Anda di halaman 1dari 40

1

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Menurut Fajri dan Kasry (2013), perairan umum adalah perairan di

permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi oleh air.

Perairan umum tersebut diantaranya adalah perairan sungai, danau, waduk,

rawa dan genangan air lainnya. Sekitar 75% dari permukaan bumi ditutupi

perairan. Ekologi perairan adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup

yang ada dalam perairan dengan lingkungan perairan tersebut. Air merupakan

kebutuhan mutlak bagi makhluk hidup, termasuk plankton, benthos dan nekton.

Sehingga jika suatu perairan terjaga ekologinya, maka makhluk hidupnya juga

terpenuhi kebutuhan hidupnya.

Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang rentan mengalami

perubahan. Air merupakan pelarut yang sangat baik, sehingga berbagai bahan

(kecuali yang memiliki sifat seperti lemak) akan mudah terlarut. Sifat air tersebut

seringkali mengakibatkan begitu mudahnya terjadinya perubahan fisika-kimia

perairan. Bukan hanya fisika-kimia yang berubah, bagian ekosistem perairan lain

pun akan terpengaruh oleh sifat air tersebut. Bagian ekosistem perairan yang

juga dapat mengalami perubahan adalah sedimen (dasar perairan) (Riani, 2012

dalam Siegers, 2013).

Menurut Agustira, et al. (2013), ekologi perairan sungai memiliki peranan

penting dalam kehidupan setiap makhluk hidup. Dengan perannya, air akan

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/komponen lainnya. Sungai

mempunyai kapasitas tertentu dan ini dapat berubah karena aktivitas alami

maupun antropogenik sehingga dibutuhkan pelestarian agar sungai dapat

berjalan sesuai dengan fungsinya. Kualitas air sungai dapat menurun akibat

aktivitas manusia, seperti akibat kegiatan industri. Tidak sedikit masyarakat yang

masih menggunakan sungai sebagau proses aktivitasnya.


2

Ekologi perairan merupakan cabang ilmu yang mempelajari suatu segala

hal yang berhubungan timbal-baliknya suatu organisme pada dengan tempat

hidupnya. Ekologi sendiri tidak lepas hubungannya yang berisi tentang

pembahasan ekosistem dengan berbagai macam komponen penyusunnya,

seperti faktor biotik serta abiotik. Faktor abiotik berasal dri organisme mati.

Sedangkan faktor biotik berasal dri organisme hidup dan melakukan

metabolisme. Lingkungan sangat berpengaruh sebab merupakan peranan dalam

menciptakan kenyamanan hidup organisme di perairan. Faktor-faktor yang ada di

lingkungan adalah faktor fisika salah satunya seperti kecerahan, suhu, arus dan

lain-lain.

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melatih dan meningkatkan

kemampuan mahasiswa dalam :

1 Mengetahui hasil pengukuran parameter fisika yang mempengaruhi

perairan Sumberrawan.
2 Mengetahui hasil pengukuran parameter kimia yang mempengaruhi

perairan Sumberrawan.
3 Mengetahui hasil pengukuran parameter biologi yang mempengaruhi

perairan Sumberrawan.
4 Menentukan kualitas perairan sumberrawan berdasarkan hasil

pengukuran parameter fisiks, kimia, dan biologi.

1.3. Kegunaan Praktikum

Kegunaan dari kegiatan praktikum Ekologi Perairan adalah:

1 Mengenalkan dan menumbuhkan rasa empati mahasiswa terhadap

ekosistem sungai dan ekosistem kolam.


2 Meningkatkan kemampuan teknis dalam mengukur parameter fisika,

kimia dan biologi.


3

3 Bagi peneliti atau lembaga ilmiah sebagai sumber informasi keilmuan dan

dasar untuk penulisan atau penelitian lebih lanjut berkaitan dengan

ekosistem sungai dan kolam.

1.4. Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum Ekologi Perairan dilakukan di Lapang dan di

Laboratorium. Praktikum Lapang Ekologi Perairan dilaksanakan pada tanggal 7

Mei 2017 di mata air Sumberawan Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Praktikum Laboratorium Ekologi Perairan dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2017,

di Laboratorium Hidrobiologi Divisi Bioteknologi dan Lingkungan Perairan,

Gedung C Lantai 1, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya

Malang.
4

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Ekologi Perairan

Menurut Fajri dan Kasry (2013), perairan umum adalah perairan di

permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi oleh air.

Perairan umum tersebut diantaranya adalah perairan sungai, danau, waduk,

rawa dan genangan air lainnya. Sekitar 75% dari permukaan bumi ditutupi

perairan, terutama perairan asin. Sedangkan sisanya adalah perairan tawar dan

perairan payau. Ekologi perairan adalah hubungan timbal balik antara makhluk

hidup yang ada dalam perairan dengan lingkungan perairan tersebut. Air

merupakan kebutuhan mutlak bagi makhluk hidup, termasuk plankton, benthos

dan nekton.

Menurut Hermanto, et al. (2013), air tawar dapat dibedakan atas dua

golongan yaitu perairan menggenang atau lentik, misalnya: danau, kolam dan

rawa, dan perairan mengalir atau habitat lotik, misalnya mata air dan sungai. Air

sudah dijadikan kebutuhan mutlak bagi beberapa organisme perairan seperti

plankton, benthos dan lainnya. Perairan lotik memiliki aliran tetapi aliranaliran

tersebut tidak memiliki peranan penting karena alirannya tidak besar dan tidak

mempengaruhi kehidupan jasadjasad di dalamnya yang memegang peranan

penting dan berpengaruh besar terhadap jasadjasad hidup di dalamnya adalah

terbaginya perairan tersebut menjadi beberapa lapisan dari atas ke bawah

(stratifikasi) yang berbedabeda sifatnya karena airnya berhenti. Perairan

mengalir (lotic waters) adalah mata air dan sungai. Aliran air pada perairan ini

biasanya terjadi karena perbedaan ketinggian tempat dari daerah yang lebih

tinggi ke daerah yang lebih rendah.

Hampir seluruh permukaan bumi, kurang lebih 75% terdiri dari air. Air

sendiri memiliki berbagai jenis variasi mulai air tawar yang memiliki salinitas

rendah hingga air laut yang salinitasnya tinggi. Perairan air tawar berada pada
5

perairan aliran sungai hingga perbatasan bertemunya dengan air laut. Air

merupakan kebutuhan mutlak bagi organisme perairan seperti micro organisme

plankton, benthos, nekton serta neuston karena merupakan habitatnya atau

tempat hidup. Ekologi sendiri mempelajari tentang lingkungan atau hubungan

timbal balik antara orgsanisme di perairan dengan lingkungannya. Lingkungan

sangat berpengaruh karena memegang peranan dalam menciptakan

kenyamanan hidup organisme diperairan tempat mereka tinggal.

2.2. Ciri-Ciri Ekologi Sungai

Menurut Fadhilah, et al. (2013), sungai merupakan sumberdaya perairan

yang mengalir secara terus-menerus pada arah tertentu, sumber air tersebut

berasal dari tanah, air hujan dan air permukaan yang menjadi semakin besar,

bergabung dan akhirnya bermuara ke laut atau ke perairan terbuka yang luas.

Sungai juga merupakan habitat lotik, tempat aneka jenis ikan, mollusca,

termasuk gastropoda dan pelecypoda dan sebagian vermes (cacing) yang hidup

mencari makan, bereproduksi atau berkembangbiak di perairan tersebut.

Organisme pada ekosistem sungai tergantung pada kecepatan arus sebagai

faktor pembatas. Kecepatan arus ditentukan oleh kecuraman sungai, yang

disebabkan oleh tinggi rendah dan halus kasar dasar sungai dan kedalaman

serta luas badan air. Sungai sebagai penampung dan penyalur air yang datang

dari daerah hulu atas, akan sangat terpengaruh oleh tata guna lahan dan

luasnya daerah aliran sungai, sehingga pengaruhnya akan terlihat pada kualitas

air sungai.

Menurut Effendi (2003) dalam Anggraini (2012), sungai dicirikan oleh arus

yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,11,0

m/detik, serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim dan pola drainase. Perairan

sungai biasanya terjadi percampuran massa air secara menyeluruh dan tidak
6

terbentuk stratifikasi vertikal kolom air pada perairan lentik (perairan tergenang).

Kecepatan arus, erosi, dan sedimentasi merupakan fenomena yang biasa terjadi

di sungai sehingga kehidupan flora dan fauna sangat dipengaruhi ketiga variable

tersebut. Klasifikasi perairan lentik sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya

dan perbedaan suhu air. Kecepatan arus dan pergerakan air sangat dipengaruhi

leh jenis bentang alam, jenis batuan dasar, dan curah hujan. Semakin rumit

bentang alam, semakin besar ukuran batuan dasar, dan semakin banyak curah

hujan, pergerakan semakin kuat dan kecepatan arus semakin cepat. Sedimen

penyusun dasar sungai memiliki ukuran yang bervariasi. Perbedaan jenis

sedimen dasar ini mempengaruhi karakteristik kimia air sungai, pergerakan air,

dan porositas dasar sungai. Sedimen dasar sungai dapat diklasifikasikan menjadi

batu kali (bedrock), bulder (boulder), kobel (cobble), pebel (pebble), kerikil

(gravel), pasir (sand), lumpur (silt), dan tanah liat (clay).

Sungai dapat diartikan sebagai saluran air yang berasal dari sumber mata

air yang terbentuk secara alamiah yang melalui saluran itu air dari darat

mengalir ke arah laut. Sungai memiliki panjang yg tidak terkira mulai dari

dataran tinggi sampai ke estuari . Sungai sendiri memiliki arus yang dapat

membawa berbagai kandungan mineral selama mengalir. Kecil kemungkinan

setiap organisme menetap pada badan sungai. Dibeberapa sungai ada yang

organisme dapat bertahan hidup menetap yang merupakan pribumi dari perairan

tersebut. Contoh salah satu organisme yang dapat bertahan hidup pada badan

sungai yaitu kepiting.

2.3. Ciri-Ciri Ekologi Kolam

Menurut Yadav, et al. (2013), kolam merupakan badan air yang relatif

dangkal. Kolam merupakan habitat yang potensial bagi tanaman dan hewan

makrokopis yang terdiri dari plankton, perifiton, nekton, neuston, benthos, ikan
7

bersirip dan kerang. Kolam umumnya merupakan ekosistem semi alami yang

dibangun manusia yang digunakan untuk menghentikan laju aliran air. Suhu

permukaan air erat tercemin dari suhu udara, hal ini berlaku terutama pada

danau dangkal atau kolam. Cahaya matahari juga dapat melampaui dasar kolam

yang dangkal.

Menurut Hermawan, et al. (2012), kolam merupakan salah satu wadah

pemeliharaan ikan yang banyak dilakukan oleh masyarakat. Ekosistem kolam

ditandai oleh adanya bagian perairan yang tidak dalam yang kedalamannya tidak

lebih dari 4-5 meter. Ekosistem kolam ditandai oleh adanya bagian perairan yang

tidak dalam (dangkal). Kolam dapat terbentuk dari aliran air yang berpindah,

meninggalkan bekas aliran terisolasi sebagai perairan yang tergenang. Kolam

dapat dijumpai dikebanyakan daerah dengan curah hujan yang cukup. Kolam

dapat dibagi menjadi :

1 Kolam berasal dari danau yang luas.


2 Kolam yang tidak berhubungan dengan danau, ukurannya kecil.
3 Kolam buatan manusia.

Kolam merupakam genangan air dengan jumlah volume yang cukup

banyak. Kolam dapat digunakan sebagai tempat bididaya ikan guna sebagai

sebagian tempat hidup atau habitat nya. Kolam memiliki sifat arus yang tenang

( tidak berarus) dan menggenangi suatu lapisan seperti tanah ataupun dinding

kolam. Cahaya matahari dapat menembus air hingga mencapai dasar kolam

yang dangkal. Suhu air kolam cerminan dari suhu udara sekitar kolam. Dapat

dikatakan suhu air pada kolam rata rata memiliki suhu yang relative sama

dengan udara di sekitarnya. Derajat keasaman pada air kolam mengikuti kondisi

lingkungannya seperti dipengaruhi oleh turunnya air hujan.

2.4. Siklus Hidrologi


8

Menurut Kusumadewi, et al. (2012), siklus hidrologi menunjukkan

gerakan air di permukaan bumi. Siklus hidrologi yaitu siklus keseimbangan

antara air hujan, air permukaan, dan air bawah tanah (air tanah). Air yang

harusnya meresap sebagai infltrasi dan menjadi imbuhan bagi air tanah bila

terhalang akan berakibat meningkatnya aliran permukaan dan menyebabkan

genangan air bila tidak diarahkan masuk ke badan air. Siklus hidrologi

merupakan konsep dasar tentang keseimbangan air secara global di bumi. Siklus

ini juga menunjukkan semua hal yang berhubungan dengan air. Dengan

perkembangan suatu wilayah atau kawasan, terutama perkotaan, tidak dapat

dihindari adanya pembangunan yang apabila tidak dilaksanakan secara terpadu

dan meyeluruh (terintegrasi dan holistik) akan mempengaruhi proses-proses

alami dalam siklus hidrologi yang akhirnya menyebabkan terganggunya

keseimbangan hidrologi.

Menurut Imansyah (2012), air dalam berbagai bentuk di bumi mengalami

daur/siklus yang dinamakan siklus hidrologi. Siklus hidrologi inilah yang

menjelaskan keberadaan air di bumi akan selalu dalam jumlah yang tetap.

Sebagai contohnya, apabila di suatu daerah mengalami kekeringan yang sangat

(ketersediaan air sedikit), di waktu yang sama, di daerah bumi yang lain jumlah

air akan melimpah. Contoh yang lain adalah lapisan es yang mengalami

pengikisan akan diimbangi dengan naiknya permukaan air laut. Siklus hidrologi

tersebut harus tetap berlangsung normal agar tidak terjadi ketidakseimbangan

jumlah air di bumi yang mengakibatkan gangguan-gangguan bagi makhluk hidup.

Kelestarian lingkungan hidup seperti daerah konservasi alam, hutan, dsb

merupakan salah satu kunci dari siklus hidrologi ini. Siklus hidrologi dapat dilihat

pada gambar 1.
9

Gambar 1. Siklus Hidrologi (Kusumadewi, et al., 2012).

Siklus hidrologi merupakan siklus atau lebih jelasnya sirkulasi air dari

bumi dataran atau lautan yang naik ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi atau

dataran tersebut yang berlangsung secara terus menerus tanpa henti. Siklus

hidrologi memiliki peranan penting bagi kelangsungan hidup suatu organisme

bumi. Dengan adanya siklus ini, maka ketersediaan air di daratan bumi dapat

tetap terjaga. Dari adanya suatu siklus hidrologi maka air dapat berpindah dari

lau ke arah dataran tinggi yang nantinya akan mengalir melalui sungai. Proses

perjalanan air di daratan membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah

air di bumi secara keseluruhan relatif tetap dikarenakan adanya slaha satu faktor

seperti siklus hidrologi , tetapi yang menyebabkan keadaan fisik yang berubah

merupakan lingkungannya atau badan air tersebut.

2.5. Rantai Makanan

Menurut Radiarta (2013), plankton (fitoplankton dan zooplankton)

mempunyai peran yang sangat besar dalam ekosistem perairan, karena sebagai

sumber makanan bagi hewan perairan lainnya. Distribusi fitoplankton

dipengaruhi oleh ketersediaan cahaya dalam perairan atau tersebar dalam zona

eufotik. Kemampuan membentuk zat organik dari zat anorganik dalam perairan

menjadikan fitoplankton dikenal sebagai produsen primer. Dalam rantai makanan

(tingkat tropik), fitoplankton menduduki posisi paling bawah sebagi sumber


10

makanan utama untuk hewan-hewan perairan. Dapat dikatakan bahwa perairan

yang produktivitas primer fitoplanktonnya tinggi akan mempunyai potensi

sumberdaya hayati yang besar.

Menurut Yuliana (2014), plankton terdiri atas fitoplankton yang merupakan

produsen utama (primary producer) zat-zat organik dan zooplankton yang tidak

dapat memproduksi zat-zat organik sehingga harus mendapat tambahan bahan

organik dari makanannya. Zooplankton memiliki peranan yang penting di

perairan terutama dalam rantai makanan, organisme ini merupakan konsumer I

yang berperan besar dalam menjembatani transfer energi dari produsen primer

(fitoplankton) ke jasad hidup yang berada pada tropik level lebih tinggi (golongan

ikan dan udang). Zooplankton terutama dimangsa hewan karnivor yang lebih

besar sebagai produsen tersier. Proses ini akan berlangsung dari produsen

tingkat IV, tingkat V, dan seterusnya, yang dapat digambarkan dalam rantai

makanan. Selain itu, plankton termasuk zooplankton dapat digunakan sebagai

bahan kajian untuk mengetahui kualitas dan kesuburan suatu perairan yang

sangat diperlukan untuk mendukung pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut.

Terdapat hubungan positif antara kelimpahan plankton dengan produktivitas

perairan, zooplankton berperan dalam kemantapan produktivitas perairan.

Gambar 2. Rantai Makanan (Karleskint, 2010).


11

Dalam sebuah ekosistem pada daratan maupun perairan, produsen dan

konsumen saling berhubungan dalam hal pemangsaan. Hubungan inilah yang

disebut sebagai rantai makanan (food chain). Pada daerah tropis yang banyak

terkena cahaya bulu babi memangsa rumput laut atau algae sebagai

makanannya. Rumput laut dalam hal ini berperan sebagai produsen primer yang

akan dimangsa oleh bulu babi tersebut. Selanjutnya siput atau sejenit molusca

yang lainnya memakan bulu babi tersebut. Bulu babi disini berkedudukan

sebagai produsen tingkat 1 atau utama. Hal tersebut merupakan salah satu

contoh dari rantai makanan. Konsep rantai makanan berperan penting dalam

menjaga keseimbangan berbagai jenis makhluk hidup pada sebuah ekosistem.

2.6. Hubungan Interaksi Antar Organisme dalam Ekologi Perairan

Menurut Herlianti, et al. (2016), bahwa lingkungan perairan sungai terdiri

dari komponen biotik dan abiotik yang berinteraksi melalui arus energi dan daur

hara. Bila interaksi keduanya terganggu maka akan terjadi perubahan yang

menyebabkan ekosistem perairan itu menjadi tidak seimbang. Dimana kegiatan

rumah tangga, pertanian, industri bila tidak dikelola dengan baik akan berdampak

negatif terhadap sumber daya air, yaitu menurunnya kualitas air. Kondisi ini dapat

menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi makhluk hidup yang

bergantung pada sumber daya air. Konsentrasi klorofil di suatu perairan dapat

menggambarkan besarnya produktivitas primer di suatu perairan

Menurut Radiarta (2013), perairan yang subur tentunya dapat mendukung

keanekaragaman sumberdaya biota yang tersedia. Kesuburan perairan dapat

diindikasikan dengan kelimpahan fitoplankton yang tersedia. Perubahan

terhadap kualitas perairan dapat ditinjau dari kelimpahan dan komposisi

fitoplankton. Keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan

informasi mengenai kondisi perairan tersebut. Bahkan beberapa penelitian


12

menggunakan indek ekologi fitoplankton sebagai indikator pencemaran atau

tingkat tropik.

Lingkungan sendiri berperan dalam hal menyediakan tempat hidup bagi

keseluruhan organisme yang hidup di lingkungan tersebut. Sebaliknya makluk

hidup mampu mengembalikan energi yang telah digunakan atau

dimanfaatkkannya ke dalam lingkungan tersebut. Suatu siklus daur energi

merupakan contoh nyata yang menunjukan keberadaan interaksi tersebut yang

memiliki peran masing masing dan saling berketergantungan satu dengan

lainnya. Daur energy tersalurkan melalui rantai makanan pada suatu ekosistem.

Dalam sebuah ekosistem perairan terdapat dua kelompok rantai makanan yang

yaitu rantai makanan grazing dan detrital. Kedua jenis rantai makanan tersebut

saling melengkapi dan membentuk sebuah siklus yang kontinus.

2.7. Faktor-Faktor Ekosistem Sungai

2.7.1. Fisika
Suhu atau temperature disuatu sungai akan berfluktuasi mengikuti aliran

air mulai dari hulu menuju hilir atau muara. Daerah hulu (rithal) mempunyai

fluktuasi tahunan akan semakin besar dan mencapai maksimum didaerah hilir

(potanial). Suhu perairan mengalami fluktuasi setiap hari, terutama mengikuti

pola suhu udara lingkungan, intensitras cahaya matahari, letak geografis,

penaungan dan kondisi internal perairan seperti kekeruhan, kecepatan arus dan

timbunan bahan organik didasar perairan. Meningkatnya suhu sebesar 10 oC

akan meningkatkan laju metabolisme sebesar 2-3 kali lipat. Naiknya suhu

menyebabkan kelarutan oksigen dalam air menurun, sehingga organisme air sulit

untuk respirasi. Suhu udara yang baik untuk perkembangan organisme akuatik

dan tidak menimbulkan tekanan yang berbahaya berkisar antara 26 oC-27oC

(Sinambela dan Sipayung, 2015).


13

Menurut Sari dan Usman (2012), kecerahan perairan adalah suatu

kondisi yang menunjukan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada

kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan sangat penting karena erat

kaitannya dengan atifitas fotosintesis. Kecerahan merupakan factor penting bagi

proses fotosintesa dan produksi primer dalam suatu perairan. Parameter fisika

yang berpengaruh lainnya adalah suhu yang memegang peranan penting dalam

berbagai proses kimia dan aktifitas biologi perairan. Perubahan suhu sangat

berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu juga

sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan.

Fitoplankton yang berada pada perairan alami sangat dipengaruhi oleh

suhu. Fitoplankton sendiri dapat bertumbuh optimal pada tingkatan suhu 20-30C.

Disamping itu ada juga faktor fisika lain yang mempengaruhi kehidupan

fitoplankton serta organisme lainnya yang melakukan fotosintesis yaitu cahaya.

Semakin optimal cahaya yang masuk kedalam perairan maka semakin optimal

proses pertumbuhan yang dilakukan oleh organisme perairan tersebut.tetapi

cahaya sendiri merupakan faktor pembatas untuk proses fotosintesis. Di samping

itu fitoplankton serta organisme bersifat tumbuhan berperan menjadi sumber

energi utama atau produsen.

2.7.2. Kimia

Menurut Yogafanny (2015), beberapa parameter kimia diantaranya

adalah pH, DO, BOD, COD, nitrat, dan salinitas. BOD merupakan banyaknya

kadar oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba untuk mengoksidasi bahan

pencemar organik menjadi karbondioksida (CO 2) dan air (H2O), sedangkan COD

adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik

secara kimiawi menjadi CO2 dan H2O. Tingginya nilai BOD dan COD yang

terkandung dalam air sungai, menunjukan banyaknya bahan organik yang dapat
14

didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi secara biologis

seperti tumbuhan dan hewan yang telah mati, hasil buangan limbah domestik

dan industri. Kadar nitrat yang melebihi baku mutu merupakan gambaran dari

adanya pencemaran perairan oleh aktifitas manusia, sisa pupuk, dan tinja

hewan. Nilai pH dapat mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia, semakin

tinggi nilai pH maka nilai alkalinitas semakin tinggi dan kadar karbondioksida

semakin rendah.

Menurut Nasim (2016), parameter kimia perairan antara lain pH, DO,

CO2, Amonia, Nitrat Nitrogen, dan Orthophospat. pH adalah cerminan derajat

keasaman yang diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = - log

(H+). Konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu, makin tinggi suhu,

makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Oksigen yang diperlukan biota air

untuk pernafasannya harus terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu

faktor pembatas, sehinnga bila ketersediaannya didalam air tidak mencukupi

kebutuhan biota. Karbondioksida (CO2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh

tumbuh-tumbuhan air renik maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses

fotosintesis. Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan

organisme air, namun kandungannya yang berlebihan sangat menganggu,

bahkan menjadi racu secara langsung bagi biota.

Faktor kimia yangdapat mempengaruhi kehidupan pada suatu perairan

yaitu DO, karbondioksida, pH, BOD, dan COD. DO adalah kandungan oxygen

yang terlarut didalam air, maka DO sangat lah penting untuk pernapasan

organisme yang hidup di perairan tersebut. Disamping itu ada karbondioksida ,

karbondioksida sendiri merupakan hasil difusi dari udara serta hasil dari proses

respirasi. pH adalah tingkat atau nilai keasaman pada suatu perairan. Semakin

tinggi pH pada perairan maka dapat menyebabkan kematian untuk organisme

yang hidup di perairan tersebut.


15

2.7.3. Biologi

Menurut Nangin, et al. (2015), penurunan kualitas air sungai akan diikuti

dengan perubahan kondisi fisik, kimia dan biologis sungai. Perubahan yang

terjadi akan berdampak pada kerusakan habitat dan mengakibatkan penurunan

keanekaragaman organisme yang hidup pada perairan sungai termasuk di

dalamnya komunitas makrozoobentos. Makrozoobentos merupakan salah satu

komponen biotik yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi perairan

sungai. Makrozoobentos dapat digunakan sebagai parameter biologis dalam

menentukan kualitas sungai karena hidupnya relatif diam di dasar sungai.

Makrozoobentos terdapat diseluruh badan sungai mulai dari hulu sampai ke hilir.

Makrozoobentos merupakan salah satu organisme akuatik yang menetap di

dasar perairan, yang memiliki pergerakan relatif lambat serta dapat hidup relatif

lama sehingga memiliki kemampuan untuk merespon kondisi kualitas perairan

sungai.

Kondisi perairan tentunya tidak lepas dari faktor fisik, kimia, dan biologi

lingkungannya. Adanya interaksi antar faktor fisik dan kimia mempengaruhi faktor

bilogi uji organisme yang ada dilingkungan perairan. Biota yang memiliki

kecenderungan hidup menetap dan penyebarannya luas digunakan sebagai

faktor biologi penentu kualitas lingkungan. Salah satu kelompok organisme yang

digunakan sebagai indikator biologi adalah makrozoobentos. Makrozoobentos

adalah hewan yang menghabiskan keseluruahan atau sebagian hidupnya dekat

atau bahkan pada sedimen. Zoobentos tersebar luas dan terdiri atas organisme

seperti larva insekta, crustaceae dan Mollusca (Rahmawati, 2014).

Faktor biologi yang ada pada suatu perairan adalah adanya plankton

serta organisme lainnya. Planton apabila jumlah kepadatannya besar dapat

dikatakan perairan tersebut subur akan tetapi ada batasannya. Apa bila jumlah

Zooplankton terlalu sedikit serta tidak mampu mengikuti jumlah fitoplankton,


16

maka akan menjadi kompetisi spesies fitoplankton di perairan tersebut. Selain itu

keberadaan plankton juga mempengaruhi keberadaan organisme lainnya. Hal ini

dikarenakan organisme lainnya juga memanfaatkan plankton sebagai

makanannya.

2.8. Fakor-Faktor Ekosistem Kolam

2.8.1. Fisika

Menurut Agustiningsih (2012), parameter fisika kualitas air

menggambarkan kondisi yang dapat dilihat secara visual/kasat mata yang

meliputi kekeruhan, suhu, kandungan padatan terlarut, rasa, bau, warna dan

sebagainya. Parameter fisika yang biasa digunakan adalah suhu dan padatan

tersuspensi. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan

biologi badan air. Padatan tersuspensi/total suspended solid adalah padatan

yang dapat meningkatkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat

mengendap langsung. Kandungan padatan tersuspensi dalam air akan

mengurangi penetrasi sinar/cahaya kedalam air sehingga mempengaruhi

regenerasi oksigen dalam proses fotosintesa. Jadi, parameter fisika yang biasa

digunakan adalah suhu dan padatan tersuspensi.

Menurut Tatangindatu, et al. (2013), faktor fisika perlu dikemukakan untuk

digunakan sebagai indicator kualitas perairan serta bahan pembanding dalam

kegiatan pemantauan perkembangan. Faktor fisika kolam ada dua yaitu suhu

dan kecerahan. Faktor fisika perairan perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana daya dukung kualitas air untuk kegiatan budidaya. Kisaran suhu untuk

kegiatan budidaya air tawar adalah deviasi 3 sedangkan toleransi suhu perairan

yang baik untuk menunjang pertumbuhan optimal dari beberapa ikan budidaya

air tawar seperti mas dan nila adalah 28C. Suhu mempunyai peranan penting
17

dalam menentukan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan, kisaran yang baik

untuk menunjang pertumbuhan optimal adalah 28C.

Kualitas perairan sangat dipengaruhi oleh faktor fisika yang berdampak

pada faktor biologis. Hal ini dicontohkan oleh adanya cahaya dengan daya

tembus atau penetrasinya. Semakin optimal cahaya menembus badan air maka

semakin bagus perairan tersebut. Semakin bagusnya ini dikarenakan semakin

lancarnya proses fotopsintesis yg dilakukan oleh organisme seperti fito plankton

dan lainnya. Dari sini kita pelajarai bahwa setiap faktor saling mempengaruhi

satu dengan lainnya.

2.8.2. Kimia

Menurut Tatangindatu, et al. (2013), faktor-faktor kimia kolam ada pH,

DO, Nitrat, Amoniak, Fosfat, dan BOD. pH yang ideal bagi kehidupan biota air

tawar adalah antara 6,8-8,5. Kisaran oksigen terlarut untuk kegiatan budidaya

ikan yaitu> 4mg/l. Pada siang hari oksigen dihasilkan melalui proses fotosintesa

sedangkan pada malam hari oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali

oleh alga untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kadar oksigen

maksimum terjadi pada sore hari dan minimum menjelang pagi hari.

Menurut Sudarsono (2014), pengukuran parameter kimia meliputi pH

yang diukur pada perairan kolam. Nilai pH pada perairan umumnya berkisar

antara 6.5 sampai 9.0. Nilai-nilai pH normal sekitar 6-8. Seperti yang kita ketahui,

siklus hidro-ekologis yang tentunya antara faktor lingkungan dan plankton saling

berinteraksi. Sifat plankton yang aerob akan mempengaruhi BOD dan COD yang

berada dalam perairan. Faktor lingkungan pada ekosistem air dalam kolam akan

menentukan kualitas air.

Faktor kimia dalam perairan kolam ialah DO, pH, CO2, Alkalinitas, TOM,

Orthophospat, Nitrat nitrogen, dan BOD. Terjadinya peningkatan kematian

organisme pada perairan biasanya sering dikarenanakan banyak nya limbah


18

buangan yang bersifat asam. Kandungan karbon dioksida yang optimal bagi

perairan yaitu sebesar 2 mg/l. Sedangkan kandungan DO atau oksigen terlarut

yang maksimal yaitu sebesar 8. Faktor kimia ini semua dapat dipengaruhi oleh

faktor fisika. Selain itu faktor kimia ini akan mempengaruhi keberadaan

organisme yang hidup di perairan tersebut.

2.8.3. Biologi

Menurut Radiarta (2013), kelimpahan organisme merupakan parameter

biologi dari ekosistem kolam. Perairan yang subur tentunya dapat mendukung

keanekaragaman sumberdaya biota yang tersedia. Kesuburan perairan dapat

diindikasikan dengan kelimpahan fitoplankton yang tersedia. Perubahan

terhadap kualitas perairan dapat ditinjau dari kelimpahan dan komposisi

fitoplankton. Keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan

informasi mengenai kondisi perairan tersebut. Bahkan beberapa penelitian

menggunakan indeks ekologi fitoplankton sebagai indikator pencemaran.

Menurut Rahman, et al. (2016), plankton mempunyai peran yang sangat

besar dalam ekosistem perairan. Plankton dibagi menjadi fitoplankton dan

zooplankton. Keberadaan fitoplankton dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya unsur hara, kondisi cahaya, suhu, pH, serta pemangsaan oleh

zooplankton dan ikan planktivor. Fitoplankton merupakan salah satu organisme

perairan yang sangat penting dan berperan sebagai produsen primer di

perairan. Fitoplankton akan memberikan respons terhadap perubahan kondisi

perairan baik berupa perubahan pada kelimpahan jumlah jenis, maupun struktur

komunitas fitoplankton.

Didalam sebuah ekositem kolam terdapat banyak faktor biologis. Salah

satu faktor biologis yang paling nerperan ialah plankton. Plankton sendiri dapat

berasal dri perairan kolam itu sendiri ataupun dri luar perairan kolam itu.

Kesetabilan suatu perairan kolam sendiri tergantung pada jumlah jenis plankton
19

pada perairan kolam itu. Kestabilan ekositem pada kolam juga dapat dipengaruhi

oleh organisme lain selain plankton. Semua yang tinggal didalam sebuah

perairan akan menjadi faktor biologis.

2.9. Benthos

2.9.1. Definisi Bentos

Menurut Fahrul (2007) dalam Dwirastina (2013), bahwa bentos

merupakan hewan yang hidup didasar perairan. Berdasarkan ukurannya bentos

dapat dibedakan menjadi 3 yaitu makro bentos, meso bentos dan mikro bentos.

Hewan yang hidup didasar dan ukurannya 3-5 mm termasuk dalam makro

bentos. Hewan yang berukuran 0,1-1 mm termasuk dalam mesobentos

sedangkan yang berukuran dibawah 0,1 mm termasuk dalam mikro bentos.

Peranan bentos diperairan sangat penting. Penelitian bentos berperan dalam

menentukan indikator kualitas perairan karna sifat bentos yang diam atau

menetap dan tidak banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik arus ataupun

gelombang.

Salah satu biota yang ekonomis penting adalah bentos. Bentos memiliki

sebaran atau distribusi yang sangat luas. Bentos adalah organisme yang hidup di

dasar perairan dan mendiami kedalaman tertentu. Dengan mempelajari berbagai

jenis bentos, akan diketahui berbagai jenis mahluk hidup yang ada di perairan

laut. Kehidupan bentos dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Adapun faktor

yang mempengaruhi yaitu tipe sedimen, salinitas dan kedalaman di bawah

permukaan sehingga tercipta keanekaragaman jenis bentos yang menghuni

perairan (Sinyo dan Idris, 2013).

Benthos merupakan organisme yang hidupnya berada didasar perairan.

Bentos selama hidupnya menetap pada wilayah yang disebut zona bentik,

maupun dasar daerah tepian. Benthos berbeda dengan plankton yang hidupnya
20

mengambang bebas di air dikarenakan bentos tidak terlalu dipengaruhi oleh

arus. Berbeda dengan plankto yang hidupnya selalu dipengaruhi oleh arus.

Benthos hidup di dekat sedimen seperti lumpur atau pasir dan lainnya. Benthos

dapat beradaptasi pada tekanan air yang tinggi. Seluruh siklus hidup benthos

ada yang bersifat sesil, merayap maupun menggali lubang. Salah satu

contohnya seperti golongan molusca.

2.9.2. Ciri-Ciri Bentos

Menurut Fahrul (2007) dalam Dwirastina (2013), bahwa bentos

merupakan hewan yang hidup didasar perairan atau dipermukaan dasar

perairan. Berdasarkan ukuranya bentos dapat dibedakan menjadi tiga yaitu

makro bentos, meso bentos dan mikrobentos. Hewan yang hidup didasar dan

ukuranya 3-5 mm termasuk dalam makrobentos. Hewan yang berukuran 0,1 1

mm termasuk dalam mesobentos sedangkan yang berukuran dibawah 0,1 mm

termasuk dalam mikrobentos. Makrozoobenthos merupakan hewan yang

sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil,

merayap maupun menggali lubang. Hewan ini memegang beberapa peran

penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi

material organik yang memasuki perairan serta menduduki beberapa tingkatan

trofik dalam rantai makanan. Makrozoobenthos dapat bersifat toleran maupun

bersifat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Organisme yang memiliki

kisaran toleransi yang luas akan memiliki penyebaran yang luas juga. Sebaliknya

organisme yang kisaran toleransinya sempit (sensitif) maka penyebarannya juga

sempit.

Bentos adalah organisme dasar perairan yang hidup di permukaan

(epifauna) atau di dalam (infauna) substrat dasar. Bentos dibagi dalam tiga

kelompok besar yaitu makrobentos, meiobentos, dan mikrobentos. Makrobentos

adalah semua organisme bentos yang berukuran lebih besar dari 1,0 mm,
21

seperti moluska. Meiobentos adalah semua organisme bentos yang berukuran

antara 0,1 mm sampai 1,0 mm, seperti cidaria. Mikrobentos adalah

organisme bentos yang berukuran lebih kecil dari 0,1 mm. Makrozoobentos,

terutama yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan makrofit

akuatik yang hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam

perairan menjadi potonganpotongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah

mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan (Asriani,

et al., 2013).

Benthos terdiri dari hewan dan tumbuhan. Benthos hidup di atas dasar

laun atau dibawah dasar laut. Wilayah yg ditempatti oleh benthos dinamakan

zona bentik. Zona bentik biasanya berada di daerah laut dengan kedalaman

200m. Daerah atau zona bentak sangat sedikit cahaya atau bahkan ada yang

tidak ada cahaya. Tetapi ada juga benthos yang dapat hidup didaerah dekat

pantai.

2.9.3. Peran Bentos di Perairan

Menurut Izmiarti (2010) dalam Putra, et al. (2014), hewan benthos

mempunyai peranan penting dalam ekosistem perairan. Peranannya sebagai

komponen dalam rantai makanan yakni sebagai konsumen pertama dan kedua.

Atau sebagai sumber makanan dari level trofik yang lebih tinggi seperti ikan.

Selain tu, makrozoobenthos dapat membantu proses awal dekomposisi material

organik di dasar perairan. Dimana dapat mengubah material organik berukuran

besar menjadi potongan yang lebih kecil sehingga mikroba lebih mudah

menguraikannya.

Menurut Hawkes (1979) dalam Dwirastina (2013), bahwa peranan

benthos diperairan sangatlah penting. Dalam penelitian benthos berperan dalam

menentukan indikator kualitas perairan. Karena sifat benthos yang diam atau

menetap dan tidak banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, baik arus ataupun
22

gelombang. Kehidupan benthos juga dipengaruhi oleh beberapa macam faktor

seperti tipe sedimen dan kedalaman.

Bentos pada perairan dapat dijadikan sebuah indikator. Bentos memiliki

banyak perannan. Salahsatu peranan bentos seperti memakan sisa organisme

mati. Bentos memiliki banyak jenis dengan daya adaptasi yang berbeda. Disetiap

perairan yang berbeda pasti jenis nya berbeda. Salahsatu penyebabnya yaitu

punya atau tidaknya operkulum pada benthos tersebut.

2.9.4. Jenis Bentos di Perairan

Menurut Sinyo dan Idris (2013), bentos adalah organisme yang hidup di

dasar perairan dan mendiami kedalaman tertentu. Kehidupan bentos dipengaruhi

oleh berbagai macam faktor. Adapun faktor yang mempengaruhi yaitu tipe

sedimen dan kedalaman di bawah permukaan sehingga tercipta

keanekaragaman jenis bentos yang menghuni perairan. Organisme bentos

meliputi kelompok Bintang Laut, Bulubabi, Gastropoda, Teripang, Bivalvia, dan

Bintang ular. Indeks keanekaragaman ditentukan oleh dua faktor penting yaitu

jumlah individu dan jumlah individu dari masing-masing spesies sehingga jumlah

individu sangat menentukan indeks keanekaragaman.

Menurut Dwirastina (2013), berdasarkan ukuranya bentos dapat

dibedakan menjadi tiga yaitu makro bentos, mesobentos dan mikrobentos. Pada

perairan terdapat banyak bentos, sepert Aulodrilus, Limnodrilus, Brachiura

sworbyii, dan Imature tubuficids. Ke-4 genera ini termasuk dalam kelas

Oligochaeta. Banyaknya individu dari Imature tubificids menandakan bahwa

lingkunga sekitar sudah mulai tercemar. Apabila banyak ditemukan jenis

Oligochaeta dan jenis lain tidak ada maka mengindikasikan daerah tersebut

mulai tercermar.

Dengan kita mempelajari berbagai jenis bentos pada suatu perairan

,maka kita akan mengetahui berbagai jenis mahluk hidup yang ada di perairan
23

serta peranan ataupun fungsi bentos di perairan. Dengan kita mempelajarinya

kita juga dapat mengetahui keadaan perairan dari nilai kualitas perairan . semua

ini disebabkan bentos merupakan salah satu indikator penting dari banyak

indikator lainnya seperti plankton dll. Dapat dikatakan juga semakin banyak jenis

spesies bentos pada suatu perairan. Maka bisa dikatakan semakin baik kondisi

perairan tersebut. berikut salah satu contoh bentos (Holothuria sp.). Holothuria

sendiri tidak bias hidup pada perairan yang keruh, ini menujukan kondisi

perariran tersebut bagus. Gambar jenis benthos dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Limnodrilus (Dwirastina, 2013)

2.9.5. Kelimpahan Bentos di Perairan dan Rumus

Menurut Dwirastina (2013), Menyatakan bahwa kelimpahan diartikan

sebagai satuan jumlah individu yang ditemukan perstuan luas. Rumus

perhitungan kelimpahan sebagai berikut. Kelimpahan terbagi menjadi dua yakni :

1. Kelimpahan Jenis
Cara menghitung kelimpahan jenis sebagai berikut :

10000 x a
Dengan keterangan : K= b
K : Jumlah organisme makrozoobenthos (individu/m2)

a : Jumlah makrozooenthos yang disaring (individu)

b : Luas transek X jumlah ulangan (cm2)

2. Kelimpahan Relatif
24

Kelimpahan relatif dihitung dengan rumus kelimpahan relatife :

R= x 100
N
Dengan keterangan :
R = Kelimpahan Relatif (%)
Ni = Jumlah individu dari spesies ke-I (individu)
N = Jumlah individu dari seluruh spesies (individu)

Dengan perhitungan sebagai yang disebutkan, maka dapat diketahui kelimpahan

benthos pada perairan.

Menurut Pamuji, et al. (2015), kelimpahan individu merupakan jumlah

individu per satuan volume. Rumus perhitungan kelimpahan individu sebagai

berikut :

Kl ( ind
m 3)
=a x

Dengan keterangan :
Ki = Kelimpahan jenis (individu/m3)
Ni = Jumlah individu dari spesies ke-I (individu)

Kelimpahan makro-zoobenthos merupakan jumlah individu spesies setiap

stasiun dalam satuan kubik yang cukup banyak. Kelimpahan individu makro-

zoobenthos merupakan perbandingan antara total spesies pertama yang kita

amati dengan jumlah plot di spesies pertama. Dengan kita menghitung

kelimpahan benthos,maka kita dapat mengetahui berapa spesies yang hidup di

perairan tersebut. Kelimpahan makrobenthos juga dapat mempengaruhi suatu

perairan karena pola kemerataan kelimpahan makrobenthos di setiap stasiun

sungai berbedabeda. Ini semua dapat dipengaruhi juga dengan adanya arius

yang selalu mengalir. Suatu perairan yang sehat atau dapat dikatakan tidak

tercemar akan menunjukkan tanda dengan adanya jumlah individu yang

seimbang dari hampir semua spesies organisme yang ada. Sebaliknya suatu
25

perairan tercemar, penyebaran jumlah individu tidak merata dan cenderung ada

spesies yang mendominasi.

2.10. Perifiton

2.10.1. Definisi Perifiton

Menurut Maghfirah (2015), perifiton adalah hewan maupun tumbuhan

yang hidup di bawah permukaan air, sedikit bergerak, melekat pada batu-batu,

ranting, tanah atau substrat lainnya. Perifiton adalah campuran kompleks dari

alga, Cyanobacteria, mikroba heterotrofik, dandetritus yang melekat pada dasar

ekosistem perairan. Perifiton juga dikenal sebagai aufwuchs (organisme

menempel). Pada perairan lotik (mengalir) alga perifiton lebih berperan sebagai

produsen daripada fitoplankton. Hal ini disebabkan karena fitoplankton akan

selalu terbawa arus, sedangkan alga perifiton relatif tetap pada tempat hidupnya.

Alga perifiton juga penting sebagai makanan beberapa jenis invertebrata dan

ikan, karena perifiton relatif tidak bergerak, maka kelimpahan dan komposisi

perifiton di laut dipengaruhi oleh kualitas air laut tempat hidupnya.

Menurut Ameilda, et al. (2016), perifiton adalah organisme yang hidup

menempel, bergerak bebas, atau melekat pada permukaan benda-benda di

perairan, seperti batu, kayu, dan permukaan tumbuhan, serta di permukaan

makroalga. Perifiton merupakan organisme yang cenderung tidak bergerak,

sehingga kelimpahan dan keanekaragaman perifiton juga dipengaruhi oleh

habitatnya, dan substrat sebagai habitat perifiton juga ikut menentukan proses

perkembangannya. Perifiton dapat berupa hewan atau tumbuhan. Perifiton yang

berjenis hewan umumnya terdiri dari protozoa dan rotifera, sedangkan perifiton

yang berjenis tumbuhan terdiri dari mikroalga. Keberadaan protozoa dan rotifera

menjadikan peranan perifiton pada habitat sebagai dekomposer. Perifiton

memiliki bagian penting dalam trophic level baik secara langsung ataupun tidak
26

langsung. Peranan ganda yang dimiliki perifiton dalam habitat makroalga adalah

selain sebagai produsen untuk organisme seperti ikan herbivore dan

invertebrata, juga sebagai dekomposer bagi makroalga dan mempengaruhi

perkembangan makroalga karena menyumbangkan unsur hara melalui proses

penguraian dekomposer.

Perifiton adalah mikroorganisme yang hidup menempel pada substrat.

Perifiton adalah organisme yang melekat pada batang tumbuhan atau akar

tanaman yang bergerak lurus ke dasar laut. Perifiton memiliki beberapa tipe

substrat tergantung dari jenis inang yang dihinggapinya. Perifiton lebih sering

telihat melekat pada batuan sedimen, batang tumbuhan, hewan laut, atau

permukaan pasir. Bentuk perifiton menyerupai ganggang atau alga yang ada

pada dasar lautan.Terkadang perifiton sering terlihat seperti lumut kecil yang

berwarna hijau hijau kuning.

Ciri-Ciri Perifiton

Menurut Novianti, et al. (2013), beberapa perifiton diantaranya ada yang

berbentuk koloni, yang memiliki kemampuan melekat pada permukaan substrat

lebih baik daripada mikroalga lainnya. Diatom perifiton merupakan indikator

biologi yang baik untuk mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi pada suatu

badan air. Perubahan kandungan senyawa kimia yang masuk ke dalam suatu

perairan merupakan faktor penting dalam mempelajari perkembangan komunitas

diatom perifiton. Peran penting diatom perifiton dapat dilihat dalam ekosistem

perairan, hal ini berhubungan dengan fungsi diatom perifiton sebagai produsen

dalam rantai makanan yakni penghasil bahan organik dan oksigen.

Menurut Yuniarno, et al. (2015), perifiton merupakan aufwuch yaitu

sekelompok organisme (umurnya mikroskopis). Hidup menempel pada benda

atau pada permukaan tumbuhan air yang terpendam, tidak menembus substrat,

diam atau bergerak di permukaan substrat tersebut. Istilah aufwuch


27

dipergunakan secara umum untuk seluruh organism yang berasosiasi dengan

permukaan padat tetapi tidak sampai menembus substrat tersebut. Komunitas

perifiton umumna terdiri dari alga mikroskopis yang menempel, baik satu sel

maupun alga benang terutama dari jenis diatom, jenis alga Conjugales,

Cyanophyceao, Euglena-phyceae, Xanthopyceae dan Chrussophyceae.

Keberadaan perifiton dalam satu perairan dengan perairan lainnya tidaklah

sama. Beberapa faktor yang mempengaruhi keadaan perifiton dalam suatu

perairan adalah kondisi fisik, kimiawi, dan biologi perairan.

Perifiton dapat dijadikan pakan alami di perairan yang digunakan untuk

budi daya. Dikarenakan perifiton melakukan fotosintesis yang menghasilkan zat

organik dan anorganik. Perifiton hidup secara berkoloni yang menempel pada

subtrat. Parameter kualitas air pun menjadi faktor yang tidak kalah penting

apabila kualitas airnya optimal maka perifiton dapat hidup dengan stabil sehingga

ikan nila dapat memanfaatkannya sebagai sumber makanan.

Peran Perifiton di Perairan

Perifiton merupakan jasad-jasad yang dapat hidup melekat pada

permukaan substrat perairan. Organisme perifiton mempunyai peranan penting

dalam penyedia produktivitas perairan. Sedangkan diatom perifiton merupakan

indikator biologi yang baik untuk mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi

pada suatu badan air. Fungsi diatom perifiton sebagai produsen dalam rantai

makanan yakni penghasil bahan organik dan oksigen. Diatom perifiton

merupakan indikator biologi yang baik untuk mengetahui tingkat pencemaran

yang terjadi pada suatu badan air (Novianti, et al., 2013).

Perifiton mempunyai peranan penting baik di perairan tergenang maupun

perairan mengalir. Perifiton dapat menjadi bioindikator biologi pada pencemaran

limbah domestik. Keberadaan spesies perifiton dipengaruhi oleh parameter

kualitas air. Parameter tersebut dipengaruhi oleh tata guna lahan dan intensitas
28

kegiatan manusia disekitarnya. Perifiton merupakan sebagai aufwuchs yaitu

sekelompok organisme yang hidup menempel pada benda atau permukaan

tumbuhan air yang terendam (Gusmaweti, 2016).

Perifiton mempunyai peranan penting di perairan sebagai penyedia

produktivitas perairan. Perifiton dalam sebuah ekosistem dia juga berperan

sebagai produsen atau penghasil energi utama selain plankton. Hal ini

disebabkan karena adaaya arus, yang sealu memindahkan plankton. Perifiton

relatif tetap pada tempat hidupnya. Karena hidupnya menempel pada substrat,

maka kondisi perairan dapat diketahui melalui keberadaan komunitas perifiton,

yang dihubungkan dengan kondisi fisika dan kimia di perairan sungai.

Jenis Perifiton di Perairan

Menurut Gusmaweti (2016), perifiton yang ditemukan pada substrat

selama penelitian di 3 stasiun terdiri dari 11 genus yang tergolong ke dalam 4

divisi yaitu (1) divisi Chrysophyta sebanyak 4 genus, (2) Divisi Chlorophyta 4

genus, (3) divisi Charophyta 1 genus dan (4) divisi Cyanophyta 2 genus

Chrysophyta dan Chlorophyta genus yang ditemukan masing-masing 4 genus

lebih banyak dari divisi lain. Hal ini dikarenakan umumnya divisi Chrysophyta

merupakan perifiton yang umum ditemukan pada perairan dan memiliki

kemampuan untuk mentoleransi keadaan lingkungan serta parameter perairan

yang mendukung untuk pertumbuhannya. Pada perairan yang berarus 0.5-1 m/s

perifiton terutama kelas Bacillaryophyceae dari divisi Chrysophyta merupakan

kelimpahan yang tinggi. Kelimpahan yang rendah bisa diakibatkan

terakumulasinya bahan-bahan limbah yang terbawa oleh air. Bahan-bahan

limbah tersebut menghambat pertumbuhan perifiton.

Menurut Siagian (2012), perifiton yang menempel pada eceng gondok

(Eichornia crassipes) ada 24 jenis yang terdiri dari 4 kelas yaitu Chlorophyceae

12 jenis, Bacillariophyceae 5 jenis, Cyanophyceae 4 jenis dan Euglenphyceae 3


29

jenis. Indeks keragaman dan indeks dominasi menunjukkan keanekaragaman

tinggi, sebaran individu dan kestabilan komunitas tinggi serta tidak ada individu

yang mendominasi. Secara umum kualitas air yang diukur masih mampu

mendukung kehidupan organisme akuatik yang ada di air . Perairan dengan

kesuburan rendah, konsentrasi fosfat 0,00-0,02 mg/l; kesuburan cukup dengan

konsentrasi fosfat 0,21-0,05 mg/l; kesuburan baik jika konsentrasi fosfat 0,05-

0,10 dan kesuburan sangat baik, konsentrasi fosfat 0,01-0,20 mg/l. Dengan nilai

kesuburan yaitu 0,06 maka secara umum perairan masih mampu mendukung

kehidupan organisme yang ada.

Pada suatu perairan terdapat 5 jenis kelas perifiton yang biasa hidup

didalamnya, yaitu terdiri dari kelas Bacillariophyceae, Cyanophyceae,

Clorophyceae, Euglenaphyceae, dan Dinophyceae. Perifiton tumbuh pada

permukaan substrat mulai dari yang alami dan buatan. Berdasar substrat

menempelnya, dibedakan atas perifiton tumbuh pada batu, perifiton tumbuh pada

permukaan sedimen, perifiton tumbuh pada batang dan daun tumbuhan dan

perifiton yang tumbuh pada hewan. Apabila indeks keragaman perifiton cukup

tinggi maka keadaan tersebut menunjukkan bahwa keadaan kualitas perairan

tersebut bagus dan mendukung kehidupan organisme akuatik yang hidup

didalamnya.Faktor lain pada perairan seperti kecepatan arus juga dapat

mepengaruhi kehidupan organisme seperti perifiton. Akan tetapi tidak terlalu

berpengaruh sepeerti plankton.

2.10.2. Kelimpahan Perifiton di Perairan

Menurut Haekal, et al. (2014), perifiton merupakan mikroorganisme baik

tumbuhan maupun hewan yang hidup menempel, bergerak bebas atau melekat

pada permukaan benda-benda yang ada di sungai seperti batu, kayu, batang-

batang tumbuhan air dan sebagainya. Karena perifiton relatif tidak bergerak

maka kelimpahan dan komposisi perifiton di perairan dipengaruhi oleh kualitas


30

perairan tempat hidupnya. Dalam hal perubahan perkembangan perifiton maka

ditentukan oleh sejumlah faktor, khususnya ketersediaan nutrien pada

sedimentasi yang terjadi terutama dalam bentuk organik yang berpengaruh pada

lingkungan perairan. Perkembangan perifiton akan ditentukan oleh sejumlah

faktor. Faktor khususnya adalah ketersediaan nutrien pada sedimentasi yang

terjadi terutama dalam bentuk organik.

Menurut Arfiati (1989) dalam Yuniarno, et al. (2015), keberadaan perifiton

dalam suatu perairan dengan perairan lainnya tidaklah sama. Beberapa faktor

yang mempengaruhi keadaan perifiton dalam suatu perairan adalah kondisi fisik,

kimiawi, dan biologi perairan. Perkembangan perifiton dapat ditentukan oleh

keberadaan substrat. Perbedaan morfologi karang memungkinkan pula adanya

kelimpahan perifiton yang berbeda. Kelimpahan perifiton dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

T P
K= L x p x

Adapun K adalah jumlah total perifiton (inc/cm2) , P adalah jumlah perifiton

tercacah, p adalah jumlah perifiton yang di amati, T adalah luas penampang

permukaan Sedgwick-rafter (mm2), L adalah luas lapang pandang mikroskop

(mm2), V adalah volume sampel pada botyol contoh (ml), v adalah volume

sampel dalam sedgwich-rafter (ml), sedangkan A adalah luas substrat yang

dikerik (cm2).

Salah satu biota yang rentan terhadap perubahan kualitas air adalah

perifiton. alah satu komunitas biota yang teradaptasi untuk dapat berkembang

dengan baik disungai adalah perifiton. Perifiton adalah komunitas biota

penempel. perifiton pada umumnya berukuran mikro akan tetapi lebih besar dri

ukuran plankton. Perifiton keberadaannya relatif menetap dan berbeda dengan


31

plankton. Perifiton hidup menempel pada berbagai substrat, seperti batu,

sedimen, atau material-material lain yang terbenam dalam kolom air.

2.11. Plankton

2.11.1. Definisi Plankton

Menurut Radiarta (2013), plankton merupakan organisme yang hidup

melayang didalam air. Organisme ini mempunyai kemampuan gerak yang sangat

terbatas, sehingga sebaran organisme ini dipengaruhi oleh kondisi arus perairan.

Distribusi fitoplankton secara horizontal banyak dipengaruhi faktor fisik seperti

pergerakan massa air dan kimia misalnya nutrien. Plankton dapat dibagi menjadi

dua yaitu fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton hewani).

Plankton (fitoplankton dan zooplankton) mempunyai peran yang sangat besar

dalam ekosistem perairan, karena sebagai sumber makanan bagi hewan

perairan lainnya.

Menurut Wulandari, et al. (2014), plankton adalah semua kumpulan

organisme berukuran mikroskopis, baik hewan maupun tumbuhan yang hidup

melayang mengikuti arus. Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton.

Fitoplankton merupakan organisme mikroskopis yang bersifat autotrof atau

mampu menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik melalui proses

fotosintesis dengan bantuan cahaya khususnya jenis diatom yang memiliki

kontribusi lebih besar. Oleh karena itu, fitoplankton memiliki peran sebagai

produsen primer. Plankton sebagai sumber makanan bagi organisme yang hidup

di perairan.

Plankton adalah organisme mikroskopis yang sifatnya melayang-layang

dan mengikuti arus. Plankton sangat berperan sebagai produsen primer dan

sekunder. Keberadaan plankton dalam suatu perairan sangatlah penting .

keberadaan plankton didalam sebuah perairan juga dapat dipengaruhi oleh


32

adanya aus dan ombak. Terkadang penyebaran tidak merata faktor penyebabnya

ialah arus. Plankton juga sering digunakan sebagai tolok ukur kesuburan

perairan.

Ciri-Ciri Plankton

Menurut Agustini dan Madyowati (2014), plankton merupakan organisme

yang hidup melayang atau mengapung di dalam air. Kemampuan geraknya

kalaupun ada sangat terbatas hingga organisme tersebut selalu terbawa arus.

Berdasarkan daur hidupnya, plankton terbagi dalam dua golongan yaitu

holoplankton dan meroplankton. Fitoplankton yang berukuran besar yang terdiri

dari dua kelompok besar, yaitu diatom dan dinoflagelata. Sedangkan zooplankton

merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, sangat beranekaragam dan

terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh

filum hewan.

Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi

yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan. Salah satu ciri khas dari

organisme fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan di perairan.

Oleh karena itu kehadiran plankton di suatu perairan dapat menggambarkankan

karakteristik suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur atau tidak.

Fitoplankton merupakan mikroorganisme nabati yang hidup melayang di dalam

air, relatif tidak mempunya daya gerak sehingga keberadaannya dipengaruhi

oleh gerakan air. Fitoplankton dapat ditentukan di seluruh massa air mulai dari

permukaan sampai pada proses fotosintesis (Faza, 2012).

Plankton merupakan organisme yang hidup melayang atau mengapung di

dalam air. Plankton terbagi menjadi dua yaitu Fitoplankton dan zooplankton.

Fitoplankton merupakan salah satu jenis plankton tumbuhan atau nabati yang

mampu hidup pada kedalaman dimana intensitas cahaya matahari masih

memungkinkan untuk digunakan dalam melakukan asimilasi (fotosintesis).


33

Fitoplankton umumnya hidup di laut. Apabila ada gangguan pada asimilasi

karena kurang nya cahaya maka pertumbuhan fitoplankton tidak optimal.

Zooplankton merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, sangat

beranekaragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang

mewakili hampir seluruh filum hewan. Ada beberapa plankton yang memiliki

bentuk tubuh seperti hewan dengan tubuh sempurna.

2.11.2. Peran Plankton di Perairan

Menurut Usman, et al. (2013), bahwa plankton mempunyai peranan

penting di dalam ekosistem bahari dapat dikatakan plankton sebagai pembuka

kehidupan di planet bumi ini. Plankton mempunyai banyak peranan penting

dalam perairan. Salah satunya plankton bersifat autotroph yaitu merubah unsur

hara anorganik menjadi organik. Selain itu plankton sebagai penghasil oksigen

dari proses fotosintesis. Plankton juga berperan sebagai sumber makanan yang

sangat mutlak bagi kehidupan makhluk hidup yang lebih tinggi tingkatannya.

Menurut Amelia (2012), komunitas planton memegang peranan penting

dalam ekosistem perairan. Plankton khususnya fitoplankton merupakan dasar

dari rantai makanan dan disebut produsen primer. Plankton dapat membentuk

materi organik dari materi anorganik yang selanjutnya dapat dimanfaatkan

secara langsung oleh organisme lainnya. Selain itu plankton juga menghasilkan

oksigen melalui fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton yang dimanfaatkan

organisme lain. Materi organik dan anorganik dapat mempengaruhi kelimpahan

dan keanekaragaman plankton.

Dengan adanya plankton di dalam perairan maka perairan tersebut dapat

dikatakan subur. Karena apabila kehidupan ekosistem plankton tumbuh baik

didalam perairan maka akan mempengaruhi kehidupan biota perairan tersebut.

Fitoplankton didalam perairan menjadi produsen primer dalam rantai makanan.


34

Fitoplankton juga mampu menghasilkan oksigen dari hasil fotosintesis. Dengan

demikian oksigen dapat dimanfaatkan oleh biota perairan untuk respirasi.

2.11.3. Jenis Plankton di Perairan

Menurut Sachlan (1982) dalam Agustini dan Madyowati (2014), plankton

secara langsung maupun tidak langsung merupakan faktor yang begitu penting

bagi kehidupan ikan dan segala macam biota yang hidup didalam air. Plankton

khususnya fitoplankton merupakan primary producer atau organisme penghasil

makanan yang pertama dalam siklus rantai makanan. Plankton dapat dibagi

menjadi dua golongan yaitu fitopankton terdiri dari tumbuhan yang bebas

melayang dan hanyut dalam perairan serta mampu berfotosintesis dan

zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik. Plankton terdapat berbagai

macam ukuran. Macam ukuran plankton yaitu makroplankton (lebih besar dari 1

mm), mikroplankton (0,06-1mm) dan nanoplankton (kurang dari 0,06mm) meliputi

beberapa jenis fitoplankton.

Menurut Jhon, et al. (2002) dalam Maresi, et al. (2015), disuatu perairan

terdapat berbagai macam jenis fitoplankton. Salah satunya Monoraphidium sp.

merupakan jenis fitoplankton yang paling banyak ditemukan di perairan Situ

Bulakan. Monoraphidium sp. adalah salah satu fitoplankton yang digunakan

sebagai indikator perairan yang tercemar. Jenis ini memiliki protective cyste yang

merupakan fase dari organisme uniseluler yang dilindungi oleh lapisan tebal

sehingga dapat bertahan hidup lebih lama pada kondisi yang tidak

menguntungkan tanpa mengambil makanan. Fitoplankton berpotensi menjadi

indikator terbaik dalam pencemaran organik karena mudah dicuplik dan

diidentifikasi sehingga dapat menjadi indikator pencemaran yang baik di suatu

perairan.

Plankton merupakan salah satu organisme terpenting di dunia, karena

terletak didasar rantai makanan akuatik.Pada dasarmya plankton dibagi menjadi


35

dua kelompok besar yaitu fitooplankton dan zoo plankton. Dimana fitooplanktonn

mewakili sel tanaman sedangkan zooplankton mewakili sel hewan. Fitooplankton

bersifat autotroph dan zooplankton bersifat heterotroph.

Gambar 4. Zoo Plankton (Dwirastina, 2013)

2.11.4. Kelimpahan Plankton di Perairan

Menurut Siregar, et al. (2014), kelimpahan plankton di suatu perairan

dapat digunakan untuk mengindikasikan kelimpahan ikan pemangsa Fitoplankton

di perairan. Plankton dari kelas Fitoplankton merupakan penyumbang oksigen

terbesar di dalam perairan. Fitoplankton juga merupakan parameter biologi yang

dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat

kesuburan perairan. Sebagai bioindikator lingkungan, keberadaan fitoplankton di

perairan dapat dijadikan sebagai ukuran apakah suatu lingkungan atau perairan

dalam kondisi baik/optimal atau telah mengalami gangguan/tercemar.

Kelimpahan fitoplankton akan mengalami peningkatan pada saat siang hari dan

menurun pada waktu sore hari.

Menurut Nurfadillah, et al. (2012), kelimpahan fitoplankton secara

keseluruhan didominasi oleh kelas Bacillarophycae. Tingginya kelimpahan dari

kelas Bacillarophycae diduga karena tingginya kadar silica. Kelimpahan plankton

ada beberapa persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung kelimpahan

plankton. Perhitungan plankton dapat dilakukan dengan menggunakan metode


36

sapuan Sedwick Rafter Counting Cell. Rumus perhitungan kelimpahan plankton

sebagai berikut :

a v 1
N=n x x x
A vc V

Keterangan :
N = Kelimpahan plankton (sel/l
n = Jumlah plankton tercacah (sel)
a = Luas gelas penutup (mm2 )
v = Volume air terkonsentrasi (ml)
A = Luas satu lapangan pandang (mm2)
vc = Volume air di bawah gelas penutup (ml)
V = Volume air yang disaring (l)

Kelimpahan organisme plankton di suatu perairan sangat berperan

penting bagi ekosistem perairan tersebut. Pada rantai makanan di perairan,

plankton (fitoplankton) berperan sebagai produsen primer. Fitoplankton

merupakan organisme perairan yang bersifat autotrof. Fitoplankton berperan

sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat menggambarkan kondisi

suatu perairan. Kelimpahan plankton di suatu perairan juga dapat digunakan

untuk mengindikasikan kelimpahan ikan pemangsa fitoplankton.


37

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, M dan S. O. Madyowati. 2014. Identifikasi kelimpahan plankton pada


budidaya ikan air tawar ramah lingkungan. Jurnal Agroknow. 2(1): 39-43.

Agustiningsih, D. 2012. Kajian Kualitas Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal


dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai. Tesis. Semarang:
Program Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro. 126 hlm.

Agustira, R., K. S. Lubis dan Jamilah. 2013. Kajian karakteristik kimia air, fisika
air dan debit sungai pada kawasan DAS Padang akibat pembuangan
limbah tapioka. Jurnal Online Agroekoteknologi. 1(3): 615-625.

Ameilda, C. H., I. Dewiyanti, dan C. Octavina. 2016. Struktur komunitas perifiton


pada makroalga Ulva lactuca di perairan Pantai Ulee Lheue, Banda Aceh.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1(3): 337-347.

Amelia, C. D., Z. Hasan dan Y. Mulyani. 2012. Distribusi spasial komunitas


plankton sebagai bioindikator kualitas perairan di Situ Bagendit
Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. 3(4): 301-311.

Anggraini, R. 2012. Kandungan Logam Air Sumur dan Air PDAM dengan Sistem
Pendeteksi Kelayakan Air Minum (Elektrolizer Air) di Kecamatan
Sumbersari. Skripsi. Jember: Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas
Jember. 72 hlm.

Asriani, W. O., Emiyarti dan E. Ishak. 2013. Studi kualitas lingkungan di sekitar
pelabuhan bongkar muat nikel (Ni) dan hubungannya dengan struktur
komunitas makrozoobentos di Perairan Desa Motui Kabupaten Konawe
Utara. Jurnal Mina Laut Indonesia. 3(11): 22-35.

Dwirastina, M. 2013. Teknik pengambilan dan identifikasi bentos kelas


Oligochaeta di daerah Indakiat Riau Pekanbaru. Balai Riset Perairan
Umum. 11(2): 41-44.

Fadhilah, N., Masrianih dan Sutrisnawati. 2013. Keanekaragaman gastropoda air


tawar di berbagai macam habitat di Kecamatan Tanambulava
Kabupaten Sigi. E-Jipbiol. 2(1): 13-19.

Fajri, N. E dan A. Kasry. 2013. Kualitas perairan muara sungai siak ditinjau dari
sifat fisik-kimia dan makrozoobentos. Berkala perikanan terubuk. 41(1):
37-52.

Faza, M. F. 2012. Struktur Komunitas Plankton di Sungai Pesanggrahan dari


Bagian Hulu (Bogor, Jawa Barat) hingga Bagian Hilir (Kembangan, DKI
Jakarta). Skripsi. Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Universitas Indonesia. 60 hlm.

Gusmaweti. 2016. Komunitas struktur perifiton di batang air Palangki Sijunjung,


Sumatra Barat. Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi. 2(1): 21-34.
38

Haekal, M., M. R. Muskananfola dan P. W. Purnomo. 2014. Hubungan antara


sedimen organic terhadap perubahan komunitas perifiton di perairan
pulau panjang Jepara. Diponegoro Journal of Maquares. 3(4): 58-66.

Herlianti, J., Suryanti dan P. Soedarsono. 2016. Hubungan antara kandungan


nitrat, fosfat, dan klorofil- di Sungai Kaligarang, Semarang. Diponegoro
Journal of Maquares. 5(1): 69-74.

Hermanto, W., S. Nursinar dan Mulis. 2013. Struktur komunitas ikan di perairan
danau limboto desa Pentadio kecamatan Telaga Biru kabuoaten
Gorontalo. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1(3): 168-176.

Hermawan, A. T., Iskandar dan U. Subhan. 2012. Pengaruh padat tebar terhadap
kelangsungan hidup pertumbuhan lele dumbo (Clarias gariepinus Burch.)
di kolam kali Menir Indramayu. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(3): 85-
93.

Imansyah, M. F. 2012. Studi umum permasalahan dan solusi DAS Citarum serta
analisis kebijakan pemerintah. Jurnal Sosioteknologi. 25(11): 17-31.

Kusumadewi, D. A., L. Djakfar dan M. Bisri. 2012. Arahan spasial teknologi


drainase untuk mereduksi genangan di sub daerah aliran sungai watu
bagian hilir. Jurnal Teknik Pengairan. 3(2): 258-276.

Karleskint, G., R. Turner, James, and W. Small. 2010. Marine Biology Third
Edition. Brooks Belomnt.

Maghfirah. 2015. Analisis Terumbu Karang Buatan (TKB) dalam Habitat Perifiton
Menggunakan Correspondence Analisis dan Detrended Correspondence
Analysis. Skripsi. Jember: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Universitas Jember. 29 hlm.

Maresi, S. R. P., Priyanti dan E. Yunita. 2015. Fitoplankton sebagai bioindikator


saprobitas perairan di Situ Bulakan Kota Tangerang. Jurnal Biologi. 8(2):
113-122.

Nangin, S. R., M. L. Langoy dan D. Y. Katili. 2015. Makrozoobentos sebagai


indikator biologis dalam menentukan kualitas air sungai Suhuyon
Sulawesi Utara. Jurnal MIPA UNSTRAT Online. 4(2): 165-168.

Nasim, Uddin. 2016. Pembuatan system aplikasi basis data kualitas air sungai
(Data Environmen) berbasis web di Kecamatan Weda Tengah.
Indonesian Journal on Networking and Security. 5(4): 19-28.

Novianti, M., N. Widyorini dan D. Suprapto. 2013. Analisis kelimpahan perifiton


pada kerapatan lamun yang berbeda di perairan Pulau Panjang, Jepara.
Journal of Management of Aquatic Resources. 2(3): 219-225.

Nurfadillah., A. Damar dan E. M. Adiwilaga. 2012. Komunitas fitoplankton di


perairan Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh.
Jurnal Depik. 1(2): 93-98.

Pamuji, A., M. R. Muskananfola dan C. Ain. 2015. Pengaruh sedimentasi


terhadap kelimpahan makrozoobentos di muara sungai Betahwalang
Kabupaten Demak. Jurnal Saintek Perikanan. 10(2): 129-135.
39

Putra, H., Izmiarti dan Afrizal. 2014. Komunitas makrozoobentos di Sungai


Batang Ombilin Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 3(3):
175-182.

Radiarta, I. N. 2013. Hubungan antara distribusi fitoplankton dengan kualitas


perairan di Selat Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Jurnal Bumi Lestari. 13(2): 234-243.

Rahman, A., N. T. M. Pratiwi dan S. Hariyadi. 2016. Struktur komunitas


fitoplankton di Danau Toba, Sumatera Utara. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. 21(2): 120-127.

Rahmawati, R. 2014. Analisis Tingkat Pencemaran Berdasarkan Indeks


Keragaman Populasi Gastropoda di Bagian Tengah Sungai Gajahwong
dan Kali Kuning Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Sains dan
Teknologi. UIN Sunan Kalijaga. 48 hlm.

Sari, T. E. Y dan Usman. 2012. Studi parameter fisika dan kimia daerah
penangkapan ikan perairan selat asam kabupaten Kepulauan Meranti
Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 17(1): 88-100.

Siagian, M. 2012. Kajian jenis dan kelimpahan perifiton pada eceng gondok
(Eichornia crassipes) di zona literal waduk Limbungan, Pesisir Rumbai,
Riau. Jurnal Akuatika. 3(2): 95-104.

Siegers, W. H. 2013. Kondisi Ekologi Makrobentos Pada Ekosistem Mangrove


Dan Laut Desa Hanura, Kecamatan Padang Cermin, Propinsi Lampung.
Tesis. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 71 hlm.

Sinambela, M dan M. Sipayung. 2015. Makrozoobentos dengan parameter fisika


dan kimia di perairan Sungai Babura Kabupaten Deli Serdang. Jurnal
Biosains. 1(2): 44-50.

Sinyo, Y dan J. Idris. 2013. Studi kepadatan dan keanekaragaman jenis


organisme bentos pada daerah padang lamun di perairan pantai
Kelurahan Kastela Kecamatan Pulau Ternate. Jurnal Bioedukasi. 2(1):
154-162.

Siregar, L. L., S. Hutabarat dan M. R. Muskananfola. 2014. Distribusi fitoplankton


berdasarkan waktu dan kedalaman yang berbeda di perairan Pulau
Menjangan Kecil Karimunjawa. Diponegoro Journal of Maquares
Management of Aquatic Reources. 3(4): 9-14.

Sudarsono. 2014. Identifikasi jenisjenis plankton di kolam Blok O, Banguntapan,


Bantul, Yogyakarta. Jurnal Sains Dasar. 3(2): 149155.

Tatangindatu, F., O. Kalesaran dan R. Rompas. 2013. Studi parameter fisika


kimia air pada areal budidaya ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan,
Kabupaten Minahasa. Jurnal Budidaya Perairan. 1(2): 8-19.

Usman, M. S., J. D. Kusen dan J. R. T. S. L. Rimper. 2013. Struktur komunitas


plankton di perairan Pulau Bangka Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal
Pesisir dan Laut Tropis. 2(1): 51-57.
40

Wulandari, D. Y., N. T. M. Pratiwi dan E. M. Adiwilaga. 2014. Distribusi spasial


fitoplankton di perairan pesisir Tangerang. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. 19(3): 156-162.

Yadav, P., V. K. Yadav, A. K. Yadav and P.K. Khare. 2013. Physico-chemical


characteristics of a fresh water pond of orai, u. P., Central India. Journal
of Biosciences International. 1(2): 177-184.

Yogafanny, E. 2015. Pengaruh aktifitas warga di sempadan sungai terhadap


kualitas air Sungai Winongo. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan.
7(1): 41-50.

Yuliana. 2014. Keterkaitan antara kelimpahan zooplankton dengan fitoplankton


dan parameter fisika-kimia di Perairan Jailolo, Halmahera Barat. Journal
Maspari. 6(1): 25-31.

Yuniarno, H. A., Ruswahyuni dan A. Suryanto. 2015. Kelimpahan perifiton pada


karang masif dan bercabang di perairan Pulau Panjang Jepara. Journal
of maquares. 4(4): 99-108.

Anda mungkin juga menyukai