Anda di halaman 1dari 25

KOAGULASI-FLOKULASI

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk menunjang kehidupan
makhluk hidup. Makhluk hidup membutuhkan air untuk dapat melanjutkan
kelangsungan hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Air merupakan zat yang
paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh
kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4 - 5 hari tanpa
minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan
membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan
industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain.
Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan di sebarkan
melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-
mana.

Sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan
timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per
hari berkisar antara 150 - 200 liter atau 35 - 40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi
dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat.
Sumber air dapat diperoleh melalui air permukaan, air hujan, dan air tanah. Namun
sumber-sumber air tersebut belum sepenuhnya bisa digunakan langsung untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena harus melalui pemeriksaan secara fisika,
kimia, bakteriologis dan radioaktivitas terlebih dahulu, karena jika tanpa melalui
pemeriksaan tersebut bisa saja sumber ait tersebut tercemar sehingga mengakibatkan
ganggguan kesehatan dan gangguan estetika lingkungan. Misalnya saja badan air yang
merupakan salah satu contoh sumber air permukaan, bisa terjadi pencemaran akibat
limbah industry, limbah rumah tangga, limbah pertanian dan limbah pertambangan.
Pencemaran tersebut akan berdampak pada makhluk hidup yang ada di badan air.
Oleh karena itu Praktikum Penyediaan Air Minum 2, mata acara 3 tentang Koagulasi
dan Flokulasi dilakukan untuk mengetahui hasil pengukuran kekeruhan pada air sampel
dari air folder Lembuswana pada tiap-tiap dosis pengukuran, mengetahui tinggi
endapan dari flok yang terbentuk pada tiap-tiap dosis dan dosis optimum yang
digunakan, dan untuk mengetahui hasil pengukuran pH air sampel serta pengaruh pH
terhadap proses Koagulasi dan Flokulasi.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


a. Mengetahui hasil pengukuran kekeruhan pada air sampel dari air folder
Lembuswana pada tiap-tiap dosis pengukuran.
b. Mengetahui tinggi endapan dari flok yang terbentuk pada tiap-tiap dosis dan dosis
optimum yang digunakan.
c. Mengetahui hasil pengukuran pH air sampel serta pengaruh pH terhadap proses
Koagulasi dan Flokulasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air

Pengertian air adalah semua air yang terdapat pada diatas, maupun dibawah permukaan
tanah. Air dalam pengertian ini termasuk air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut
yang dimanfaatkan di darat. Sumber daya air adalah air dan semua potensi yang terdapat
pada air, sumber air, termasuk sarana dan prasarana pengairan yang dapat dimanfaatkan,
namun tidak termasuk kekayaan hewani yang ada di dalamnya. Air juga merupakan
bagian penting dari sumber daya yang ada di alam yang mempunyai karakteristik-
karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya lainnya. Air bersifat sumber daya
terbarukan dan dinamis. Sumber utama air yang berupa hujan akan selalu akan datang
sesuai dengan waktu atau musimnya sepanjang tahun (Sunaryo, 2007).

Karakteristik sumber daya air amat dipengaruhi aspek topografi dan geologi, keragaman
penggunaannya, keterkaitannya (hulu-hilir, instreamoffstream, kuantitas, kualitas),
waktu, serta silkus alaminya. Oleh karena faktor topografi dan geologi, maka sumber
daya air dapat bersifat lintas wilayah administrasi. Dengan demikian, kuantitas dan
kualitas air amat bergantung pada tingkat pengelolahan sumber daya air masing-masing
daerah. Selain itu, juga keragaman penggunaan air yang bervariasi (pertanian, air baku
domestik dan industri, pembangkit listrik, perikanan dan pemeliharaan lingkungan),
musim (waktu), sifat ragawi alam (topografi dan geologi) dan kondisi ke
pendudukannya (Sunaryo, 2007).

2.2 Koagulasi

Koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan koloid padatan tersuspensi


termasuk bakteri dan virus, dengan suatu koagulan. sehingga akan terbentuk flok-flok
halus yang dapat diendapkan, proses pengikatan partikel koloid. Pengadukan cepat
(flash mixing) merupakan bagian integral dari proses koagulasi. Tujuan pengadukan
cepat adalah untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air
yang diolah. Koagulan yang umum dipakai adalah alumunium sulfat, feri sulfat, fero
sulfat dan PAC (Suherman, 2013).

Umumnya partikel-partikel tersuspensi atau koloid dalam air buangan memperlihatkan


efek Brown. Permukan partikel-partikel tersebut bermuatan listrik negatif. Partikel-
partikel itu menarik ion-ion positif yang terdapat dalam air dan menolak ion-ion
negatif. Ion-ion positif tersebut kemudian menyelubungi partikel-partikel koloid dan
membentuk lapisanrapat bermuatan didekat permukannya. Lapisan yang terdiri dari
ion-ion positif itu disebut dengan lapisan kokoh (fixed layer). Muatan-muatan pada
permukaan partikel koloid tersebut menyebabkan pembentukan medan elektrostatik di
sekitar partikel itu sehingga menimbulkan gaya tolak-menolak antar partikel. Gaya
tolak-menolak akibat muatan negatif pada partikel-partikel koloid, ada juga gaya tarik
manarik antara 2 patikel yang dikenal dengan gaya Van der Walls. Selama tidak ada hal
yang mempengaruhi kesetimbangan muatan-muatan listrik partikel koloid, gaya tolak
menolak yang ada selalu lebih besar dari pada gaya Van der Walls, dan akibatnya
partikel koloid tetap dalam keadaan stabil (Asmadi, 2011).

Koagulan yang sering digunakan untuk mengendapkan limbah adalah alum (aluminium
sulfat atau Al2(S04)3), feri sulfat (Fe2(S04)3), feri klorida (FeCl3) dan kapur. Alum akan
bereaksi dengan bahan yang bersifat basa dan membentuk aluminium hidroksida yang
tidak dapat larut dan mengkoagulasi partikel koloidal. Kapur akan bereaksi dengan
bikarbonat dan membentuk kalsium karbonat yang akan mengendap. Kalsium karbonat
yang tidak larut akan terbentuk pada pH di atas 9,5. Garam-garam feri digunakan untuk
meningkatkan daya endap dari feri hidroksida yang akan membentuk endapan dalam
limbah dan meningkatkan laju sedimentasi dari partikel lainnya yang ada dalam limbah
tersebut. Sedimentasi merupakan proses untuk memisahkan partikel- partikel yang
mengendap ataupun yang berbentuk gumpalan dengan bagian yang larut atau
cairannya. Bahan kimia organik baik dari jenis anionik, kationik dan nonionik
polielektrolit juga dapat digunakan untuk mengendapkan partikel berbentuk koloidal
dalam larutan secara tersendiri atau digabungkan dengan koagulan anorganik. Jenis
polielektrolit yang dapat digunakan untuk membentuk endapan sangat beragam
jenisnya. Penggunaan jenis polielektrolit yang tepat untuk suatu jenis limbah tertentu
dapat dipilih setelah melihat hasil ujinya menggunakan jar test, yaitu untuk mengetahui
jenis dan jumlahnya (Asmadi, 2011).

Ion-ion atau koloid bermuatan positif (kation) yang ditambahkan untuk meniadakan
kestabilan partikel koloid tersebut dapat dihasilkan dari senyawa organic dan anorganik
tertentu yang disebut koagulan. Zat kimia yang digunakan dalam proses ini meliputi
ion-ion metal seperti alumunium atau besi, yang mana akan terhidrolisa dengan cepat
untuk membentuk presipitat yang tidak larut dan polielektrolit organik alam atau
sintetik, yang mana dengan cepat teradsoprsi pada permukaan partikel koloid, dengan
demikian mempercepat laju pembentukan agregat dari partikel koloid (Asmadi, 2011).

2.3 Flokulasi

Flokulasi merupakan proses pembentukan flok, yang pada dasarnya merupakan


pengelompokan atau aglomerasi antara partikel dengan koagulan (menggunakan proses
pengadukan lambat atau slow mixing), Proses pengikatan partikel koloid oleh flokulan.
Pada flokulasi terjadi proses penggabungan beberapa partikel menjadi flok yang
berukuran besar. Partikel yang berukuran besar akan udah diendapkan. Partikel koloid
dapat menggumpal, gaya tolak-menolak elektrostatik antara partikelnya harus dikurangi
dan transportasi partikel harus menghasilkan kontak diantara partikel yang mengalami
destabilisasi. Setelah partikel-partikel koloid mengalami destabilisasi, adalah penting
untuk membawa partikel-partikel tersebut ke dalam suatu kontak antara satu dengan
yang lainnya sehingga dapat menggumpal dan membentuk partikel yang lebih besar
yang disebut flok. Proses kontak ini disebut flokulasi. Fokulasi adalah penyisihan
kekeruhan air dengan cara pengumpulan partikel kecil menjadi partikel yang lebih
besar. Gaya antar molekul yang diperoleh dari agitasi meruakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap laju terbentuknya partikel flok. Salah satu faktor penting yang
mempengaruhi keberhailan proses flokulasi adalah pengadukan secara lambat, keadaan
ini memberi kesempatan partikel melakukan kontak atau hubungan agar membentuk
penggabungan (agglomeration). Pengadukan lambat ini dilakukan secara hati-hati
karena flok-flok yang besar akan mudah pecah melalui pengadukan dengan kecepatan
tinggi. Pengadukan yang baik diperlukan untuk memperoleh koagulasi dan flokulasi
yang optimum. Pengadukan terlalu lamban mengakibatkan waktu pertumbuhan flok
menjadi lama, sedangkan jika terlalu cepat mengakibatkan flok-flok yang terbentuk
menjadi pecah kembali. (Setiawan, 2017).

Proses Koagulasi dapat dilakukan melalui tahap pengadukan antara koagulan dengan air
baku dan netralisai muatan. Prinsip dari koagulasi yaitu di dalam air baku terdapat
partikel-partikel padatan yang sebagian besar bermuatan listrik negatif. Partikel-partikel
ini cenderung untuk saling tolak-menolak satu sama lainnya sehingga tetap setabil
dalam bentuk tersuspensi atau koloid dalam air. Netralisasi muatan negatif partikel-
partikel padatan dilakukan dengan pembubuhan koagulan bermuatan positif ke dalam
air diikuti dengan pengadukan secara cepat. Tahap flokulasi yaitu penggabungan inti-
inti endapan menjadi molekul besar (flok). Flokulasi dapat di dilakukan dengan
pengadukan lambat sekitar 40 - 50 rpm selama 15 - 90 menit. Pengadukan yang terlalu
cepat dapat merusak flok-flok yang telah terbentuk (Suherman, 2013).

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Koagulasi dan Flokulasi

Menurut Iswanto (2009), pengolahan air, untuk mencapai proses koagulasi-flokulasi


yang optimum diperlukan pengaturan semua kondisi atau faktor-faktor yang saling
berkaitan atau yang berhubunagn dan dapat mempengaruhi dalam proses koagulasi dan
flokulasi tersebut. Kondisi-kondisi atau faktor-faktor yang mempengaruhi proses ini
antara lain adalah :
a. Pengaruh pH
Suatu proses koagulasi dapat berlangsung secara sempurna jika pH yang digunakan
pada jarak tertentu sesuai dengan pH optimum koagulan dan flokulan yang
digunakan. pH optimum dengan koagulan aluminium sulfat adalah 5,5 sampai 7,9.
b. Pengaruh Suhu atau Temperatur
Proses koagulasi dapat berkurang pada suhu rendah karena peningkatan viskositas
dan perubahan setruktur agregat menjadi lebih kecil sehingga dapat lolos dari
saringan, sedangkan pada suhu tinggi yang mempunyai kerapatan lebih kecil akan
mengalir ke dasar kolam dan merusak timbunan lumpur.
c. Konsetrasi Koagulan
Konsentrasi koagulan sangat perpengaruh terhadap tumbukan partikel, sehingga
penambahan koagulan harus sesuai dengan kebutuhan untuk membentuk flok-flok.
Jika konsentrasi koagulan kurang megakibatkan tumbukan antar partikel berkurang
sehingga mempersulit pembentukan flok. Begitu juga sebaliknya jika konsentrasi
koagulan terlalu banyak maka flok tidak terbentuk dengan baik dan dapat
menimbulkan kekeruhan kembali.
d. Pengadukan
Pengadukan yang baik diperlukan untuk memperoleh koagulasi dan flokulasi yang
optimum. Pengadukan terlalu lamban mengakibatkan waktu pertumbuhan flok
menjadi lama, sedangkan jika terlalu cepat mengakibatkan flok-flok yang terbentuk
menjadi pecah kembali.

2.5 Jar Test

Jar test atau uji jar merupakan metode standar yang digunakan untuk menguji proses
koagulasi Data yang didapat dengan melakukan jar test antara lain dosis optimum
penambahan koagulan, lama pengendapan serta volume endapan yang terbentuk. Jar
test yang dilakukan adalah untuk membandingkan kinerja koagulan yang digunakan
untuk mendapatkan padatan yang tersuspensi yang terdapat pada air sungai. Pelaksanaan
Jar Tes dapat dilakukan agar diketahui kekeruhan akhir pada penambahan kedua
koagulan yang sesuai dengan baku mutu air bersih yang ditetapkan oleh Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam
Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum. Konsentrasi koagulan yang optimum
dapat ditentukan berdasarkan hasil jar test, yaitu konsentrasi yang memberikan
kekeruhan akhir tepat dibawah 5 NTU, bukan kekeruhan terendah . Jar Test adalah
suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan dosis optimum dari koagulan yang
digunakan dalam proses pengolahan air minum. Percobaan dilakukan secara tepat,
informasi yang berguna akan diperoleh untuk membantu operator instalasi dalam
mengoptimalkan proses koagulasi, flokulasi dan penjernihan. Metode pengujian
koagulasi dan flokulasi dengan cara jar test ditetapkan dalam SNI 19-6449-2000
termasuk prosedur pengolahan air (Husaini, 2018).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Praktikum Penyediaan Air Minum II tentang Koagulasi-Flokulasi dilaksanakan secara


online dan offline. Praktikum offline dilaksanakan di Laboratorium Teknologi
Lingkungan pada tanggal 30 Oktober 2021. Pandemi Covid-19 menyebabkan praktikum
juga dilaksanakan online (via zoom) pada tanggal 9 November 2021.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum Koagulasi-Flokulasi yaitu:


1. Gelas ukur 1000 mL
2. Bulb
3. Pipet ukur 10 mL
4. Jar test
5. Stopwatch
6. Alat tulis
7. Penggaris 30 cm
8. pH meter
9. Turbidity meter
10. Kerucut imhoff
11. Botol aquadest
12. Kamera
13. Batang pengaduk
14. Neraca analitik
15. Gelas beaker 100 mL
16. Sepatula
17. Gelas baeker 1000 mL
18. Jas laboratorium

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum Koagulasi-Flokulasi yaitu:


1. Sampel air folder Lembuswana
2. Tawas atau Al2(SO4)3
3. Aquadest
4. Tisu
5. Kertas label
6. Form data pengukuran

3.3 Cara Kerja

Cara kerja pada praktikum Koagulasi-Flokulasi yaitu:


1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Disiapkan sampel air folder Lembuswana sebanyak 5 liter yang telah melalui proses
sedimentasi I.
3. Di ukur nilai kekeruhan awal air sampel dari air folder Lembuswana dengan
turbidity meter dan nilai pH awalnya dengan pH meter.
4. Diberi label pada beaker glass dengan tulisan 55 ppm, 65 ppm, 75 ppm dan 85 ppm.
5. Dimasukkan air sampel dari air folder Lembuswana ke 4 beaker glass yang telah
diberi label sebanyak masing-masing 1 liter air sampel.
6. Ditambahkan koagulan 1% koagulan tawas dengan volume 5,5 mL, 6,5 mL, 7,5 mL
dan 8,5 mL.
7. Diletakkan beaker glass ke jar test.
8. Dihidupkan jar test dengan variasi kecepatan pengadukan 100 rpm selama 1 menit
dilanjutkan dengan 40 rpm selama 10 menit dan 20 rpm selama 10 menit.
9. Dimasukkan air sampel dari air folder Lembuswana ke kerucut imhoff yang telah
diberi label dan ditunggu 15 menit.
10. Diukur tinggi endapan dengan penggaris 30 cm.
11. Diukur kekeruhan dan PH air akhir pada masing-masing sampel air.
12. Didokumentasikan semua rangkaian praktikum dan dicatat data yang diperoleh ke
dalam tabel form data.
3.4 Bagan Alir Prosedur Praktikum

Koagulasi-Flokulasi

Disiapkan air sampel folder Lembuswana


sebanyak 5 Liter.

Diukur nilai kekeruhan dan pH awal. Dimasukkan sampel air


kedalam 4 uah gelas beaker
yang sudah diberi label.

Dilakukan jar test dengan varian Dimasukkan larutan Al(SO4)3


keceoatan pengadukan 100 rpm, 40 kedalam gelas beaker sesuai
rpm, dan 20 rpm. dosis perhitungan.

Dimasukkan air sampel ke kerucut Diukur tinggi endapan dengan


imhoff dan ditunggu 15 menit. penggaris 30cm.

Didokmentasikan dan dicatat hasil Diukur nilai kekeruhan dan


praktikum. pH air akhir.

Gambar 3.1 Bagan Alir Koagulasi-Flokulasi


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Waktu Pengendapan Flok yang Tebentuk


Beaker glass Satuan 1 2 3 4
Dosis Ppm 55 65 75 85
Waktu Pengendapan Menit 15 15 15 15
Flok yang Tebentuk cm 5,5 6 4,5 5,5
(Data primer, 2021).

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Kekeruhan dan pH


Beaker glass Satuan 1 2 3 4
Dosis Ppm 55 65 75 85
Kekeruhan NTU 13,5 11,45 10,8 10
pH - 7,10 7,3 7,2 7,33
(Data primer, 2021).

4.2 Perhitungan Volume Dosis Koagulan

a. Dosis 55 ppm
Diketahui : M1 = 1% tawas dari 1kg/tawas
= 10 gr/L
= 10.000 mg/L
= 10.000 ppm
M2 = 55 ppm
V2 = 1000 mL
Ditanya : V1 = ?
Jawab : M1 × V1 = M2 × V2
M2 × V 2
V1 =
M1
55 ppm × 1000 mL
=
10.000 ppm
= 5,5 mL
b. Dosis 65 ppm
Diketahui : M1 = 1% tawas dari 1kg/tawas
= 10 gr/L
= 10.000 mg/L
= 10.000 ppm
M2 = 65 ppm
V2 = 1000 mL
Ditanya : V1 = ?
Jawab : M1 × V1 = M2 × V2
M2 × V 2
V1 =
M1
65 ppm × 1000 mL
=
10.000 ppm
= 6,5 mL

c. Dosis 75 ppm
Diketahui : M1 = 1% tawas dari 1kg/tawas
= 10 gr/L
= 10.000 mg/L
= 10.000 ppm
M2 = 75 ppm
V2 = 1000 mL
Ditanya : V1 = ?
Jawab : M1 × V1 = M2 × V2
M2 × V 2
V1 =
M1
75 ppm × 1000 mL
=
10.000 ppm
= 7,5 mL

d. Dosis 85 ppm
Diketahui : M1 = 1% tawas dari 1kg/tawas
= 10 gr/L
= 10.000 mg/L
= 10.000 ppm
M2 = 85 ppm
V2 = 1000 mL
Ditanya : V1 = ?
Jawab : M1 × V1 = M2 × V2
M2 × V 2
V1 =
M1
85 ppm × 1000 mL
=
10.000 ppm
= 8,5 mL

4.3 Pembahasan

Praktikum koagulasi dan flokulasi menggunakan air sampel dari folder Lembuswana.
Pada proses praktikum koagulasi dan flokulasi ini mendapatkan hasil yang berbeda-
beda terutama dalam pembentukan flok yang terbentuk dalam setiap dosisnya. Pada
praktikum koagulasi dan flokulasi dilakukan untuk tujuan menganalisis proses yang
terjadi dalam proses tersebut. Fungsi dari proses koagulasi dan flokulasi adalah
membentuk partikel flokulan yang mudah diendapkan di unit proses berikutnya.
Koagulasi merupakan penambahan bahan kimia (koagulan). Pada praktikum ini
koagulan yang dipakai adalah tawas Al2(SO4)3 dengan air sampel forder Lembuswana
sebanyak 5 L yang diukur nilai pH dan kekeruhan awal. Lalu diukur dengan jar test
dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit 40 rpm selama 10 menit dan 20 rpm selama
1 menit. Lalu dimasukkan ke dalam kerucut imhoff selama 15 menit, lalu diukur tinggi
pengendapannya. Pada dosis 55 ppm didapatkan flok yang terbentuk adalah 5,5 cm.
Pada dosis 65 ppm didapatkan flog yang terbentuk atau yang terendapkan adalah 6 cm.
Pada dosis 75 ppm didapatkan flok yang terbentuk adalah 4,5 cm sedangkan dosis 85
ppm didapatkan flok yang terbentuk adalah 5,5 cm. Pada dosis 75 ppm flok yang
terbentuk atau tinggi endapan yang diperoleh lebih rendah daripada dosis yang lain, hal
ini disebabkan karena adanya proses penuangan ke kerucut imhoff flok terpecah lagi
sehingga flok susah untuk mengendap. Pengaruh waktu pengendapan pada proses
koagulasi flokulasi yaitu semakin besar waktu pengendapan maka semakin banyak flok
yang terbentuk. Pengaruh dosis koagulan pada pembentukan flok yaitu jika dosis
koagulan lebih kecil dari dosis optimum maka pembentukan flok semakin lambat dan
kecil sedangkan jika dosis koagulan melebihi dosis optimum maka flok yang terbentuk
besar dan waktu terbentuknya cepat.

Proses koagulasi dan flokulasi, didapatkan nilai kekeruhan dan pH yang berbeda-beda
setiap dosisnya. Pada pengukuran kekeruhan dapat dilakukan menggunakan alat
turbidity meter, sedangkan pada pengukuran pH dapat ditentukan menggunakan alat pH
meter. Air sampel yang telah mengalami pengadukan cepat dan pengadukan lambat
selanjutnya dipindahkan ke kerucut imhoff. Terdapat empat kerucut imhoff yang
masing-masing diisi air sampel yang telah dicampur dengan koagulan sebanyak 5,5 mL
6,5 mL 7,5 mL dan 8,5 mL. Air sampel didiamkan selama 15 menit, kemudian diukur
nilai kekeruhan dan pH airnya. Pada air sampel yang dicampur dengan 5,5 mL koagulan
memiliki nilai kekeluargaan sebesar 13,35 NTU dan pH air sebesar 7,10. Pada air
sampel yang dicampur dengan 6,5 mL koagulan memiliki nilai kekeruhan sebesar 11,45
NTU dan pH air sebesar 7,3. Air sampel yang dicampur dengan 7,5 mL koagulan
memiliki nilai kekeruhan sebesar 10,8 NTU dengan nilai pH sebesar 7,2. Pada air
sampel yang dicampur dengan 85 mL kagulan memiliki nilai kekeruhan sebesar 10
NTU dengan nilai pH sebesar 7,33.

Pada pengolahan air limbah atau pengolahan air minum, proses koagulasi dan flokulasi
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengolahan air. Koagulasi adalah
proses penambahan zat kimia (koagulan) kedalam air sampel dengan pengadukan
campuran koagulan dengan air sampel secara pengadukan cepat dan lambat. Pemilihan
zat koagulan harus berdasarkan pertimbangan antara lain jumlah dan kualitas air yang
akan diolah, metode penyaringan, serta pembuangan lumpur endapan. Jenis koagulan
antara lain aluminium sulfat, ferro sulfat, poly aluminium clorida, dan lain-lain.
Flokulasi adalah proses lambat yang bergerak secara terus-menerus selama partikel-
partikel tersuspensi bercampur di dalam air, sehingga partikel akan menjadi lebih besar
dan bergerak menuju proses sedimentasi. Standar Nasional Indonesia untuk metode
pengujian koagulasi dan flokulasi dengan cara jar test yang ditetapkan dalam SNI 19-
6449-2000 termasuk prosedur umum untuk pengolahan dalam rangka mengurangi
bahan-bahan terlarut, koloid yang tidak mengendap dalam air dengan menggunakan
bahan kimia dalam proses koagulasi dan flokulasi, yang dilanjutkan dengan
pengendapan secara gravitasi. Terdapat kelebihan dari proses koagulasi dan flokulasi ini
adalah lebih cepat, efektif dan efisien menghilangkan bahan-bahan limbah dalam bentuk
koloid dengan menambahkan koagulan, memudahkan partikel-partikel tersuspensi,
sehingga dapat dipisahkan dengan proses pengendapan. Menghilangkan beberapa jenis
organisme patogen dalam air.

Penentuan dosis optimum dilakukan berdasarkan pada dua pengukuran. Dipilih dosis air
sampel dengan tinggi endapkan flok yang tertinggi dan nilai kekeruhan yang terendah.
Pada praktikum ini dipilih tinggi endapan flok tertinggi sebagai parameter penentuan
dosis optimum serta kepadatan pokoknya. Pada dosis 55 ppm flok yang terbentuk 5,5
cm, pada dosis 65 ppm flok yang terbentuk 6 cm, pada dosis 75 ppm flok yang
terbentuk 4,5 cm dan pada dosis 85 ppm flok yang terbentuk 5,5 cm. Dosis optimum
yang dipilih yaitu 85 ppm karena flok yang terbentuk tinggi dan nilai kekeruhan yang
rendah serta endapan flok yang padat, sedangkan pada dosis 65 ppm blok yang
terbentuk tinggi namun kekurangannya tinggi serta jarak antar flok yang jarang atau
kurang padat. Nilai untuk mengukur pada ukuran tinggi flok dapat diukur dengan
menggunakan penggaris 30 cm dari dasar kerucut imhoff.

Faktor yang mempengaruhi koagulasi dan flokulasi antara lain pH, konsentrasi
koagulan dan pengadukan titik faktor yang pertama adalah pH, proses koagulasi dapat
berlangsung dengan pH yang tepat. pH optimum dengan koagulan aluminium sulfat
adalah 5,5 sampai 7,9. Faktor yang kedua adalah suhu, proses koagulasi dapat
berkurang pada suhu rendah karena terjadi peningkatan viskositas dan bahan struktur
agregat menjadi lebih kecil. Faktor ketiga adalah konsentrasi koagulan, jika konsentrasi
koagulan kurang maka tumbukan antar partikel juga berkurang, konsentrasi koagulan
yang kurang maka tumbukan akan menyebabkan flok tidak terbentuk. Faktor keempat
adalah pengadukan, pengadukan yang terlalu lambat mengakibatkan faktor
pertumbuhan flok lambat, jika terlalu cepat maka flok akan pecah. Hal yang perlu
diperhatikan selain kecepatan pengadukan yaitu wkatu dalam pengadukan, dalam
praktikum ini 100 rpm selama 1 menit dilanjutkan dengan 40 rpm selama 10 menit dan
20 rpm selama 10 menit.

Faktor kesalahan yang terjadi adalah saat pengukuran pH dengan alat pH meter. Alat
tidak dicuci sedangkan larutan yang diukur berbeda-beda dosisnya. Hal ini yang
menyebabkan mempengaruhi dalam hasil pengukuran tingkat keasaman air sampel.
Lalu kesalahan selanjutnya adalah saat menuangkan air sampel dari jar test ke dalam
kerucut imhoff tidak secara perlahan yang mengakibatkan flok yang sudah terbentuk
pecah, hal tersebut dapat menyebabkan atau dapat mempengaruhi hasil pengukuran
kekeruhan.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan kesimpulan yaitu :


a. Pada praktikum koagulasi flokulasi didapatkan hasil kekeruhan pada dosis 55 ppm
dengan 5,5 mL koagulan sebesar 13,35 NTU pada dosis 65 ppm dengan 6,5 mL
koagulan sebesar 11,45 NTU, pada dosis 75 ppm dengan 7,5 mL koagulan sebesar
10,8 NTU, dan pada dosis 85 ppm dengan 8,5 mL koagulan didapatkan sebesar 10
NTU.
b. Pada praktikum koagulasi dan flokulasi didapatkan flok yang terbentuk pada dosis
55 ppm yaitu 5,5 cm, pada dosis 65 ppm yaitu 6 cm, pada dosis 75 ppm yaitu 4,5
cm, dan pada dosis 85 ppm sebesar 5,5 cm. Adapun dosis optimum yang digunakan
adalah dosis 85 ppm dengan kadar koagulan 8,5 mL. Dosis optimum yang
digunakan adalah 85 ppm karena flok yang terbentuk tinggi dan nilai kekeruhan
yang rendah yaitu sebesar 5,5 cm untuk tinggi flok yang terendapkan dan untuk
kekeruhan sebesar 10 NTU.
c. Proses koagulasi dan flokulasi didapatkan nilai ph pada tiap-tiap dosis. Pada dosis
55 ppm sebesar 7,10, pada dosis 65 ppm sebesar 7,3, pada dosis 75 ppm sebesar 7,2
dan pada dosis 85 ppm sebesar 7,33. Adapun pengaruh dari pH terhadap proses
koagulasi dan flokulasi ini adalah pada proses koagulasi dibutuhkan nilai pH yang
tepat. pH yang optimum dengan koagulan aluminium sulfat adalah 5,5 sampai 7,9.
Pengukuran pH pada praktikum koagulasi dan flokulasi ini dapat diukur dengan
menggunakan alat pH meter.

5.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dapat melakukan perbandingan data dari tempat
air sampel yang berbeda contohnya air sampel bendungan. Agar memperoleh hasil yang
bervariasi dan dapat dibandingkan kualitas air sampelnya. Sebaiknya pada praktikum
selanjutnya perhatikan dapat memperhatikan dalam penggunaan alat agar didapatkan
hasil pengukuran yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Asmadi dkk., 2011., Teknologi Pengolahan Air Minum, Gosyen Publishing,


Yogyakarta.

2. Husaini., 2018, Perbandingan Koagulan Hasil Percobaan Dengan Koagulan


Komersial Menggunakan Metode Jar Test, Vol.14, No.1, Jurnal Teknologi Mineral
dan Batu Bara, Bandung (Diakses pada tanggal 21 November 2021, pada pukul
23.03 WITA).

3. Iswanto, Bambang., 2009, Pengaruh pH Pada Proses Koagulasi dengan Koagulan


Aluminum Sulfat dan Ferri Klorida, Vol.5, No.2, Universitas Trisakti, Jakarta Barat
(Diakses pada tanggal 21 November 2021, pada pukul 22.43 WITA).

4. Setiawan, Yunianto., 2017, Pemanfaatan Kitosan Limbah Kulit Udang Untuk


Penurunan Parameter Bod Dan Cod Limbah Cair Tekstil, Vol.1, No.2, Jurnal
Teknologi Lingkungan, Samarinda (Diakses pada tanggal 21 November 2021, pada
pukul 21.00 WITA).

5. Suherman, Dadan., 2013, Menghilangkan Warna Dan Zat Organik Air Gambut
Dengan Metode Koagulasi-Flokulasi Suasana Basa, Vol.23, No.2, Jurnal RISET
Geologi dan Pertambangan, Bandung (Diakses pada tanggal 21 November 2021,
pada pukul 20.00 WITA).

6. Sunaryo, Trie, M., 2007, Pengelolaan Sumber Daya Air (Konsep dan
Penerapannya), Bayu Media Publishing, Malang.
LAMPIRAN

Gambar 1. Disiapkan air Gambar 2. Diukur kekeruhan


sampel yang akan awal air sampel
digunakan. menggunakan
turbidity meter.

Gambar 3. Diukur pH awal Gambar 4. Diukur air sampel


air sampel untuk dimasukkan
menggunakan pH ke dalam beaker
meter. glass.

Gambar 5. Ditimbang Gambar 6. Dibubuhkan


AL2(SO4)3 AL2(SO4)3 yang
sebanyak 1% sudah ditimbang
koagulan terhadap ke dalam air 1000
1000 ml akuades. ml akuades.
Gambar 7. Diaduk cairan Gambar 8. Dimasukkan
koagulan larutan koagulan
menggunakan ke dalam air
batang pengaduk. sampel.

Gambar 9. Dilakukan jar test Gambar 10. Dituang air


pada air sampel. sampel ke
dalam kerucut
imhoff.

Gambar 11. Diamati flok yang Gambar 12. Diambil air sampel
terbentuk di dalam bagian atas untuk
kerucut imhoff. dipindahkan ke
beaker glass.
Gambar 13. Diukur kekeruhan Gambar 14. Diukur pH akhir
akhir air sampel air sampel
menggunakan menggunakan
turbidity meter. pH meter.

Gambar 15. Diukur Gambar 16. Dicatat data-data


ketinggian flok yang diperoleh ke
dengan dalam form data
penggaris.
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
PENYEDIAAN AIR MINUM II
PRAKTIKUM KOAGULASI-FLOKULASI
KONDISI PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh:
Kelompok 4 (Empat)

NAMA NIM
Dian Novitasari 1909046011
Rendy Pangestu 1909046013
Alvi Rahmawati 1909046026
Ghibran M. F. 1909046027
Rovita Irawan 1909046055

Samarinda, 25 Novemberi 2021


Asisten Praktikum, Praktikan,

Aldi Rizwanto Kelompok 4


NIM: 1809045008

Anda mungkin juga menyukai