidak jenuh
(unsaturated solution), sedangkan larutan yang mengandung zat terlarut dengan
jumlah lebih banyak dari kemampuan pelarutnya disebut larutan lewat jenuh
(super saturated solution).

Kita mengatakan suatu pelarutan jika suatu bentuk kering dari suatu obat
harus ditambahkan dengan sejumlah bahan-bahan tambahan (mis., aquades).
Cara-cara pelarutan dapat dilakukan. Jadi anda harus melarutkan cairan itu
sendiri. Pelarutan obat-obat yang diberikan dalam bentuk bubuk tidak akan
berbeda banyak dalam teknik menghitung dengan cara sebelumnya. Kita
melakukan pengenceran jika suatu cairan yang diberikan bersama sejumlah
cairan lain. Pengenceran yang terjadi kemudian mempunyai konsentrasi tertentu
dari cairan yang diberikan tadi. Pengenceran dari berbagai cairan, seperti
alkohol, hibitan, zat-zat pembersih, larutan peroksida dapat dilakukan dengan
bebas. (Stevens, dkk, 1999 : 352).

Menurut Sinaga, dkk (2009:2), katalisator padat yang dikontakkan ke dalam


larutan dianggap satu fase dengan reaktan, sehingga dapat disebut sebagai reaksi
homogen semu. Hal ini didasari oleh NPMIDA (Neophosphonomethyl
Iminodiacetic Acid) dan katalis padat dengan pelarut air dicampur sehingga
melarut dengan adanya pengadukan.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Neraca analitik 1 buah
b. Labu takar 50 ml 3 buah
c. Gelas kimia 50 ml 1 buah
d. Batang pengaduk 1 buah
e. Labu semprot 1 buah
f. Pipet tetes 1 buah
g. Pipet ukur 25 ml 1 buah
h. Corong 1 buah
2. Bahan
a. Natrium Hidroksida padat(NaOH) 6 M
b. Larutan Asam Klorida (HCl) 6 M
c. Aquades (H2O)

E. PROSEDUR KERJA

1. Pembuatan Larutan NaOH 2 M dari Kristal (zat padat)


a. Massa NaOH yang akan dipakai untuk membuat membuat50 ml larutan
NaOH 2 M.
b. Padatan NaOH ditimbang sebanyak yang telah dihitung pada gelas kimia 50
ml (terlebih dahulu gelas kimia kosong ditimbang).
c. Padatan NaOH yang telah ditimbang dilarutkan dengan aquades , diaduk
hingga larut.
d. Padatan NaOH yang telah dilarutkan dimasukkan ke dalam labu takar 50
ml, kemudian gelas kimia dibilas dengan aquades dan air bilasan
dimasukkan ke dalam labu takar.
e. Aquades ditambahkan dengan botol semprot sebelum tanda batas.
Kemudian dengan menggunakan pipet tetes ditambahkan setetes demi
setetes sampai berimpit dengan tanda batas. Larutan dikocok dengan cara
labu takar dibolak-balik.

2. Pembuatan larutan HCl 2 M, 1M dan 0,1 M dari larutan HCl 6 M


a. Volume HCl 6 M yang akan diambil untuk membuat 50 ml larutan HCl 2
M dihitung.
b. Volume HCl diukur sebanyak 17 ml dengan menggunakan pipet ukur dan
dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml.
c. Aquades ditambahkan dengan botol semprot sebelum tanda batas.
Kemudian dengan menggunakan pipet tetes ditambahkan setetes demi
setetes sampai berimpit dengan tanda batas. Larutan dikocok dengan cara
labu takar dibolak-balik.
d. Volume HCl 2 M yang akan diambil untuk membuat 50 ml larutan HCl 1
M dihitung.
e. Volume HCl diukur sebanyak 25 ml dengan menggunakan pipet ukur dan
dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml.
f. Aquades ditambahkan dengan botol semprot sebelum tanda batas.
Kemudian dengan menggunakan pipet tetes ditambahkan setetes demi
setetes sampai berimpit dengan tanda batas. Larutan dikocok dengan cara
labu takar dibolak-balik.
g. Volume HCl 1 M yang akan diambil untuk membuat 50 ml larutan HCl 0,1
M dihitung.
h. Volume HCl diukur sebanyak 5 ml dengan menggunakan pipet ukur dan
dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml.
i. Aquades ditambahkan dengan botol semprot sebelum tanda batas.
Kemudian dengan menggunakan pipet tetes ditambahkan setetes demi
setetes sampai berimpit dengan tanda batas. Larutan dikocok dengan cara
labu takar dibolak-balik.

F. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Pembuatan larutan NaOH 2 M dari Kristal (zat padat) NaOH
No Aktivitas Hasil

1 Gelas kimia 50 mL ditimbang Massa = 34,4 gram

Gelas kimia 50 mL + Kristal NaOH Massa = 38,4 gram


2
ditimbang
4 gr kristal NaOH + Aquades (H2O)
3 Larutan panas dan keruh
diaduk

Larutan panas dan keruh dimasukkan


4 ke dalam labu takar 50 mL + Aquades Larutan tidak berwarna
(H2O)sampai tanda batas (kocok)

Tabel 2. Pembuatan larutan HCl 2 M, 1 M dan 0,1 M dari larutan HCl 6 M

No Aktivitas Hasil

16,6 mL Asam Klorida (HCl) 6 M + 50 mL Asam Klorida (HCl)


1 2 M tidak berwarna
Aquades (H2O)

25 mL Asam Klorida (HCl) 2 M + 50 mL Asam Klorida (HCl)


2 1 M tidak berwarna
Aquades (H2O)

5 mL Asam Klorida (HCl) 1 M + 50 mL Asam Klorida (HCl)


3
Aquades (H2O) 0,1 M tidak berwarna

G. ANALISIS DATA
1. Pembuatan larutan NaOH 2 M dari Kristal (zat padat) NaOH.
Massa NaOH yang digunakan
Dik. Molaritas NaOH =2M
Volume NaOH = 50 mL
Dit. Massa NaOH ....?
Penyelesaian:
M .V
n=
1000 mL
2 M . 50 mL
=
1000 mL
= 0,1 M
Massa = n . Mr
= 0,1 M x 40
= 4 gram
2. Pembuatan larutan HCl 2 M, 1 M, 0,1 M dari larutan HCl 6 M
a. Volume dari HCl 6 M
Dik. M1 HCl = 6 M
M2 HCl = 2 M
V2 HCl = 50 mL
Dit. V1 HCl ....?
Penyelesaian:
M1V1 = M2V2
6 M x V1 = 2 M x 50 mL
2 M x 50 mL
V1 =
6M
V1 = 16,6 mL
b. Volume dari HCl 2 M
Dik. M1 HCl = 2 M
M2 HCl = 1 M
V2 HCl = 50 mL
Dit. V1 HCl ....?
Penyelesaian:
M1V1 = M2V2
2 M x V1 = 1 M x 50 mL
1 M x 50 mL
V1 =
2M
V1 = 25 mL
c. Volume dari HCl 1 M
Dik: M1 HCl = 1 M
M2 HCl = 0,1 M
V2 HCl = 50 mL
Dit: V1 HCl ....?
Penyelesaian:
M1V1 = M2V2
1 M x V1 = 0,1 M x 50 mL
0,1 M x 50 mL
V1 =
1M
V1 = 5 Ml
H. PEMBAHASAN
Larutan merupakan campuran homogen dari dua zat atau lebih. Suatu
larutan terdiri dari zat terlarut dan zat pelarut. Pada percobaan ini, ada dua
perlakuan yang dilakukan, yaitu pada percobaan pertama adalah pembuatan
larutan dengan kristal NaOH yang dilakukan dengan cara palarutan, yaitu
melarutkan padatan NaOH dengan aquades lalu diaduk sampai benar-benar
larut. Reaksi yang terjadi adalah :
NaOH (s) + H2 O (l) Na+(aq) + OH-(aq)
Prinsip kerja dari percobaan ini adalah penimbangan dan pelarutan.
Penimbangan dilakukan dengan menimbang NaOH padat sebanyak 4 gram
sedangkan pelarutan adalah membuat larutan dari padatan murni dengan
mencampurkan zat terlarut dan pelarut dalam jumlah tertentu, sehingga
konsentrasinya tetap.
Pada saat mengaduk, larutan NaOH terasa panas, hal ini terjadi karena
adanya reaksi eksoterm, reaksi eksoterm terjadi ketika kalor mengalir dari
sistem ke lingkungan (terjadi penurunan entalpi), entalpi produk lebih kecil
daripada entalpi pereaksi. Oleh karena itu, perubahan entalpinya bertanda
negatif. Pada reaksi eksoterm umumnya suhu sistem menjadi naik, adanya
kenaikan suhu inilah yang menyebabkan sistem melepas kalor ke lingkungan.
Ketika NaOH dilarutkan kedalam aquades, terjadi perubahan warna, yaitu
awalnya larutan bewarna keruh, hal ini terjadi karena NaOH belum larut secara
sempurna. Namun setelah diaduk secara terus-menerus, larutan menjadi warna
bening, hal ini menandakan bahwa NaOH telah larut secara sempurna.
Kegiatan yang kedua adalah pembuatan larutan dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi yang lebih rendah dilakukan dengan cara pengenceran, yaitu
dengan cara mengencerkan larutan yang konsentrasinya tinggi menjadi larutan
yang konsentrasinya rendah dengan cara menambahkan aquades untuk
mengencerkan larutan. Pada proses pembuatan larutan HCl ini tidak terjadi
perubahan warna karena dalam pembuatan larutan HCl hanya proses
pengenceran saja dari larutan yang berkosentrasi tinggi. Pembuatan larutan
dilakukan secara bertahap, yaitu dari 6 M menjadi 2 M, dan 1 M menjadi 0,1 M
agar volume larutan yang akan diencerkan mudah diukur. Reaksi yang terjadi
adalah :
HCl (l) + H2 O (l) Cl-(aq) + H+(aq)
Untuk mengencerkan suatu larutan, perlu diketahui terlebih dahulu
konsentrasinya sebelum diencerkan sesuai dengan teori definisi dari larutan
induk, untuk membuat suatu larutan yang konsentrasinya lebih kecil dilakukan
dengan pengenceran larutan yang konsentrasinya lebih besar.
I. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pembuatan
larutan dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a) Pembuatan larutan dari proses pelarutan yang dibuat dari padatan NaOH
2 M dari 4 gram kristalnya yang dilakukan dengan prinsip penimbangan
dan pelarutan.
b) Pembuatan larutan dengan proses pengenceran yang dibuat dari larutan
HCl yang memiliki konsentrasi tinggi menjadi larutan HCl yang
berkonsentrasi rendah. Pembuatan HCl 2 M, 1 M, dan 0,1 M dapat
dibuat dari larutan yang lebih tinggi konsentrasinya atau larutan induk
yang didasarkan pada prinsip pengukuran dan pengenceran.
2. Saran
a) Diharapkan kepada laboran agar dapat menyediakan bahan yang baru
agar percobaan yang dilakukan berjalan sesuai yang diharapkan
b) Diharapakan untuk asisten agar lebih mengawasi dan mengontrol
praktikan agar tidak terjadi kesalahan selama proses praktikum
c) Diharapkan kepada praktikan agar melakukan pengamatan dengan
cermat dan teliti agar diperoleh hasil yang maksimal
d) Diharapakan untuk praktikan selanjutnya agar lebih memerhatikan
proses pencampuran bahan agar percobaan dapat berhasil.
DAFTAR PUSTAKA

Stevens, dkk. 1999. Ilmu Keperawatan Edisi 2 Jilid 2:

Oxtoby, D.W. dkk. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1.
Jakarta:Erlangga
Stevens dkk. 1999. Ilmu Keperawatan Edisi 2 Jilid 2. Jakarta:Buku Kedokteran
EGC
Taurusia Afos, Fanni, dkk. 2014. Optimasi Penentuan Fe(III), Co(II), dan
Cr(III)Secara Simultan Dengan Voltammetri Striping Adsorptif (AdSV)
Menggunakan Kalkon Sebagai Pengompleks: Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Andalas
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta:Buku Kedokteran EGC
Sinaga, Irmawaty,dkk. 2009. Kinetika Reaksi pada Pembuatan Glifosat dari N-
PMIDA (Neophosphonomethyl Iminodiacetic Acid) dan 𝐻2 𝑂2 dengan
Katalisator Pd/𝐴𝑙2 𝑂3

Anda mungkin juga menyukai