Anda di halaman 1dari 9

NAMA SATRIA ABIYYU R.

NIM 175100601111018
KELAS K
KELOMPOK K4

BAB II
PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN
TUJUAN:
Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu
Mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu
A. PRE-LAB
1. Jelaskan perbedaan molaritas, molalitas dan normalitas?
Molaritas adalah satuan konsentrasi dalam Systeme International (SI). Molaritas adalah
jumlah mol zat terlarut per liter zat pelarut. Satuan molaritas adalah mol/L atau molL-1. Jadi 1
mol zat terlarut apapun yang terlarut dalam 1 liter pelarut memiliki kosentrasi 1,0 mol/L
(James, 2008).
Molalitas adalah suatu cara lain untuk menyatakan konsentrasi sehingga diketahui
banyaknya partikel zat terlarut dalam sejumlahtertentu partikel pelarut adalah dalam satuan
molalitas. Molalitas dari suatu larutan adalah jumlah mol zat terlarut per kilogram pelarut
(Chang, 2007).
Normalitas suatu larutan menggambarkan banyaknya ekuivalen zat terlarut (solute) dalam
1 L larutan. N=ekuivalen solute/liter larutan =miliekuivalen solute/mililiter larutan. Ekuivalen
dan miliekuivalen adalah satuan yang menggambarkan banyaknya suatu spesi kimia sebagai
mana mol dan milimol. Konsep mol mungkin lebih dikenal dalam perhitungan -perhitungan
stoikiometri, sedangkan konsep ekuivalen lebih banyak digunakan dalam menyelesaikan
perhitungan dalam titrasi (Widiarto, 2009).
2. Jelaskan perbedaan satuan konsentrasi dalam molar (M), normal (N), %(b/v), %(v/v),
%(b/b), ppm,dan ppb !
Molar (M)
Satu molar, atau 1 M suatu larutan didefinisikan sebagai 1 mol suatu zat terlarut di dalam 1
liter larutan, atau 1 mmol zat itu terlarut dalam 1 ml larutan (Mulyono, 2012).
Normal (N)
Massa
=
BE x Volume
Konsentrasi normal berbanding lurus dengan massa dan berbanding terbalik dengan berat
ekuivalen dan volume (Mulyono, 2012).
%(v/v)
Merupakan simbol satuan dari persen volume, persen volume berbanding lurus dengan
volume zat terlarut dikali 100% dan berbanding terbalik dengan volume zat terlarut ditambah
volume pelarut dan bisa juga berbanding lurus dengan volume zat terlarut dikali 100% dan
berbanding terbalik dengan volume total larutan (Mulyono, 2012).
%(b/b)
Merupakan simbol satuan dari persen massa, persen massa berbanding lurus dengan massa
zat terlarut dikali 100% dan berbanding terbalik dengan massa zat terlarut di tambah massa
pelarut dan bisa juga persen massa berbanding lurus dengan massa zat terlarut dikali 100%
dan berbanding terbalik dengan massa total larutan (Mulyono, 2012).
Ppm
Merupakan simbol satuan dari bagian per juta (bpj). Untuk larutan, antar dua zat penyusunnya
dapat dinyatakan bahwa ppm berbanding lurus dengan bagian zat terlarut dikali 106 dan
berbanding terbalik dengan bagian zat terlarut ditambah bagian pelarut.
NAMA SATRIA ABIYYU R.
NIM 175100601111018
KELAS K
KELOMPOK K4
Untuk larutan dengan lebih dari dua zat penyusunnya satuan konsentrasi ppm dapat
dinyatakan bahwa ppm zat A berbanding lurus dengan zat terlarut dikali 106 dan berbanding
terbalik dengan total bagian larutan. Satuan ppm sering diterapkan untuk konsentrasi zat yang
kuantitasnya sangat kecil dalam campurannya terutama banyak dijumpai dalam analisis
mikro, analisis spektometri, atau pada pernyataan komposisi pencemar/racun (Mulyono,
2012).
%(b/v)
Merupakan simbol dari massa zat terlarut ( gram) yang memiliki persamaan massa zat terlarut
per 100 mililiter volume larutan dikali 100% (Mulyono, 2012).
ppb
memiliki persamaan massa zat terlarut (gram) per massa zat pelarut (gram) dikali
1000.000.000 (Mulyono, 2012).
3. Jelaskan perbedaan pengenceran larutan HCl dan H2SO4 dari larutan pekatnya!
Pengenceran larutan HCl dari larutan pekatnya yaitu dengan cara menambahkan air pada
HCl Pada pengenceran asam sulfat pekat, maka yang dilakukan adalah dengan cara
menambahkan asam sulfat pada aquades bukan sebaliknya. Hal ini disebabkan perbedaan
massa jenis kedua zat, sehingga air akan mengapung di atas asam sulfat karena massa
jenisnya lebih rendah. Oleh sebab itu jika pengenceran dilakukan dengan cara
menambahkan aqudes pada asam sulfat maka akan terjadi reaksi yang keras atau
mendidih, sama seperti air yang jatuh ke dalam minyak panas (Lestari, 2007).

B. TINJAUAN PUSTAKA
a) Pengertian dan Sifat Larutan (sitasi)
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen yaitu campuran yang memiliki
komposisi serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan terdiri dari satu atau
beberapa macam zat terlarut dan satu pelarut. Secara umum zat terlarut merupakan
komponen yang jumlahnya sedikit sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat
dalam jumlah banyak. Larutan yang mengandung dua komponen yaitu zat terlarut dan
pelarut disebut sebagai larutan biner (Widjajanti, 2007).
b) Pengertian Konsentrasi dan Perhitungan dalam Konsep Larutan (sitasi)
Konsentrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif
antara zat terlarut dan pelarut. Konsentrasi merupakan jumlah zat tiap satuan volume
(besaran intensif), larutan encer berupa jumlah zat terlarut sangat sedikit, dan larutan
pekat adalah jumlah zat terlarut sangat banyak. Cara menyatakan konsentrasi antara
lain bisa dengan molar, molal, persen, fraksi mol, bagian persejuta (ppm), dan lain-lain.
Untuk bagian persejuta (ppm) adalah massa komponen larutan (g) per 1 juta gram
larutan. Untuk pelarut air, 1 ppm setara dengan 1 mg/liter, sedangkan persen berat,
menyatakan jumlah gram berat zat terlarut dalam larutan 100 gram (Stocker, 2013).
Sifat larutan menurut Sutersna (2007) sebagai berikut tidak ada bidang batas antara
komponen-komponen penyusun, antara partikel solven dan solut tidak dapat
dibedakan, komponen yang paling banyak dianggap sebagai pelarut jika larutan
berbentuk cair maka air yang dianggap sebagai pelarut, dan komposisi di seluruh
bagian adalah sama.
c) Aplikasi Larutan Dalam Teknologi Pertanian (sitasi)
Larutan sangat berguna diberbagai bidang, di bidang teknologi pertanian Susila (2009)
memaparkan teknologi hidroponik sistem terapung (THST) merupakan metode
penanaman yang memanfaatkan kolam berukuran besar dengan volume larutan hara
yang besar pula, sehingga dapat menekan fluktuasi konsentrasi larutan hara. Dilihat
dari paparan tersebut larutan sangat dibutuhkan dan juga diperhitungkan untuk metode
THST itu sendiri.
NAMA SATRIA ABIYYU R.
NIM 175100601111018
KELAS K
KELOMPOK K4

C. DIAGRAM ALIR
1. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 0,1 M

Menyiapkan alat dan bahan

Menghitung konsentrasi larutan yang akan dibuat

NaCl sebanyak 0.585 gram


gram
Menimbang NaCl timbangan analitik

Diletakkan pada gelas beker

Dilarutkan dengan aquades secukupnya

Dipinndahkan larutan ke dalam labu ukur yang berukuran 100ml

Ditambahkan aquades hingga tanda batas pada labu ukur

Dihomogenkan

Hasil
NAMA SATRIA ABIYYU R.
NIM 175100601111018
KELAS K
KELOMPOK K4
2. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm

Menyiapkan alat dan bahan

NaCl ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik

Menambah NaCl sebanyak 10 mg

Diletakkan NaCl ke dalam gelas beker

Dilarutkan dengan aquades secukupnya

Dipindahkan larutan NaCl ke dalam labu ukur dengan ukuran 100 mL

Ditambahkan aquades dalam labu ukur

Hasil
NAMA SATRIA ABIYYU R.
NIM 175100601111018
KELAS K
KELOMPOK K4

3. Pembuatan 100 ml larutan etanol 10% (v/v)

Menyiapkan alat dan bahan (Etanol 96%)

Dihitung volume etanol dengan rumus pengenceran

Dipindahkan ke dalam labu ukur dengan ukuran 100ml

Aquade
ss
Ditambah hingga tanda batas

Dihomogenkan

Hasil
NAMA SATRIA ABIYYU R.
NIM 175100601111018
KELAS K
KELOMPOK K4

4. Pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v)

Menyiapkan alat dan bahan (gula pasir)

Ditimbang sebanyak 5 gr

Diletakkan dalam gelas beker

Ditambahkan aquades ke dalam gelas beker hingga larut

Dipindahkan larutan gula ke dalam labu ukur dengan ukuran 100ml

Ditambahkan aquades hingga tanda batas ukur

Dihomogenkan

Hasil
NAMA SATRIA ABIYYU R.
NIM 175100601111018
KELAS K
KELOMPOK K4

5. Pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32%

Menyiapkan alat dan bahan

Dihitung konsentrasi HCl 32% dan volume yang dibutuhkan

Konsentrasi 32% dalam (M)

Dihitung volume HCl yang akan diambil dengan rumus pengenceran

Larutan HCl 32%

Diletakkan dalam labu ukur yang berukuran 100ml

Aquades

Ditambahkan hingga tanda batas

Kocok hingga homogen

Hasil
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymon 2007. General Chemistry The Essential Concept. Jakarta: Erlangga.
HAM, Drs. Mulyono M.Pd. 2012. Membangun Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: Bumi
Aksara.
James, Joyce, Colin Baker, dan Helen Swain. 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk Kperawatan.
Diterjemahkan oleh: dr. Indah Retno Wardhani. Jakarta: Erlangga.
Lestari, Fatma. 2007. Bahaya Kimia Sampling dan Pengukuran Kontaminan di Udara. Jakarta:
EGC.
Stocker, Stephen. 2013. General, Organic, and Biological Chemistry. Haboken: Hungry Minds.
Susila, Anas D.. 2009. Teknologi Hidroponik Siatem Terapung (THST) Untuk Menghasilkan
Sayuran Berkualitas. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.
Sutersna, Nana. 2007. Kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Widiarto, Sonny. 2009. Kimia Analitik.
Widjajanti, Endang. 2007. Sifat Larutan Biner Non Elektrolit. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Anda mungkin juga menyukai