Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaksi kimia biasanya antara dua campuran zat reaksi kimia telah mempengaruhi
kehidupan kita. Adapun contoh di kehidupan kita sehari-hari yang menggunakan
reaksi kimia seperti, nitrogen dan hidrogen bergabung membentuk amonia yang
digunakan sebagai pupuk. padi tanaman dalam daun disintesis dan oleh pengaruh
dari adanya sinar matahari. Bahan bakar dihasilkan oleh minyak bumi. Makanan
yang kita konsumsi setiap saat setelah dicerna kemudian diubah menjadi tenaga
titik hampir seluruhnya menggunakan reaksi kimia.

Pelajaran yang berkaitan dengan reaksi kimia biasanya dikenal sebagai


stoikiometri. Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu stoicean (unsur) dan
metrein ( mengukur). Stoikiometri berarti mengukur unsur-unsur dalam hal ini
adalah penilai atom ion, molekul yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang
terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas
produk dan reaktan dalam reaksi kimia. Perhitungan stoikiometri paling baik
dikerjakan dengan menyatakan kuantitas yang diketahui dan yang tidak diketahui
dalam mol dan kemudian Bila perlu dikonversi menjadi satuan lain. Pada
praktikum kimia secara geometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu
kimia.

Stoikiometri dapat dipelajari dengan mudah, yakni dengan metode variasi


kontinu. Pada metode ini dilakukan serangkaian pengamatan yang kuantitas
molarnya sama tetapi masing-masing molar pereaksinya berubah-ubah
(bervariasi). Sifat fisika tertentu dipilih untuk diperiksa seperti misalnya masa,
volume, suhu atau daya serap titik perubahannya digunakan untuk meramal
stokiometri sistem dan grafik alurnya dari sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi,
akan diperoleh. maksimum atau minimum sesuai titik stoikiometri sistem yang
menyatakan perubahan reaksi pereaksi dalam senyawa.

Oleh karena itu percobaan stoikiometri ini dilakukan dan diharapkan praktikan
dapat mengerti tentang. maksimum dan titik minimum sistem NaOH-HCL reaksi
stoikiometri dan non stoikiometri pada percobaan 1, dan reaksi stoikiometri dan
non stoikiometri pada percobaan 2.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui titik maksimum dan minimum pada stoikiometri.
b. Untuk mengetahui titik maksimum dan minimum pada stoikiometri.
c. Untuk mengetahui reaksi stoikiometri dan non stoikiometri pada percobaan
dua.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Metode stoikiometri adalah Perhitungan jumlah partikel dalam suatu reaksi kimia dan
keterkaitannya dengan massa atau volume partikel dan hasil reaksi. sebagai contoh,
dari massa atau volume suatu sampel kita dapat mengkonversi dan menghitung
jumlah partikel (dapat berupa Atom ion atau molekul) dengan sifat dan perbandingan
tertentu dimana massa molekul relatif (Mr) sama dengan jumlah massa atom relatif
penyusunnya (Mulyanti, 2015).

Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam


senyawa dalam pembentukan senyawa nya. Pada perhitungan kimia secara
stoikiometri, biasanya diperlukan hukum hukum dasar ilmu kimia (Brady,1986).

Berdasarkan (syukri,1999), hukum dasar ilmu kimia adalah :


1. Hukum kekekalan massa
Hukum kekekalan masa ditentukan oleh Antonio Lauren Lavoiser (1785) yang
berbunyi masa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama.
2. Hukum perbandingan tetap.
Sekitar 1800 joseph louis masukkan penelitian tentang hubungan masa unsur-
unsur yang membentuk senyawa tetap. Kemudian lahir hukum proust atau hukum
perbandingan tetap yang berbunyi "setiap senyawa terbentuk dari unsur-unsur
dengan perbandingan tetap."
3. Hukum perbandingan ganda
Jhon Dalton tahun 1804 adalah orang yang pertama kali meneliti kasus adanya
perbandingan tertentu suatu unsur-unsur yang dapat membentuk senyawa lebih
dari satu, yang dikenal dengan nama hukum perbandingan tetap. Hukum
perbandingan ganda yang berbunyi " apabila dua unsur dapat membentuk lebih
dari suatu senyawa, masa salah satu unsur tersebut tetap (sama) maka
perbandingan masa unsur yang lain dalam senyawa senyawa tersebut merupakan
bilangan bulat dan sederhana.
4. Hukum perbandingan volume.
Pada tahun 1808 ilmuwan perancis joseph louis gray lussac brazil melakukan
percobaan tentang volume gas yang terlibat pada berbagai reaksi dengan
menggunakan berbagai macam gas. Dia menyimpulkan bahwa pada suhu dan
tekanan yang sama, volume gas gas yang bereaksi dan volume gas beresolusi
reaksi berbanding sebagai bilangan bulat sederhana.
5. Hukum Avogadro
Hukum Avogadro dicetuskan oleh seorang ahli fisika italia yang bernama amideo
avogadro pada tahun 1811. Hukum tersebut menyatakan "bahwa gas-gas yang
volumenya sama, jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama akan memiliki
jumlah molekul yang sama pula."

Reaksi pembatas adalah prediksi yang habis dahulu apabila zat-zat yang dilakukan
tidak equivalen, maka jumlah reaksi bergantung pada jumlah pada aksi yang habis
terlebih dahulu. Reaksi sisa merupakan reaksi dan yang tidak habis ketika bereaksi
dan masih bersisa. Hubungan antara suhu dan reaksi stoikiometri adalah suhu akan
mencapai titik maksimum atau nilai maksimum apabila reaksi tersebut adalah reaksi
stoikiometri (Hiskia, 1991).

Reaksi stoikiometri adalah suatu pereaksi yang jika akan direalisasikan akan habis
tanpa sisa dan untuk reaksi non stoikiometri adalah reaksi yang jika di reaksi kan
akan bersisa. Titik maksimum ada titik di mana ketika reaksi mencapai keadaan
stoikiometri dan jika titik minimum adalah titik di mana reaksi mencapai keadaan non
stoikiometri. Pada reaksi stoikiometri terdapat reaksi eksoterm dan reaksi endoderm.
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan kalor atau energi dari sistem ke
lingkungan, sedangkan reaksi endoderm reaksi yang memerlukan kalor atau energi
dari lingkungan ke sistem (Mulyanti, 2015).
Jumlah pereaksi pembatas yang ada pada awal reaksi menentukan hasil teoritis
(theoritical yeid) dari reaksi tersebut, yaitu jumlah produk yang akan terbentuk jika
seluruh dari pereaksi pembatas terpakai pada reaksi. Jadi, hasil dari teoritis adalah
hasil maksimum yang didapat, seperti yang diprediksi dari persamaan yang setara.
Pada praktikum, jumlah produk yang didapat hampir selalu lebih kecil daripada hasil
teoritis. Perhitungan hasil teoritis ini atau bisa disebut persen yeird (Zumdalh, 2009).

Dari persamaan reaksi yang sudah setara dapat dihitung banyaknya pereaksi dan hasil
reaksi. Perhitungan ini dilakukan dengan melihat angka perbandingan mol (koefisien
reaksi) dari pereaksi dan hasil reaksi. Dalam praktik baik skala laboratorium maupun
di dunia industri kimia, tidak semua pereaksi dapat bereaksi. Salah satu pereaksi
habis bereaksi sedangkan pereaksi lain berlebihan dan dibiarkan bersisa. Pereaksi
yang habis pereaksi ini disebut reaksi pembatas, karena membatasi kemungkinan
reaksi itu untuk terus berlangsung. Jadi, hasil reaksi yang terbentuk hanya ditentukan
oleh pereaksi pembatas tersebut (Mulyanti, 2015).

Bahan larutan NaOH memiliki berat molekul 40 g/mol. NaOH bersifat korosif yang
berarti merusak jaringan hidup jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan
uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam
pH < 2 dan basa pH >11,5 ditandai sebagai bahan korosif. NaOH juga parah dan
dapat juga menyebabkan iritasi atau luka bakar yang sangat serius. NaOH memiliki
massa molar sebesar 39,8871 g/mol, massa jenis sebesar 2,1 g/cm³, zat padat
berwarna putih, titik lebur 318°C Atau 591 k dan titik didih 1390°C (1664k), larut
dalam air atau pelarut, memiliki sifat mudah terbakar, mudah reaktif dengan oksidator
dan logam. Sifat fisik dari H2SO4 berbentuk cairan, tidak berwarna, titik didih 270°C,
berat molekul 98.08 g/mol, sifat kimia dari H2SO4 adalah mudah larut dalam air
dengan pembebasan banyak panas dan larut dalam etil alkohol. Sifat fisik hotel
adalah massa atom 3645 massa jenis 3,21 g/cm³, titik leleh -101°C dan sifat kimia
nya dapat larut dalam alkali hidroksida, merupakan oksidator kuat, racun bagi
pernapasan. Sifat fisik akuades adalah berbentuk cairan tidak berwarna titik didih
100°C berat molekul 18,02 g/mol tekanan uap 2.3 kpa dan sifat kimia nya adalah
memiliki ph 7 dan tidak beracun (Mulyanti, 2015).

Jumlah stoikiometri (stoichiometric amount) yang tepat, yaitu dalam perbandingan


yang ditunjukkan oleh persamaan yang setara. Karena tujuan reaksi adalah
menghasilkan kuantitas maksimum senyawa yang berguna dari sejumlah tertentu
material awal, seringkali satu reaktan dimasukkan dalam jumlah berlebih untuk
menjamin bahwa reaktan yang lebih mahal seluruhnya diubah menjadi produk yang
diinginkan. Reaktan yang pertama kali habis digunakan pada reaksi kimia disebut
pereaksi pembatas (linking reagent) karena jumlah maksimum produk yang terbentuk
tergantung pada berapa banyak jumlah awal dari produk yang dapat terbentuk.
Pereaksi berlebih (excess reagent) adalah pereaksi yang terdapat dalam jumlah lebih
besar daripada yang diperlukan untuk bereaksi dengan sejumlah tertentu pereaksi
pembatas (Chang, 2005).

Dalam ilmu kimia, molaritas (disingkat M), molaritas suatu larutaan menyatakan
jumlah mol suatu zat per liter larutan. Umumnya, konsentrasi larutan berair encer
dinyatakan dalam satuan molar. Keuntungan menggunakan satuan molar adalah
kemudahan perhitungan dalam stoikiometri, karena konsentrasi dinyatakan dalam
jumlah mol (sebanding dengan jumlah partikel yang sebenarnya). Kerugian
penggunaan satuan ini adaah ketidaktepatan dalam pengukuran volume. Selain itu,
volume suatu cairan berubah sesuai suhu, sehingga molaritas larutan dapat beruabh
tanpa menambahkan atau mengurangi zat apapun (Viktorius, 2012).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
a. Gelas kimia 100 mL
b. Gelas kimia 50 mL
c. Gelas kimia 10 mL
d. Gelas ukur 25 mL
e. Termometer
f. Stopwatch

3.1.2 Bahan
a. Larutan NaOH 1 M
b. Larutan HCl 1 M
c. Larutan H2SO4 1 M
d. Akuades

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Stoikiometri Sistem NaOH-HCl
a. Dimasukkan ke dalam gelas kimia 10 ml secara bergantian berturut-turut dalam
larutan NaOH 0,1 M volume 2,5 ml, 5 ml 7,5 ml, 10 ml, dan 12,5 ml kemudian
diukur masing-masing suhunya.
b. Di masukkan larutan HCl 0,1 M ke dalam gelas kimia berturut-turut dengan
volume 12,5 ml, 10 ml, 7,5 ml, 5 ml, dan 2,5 ml, kemudian diukur masing-
masing suhunya.
c. Dicampurkan larutan HCl ke dalam naoh sehingga volume campurannya
menjadi 15 ml dan diukur suhu campuran tersebut.
3.2.1 Stoikiometri Sistem NaOH-H2SO4
a. Dimasukkan ke dalam gelas kimia 10 mili secara bergantian larutan berturut-
turut NaOH 0,1 M volume 2,5 ml, 5 ml, 7,5 ml, 10 ml, dan 12,5 ml, kemudian
diukur masing-masing suhunya.
b. Di masukkan larutan H2SO4 ke dalam gelas kimia berturut-turut dengan volume
12,5 ml, 10 ml, 7,5 ml, 5 ml, dan 2,5 ml, kemudian diukur masing-masing
suhunya.
c. Dicampurkan larutan H2SO4 ke dalam NaOH sehingga volume campurannya
menjadi 15 ml dan diukur suhu campuran larutan tersebut .
.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan


4.1.1 Sistem NaOH-HCl
Tabel 4.1.1 Sistem NaOH-HCl
ml Suhu
No. ml HCl Suhu NaOH Suhu HCl
NaOH Campuran
1 2,5 12,5 24 25 29
2 5 10 24 29 30
3 7,5 7,5 24 29 30
4 10 5 24 29 31
5 12,5 2,5 24 29 30

4.1.2 Sistem NaOH-H2SO4


Tabel 4.1.1 Sistem NaOH- H2SO4
ml Suhu
No. ml H2SO4 Suhu NaOH Suhu H2SO4
NaOH Campuran
1 2,5 12,5 22 29 29
2 5 10 22 29 30
3 7,5 7,5 22 29 30
4 10 5 22 29 29
5 12,5 2,5 22 29 29

4.2 Reaksi
4.2.1 Sistem NaOH-HCl
NaOH + HCl → NaCl + H2O
4.2.1 Sistem NaOH-H2SO4
2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2H2O

4.3 Perhitungan
4.3.1. Sistem NaOH-HCl
1. Mol NaOH = V NaOH x M NaOH
= 2,5 x 1
= 2,5 mmol
Mol HCl = V HCl x MHCl
= 12,5 x 1
= 12,5 mmol
NaOH + HCl → NaCl + H2O
m : 2,5 12,5 - -
r : 2,5 2,5 2,5 2,5
s : - 10 2,5 2,5
Pereaksi pembatas = NaOH
Pereaksi sisa = HCl
2. Mol NaOH = V NaOH x M NaOH
=5x1
= 5 mmol
Mol HCl = V HCl x MHCl
= 10 x 1
= 10 mmol
NaOH + HCl → NaCl + H2O
m : 5 10 - -
r : 5 5 5 5
s : - 5 5 5
Pereaksi pembatas = NaOH
Pereaksi sisa = HCl
3. Mol NaOH = V NaOH x M NaOH
= 7,5 x 1
= 7,5 mmol
Mol HCl = V HCl x MHCl
= 7,5 x 1
= 7,5 mmol

NaOH + HCl → NaCl + H2O


m : 7,5 7,5 - -
r : 7,5 7,5 7,5 7,5
s : - - 7,5 7,5
Pereaksi pembatas = -
Pereaksi sisa =-
4. Mol NaOH = V NaOH x M NaOH
= 10 x 1
= 10 mmol
Mol HCl = V HCl x MHCl
=5x1
= 5 mmol
NaOH + HCl → NaCl + H2O
m : 10 5 - -
r : 5 5 5 5
s : 5 - 5 5
Pereaksi pembatas = HCl
Pereaksi sisa = NaOH
5. Mol NaOH = V NaOH x M NaOH
= 12,5 x 1
= 12,5 mmol
Mol HCl = V HCl x MHCl
= 2,5 x 1
= 2,5 mmol
NaOH + HCl → NaCl + H2O
m : 12,5 2,5 - -
r : 2,5 2,5 2,5 2,5
s : 10 - 2,5 2,5
Pereaksi pembatas = HCl
PereaksiNaOH-H
4.3.2 Sistem sisa = NaOH
2SO4

1. Mol NaOH = V NaOH x M NaOH


= 2,5 x 1
= 2,5 mmol
Mol H2SO4 = V H2SO4 x M H2SO4
= 12,5 x 1
= 12,5 mmol
2NaOH + H2SO4→ Na2SO4 + 2H2O
m : 2,5 12,5 -
r : 2,5 2,5 2,5
s : - 10 2,5
Pereaksi pembatas = NaOH
Pereaksi sisa = H2SO4
2. Mol NaOH = V NaOH x M NaOH
=5x1
= 5 mmol
Mol H2SO4 = V H2SO4 x M H2SO4
= 10 x 1
= 10 mmol
2NaOH + H2SO4→ Na2SO4 + 2H2O
m : 5 10 -
r : 5 5 5
s : - 5 5
Pereaksi pembatas = NaOH
Pereaksi sisa = H2SO4
3. Mol NaOH = V NaOH x M NaOH
= 7,5 x 1
= 7,5 mmol

Mol H2SO4 = V H2SO4 x M H2SO4


= 7,5 x 1
= 7,5 mmol
2NaOH + H2SO4→ Na2SO4 + 2H2O
m : 7,5 7,5 -
r : 7,5 7,5 7,5
s : - - 7,5
Pereaksi pembatas = -
Pereaksi sisa =-
4. Mol NaOH = V NaOH x M NaOH
= 10 x 1
= 10 mmol
Mol H2SO4 = V H2SO4 x M H2SO4
=5x1
= 5 mmol
2NaOH + H2SO4→ Na2SO4 + 2H2O
m : 10 5 -
r : 5 5 5
s : 5 - 5
Pereaksi pembatas = H2SO4
Pereaksi sisa = NaOH
5. Mol NaOH = V NaOH x M NaOH
= 12,5 x 1
= 12,5 mmol
Mol H2SO4 = V H2SO4 x M H2SO4
= 2,5 x 1
= 2,5 mmol

2NaOH + H2SO4→ Na2SO4 + 2H2O


m : 12,5 2,5 -
r : 12,5 2,5 2,5
s : 10 - 2,5
Pereaksi pembatas = H2SO4
Pereaksi sisa = NaOH

4.4 Grafik
4.4.1 Grafik hubungan volume dan suhu campuran pada sistem NaOH-HCl

30.2
30
29.8
29.6
29.4
29.2
29
28.8
28.6
28.4
NaOH 2,5 NaOH 5 ml NaOH 7,5 NaOH 10 NaOH ml
HCl 12,5 ml HCl 10 ml HCl 7,5 ml HCl 5mlml
ml ml HCl 2,5 ml

Gambar 4.1 Grafik Sistem NaOH-HCl


4.4.2 Grafik hubungan volume dan suhu campuran pada sistem NaOH-
H2SO4
30.2
30
29.8
29.6
29.4
29.2
29
28.8
28.6
28.4
NaOH 2,5 NaOH 5 ml NaOH 7,5 NaOH 10 NaOH 12 ml
ml ml ml
H2SO4 12,5 ml H2 SO4 10 ml H 2 SO4 7,5 ml H 2 SO4 5 ml H2 SO4 2,5 ml

Gambar 4.2 Grafik Sistem NaOH- H2SO4

4.5 Pembahasan
Reaksi stoikiometri adalah hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam
reaksi kimia. Stoikiometri didasarkan pada hukum dasar kimia. Stoikiometri
reaksi sering digunakan untuk menyeimbangkan persamaan kimia hal ini
menggambarkan hubungan kuantitatif antara zat karena dalam berpartisipasi
dalam berpatisipasi dalam reaksi kimia. Reaksi non stoikiometri adalah reaksi
yang apabila dari reaktannya tidak habis dalam reaksi melainkan masih tersisa.
Reaksi pembatas adalah zat yang habis keseluruhan ketika reaksi kimia telah
selesai berlangsung. Produk yang dihasilkan dalam reaksi terbatas oleh pereaksi
pembatas karena reaksi tidak dapat dilanjutkan lagi tanpa adanya pereaksi
pembatas. Jika zat lain yang bereaksi masih ada sisa setelah bereaksi dengan
reaksi pembatas, maka zat tersebut disebut sebagai reaksi berlebih atau pereaksi
sisa (excess reaktan).

Berdasarkan grafik 4.1 dapat dilihat suhu campuran NaOH-HCl pada


pencampuran 2,5 ml NaOH 0,1 M dengan 12,5 ml HCL suhu campuran menjadi
29°C yang merupakan titik minimum pada sistem NaOH-HCl. Ada pencampuran
NaOH-HCl 5 ml NaOH 0,1 M dengan 10 ml H didapat suhu campuran 30°C di
mana suhu campuran tersebut sama dengan pencampuran naoh-hcl 7,5 m NaOH
0,1 M dengan 7,5 ml HCl, percampuran antara 10 ml naoh 0,1 M dengan 5 ml
HCl dan 12,5 ml naoh 0,1 M dengan 2 ml HCl. Yang merupakan titik maksimum
pada NaOH-HCl. Berdasarkan pada grafik 4.2 dapat dilihat bahwa suhu
campuran NaOH-H2SO4. Pada pertempuran 2,5 ml NaOH 0,1 m dengan 12,5 ml
H2SO4 0,1 M mendapatkan suhu campuran yang sama dengan pencampuran 10
ml NaOH 0,1 M dengan 5 ml H2SO4 0,1 M dan pencampuran 12,5 ml NaOH 0,1
M dengan 2,5 ml H2SO4 0,1 M suhu campuran nya mencapai 29°C. Yang
merupakan titik minimum pada sistem. Pada pencampuran NaOH-HCl 5 ml
NaOH 0,1 M dengan 10 ml H2SO4 0,1 M mendapat suhu campuran yang sama
dengan percampuran 7,5 ml NaOH 0,1 M dengan 7,5 ml H2SO4 0,1 m suhu
campuran nya mencapai 30°C. Yang merupakan titik maksimum pada sistem
mana NaOH-HCl. Titik maksimum adalah titik ketika suatu reaksi mencapai
keadaan stoikiometri dan titik minimum adalah titik ketika reaksi mencapai
keadaan non stoikiometri.

Pada stoikiometri sistem NaOH-HCl terdapat lima kali percobaan. Percobaan


pertama, yaitu antara 2,5 ml naoh 0,1 M dengan 12,5 ml hcl 0,1 M merupakan
reaksi non stoikiometri karena terdapat reaktan yang habis bersisa, yaitu hcl
seberapa 1mmol, pereaksi pembatas pada percobaan pertama adalah NaOH
karena habis secara keseluruhan ketika reaksi berlangsung. Pada percobaan
kedua antara 5 ml naoh 0,1 M dengan 10 ml hcl 0,1 M merupakan reaksi non
stoikiometri karena terdapat reaktan yang habis bersisa, yaitu HCl sebesar 0,5
mmol, reaksi pembatas pada percobaan kedua adalah NaOH karena habis secara
keseluruhan ketika reaksi berlangsung. Ketiga antara 7,5 ml NaOH 0,1 M dengan
7,5 ml HCl 0,1 M merupakan reaksi stoikiometri karena seluruh reaktan dalam
reaksi ini habis bereaksi. Tidak terdapat pereaksi pembatas dan pereaksi sisa
karena merupakan reaksi stoikiometri. Pada percobaan keempat antara 10 ml
NaOH 0,1 M dengan HCl 5 ml HCl 0,1 M merupakan reaksi non stoikiometri
karena terdapat reaktan yang habis dari sisa yaitu NaOH sebesar 0,5 mmol
pereaksi pembatas pada percobaan keempat adalah HCl karena habis secara
keseluruhan ketika reaksi berlangsung. Pada percobaan kelima antara 12,5 ml
NaOH 2,5 ml HCl yang masing-masing memiliki moralitas sebesar 0.1M
merupakan reaksi non stoikiometri karena terdapat reaktor yang habis tersisa
yaitu NaOH sebesar 1 mmol reaksi pembatas pada percobaan kelima adalah hcl
karena habis secara keseluruhan ketika reaksi berlangsung.

Pada stoikiometri sistem NaOH-H2SO4 terdapat lima kali percobaan. Percobaan


pertama yaitu acara 2,5 ml NaOH 0,1 m dengan 12 5 ml h2 s4 0,1 m merupakan
reaksi non stoikiometri karena terdapat relakan yang habis bersisa, yaitu H2SO4
sebesar 0,75 mmol, reaksi pembatas. pada percobaan kedua adalah NaOH karena
habis secara keseluruhan ketika reaksi berlangsung. Pada percobaan ketiga
antara 7,5 ml NaOH 0,1 M dengan 7,5 ml H2SO4 0,1 M merupakan reaksi non
stoikiometri karena terdapat reaktan yang habis tersisa yaitu NaOH sebesar 0,370
mmol, pereaksi pembatas pada percobaan ketiga adalah H2SO4 merupakan reaksi
non stoikiometri karena terdapat reaktor yang habis secara keseluruhan ketika
reaksi berlangsung. Pada percobaan keempat antara 10 ml naoh dengan 5 ml
H2SO4 merupakan reaksi stoikiometri karena seluruh reaktan dalam reaksi ini
habis bereaksi. Tidak terdapat pereaksi pembatas dan reaksi sisa karena antara
12,5 ml NaOH 0.1 M dengan 2,5 ml h2 s4 0,1 m merupakan reaksi non
stoikiometri sangat terdapat reaktan yang habis bersisa, yaitu naoh sebesar 0,75
mmol, pereaksi pembatas pada percobaan kelima adalah H2SO4 karena habis
secara keseluruhan ketika reaksi sedang berlangsung.

Fungsi perlakuan pada saat percobaan stoikiometri yaitu dimasukkan ke dalam


gelas ukur 25 ml secara bergantian berturut-turut larutan NaOH 0,1 m volume
2,5 mL 5 ml 7,5 mL 10 ml dan 12 mL untuk mendapat hasil yang akurat dan
untuk keperluan praktikum, lalu dipindahkan secara kuantitatif ke dalam gelas
kimia 10 ml untuk pengukuran suhu dan larutan pada masing-masing volume.
Dicampurkan larutan HCl ke dalam NaOH dan diukur suhu campuran dilakukan
untuk mendapatkan konsentrasi larutan yang baru dan untuk mendapatkan suhu
dari masing-masing konsentrasi campuran NaOH-HCl.

Fungsi perlakuan dimasukkan ke dalam gelas ukur larutan NaOH secara


bergantian dengan konsentrasi 0,1 m NaOH dengan volume 2,5 mL 5 ml 7,5 ml
10,5 ml dan 12,5 ml untuk mendapatkan hasil yang akurat lalu dipindahkan
secara kuantitatif ke dalam gelas kimia untuk pengukuran suhu dari larutan pada
masing-masing volume NaOH dan H2SO4. Dicampur kan larutan H2SO4 ke dalam
NaOH untuk melakukan pengukuran suhu campuran dan untuk mendapatkan
konsentrasi larutan yang baru dan untuk mendapatkan suhu dari masing-masing
konsentrasi campuran NaOH dan H2SO4.

Fungsi alat pada percobaan kali ini ialah gelas kimia berfungsi untuk
menampung larutan, gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume larutan,
termometer berfungsi untuk mengukur suhu larutan, botol semprot berfungsi
untuk menampung aquades, stopwatch untuk menghitung waktu. Adapun fungsi
bahan yang diperlukan yaitu larutan NaOH 0,1 M H2SO4 0,1 M dan HCl 0,1 M
untuk mengetahui titik maksimum dan minimum dengan menentukan atau
mengukur suhunya.
Faktor kesalahan yang terjadi pada praktikum adalah kurang tepatnya
pengukuran suhu pada larutan naoh dengan hcl dan naoh dengan h2 s4 serta
kurangnya bahan larutan yang membuat percobaan memakan banyak waktu dan
larutan naoh juga rusak sehingga suhunya kurang akurat.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :
a. Titik minimum dan maksimum yang terjadi pada reaksi stoikiometri pada sistem
NaOH-HCl titik minimum dan maksimum pada NaOH yaitu pada suhu 24° C.
Sedangkan pada HCl titik maksimum dan minimum yaitu 29° C pada suhu
campuran NaOH dengan HCl titik minimum nya yaitu 29V pada percobaan
pertama dengan volume 25 ml NaOH dan 12,5 ml HCl sedangkan titik
maksimum pada suhu campuran yaitu 30° C. Pada percobaan keempat dengan
volume 10 ml NaOH dan 5 ml HCl pada sistem NaOH- H2SO4 memiliki titik
minimum dan maksimum pada NaOH yaitu 22 derajat celcius dan
H2SO4memiliki titik maksimum dan minimumnya yaitu 29° C. Pada sistem ini
memiliki suhu campuran yang titik min umumnya 29° C pada percobaan pertama
keempat dan kelima sedangkan titik maksimum 30 ° C pada percobaan kedua dan
ketiga.
b. Reaksi stoikiometri pada sistem NaOH dengan HCl ada percobaan ketiga volume
NaOH 7,5 ml dan HCl 7,5 ml, sedangkan pada reaksi stoikiometri pada
percobaan pertama kedua keempat dan kelima dengan volume NaOH 2,5 ml 5 ml
10 ml dan 12,5 ml.
c. Reaksi stoikiometri pada sistem NaOH dengan H2SO4 pada percobaan keempat
dengan volume NaOH 10 ml dan HCl 5 ml sedangkan pada reaksi non
stoikiometri terjadi pada percobaan pertama kedua ketiga dan kelima dengan
volume adalah 2,5 ml 7,5 ml 12,5 ml dan volume hcl 12,5 m l 10 ml 7,5 ml 2,5
ml secara berturut-turut.
5.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum selanjutnya lebih teliti dalam membedakan larutan


NaOH yang sudah rusak dan menggunakan larutan yang lebih beragam selain
dari HCl-NaOH dan NaOH- H2SO4 agar praktikum lebih menambah wawasan
mengenai stoikiometri KOH-CH3COOH dan Na2CO3-CuSO4 serta KOH-HNO3.
.
DAFTAR PUSTAKA

Brady, 1986. Kimia Universitas Asas da Struktur Jilid Satu. Binarupa. Aksara

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Hiskia, 1991. Kimia Dasar. UT. Jakarta

Mulyanti, 2015. Kimia Dasar Jilid 1. Alfabeta. Bandung.

Syukri, 1999 iIma Dasar 1. ITB. Banadung

Viktorious, Daniel. 2012. Pembuatan Film Lithium Miobate (LiNbO3). Institut


Pertanian Bogor. Bogor. Diakses pada tanggal 30 September 2018 pada pukul
08.27 WITA.

Zamdahl, 2009. Chemistry Savent. Editan, Havghton Miffih Company.

Anda mungkin juga menyukai