Disusun Oleh:
ALVI RAHMAWATI
1909046026
Logam berat yang beracun dan berbahaya adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), kadmium
(Cd), dan krom (Cr). Logam berat selain Pb, Cd dan Hg mengancam kesehatan
tanaman, ternak yang berdampak terhadap kesehatan dan kecerdasan. Lahan-lahan
tercemar tersebut semakin meluas, akibat pembuangan limbah industri. Oleh karena itu,
perlu dicari alternatif penanggulangannya melalui penelitian rehabilitasi lahan.
Penelitian ini merupakan kegiatan 2 Unit kegiatan yaitu Penelitian Rehabilitasi lahan
tercemar Industri Tambang Emas menggunakan teknologi Pencucian dan bahan organik
dan Rehabilitasi lahan tercemar Industri Tekstil dengan Tanaman Hiperakumulator.
Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanah Bogor, dan Balai
Penelitian Lingkungan Pertanian Jakenan. Penelitian menggunakan Rancangan acak
kelompok yang disusun secara factorial, Yaitu Pencucian dan Bahan Organik,
sedangkan Penelitian Tanaman Hiperakumulator menggunakan Rangcangan Acak
kelompok dengan 10 jenis Tanaman Hiperakumuator
1
Tujuan Penelitian adalah untuk mencari Teknologi Rehabilitasi lahan tercemar Industri
yang ramah Lingkungan dan berkelanjutan. Hasil dari kegiatan ini adalah perlakuan
pencucian dikombinasikan dengan bahan organik bisa menurunkan kandungan Mercury
(Hg) dalam beras sampai dibawah ambang batas dirjen POM, Sedangkan kegiatan
kedua mendapatkan beberapa tanaman Hiperakumulator lokal yang bisa menurunkan
kandungan Pb dalam tanah.
a. Bahan organik apa yang dapat dikombinasikan agar dapat menurunkan kadar Hg
dalam beras sesuai dengan nilai ambang batas?
b. Tanaman Hiperakumulator lokal apa yang bisa menurunkan kandungan Pb dalam
tanah.?
c. Kriteria apa saja agar tanaman dapat disebut sebagai suatu hiperakumulator?
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana diskusi dan ilmu
pengetahuan agar dapat memperjelas teori serta materi yang telah disampaikan serta
ditulis dalam makalah ini.
2
BAB II
Pembahasan
Tanah merupakan salah satu faktor penting dalam bidang pertanian, yaitu sebagai media
tumbuh tanaman dan juga merupakan bagian dari siklus logam berat. Usaha
pertambangan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat sering dianggap sebagai
penyebab kerusakan dan pencemaran lingkungan. Meningkatnya aktivitas manusia baik
industri maupun rumah tangga menyebabkan semakin besarnya volume limbah yang
dihasilkan dari waktu ke waktu. Sebagian besar limbah tersebut dibuang langsung ke
lingkungan tanpa melalui proses pengolahan. Konsenkuensinya adalah terjadinya
pencemaran yang banyak menimbulkan kerugian bagi manusia dan lingkungan.
Salah satu pencemaran yang dapat terjadi adalah pencemaran tanah, dimana keadaan
bahan kimia masuk dan merubah keadaan lingkungan tanah alami. Tanah adalah salah
satu faktor pendukung penting dalam kehidupan mahluk hidup di bumi ini. Sebagai
dasar keberadaan makhluk hidup termasuk manusia, tanah memiliki peran yang penting
untuk siklus materi ataupun ekologi. Oleh sebab itu, menjaga kelestarian tanah agar
selalu dapat menjalankan fungsinya dengan baik adalah kewajiban penting bagi setiap
mahluk hidup. Akan tetapi, sebagaimana halnya pencemaran air dan udara, pencemaran
tanah yang disebabkan oleh faktor alam maupun aktivitas manusia sangat sulit
dihindari. Salah satu bahan pencemar yang menjadi indikator untuk mendeteksi
terjadinya pencemaran tanah adalah cemaran logam berat di dalamnya. Faktor yang
menyebabkan logam berat termasuk dalam kelompok zat pencemar adalah karena
adanya sifat-sifat logam berat yang tidak dapat terurai (non degradable) dan mudah
diabsorbsi. Salah satu logam berat yang dapat berpotensi menjadi racun jika berada
dalam tanah dengan konsentrasi berlebih adalah Pb (Timbal). Alih fungsi lahan areal
pertanian menjadi kawasan industri merupakan awal terjadinya pencemaran lingkungan.
Pencemaran lingkungan pertanian menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas
produk pertanian. Pembuangan limbah industri, yang belum mempunyai pengolahan
3
limbah tempat untuk pembuangan (IPAL), sebagai sumber kerusakan sumberdaya lahan
pertanian. Salah satu jenis limbah yang potensial merusak lingkungan adalah jenis yang
termasuk dalam bahan beracun berbahaya (B3), diantaranya logam berat. Menurut
Arnold (1990) logam berat yang beracun dan berbahaya adalah merkuri (Hg), timbal
(Pb), kadmium (Cd), dan krom (Cr). Logam berat selain Pb, Cd dan Hg mengancam
kesehatan tanaman, ternak yang berdampak terhadap kesehatan dan kecerdasan.
Pb termasuk kelompok logam berat yang tidak esensial bagi tanaman, bahkan
menyebabkan terganggunya siklus hara dalam tanah. Tiga besar logam berat beracun
adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), dan kadmium (Cd), dan bahaya logam berat pada
kesehatan adalah rusaknya system syaraf pusat oleh Hg dan Pb, keracunan Hg ditandai
dengan gejala utama gemetar khususnya tangan, dan ketidak stabilan emosi, seperti
merasa malu, insomnia, depresi dan iritasi.
Merkuri atau air raksa (Hg) merupakan golongan logam berat dengan nomor atom 80
dan berat atom 200,6. Merkuri merupakan unsur yang sangat jarang dalam kerak bumi,
dan relatif terkonsentrasi pada beberapa daerah vulkanik dan endapan-endapan mineral
biji dari logam-logam berat. Merkuri merupakan logam berat bahan pencemar yang
paling berbahaya. Salah satu sumber pencemaran unsur merkuri dalam tanah dapat
berasal dari penambangan atau pengolahan emas dalam tahap penggilingan.
Penggilingan menyebabkan merkuri terpecah menjadi butiran halus yang sifatnya sukar
dipisahkan, sehingga dapat lepas dari tromol atau gelendung (Juliawan, 2005).
Menurut Eddy (2010) kangkung merupakan salah satu tanaman yang memiliki
kemampuan yang disebut dengan hiperakumulator, yaitu relatif tahan terhadap berbagai
macam bahan pencemar dan mengakumulasikannya dalam jaringan dengan jumlah
yang cukup besar. Salah satu bahan pencemar yaitu merkuri (Hg) merupakan unsur
yang paling beracun terhadap manusia dan hewan. Logam berat merkuri (Hg 2+)
merupakan salah satu ion logam yang paling beracun terhadap biota tanah (Steinnes,
1990).
4
2.3 Timbal dalam Tanah
Unsur Pb merupakan kelompok logam berat yang tidak esensial bagi tumbuhan, bahkan
dapat mengganggu siklus hara dalam tanah. Unsur Pb sampai saat ini masih dipandang
sebagai bahan pencemar yang dapat menimbulkan pencemaran tanah dan lingkungan.
Unsur Pb merupakan kelompok logam berat yang tidak esensial bagi tumbuhan, bahkan
dapat mengganggu siklus hara dalam tanah. Unsur Pb sampai saat ini masih dipandang
sebagai bahan pencemar yang dapat menimbulkan pencemaran tanah dan lingkungan
Logam timbal (Pb) yang mencemari tanah dapat berasal dari kegiatan industri
pembuatan lempengan baterai, aki, bahan peledak, pateri, pembungkus kabel, pigmen,
cat anti karat, pelapisan logam, serta penggunaan pupuk fosfat dalam bidang pertanian.
Selain itu penggunaan bahan bakar yang mengandung timbal menyebabkan udara
tercemar oleh timbal, sehingga secara tidak langsung dapat mencemari tanah, baik
melalui proses sedimentasi maupun presipitasi. Adanya polutan berupa logam Pb dalam
jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan lingkungan tidak dapat mengadakan
pembersihan sendiri (self purification). Oleh sebab itu diperlukan suatu metode untuk
mengatasi pencemaran Pb ini. Fitoremediasi merupakan salah satu metode yang dapat
menjadi pilihan. Fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan
5
polutan dari tanah atau perairan yang terkontaminasi. Akhir-akhir ini teknik reklamasi
dengan fitoremediasi mengalami perkembangan pesat karena terbukti lebih murah
dibandingkan metode lainnya (Juhaeti dkk, 2004).
Hiperakumulator adalah tanaman yang dapat menyerap logam berat sekitar 1% dari
berat keringnya (Fahrudin, 2010). Semua tumbuhan memiliki kemampuan menyerap
logam tetapi dalam jumlah yang bervariasi. Sejumlah tumbuhan dari banyak famili
terbukti memiliki sifat hipertoleran, yakni mampu mengakumulasi logam dengan
konsentrasi tinggi pada jaringan akar dan tajuknya, sehingga bersifat hiperakumulator.
Sifat hiperakumulator berarti dapat mengakumulasi unsur logam tertentu dengan
konsentrasi tinggi pada tajuknya dan dapat digunakan untuk tujuan fitoekstraksi. Dalam
6
proses fitoekstraksi ini logam berat diserap oleh akar tanaman dan ditranslokasikan ke
tajuk untuk diolah kembali atau dibuang pada saat tanaman dipanen.
Penelitian terdiri dari dua kegiatan yang menggunakan rancangan acak kelompok
diulang 3 kali. Kegiatan Pertama secara faktorial dan kedua RAK satu faktor,
Dilaksanakan di Rumah Kaca, Balai Penelitian Tanah Bogor dan Balai Penelitian
Lingkungan Jakenan, menggunakan tanah yang berasal dari berbagai tanah tercemar
industri atau pertambangan. Tujuannya adalah membandingkan berbagai teknologi
Rehabilitasi maupun Remideasi dengan tanaman hiperakumulator terhadap tanah
pertanian tercemar limbah industri. Kegiatan pertama dengan Perlakuan yang dicobakan
adalah sebagai berikut :
Faktor I : Pencucian (W)
W0 : Tanpa pencucian.
W1 : Pencucian dengan air bebas ion 1 lt pot-1 setiap tiga hari.
W2 : Pencucian dengan air bebas ion 2 lt pot-1 setiap tiga hari.
Faktor II : Bahan organik (B)
B0 : Tanpa bahan organik.
B1 : Pupuk kandang sapi (2,5% C-organik) atau 1.181,47 g pot-1.
B2 : Pupuk kandang ayam (2,5% C-organik) atau 741,62 g pot-1.
B3 : Kompos jerami (2,5% C-organik) atau 1.102,29 g pot-1.
7
2.6 Prosedur Penelitian
Persiapan Tanah : Sebelum digunakan, tanah dikering anginkan, ditumbuk dan diayak.
Tanah yang lolos ayakan 2 mm dimasukan ke dalam pot/ember plastik masing-masing
seberat 10 kg, tanah diairi dengan air bebas ion, kemudian diaduk merata sampai
menjadi lumpur. Penanaman di rumah kaca dengan menggunakan ember berisi tanah
tercemar Hg sebanyak 7,5 kg. Pengairan diberikan sesuai dengan kondisi tanaman di
lapang.
Pencucian : Digunakan pot yang telah dilubangi bagian sisi kiri dan kanannya dengan
ketinggian 5 dan 15 cm dari dasar ember, dihubungkan dengan selang plastik yang
dilengkapi dengan alat penutup, untuk mengalirkan air perkolasi. Pemberian air
dilakukan setiap 3 hari melalui paralon yang berlubang ditempatkan di tengah pot. Air
perkolasi ditampung dalam dua buah ember penampungan, untuk 5 dan 15 cm,
terkumpul selama satu bulan, kemudian diambil satu liter untuk dianalisis kandungan
logam beratnya.
Keterangan:
a) Tanaman padi;
b) Paralon berlubang;
c) Selang 15 cm;
d) Selang 5 cm;
e) Ember penampung perkolasi
15 cm
f) Ember penampung perkolasi 5
cm
g) Meja alas.
8
2.7 Hasil dan Pembahasan
Pada analisa awal sebelum dilakukan penelitian tanah sawah dari Pongkor mempunyai
tekstur debu liat berpasir, pH rendah atau masam = 4,6 mempunyai kandungan C-
organik rendah (1,34 %) dengan kandungan logam berat Merkuri (Hg) sangat tinggi
(38,11 ppm). Nilai tersebut jauh di atas nilai ambang batas kandungan merkuri (Hg)
dalam tanah sawah, menurut baku mutu tanah yang dikeluarkan oleh kantor KLH-
Dalhousie University Canada (1992) untuk penggunaan pertanian yaitu sebesar 0,5 ppm
Suhu dalam rumah kaca selama penelitian berlangsung berkisar antara 24° - 37° C.
Sedangkan pada tanah asal Karang anyar mempunyai ph 6,35, kandungan C bahan
organik 1,26 % dan N rendah (0,18%) dengn kandungan total Pb cukup tinggi (17,4
mg/kg).
9
ambang yang dibolehkan. Hasil ini menunjukan bahwa tanah dari Pongkor sudah
tercemar dengan limbah penambangan emas.
Kandungan Merkuri (Hg) dalam beras, secara statistik tidak ada perbedaan signifikan
(ns), dari pengaruh perlakuan pencucian (W) dan pemberian bahan organik (B), tetapi
bisa menurunkan kandungan logam berat Merkuri (Hg) dalam beras sampai di bawah
ambang batas yang dianjurkan oleh Dirjen POM sebesar 0,05 ppm (50 ppb) untuk
makanan (Gambar 1). Perlakuan yang bisa menurunkan kandungan logam berat merkuri
(Hg) dalam beras, sampai dibawah ambang batas (Dirjen POM, 989) adalah pemberian
pemberian bahan orgnik kotoran sapi kombinasi dengan pencucian, disusul kotoran
ayam dan paling rendah adalah kompos jerami, baik tanpa pencucian maupun
kombinasi dengan pencucian.
10
bahan organik. Maka dari itu diperlukan metode fitoremediasi dengan tanama
hiperakumulator.
Meskipun demikian, ternyata tidak semua tanaman memiliki kadar Hg yang tinggi di
dalam jaringannya. Hal ini diduga karena terjadinya peningkatan pH tanah akibat proses
dekomposisi bahan organik. Pada pH 6,5 atau lebih logam berat umumnya cenderung
lambat tersedia bagi tanaman, terutama bila berada dalam bentuk bervalensi tinggi
(Soepardi, 1983). Mengacu pada hasil analisis kandungan Hg, diduga sebagian besar
logam berat Hg menghilang dari dalam tanah karena mengalami metilasi menjadi
bentuk molekul-molekul volatil dan mengalami volatilisasi. Metilasi biasanya dilakukan
oleh mikro organisrne anaerob dan dapat juga berasosiasi dengan asam organik.
Metilasi merupakan transformasi merkuri anorganik menjadi merkuri organik berbentuk
metil oleh aktivitas mikro organisme anaerobik (Fardiaz,1992). Volatilisasi
(penguapan) Hg dipengaruhi oleh bahan organik. Menurut Steinnes (1990), bahan
organik cenderung untuk mempertinggi kehilangan. Pada tanah masam dengan kadar
Hg tinggi, kandungan humus yang tinggi menyebabkan kehilangan Hg lebih tinggi
setelah reduksi. Reduksi tanah dipercepat oleh adanya bahan organik (Tan, 1982). Oleh
karena itu perlakuan pencucian air 1 liter dikombinasikan dengan kompos jerami
dampaknya mampu rnenurunkan ketersediaan Hg dalam larutan tanah sehingga serapan
oleh tanaman juga turun.
Meskipun sepuluh tanaman memenuhi kriteria tanaman hiperakumulator, tetapi tiga dari
tanaman yaitu Karapiting, Bundung Gamal dan Mendong konsentrasi logam berat
masih lebih kecil di pucuk dibanding akar tanaman, sehingga kurang memenuhi untuk
11
persyaratan tersebut, tetapi tanaman hiperakumulator lainya terlihat konsentrasi logam
berat (Pb) lebih tinggi di pucuk dibanding pada bagian akar tanaman (Gambar 2).
12
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Irawanto, Rony. 2010. Fitoremidiasi Lingkungan Dalam Taman Bali 1.UPT Balai
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi-LIPI. Pasuruan
Istarani, F & Pandebesie, E.S. (2014). Studi Dampak Arsen (As) dan Kadmium
(Cd) terhadap Penurunan Kualitas Lingkungan. Jurnal Teknik Pomits. 3(1): 53-58.
Sarjono, A. (2009). Analisis Kandungan Logam Berat Cd, Pb, dan Hg pada Air
dan Sedimen di Perairan Kamal Muara, Jakarta Utara. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan: Institut Pertanian Bogor.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Bogor : Fakultas
14
Pertanian. IPB.
Tan, K.H 1982. Principles of Soil Chemistry. Marcel Dekker. Inc. New York
15