Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KANDUNGAN MIKROPLASTIK PADA EKOSISTEM PESISIR DAN PRODUK

GARAM DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT REGION WALLACEA

MICROPLASTIC CONTENT ANALYSIS ON COASTAL ECOSYSTEM AND SALT PRODUK IN


WEST NUSA TENGGARA PROVINCE REGION OF WALLACEA

KARYA ILMIAH PRAKTIK AKHIR

Deras Adilwiweko1, Ita Junita Puspa Dewi2, Hendra Irawan2

SEKOLAH TINGGI PERIKANAN


Jl. AUP Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520, Telepon (021) 7806874, 78830275 faks (021) 7805030, 78830275

E-mail: derasawaw@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia terletak di antara 6o LU (Lintang Utara) - 11o LS (Lintang Selatan) dan 95o BT
(Bujur Timur) - 141o BT (Bujur Timur), terdiri dari 80% Lautan dan 20% daratan. Indonesia kini
sedang menghadapi masalah sampah plastik di perairan, sampah plastik kemudian terdegradasi
menjadi partikel yang lebih kecil yaitu mikroplastik. Mikroplastik merupakan partikel polimer
sintetis yang berukuran (<5 mm) dan mengandung bahan kimia anorganik yang telah tersebar
secara luas di seluruh dunia dan sudah terdapat pada ekosistem pesisir bahkan produk garam.
Praktik ini bertujuan untuk mengetahui presensi partikel mikroplastik, sebaran, bentuk dan
dominansi partikel mikroplastik yang terkandung pada ekosistem pesisir dan produk garam di
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan hasil praktik, total partikel mikroplastik pada air di
ekosistem yang didapatkan di NTB sebanyak 2879 partikel, pada sedimen di ekosistem sebanyak
1005 partikel dan pada produk garam 144 partikel. Mikroplastik jenis Filamen mendominasi pada
sampel air di ekosistem dan produk garam, sedangkan pada sedimen adalah fragmen.
Kelimpahan mikroplastik pada sampel air terbesar terdapat pada air di pantai sebesar 2291
partikel/ml, sedangkan pada sedimen terbesar di pasir pantai 591 partikel/gr dan produk garam
320 partikel/ml. Analisis Chi-square menunjukkan bahwa pada setiap sampel terdapat hubungan
yang signifikan dengan jenis mikroplastik yang ditemukan, kecuali pada sampel air di ekosistem
karang. Pengelolaan lingkungan perairan di Provinsi Nusa Tenggara terhadap permasalahan
sampah plastik belum cukup efektif karena masih bersifat landfill atau pengumpulan sampah
pada tempat pembuangan akhir. Provinsi Nusa Tenggara Barat juga kearifan lokal berupa awik-
awik yang berperan dalam menjaga lingkungan perairan dengan sanksi dan aturan yang tegas
berupa hukuman sosial, namun kehadirannya hanya ada di beberapa Kabupaten.

Kata kunci : mikroplastik, ekosistem pesisir, produk garam, pengelolaan


ABSTRACT

Indonesia is located between 6o N (North Latitude) - 11o S (South Latitude) and 95o East
(Longitude) - 141o East (East Longitude), comprising 80% of the Ocean and 20% of the land. Indonesia is
now facing the problem of plastic waste in waters, plastic waste is then degraded into smaller particles,
namely microplastics. Microplastics are synthetic polymer particles that are sized (<5 mm) and contain
inorganic chemicals that have been widely distributed throughout the world and are already present in
coastal ecosystems and even salt products. This practice aims to determine the presence of microplastic
particles, the distribution, shape and dominance of microplastic particles contained in coastal ecosystems
and salt products in West Nusa Tenggara Province. Based on the results of observation, the total
microplastic particles in water in the ecosystem obtained in WNT were 2879 particles, in sediment in the
ecosystem as many as 1005 particles and in salt products 144 particles. Filament type microplastics
predominate in water samples in ecosystems and salt products, whereas sediments are fragments.
Microplastic abundance in the largest water sample found in water at the beach amounted to 2291 particles
/ ml, while the largest sediment in beach sand 591 particles / gr and salt products 320 particles / ml. Chi-
square analysis showed that in each sample there was a significant relationship with the type of
microplastic found, except for water samples in coral ecosystems. Management of the marine environment
in the province of Nusa Tenggara on the problem of plastic waste has not been effective enough because it
is still landfill or garbage collection at the final disposal site. . The province of West Nusa Tenggara also
has local wisdom in the form of awik-awik who play a role in protecting the aquatic environment with
sanctions and strict rules of social punishment, but its presence is only in a few districts.

Keywords : microplastic, coastal ecosystem, salt products, management

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 17.504 pulau dan memiliki lautan seluas
2,9 jt km2 (Astuti et al., 2018). Indonesia ditetapkan sebagai negara maritim (Hidayat et al., 2017), karena
80% wilayahnya adalah lautan dan 20% daratan, sehingga memiliki potensi yang perikanan yang sangat
tinggi (Lumaksono et al., 2018).

Pencemaran sampah terutama plastik telah menjadi isu global saat ini (Hiwari et al., 2019).
Sampah Plastik merupakan komponen utama dari sampah yang terdapat di laut. Jumlahnya hampir
mencapai 95% dari total sampah yang terakumulasi di sepanjang garis pantai, permukaan dan dasar laut
(Victoria, 2017). Indonesia merupakan negara kedua sebagai penyumbang sampah plastik terbesar setelah
China (Wu et al., 2018). Masyarakat Indonesia kini dengan berbagai aktivitasnya menggunakan materi
sintetis seperti plastik dan kurangnya pengolahan limbah plastik, menyebabkan limbah tersebut berakhir ke
lautan (Azaria et al., 2012).

Sampah laut (marine debris) sebagai benda padat persistent, diproduksi atau diproses oleh manusia,
secara langsung atau tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja, dibuang atau ditinggalkan di dalam
lingkungan laut (Hastuti et al., 2014). Menurut Dewi et al (2015) sekitar 10% sampah dari semua plastik
yang baru diproduksi akan dibuang melalui sungai dan berakhir di laut dan potensi dari dampak sampah
laut secara kimia cenderung meningkat seiring menurunnya ukuran partikel plastik (mikroplastik).

Mikroplastik adalah partikel mikroskopis yang lebih kecil dari plastik biasanya, berukuran 1-5 mm
(Markic & Nicol, 2014). Sumber mikroplastik dapat berasal dari aktivitas manusia sehari-hari, seperti
penggunaan scrub wajah, pasta gigi dan pelet resin yang digunakan dalam industri (Auta et al., 2017).
Plastik / mirkoplastik merupakan polimer organik sintetis, yang dapat bertahan hingga berabad-abad (Pawar
et al., 2016) dan dapat mengendap dalam sendimen (Vianello et al., 2013)
Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas 2 (dua) pulau besar yaitu Pulau Lombok dan Pulau
Sumbawa dan ratusan pulaupulau kecil. Dari 421 pulau yang ada, terdapat 40 pulau yang telah berpenghuni.
(BPS Nusa Tenggara Barat, 2018) Nusa Tenggara Barat terdiri 10 kabupaten/ kota yang terletak di dua
pulau besar yaitu; Pulau Lombok: Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara dan
Kota Mataram, Pulau Sumbawa: Sumbawa, Dompu, Bima, Sumbawa Barat dan Kota Bima. Luas wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai 20.153,20 km2. Terletak antara 115046’119005’ Bujur Timur dan
08010’-9005’ Lintang Selatan.

METODE PENELITIAN

Praktik Akhir dilaksanakan mulai dari tanggal 04 Maret sampai 24 Mei 2019, yang berlokasi di
Provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi 7 Kabupaten dan 2 Kota.

Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel


Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survey dengan menginventarisasi
kabupaten/kota yang memilki potensi ekosistem pesisir dan produk garam di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Lalu dilakukan sampling pada setiap lokasi pengambilan sampel dengan pengulangan sebanyak tiga kali
Dalam pelaksanaanya, praktik ini dilakukan dalam 2 tahapan yaitu, pengambilan sampel dilapangan dan
pemisahan partikel mikroplastik yang di lakukan di laboratorium Oseanografi dan Lingkungan, Sekolah
Tinggi Perikanan (STP) Jakarta. Analisis data mikroplastik menggunakan Distribusi Frekuensi, Analisis
Chi Square (Chi-kuadrat) dan Kelimpahan Mikroplastik

Hasil observasi dari tipe mikroplastik yang ditemukan berdasarkan bentuk/tipe mikroplastik (pellet,
fragment, filament, microbeads, fiber dan film) untuk melihat tingkat kemunculan dari elemen-elemen
tersebut, yang selanjutnya dianalisis dengan distribusi frekuensi kategori dengan menggunakan rumus
Sturges (Sumayani et al., 2017), sebagai berikut:

Lebar Kelas (i) = (Nilai terbesar-Nilai Terkecil)

Nilai K didapat dari:

K = 1 + 3,3 log n

Keterangan :

K = Jumlah kelas

N = Banyaknya data

Uji chi- Square yang digunakan merupakan pengujian hipotesis tentang perbandingan antara
frekuensi sampel yang benar-benar terjadi disebut frekuensi observasi dengan frekuensi harapan yang
didasarkan atas hipotesis tertentu pada setiap kasus atau data disebut frekuensi harapan. Dalam praktik ini
untuk mengetahui perbedaan signifikan antara keberadaan mikroplastik pada ekosistem tertentu. Dilakukan
analisis dengan pengujian hipotesis deskriptif Chi-Kuadrat dengan bantuan program Statistical Package for
the Social Sciences 23 (SPSS) for window dengan persamaan sebagai berikut:

X2= ∑ (f0-fh)2
fh
Keterangan :

f0 = frekuensi observasi atau pengamatan


fh = frekuensi harapan
X2 = Chi-Kuadrat

Dengan Hipotesis berupa :

H0 = tidak ada perbedaan yang nyata dan signifikan antara keberadaan mikroplastik pada ekosistem
pesisir dan produk garam
H1 = terdapat perbedaan signifikan antara keberadaan mikroplastik pada ekosistem pesisir dan produk
garam
Uji hipotesis ini dilakukan dengantaraf signifikasi yang berkriteria :
1. Jika nilai a symptotic significant Pearson Chi-Square >0,05, maka hipotesis nol diterima.
2. Jika nilai asymptotic significant Pearson Chi-Square
Kelimpahan mikroplastik dapat dihitung dengan membandingkan jumlah partikel mikroplastik
yang ditemukan dengan sampel yang diamati. Menurut (Hiwari et al., 2019)

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑀𝑖𝑘𝑟𝑜𝑝𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑘 (𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙)


𝐾𝑒𝑙𝑖𝑚𝑝𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑖𝑘𝑟𝑜𝑝𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑘 =
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 (𝑚𝐿)/(𝑔𝑟)

Pengamatan sampel mikroplastik dengan menggunakan mikroskop binokuler dengan perbesaran


10x, bentuk dan jenis mikroplastik yang ditemukan adalah sebagai berkut;

Fragment Film Fiber

Pellet
Microbeads Filament

Gambar 2. Jenis Parktikel Mikroplastik yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

• Wallacea
Kawasan Wallacea diberikan untuk wilayah Indonesia bagian tengah dengan luas total daratan
mencapai 347.000 km2 yang meliputi Sulawesi, sebagian Nusa Tenggara, Halmahera, dan negara Timor
Leste (Bisjoe, 2015). Wallacea dibatasi oleh garis-garis imajiner yang dikenal dengan nama garis Wallace.
Garis Wallace merupakan garis imajiner pemisah daratan Indonesia Barat dengan Indonesia Tengah (Smith,
2010 ; Noerwidi, 2019). Data hasil pengamatan sampel mikroplastik di kawasan Wallacea merupakan data
kompilasi dari 10 subregion (Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Selatan, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku dan
Maluku Utara). Jumlah sampel yang di uji secara keseluruhan berjumlah 1385 sampel air, 1896 sampel
sedimen dan garam 110 sampel
Persentase jenis mikroplastik pada
air di bioekoregion Wallacea Persentase jenis mikroplastik pada
Microbea
sedimen bioekoregion Wallacea
Pellet
ds 1%
1% Foam
0% Film
Fiber 7%
7% Film
Fragment 33%
30%
Fragment
49%
Filament
54% Pellet
2%
Microbea
ds Foam
1% 7% Fiber Filament
Gambar 3. 7% 1% Gambar 4.

Berdasarkan Gambar 3, Kandungan mikroplastik yang paling tinggi pada sampel air adalah jenis
filament dengan persentase 54% (40,89 partikel), merupakan mikroplastik yang berasal dari limbah
buangan pembuatan pakaian sintetik yang diproduksi oleh industri tekstil, dalam skala rumah tangga
filament dihasilkan dari kegiatan mencuci pakaian. Filament yang dikeluarkan dalam lingkungan perairan
dapat mencapai 1900 partikel dari hasil pencucian 1 potong pakaian (Browne et al., 2011).
Sedangkan pada Gambar 4, Kandungan mikroplastik yang paling tinggi pada sampel sedimen
adalah jenis fragment dengan persentase 49% (3,43 partikel), Fragmen merupakan serpihan potongan dari
plastik yang memiliki polimer sintesis kuat seperti botol- botol minum, dan kemasan makanan plastik
lainnya (Dewi et al., 2015). Berdasarkan (Hidalgo-Ruz, 2012) kebanyakan mikroplastik bentuk fragmen
memiliki memiliki massa jenis yang rendah sehingga mengambang di permukaan perairan sebelum
terdegradasi di dasar perairan

Berdasarkan Tabel 1, Persentasi kandungan partikel mikroplastik tertinggi adalah Sulawesi Barat
24% (185,62 partikel), diikuti oleh Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah, Gorontalo, Maluku, Sulawesi Tenggara dan persentase terendah berada di Sulawesi Selatan dengan
persentase 4% (34,90 partikel). Penyebaran mikroplastik di perairan sangat dipengaruhi oleh faktor
oseanografi seperti arus, gelombang, dan pasang surut (Assuyuti et al., 2018). Ketiga parameter oseanografi
tersebut sangat berkontribusi dalam proses akumulasi dan distribusi mikroplastik pada suatu perairan.
Faktor lainnya yang mempengaruhi volume dan kuantitas sampah ialah populasi manusia (Jambeck et al.,
2015).

Sedangkan pada Tabel 2, Persentasi kandungan partikel mikroplastik tertinggi adalah Sulawesi
Utara 31% (44,47 partikel), diikuti oleh Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT),
Nusa Tenggara Barat (NTB), Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan
persentase terendah berada di Maluku dengan persentase 1% (1,89 partikel/kg).
Penyebaran mikkroplastik di sedimen disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pasang surut, suhu
yang tinggi, udara, hidrolisis oleh air laut, dan abrasi fisik sehingga polimer plastik terpecah menjadi
potongan-potongan kecil (Hastuti et al., 2014 ; Cauwenberghe et al., 2013),), degradasi mikroplastik dalam
sedimen laut tergantung pada densitas plastik (densitas yang rendah menyebabkan plastik mudah
mengapung dan lebih terpapar sinar matahari dan udara), dan struktur kimia yang ditambahkan ke plastik
(beberapa zat aditif meningkatkan stabilitas polimer plastik di lingkungan perairan).
Untuk presensi kandungan partikel mikroplastik pada produk garam yang tertinggi adalah Maluku
23% (73,25 partikel), diikuti oleh Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah dan persentase terendah berada di
Sulawesi Utara dengan persentase 2% (5,88 partikel).Penyebaran mikroplastik pada garam disebabkan oleh
beberapa faktor, kelalaian selama proses produksi garam menyebabkan masuknya mikroplastik ke produk
garam, seperti pengunaan air laut dan penggunaan plastik pada kemasan garam (Yang et al., 2015). Selain
itu, kepadatan penduduk dan struktur ekonomi akan sangat mempengaruh tingkat polusi mikroplastik di
lingkungan perairan (Gundogdu, 2018).
Produk garam yang diamati adalah jenis garam krosok (kristal) yang berada dipinggir area petak
tambak garam, yang nantinya akan di panen menjadi produk garam. Jika pada suatu lokasi tidak terdapat
maka yang akan diamati berupa produk garam yang dikonsumsi masyarakat sekitar.

Persentase jenis mikroplastik pada garam Region Wallacea


Film
5%

Fragment
Fiber 21%
25%

Filament
49%

Gambar 5.
Tabel 3. Sebaran Mikroplastik pada sampel garam di Bioekoregion Wallacea.
No Subregion Jumlah Rata-Rata Persentase (%)

(Partikel)

1. Sulawesi Tengah 6,50 2

2. Sulawesi Tenggara 33,46 10

3. Sulawesi Barat 59,21 19

4. Sulawesi Utara 5,88 2

5. Sulawesi Selatan 37,75 12

6. Gorontalo 18,57 6

7. Nusa Tenggara Barat (NTB) 12,0 4

8. NusaTenggara Timur (NTT) 55,64 18

9. Maluku 73,25 23

10. Maluku Utara 12,71 4

• Nusa Tenggara Barat


Berdasarkan posisi geografisnya, Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki batasbatas: Utara - Laut
Jawa dan Laut Flores; Selatan - Samudera Hindia; Barat - Selat Lombok dan Provinsi Bali; Timur - Selat
Sape dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di Regional NTB didapatkan sampel sebanyak 189, terdiri dari
24 sampel air pantai, 12 air karang, 12 air lamun, 27 air sungai dan 12 air garam. Pada sampel sedimen,
terdapat 24 pasir pantai, 12 sedimen karang, 12 sedimen lamun, 24 sedimen manggrove dan 27 sedimen
sungai.
➢ Presensi Mikroplastik pada Pantai
Tabel 4. Sebaran Mikroplastik pada Pantai di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kandungan
Kelimpahan
Lokasi (Partikel Persentase Chi-Square
(Partikel/ml/gr)
Sampling Mikroplastik)

Air Sedimen Air Sedimen Air Sedimen Air Sedimen

Lombok
Barat 87 28 193.33 46.67 8.4% 7.9%
Kandungan
Kelimpahan
Lokasi (Partikel Persentase Chi-Square
(Partikel/ml/gr)
Sampling Mikroplastik)
Air Sedimen Air Sedimen Air Sedimen Air Sedimen

Lombok
Utara 73 32 162.22 53.33 7.1% 9.0%

Lombok
Timur 186 32 413.33 53.33 18.0% 9.0%

Sumbawa
Barat 150 60 331.11 100.00 14.5% 16.9%

Sumbawa 45.018 > 45.018 >


Besar 128 52 284.44 86.67 12.4% 14.6% 1.000 1.000
(signifikan) (Signifikan)
Dompu 125 53 277.78 88.33 12.1% 14.9%

Kota
Bima 149 48 331.11 80.00 14.5% 13.5%

Kab.
Bima 134 50 297.78 83.33 13.0% 14.1%

Total 1032 355 2291.111111 591.67 100%

(Sumber : Analisis Data (2019)

Berdasarkan Tabel 4, Sebaran mikroplastik pada Air Pantai di Provinsi Nusa Tenggara Barat paling
tinggi berada di Kabupaten Lombok Timur dengan jumlah Kelimpahan partikel mikroplastik sebanyak
413.33 partikel/ml (18%) yang terdiri dari fragmen 25% (102.22 partikel/ml), fiber 31% ( 128.88
partikel/ml), microbeads 1% (2.22 partikel/ml) dan filamen 38% ( 157.78 partikel/mL). Ekosistem pesisir
di Kabupaten Lombok Timur secara langsung atau tidak langsung menerima limbah antropogenik seperti
dari pemukiman, transportasi, industri tambak dan kegiatan penangkapan ikan. Limbah dari hasil kegiatan
tersebut akan di buang baik langsung maupun tidak langsung (melewati alirang sungai), sehingga limbah
tersebut akan bermuara / terkumpul di lingkungan laut. Sedangkaan pada sedimen pasir, yang paling
tertinggi berada di Kabupaten Sumbawa Barat dengan jumlah kelimpahan partikel mikroplastik sebnayak
100 Partikel/gr (16.9%) yang terdiri dari fragmen 40% (40 Partikel/gr), fiber 18% (18.33 Partikel/gr) dan
film 42% (41.67 Partikel/gr).

Dan kandungan mikroplastik yang terendah pada Sedimen Pasir berada di Kabupaten Lombok
Barat dengan jumlah kelimpahan partikel mikroplastik sebanyak 46.67 Partikel/Kg (7.9%), yang terdiri dari
fragmen 29% (13.33 Partikel/gr), fiber 21% (10 Partikel/gr) dan film 50% (23.33 Partikel/gr). Kondisi
lokasi sepanjang garis pantai pada saat pengamatan hanya menemukan sumber pencemar daripada aktivitas
domestik dan penyandaran kapal nelayan yang sedang tidak melaut dan sedang membetulkan alat tangkap
saja. Sehingga dapat diindikasikan bahwa lokasi tersebut sedikit tercemar partikel mikroplastik.
➢ Presensi Mikroplastik pada Ekosistem Terumbu Karang
Tabel 5. Sebaran Mikroplastik pada Ekosistem Terumbu Karang di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kandungan
Kelimpahan
Lokasi (Partikel Persentase Chi-Square
(Partikel/ml/gr)
Sampling Mikroplastik)

Air Sedimen Air Sedimen Air Sedimen Air Sedimen

Lombok
35.2%
Utara 102 29 226.67 48.33 31.2%

Lombok 0,000 <


17.6% 3.556 >
Timur 171 62 113.33 51.67 33.3% 1,000
1.000
(tidak
Sumbawa (Signifikan)
47.2% signifikan)
Barat 137 33 304.44 55.00 35.5%

Total 410 124 644.44 155.00 100%

(Sumber : Analisis Data (2019)


Berdasarkan Tabel 5. Sebaran mikroplastik pada Air Karang di Nusa Tenggara Barat paling tinggi
berada di Kabupaten Sumbawa Barat dengan rata-rata jumlah partikel 304.44 partikel/mL yang terdiri dari
fragmen 26% (77.78 partikel/ml), fiber 42% (128.89 partikel/ml) dan filamen 32% (97.78 partikel/ml).
Ekosistem terumbu karang di Kabupaten Sumbawa Barat sangat dekat dari bibir pantai sehingga limbah
mikroplastik di sekitar pantai akan berpengaruh langsung kepada ekosistem terumbu karang.
Kegiatan utama di area ekosistem laut di Kabupaten tersebut adalah industri budidaya rumput laut.
Berdasarkan hasil pengamatan, kegiatan budidaya rumput laut sangat bersinggungan langsung dengan
ekosistem terumbu karang, ditemukan beberapa tali longline / pengikat bibit rumput laut maupun tali
pemberat tersebut diikatkan di terumbu karang yang sudah mati. Hal ini mungkin dapat mempengaruhi
munculnya mikroplastik fiber karena gesekan dari tali serat fiber tersebut ketika diikatkan di terumbu
karang.
Sedangkan kandungan mikroplastik pada air di ekosistem terumbu karang yang terendah berada di
Kabupaten Lombok Timur yang memiliki jumlah rata-rata 113.33 Partikel/ml (17.6%) yang terdiri dari
fragmen 27% (51.11 Partikel/ml), fiber 32% (60 Partikel/ml) dan filamen 41% (78.89 Partikel/ml). Kondisi
ekosistem perairan di terumbu karang pada lokasi pengamatan berada cukup jauh dari sumber pencemar,
dapat diindikasikan bahwa ekosistem terumbu karang di Lombok Timur sedikit tercemar partikel
mikroplastik. Sumber pencemar di sekitar lokasi pengamatan berasal dari aktivitas masyarakat yang
membuang limbahnya melalui sungai dan akhirnya bermuara di laut.
Dan sebaran mikroplastik pada sedimen karang di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang paling
tertinggi berada pada Kabupaten Sumbawa Barat 55 Partikel/gr (35.5%) yang terdiri dari fragmen 40%
(21.67 Partikel/gr), fiber 27% (15 Partikel/gr) dan film 33% (18.33 Partikel/Kg). Faktor penyebab
kelimpahan partikel mikroplastik pada Sedimen Karang di Provinsi tersebut memiliki kesamaan dengan
kelimpahan partikel mikroplastik pada air karang
Sedangkan sebaran mikroplastik yang terendah berada di Kabupaten Lombok Utara yang memiliki
jumlah rata-rata 48.33 Partikel/gr (31.2%) yang terdiri dari fragmen 41% (20 Partikel/gr), fiber 7% (3.33
Partikel/gr) dan film 52% (25 Partikel/gr). Kondisi ekosistem terumbu karang di lokasi pengamatan
tergolong cukup bersih, dikarenakan jarang ditemukan adanya sampah plastik yang mengendap walaupun
banyak kegiatan aktivitas pariwisata di lokasi tersebut.
➢ Presensi Mikroplastik pada Ekosistem Lamun
Tabel 6. Sebaran Mikroplastik pada Ekosistem Terumbu Lamun di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kandungan
Kelimpahan
Lokasi (Partikel Persentase Chi-Square
(Partikel/ml/gr)
Sampling Mikroplastik)

Air Sedimen Air Sedimen Air Sedimen Air Sedimen

Lombok
Utara 48 28 106.67 46.67 19.9% 31.6%

Lombok
12.000 > 5.000 >
Timur 171 55 190.00 45.83 35.4% 31.1% 1.000 1.000
Sumbawa (Signifikan) (Signifikan)
Barat 108 33 240.00 55.00 44.7% 37.3%

Total 327 116 536.67 147.50 100%

(Sumber : Analisis Data (2019)

Berdasarkan Tabel 6. Sebaran mikroplastik pada Air Lamun di Nusa Tenggara Barat paling tinggi
berada di Kabupaten Sumbawa Barat dengan kelimpahan partikel mikroplastik sebanyak 240 Partikel/ml
(44.7%), yang terdiri dari fragmen 19% (44.44 Partikel/ml), fiber 46% (111.11 Partikel/ml) dan filamen
35% (84.44 Partikel/ml). Mikroplastik jenis fiber menjadi jenis mikroplastik yang paling tinggi jumlahnya,
penyebab hal ini berkaitan dengan ekosistem terumbu karang di Kabupaten Sumbawa Barat yaitu adanya
aktivitas sentra pembudidaya rumput di lokasi tersebut dan keberadaan ekosistem lamun juga
bersinggungan langsung dengan aktivitas tersebut.
Sedangkan kandungan mikorplastik terendah berada di Kabupaten Lombok Utara yang memiliki
kelimpahan partikel mikroplastik sebanyak 106.67 partikel/ml (19.9%), yang terdiri dari fragmen 29%
(31.11 Partikel/ml), fiber 46% (48.89 Partikel/ml) dan filamen 25% (26.67 Partikel/ml).
Pada Sebaran mikroplastik pada Sedimen Lamun di Provinsi Nusa Tenggara Barat paling tinggi
berada di Kabupaten Sumbawa Barat dengan jumlah kelimpahan partikel mikroplastik sebesar 55
Partikel/gr (37.3%), yang terdiri dari fragmen 37% (20 Partikel/gr), fiber 33% (18.33 Partikel/gr) dan film
30% (16.67 Partikel/gr). Mikroplastik jenis fiber menjadi jenis mikroplastik yang paling tinggi jumlahnya,
penyebab hal ini berkaitan dengan ekosistem terumbu karang di Kabupaten Sumbawa Barat yaitu adanya
aktivitas sentra pembudidaya rumput di lokasi tersebut dan keberadaan ekosistem lamun juga
bersinggungan langsung dengan aktivitas tersebut.
Sedangkan sebaran mikroplastik pada Sedimen Lamun yang terendah berada di Kabupaten
Lombok Timur dengan jumlah kelimpahan partikel mikroplastik sebanyak 45.83 Partikel/gr (31.1%), yang
terdiri dari fragmen 54% (25 Partikel/gr), fiber 7% (3.33 Partikel/gr) dan film 39% (18.33 Partikel/gr).
Kondisi ekosistem lamun di lokasi pengamatan berada jauh dari sumber pencemar, sehingga dapat
diindikasikan bahwa ekosistem lamun di lokasi tersebut hanya terpapar sedikit partikel mikroplastik.
Sumber utama pencemar adalah limbah antropogenik yang terdiri dari industri tambak dan aktivitas warga
di sekitar sungai yang bermuara ke laut.
➢ Presensi Mikroplastik pada Muara Sungai
Tabel 7. Sebaran Mikroplastik pada Muara Sungai di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kandungan
Kelimpahan
Lokasi (Partikel Persentase Chi-Square
(Partikel/ml/gr)
Sampling Mikroplastik)

Air Sedimen Air Sedimen Air Sedimen Air Sedimen

Lombok
Barat 202 60 224.44 50.00 10.0% 17.3%

Lombok
Utara 89 24 197.78 40.00 8.8% 13.9%

Lombok
Timur 121 22 268.89 36.67 12.0% 12.7%

Sumbawa
Barat 107 16 237.78 26.67 10.6% 9.2% 45.018 > 45.018 >
Sumbawa 1.000 1.000
(signifikan) (Signifikan)
Besar 170 28 377.78 46.67 16.8% 16.2%

Dompu 127 15 282.22 25.00 12.6% 8.7%

Kota
Bima 141 19 313.33 31.67 14.0% 11.0%

Kab.
Bima 154 19 342.22 31.67 15.2% 11.0%

Total 1111 203 2244.444444 288.33 100%

(Sumber : Analisis Data (2019)


Berdasarkan Tabel 7. Sebaran mikroplastik pada sedimen sungai di Pronvinsi Nusa Tenggara Barat
paling tertinggi di Kabupaten Sumbawa Besar dengan jumlah kelimpahan partikel mikroplastik sebesar
46.67 Partikel/gr (16.2%), yang terdiri dari fragmen 64% (30 Partikel/gr), fiber 25% (11.67 Partikel/gr) dan
film 11% (5 Partikel/gr. Faktor penyebab kemunculan mikroplastik pada sedimen sungai di Kabupaten
Sumbawa Besar sama dengan penyebab faktor kemunculan pada air sungai.
Aktivitas penambatan kapal di muara sungai adalah penyebab besarnya kemunculan mikroplastik
jenis fiber pada badan sungai di Kabupaten Sumbawa Besar, karena rata-rata nelayan menggunakan tali
berbahan serat fiber untuk mengikat kapalnya, dan banyak dijumpai tali-tali sisa yang dibuang di badan air,
juga aktivitas warga yang masih membuang sampah di badan air sungai
Sedangkan sebaran mikroplastik pada sedimen sungai yang terendah terdapat di Kabupaten Dompu
dengan jumlah kelimpahan partikel mikroplastik sebanyak 25 Partikel/gr (8.7%), yang terdiri dari fragmen
60% (15 Partikel/gr), fiber 27% (6.67 Partikel/gr) dan film 13% (3.33 Partikel/gr). Kondisi substrat sungai
pada saat pengamatan tidak banyak terdapat banyak sampah plastik yang mengendap, dan jarang sekali
terlihat limbah dari pemukiman yang melintasi aliran air meskipun sungai melintasi pemukiman.
Pada Sebaran mikroplastik pada sedimen sungai di Pronvinsi Nusa Tenggara Barat paling tertinggi
di Kabupaten Sumbawa Besar dengan jumlah kelimpahan partikel mikroplastik sebesar 46.67 Partikel/gr
(16.2%), yang terdiri dari fragmen 64% (30 Partikel/gr), fiber 25% (11.67 Partikel/gr) dan film 11% (5
Partikel/gr. Faktor penyebab kemunculan mikroplastik pada sedimen sungai di Kabupaten Sumbawa Besar
sama dengan penyebab faktor kemunculan pada air sungai.
Aktivitas penambatan kapal di muara sungai adalah penyebab besarnya kemunculan mikroplastik
jenis fiber pada badan sungai di Kabupaten Sumbawa Besar, karena rata-rata nelayan menggunakan tali
berbahan serat fiber untuk mengikat kapalnya, dan banyak dijumpai tali-tali sisa yang dibuang di badan air,
juga aktivitas warga yang masih membuang sampah di badan air sungai
Sedangkan sebaran mikroplastik pada sedimen sungai yang terendah terdapat di Kabupaten Dompu
dengan jumlah kelimpahan partikel mikroplastik sebanyak 25 Partikel/gr (8.7%), yang terdiri dari fragmen
60% (15 Partikel/gr), fiber 27% (6.67 Partikel/gr) dan film 13% (3.33 Partikel/gr). Kondisi substrat sungai
pada saat pengamatan tidak banyak terdapat banyak sampah plastik yang mengendap, dan jarang sekali
terlihat limbah dari pemukiman yang melintasi aliran air meskipun sungai melintasi pemukiman.
➢ Presensi Mikroplastik pada Ekosistem Manggrove
Tabel 8. Sebaran Mikroplastik pada Sedimen di Ekosistem Manggrove di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kandungan
Kelimpahan
Lokasi (Partikel Persentase Chi-Square
(Partikel/ml/gr)
Sampling Mikroplastik)

Sedimen Sedimen Sedimen Sedimen

Lombok
Barat 55 45.83 15.4%

Lombok
Timur 24 40.00 13.4%

Sumbawa
Barat 33 55.00 18.5%

Sumbawa 8.294 > 1.000


Besar 26 43.33 14.6%
(Signifikan)
Dompu 18 30.00 10.1%

Kota
Bima 25 41.67 14.0%

Kab.
Bima 25 41.67 14.0%

Total 206 297.50 100%

(Sumber : Analisis Data (2019)


Berdasarkan Tabel. 8. Sebaran mikroplastik pada sedimen manggrove di Provinsi Nusa Tenggara
Barat yang paling tinggi berada di Kabupaten Lombok Timur dengan jumlah kelimpahan partikel
mikroplastik sebesar 55 Partikel/Kg (18.5%), yang terdiri dari fragmen 36% (20 Partikel/gr), fiber 43%
(23.33 Partikel/gr) dan film 21% (11.67 Partikel/gr).
Kemunculan mikroplastik jenis fragmen mendominasi di ekosistem manggrove, hal ini
dikarenakan hampir di setiap lokasi diambilnya sampel, selalu terdapat tumpukan sampah, baik sampah
domestik maupun sampah dari laut ketika air pasang yang tertambat di akar-akar manggrove. Mayoritas
sampah yang ditemukan berupa botol-botol plastik, bungkus kemasan makanan, kantung kresek dll, yang
merupakan faktor kemunculan mikroplastik jenis fragmen.
Sedangkan sebaran mikroplastik yang terendah berada di Kabupaten Dompu dengan jumlah
kelimpahan partikel mikroplastik sebesar 30 Partikel/gr (10.1%), yang terdiri dari fragmen 78% (23.33
Partikel/gr) dan film 22% (6.67 Partikel/gr). Kondisi ekosistem manggrove pada saat pengamatan tidak
banya terdapat sampah plastik yang mengendap pada substrat maupun tersangkut pada akar-akar
manggrove, sehingga dapat diindikasikan bahwa ekosistem manggrove disana masih sedikit tercemar
partikel mikroplastik.
➢ Presensi Mikroplastik pada Produk Garam
Tabel 9. Sebaran Mikroplastik pada Produk Garam di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kandungan
Kelimpahan
Lokasi (Partikel Persentase Chi-Square
(Partikel/ml/gr)
Sampling Mikroplastik)

Garam Garam Garam Garam

Lombok
Barat 55 45.83 15.4%

Lombok
Timur 24 40.00 13.4%

Sumbawa
Barat 33 55.00 18.5%

Sumbawa 8.294 > 1.000


Besar 26 43.33 14.6%
(Signifikan)
Dompu 18 30.00 10.1%

Kota
Bima 25 41.67 14.0%

Kab.
Bima 25 41.67 14.0%

Total 206 297.50 100%

(Sumber : Analisis Data (2019)


Berdasarkan Tabel 9. Sebaran mikroplastik pada sedimen sungai di Pronvinsi Nusa Tenggara Barat
paling tertinggi di Kabupaten Sumbawa Besar dengan jumlah kelimpahan partikel mikroplastik sebesar
46.67 Partikel/gr (16.2%), yang terdiri dari fragmen 64% (30 Partikel/gr), fiber 25% (11.67 Partikel/gr) dan
film 11% (5 Partikel/gr. Faktor penyebab kemunculan mikroplastik pada sedimen sungai di Kabupaten
Sumbawa Besar sama dengan penyebab faktor kemunculan pada air sungai.
Aktivitas penambatan kapal di muara sungai adalah penyebab besarnya kemunculan mikroplastik
jenis fiber pada badan sungai di Kabupaten Sumbawa Besar, karena rata-rata nelayan menggunakan tali
berbahan serat fiber untuk mengikat kapalnya, dan banyak dijumpai tali-tali sisa yang dibuang di badan air,
juga aktivitas warga yang masih membuang sampah di badan air sungai
Sedangkan sebaran mikroplastik pada sedimen sungai yang terendah terdapat di Kabupaten Dompu
dengan jumlah kelimpahan partikel mikroplastik sebanyak 25 Partikel/gr (8.7%), yang terdiri dari fragmen
60% (15 Partikel/gr), fiber 27% (6.67 Partikel/gr) dan film 13% (3.33 Partikel/gr). Kondisi substrat sungai
pada saat pengamatan tidak banyak terdapat banyak sampah plastik yang mengendap, dan jarang sekali
terlihat limbah dari pemukiman yang melintasi aliran air meskipun sungai melintasi pemukiman
➢ Pengelolaan Lingkungan Perairan
Permasalahan lingkungan perairan Indonesia saat ini adalah sampah laut. (Hastuti et al., 2014).
Sampah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan
Sampah, adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat yang terdiri
atas sampah rumah tangga maupun sampah sejenis sampah rumah tangga.
Dalam penglolaan sampah, Provinsi Nusa Tenggara Barat sudah bergerak dalam aturan hukum
tentang pengelolaan sampah. Seperti Kabupaten Lombok Barat, pemerintah daerah sudah mengatur tentang
pengelolaan sampah dengan Perda No 3 Tahun 2017 dengan tujuan ; menumbuh kembangkan dan
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam Pengelolaan Sampah, melakukan penelitian untuk
pengembangan teknologi, pengurangan dan penanganan Sampah, memfasilitasi, mengembangkan dan
melaksanakan upaya pengurangan, penanganan dan pemanfaatan Sampah, melaksanakan Pengelolaan
Sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana Pengelolaan Sampah. mendorong dan
memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan Sampah. memfasilitasi penerapan teknologi
spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat setempat untuk mengelola Sampah; dan g. melakukan
koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat dan dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam
Pengelolaan Sampah.
Peran kearifan lokal di beberapa Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat juga mengatur tentang
larangan untuk membuang sampah di laut. Di Kabupaten Lombok Timur terdapat awik-awik yang secara
tegas melarang untuk masyarakat dan wisatawan untuk memcemari laut dan terdapat sanksi berupa
membersihkan kembali sampahnya dan membersihkan lingkungan dengan radius 100 meter dari lokasi
pembuanganUntuk Kabupaten Sumbawa, Perda No. 4 Tahun 2016 Tentang Pengeloaan Sampah juga
mengatur pengelolaan sampah dengan sistem pengangkutan dari beberapa TPS yang ditempatkan, yang
nantinya akan diangkut menuju TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

KESIMPULAN

1. Presensi kandungan mikroplastik di Subregion Nusa Tenggara Barat terdiri dari mikroplastik jenis
filamen 37%, fragment 24%, fiber 34%, film 4%, microbeads 1% pada sampel air. Pada sampel
sedimen terdiri dari jenis mikroplastik fragmen 48%, film 33% dan 19% fiber. Sedangkan pada
sampel produk garam terdiri dari jenis mikroplastik filamen 52%, fiber 17%, fragmen 16% dan
film 15%. Presensi mikroplastik di wilayah Wallacea pada sampel air terdiri dari jenis filamen
54%, fragment 30%, fiber 7%, pellet 1%, dan microbeads 1%. Sampel sedimen terdiri dari jenis
filamen 1%, fragment 49%, film 33%, foam 7%, film 7%, microbeads 1%. Dan pada sampel garam
terdiri dari jenis mikroplastik filamen 49%, fragment 21%, fiber 25% dan film 5%

2. Dari 9 lokasi di Kabupaten/kota pengambilan sampel pada region Nusa Tenggara Barat didapatkan
bahwa kandungan mikroplastik tertinggi terdapat pada Kabupaten Lombok Timur 23% dan
terendah pada Kabupaten Dompu 9% pada sampel air. Pada sampel sedimen yang tertinggi pada
Kabupaten Lombok Timur 20% dan terendah pada Kabupaten Bima 7%. Sedangkan pada sampel
produk garam yang tertinggi terdapat pada Kabupaten Sumbawa Besar dengan kelimpahan 88.89
partikel/ml dan terendah pada Kabupaten Lombok Timur dengan kelimpahan 68.8 partikel/ml.

3. Provinsi Nusa Tenggara Barat sudah melakukan pengelolaan sampah dengan membuat sejumlah
aturan tentang pengelolaan sampah di TPS dan TPA setiap Kabupaten/Kota, namun cara tersebut
belum maksimal untuk menangani sampah plastik yang berada di perairan. Provinsi Nusa Tenggara
Barat juga kearifan lokal berupa awik-awik yang berperan dalam menjaga lingkungan perairan
dengan sanksi dan aturan yang tegas, namun kehadirannya hanya ada di beberapa Kabupaten.

UCAPAN TERIMAKASIH
Saya memberikan ucapan terimakasih kepada DKP Provinsi Nusa Tenggara Barat, DKP Kabupaten
Sumbawa Barat, Sumbawa Besar, Kota Bima, BKKN Kupang (Gili Matra), PP Labuhan Lombok. Dan
Corps Alumni (Coral AUP-STP) Provinsi Nusa Tenggara Barat yang telah memberikan bantuan selama
penelitian. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada civitas akademika Kampus STP Jakarta,
masyarakat serta pihak lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

DAFTAR PUSTAKA

Assuyuti, Y. M., Zikrillah, R. B., Tanzil, M. A., Banata, A., & Utami, P. (2018). Distribusi dan Jenis
Sampah Laut serta Hubungannya terhadap Ekosistem Terumbu Karang Pulau Pramuka , Panggang ,
Air ,dan Kotok Besar di Kepulauan Seribu Jakarta, 35(2), 91–102.
Astuti, R. Y., Budisusanto, Y., Pratomo, D. G., & Sidqi, M. (2018). Analisa Kesesuaian RZWP-3-K dengan
Eksisting Penggunaan Ruang Laut Berdasarkan UU. No. 1 Tahun 2014 dan Permen-KP No. 23 Tahun
2016, 7(1), 1–4.
Auta, H. S., Emenike, C. U., & Fauziah, S. H. (2017). Distribution and importance of microplastics in the
marine environment : A review of the sources , fate , effects , and potential solutions. Environment
International, 102, 165–176. https://doi.org/10.1016/j.envint.2017.02.013
Azaria, D. P., Sucipto, & Prijanto, H. (2012). Perlindungan Lingkungan Laut Samudra Pasifik dari
Gugusan Sampah Plastik Berdasarkan Hukum Lingkungan Internasional.
Browne, M. A., Crump, P., Niven, S. J., Teuten, E., Tonkin, A., Galloway, T., & Thompson, R. (2011).
Accumulation of Microplastic on Shorelines Woldwide: Sources and Sinks - Environmental Science
& Technology (ACS Publications). Environ. Sci. Technol, 9175–9179.
https://doi.org/10.1021/es201811s
Cauwenberghe, L. Van, Claessens, M., Vandegehuchte, M. B., Mees, J., & Janssen, C. R. (2013).
Assessment of marine debris on the Belgian Continental Shelf. Marine Pollution Bulletin, 73(1), 161–
169. https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2013.05.026
Dewi, Intan Sari, Budiarsa, Anugra Aditya, Ritonga, R. I. (2015). Distribusi mikroplastik pada sedimen di
Muara Badak , Kabupaten Kutai Kartanegara,Indonesia, https://doi.org/10.13170/depik.4.3.2888
Dewi, I. S., Aditya, A., Ramadhan, I. (2015). Distribusi mikroplastik pada sedimen di Muara Badak ,
Kabupaten Kutai Kartanegara Distribution of microplastic at sediment in the Muara Badak Subdistrict
, Kutai Kartanegara Regency, 4(3), 121–131.
Gündoğdu, S. (2018). Contamination of table salts from Turkey with microplastics. Food Additives and
Contaminants - Part A Chemistry, Analysis, Control, Exposure and Risk Assessment, 35(5), 1006–
1014. https://doi.org/10.1080/19440049.2018.1447694
Hastuti, A. R., Yulianda, F., & Wardiatno, Y. (2014a). Distribusi spasial sampah laut di ekosistem
mangrove Pantai Indah Kapuk, Jakarta Spatial distribution of marine debris in mangrove ecosystem
of Pantai Indah Kapuk , Jakarta, 4(December), 94–107. https://doi.org/10.13057/bonorowo/w040203
Hastuti, A. R., Yulianda, F., & Wardiatno, Y. (2014b). Distribusi spasial sampah laut di ekosistem
mangrove Pantai Indah Kapuk , Jakarta. Jurnal Bonorowo Wetlands, 4(December), 94–107.
https://doi.org/10.13057/bonorowo/w040203
Hidalgo-ruz, V., Gutow, L., Thompson, R. C., & Thiel, M. (2012). Microplastics in the Marine
Environment: A Review of the Methods Used for Identification and Quantification.
Hidayat, E. F., Pujiyati, S., Suman, A., & Hestirianoto, T. (2017). Analisa daerah potensi ikan pelagis di
wppnri 711 laut china selatan dengan memanfaatkan sistem informasi geografis, 99–104.
Hiwari, H., Purba, N. P., Ihsan, Y. N., Yuliadi, L. P. S., & Mulyani, P. G. (2019a). Kondisi sampah
mikroplastik di permukaan air laut sekitar Kupang dan Rote , Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON, 5, 165–171. https://doi.org/10.13057/psnmbi/m050204
Hiwari, H., Purba, N. P., Ihsan, Y. N., Yuliadi, L. P. S., & Mulyani, P. G. (2019b). Kondisi sampah
mikroplastik di permukaan air laut sekitar Kupang dan Rote , Provinsi Nusa Tenggara Timur
Condition of microplastic garbage in sea surface water at around Kupang and Rote , East Nusa
Tenggara Province, 5, 165–171. https://doi.org/10.13057/psnmbi/m050204
Jambeck, J. R., Geyer, R., Wilcox, C., Siegler, T. R., Perryman, M., Andrady, A., … Law, K. L. (2015).
Plastic Waste Inputs from Land Into the Ocean. Marine Pollution Bulletin, (January).
Lumaksono, H., Tukan, M., & Alim, S. (2018). Pemilihan Model Keamanan Laut Indonesia dengan Fuzzy
AHP dan Fuzzy Topsis, 4(1), 57–66.
Markic, A., & Nicol, S. (2014). In a nutshell: Microplastics and fisheries What are microplastics and how
do they get into our oceans, 2010–2012.
Pawar, P. R., Shirgaonkar, S. S., & Patil, R. B. (2016). Plastic marine debris : Sources , distribution and
impacts on coastal and ocean biodiversity, 3(1), 40–54.
Statistik, B. P., Nusa, P., & Barat, T. (2018). PROVINSI DALAM ANGKA.
Vianello, A., Boldrin, A., Guerriero, P., Moschino, V., Rella, R., Sturaro, A., & Ros, L. Da. (2013).
Estuarine , Coastal and Shelf Science Microplastic particles in sediments of Lagoon of Venice , Italy :
First observations on occurrence , spatial patterns and identi fi cation. Estuarine, Coastal and Shelf
Science, 130, 54–61. https://doi.org/10.1016/j.ecss.2013.03.022
Victoria, A. V. (2017). Kontaminasi Mikroplastik di Perairan Tawar, (December 2016).
Wu, C., Zhang, K., & Xiong, X. (2018). Microplastic Pollution in Inland Waters Focusing on Asia, 85–99.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-61615-5
Yang, D., Shi, H., Li, L., Li, J., Jabeen, K., & Kolandhasamy, P. (2015). Microplastic Pollution in Table
Salts from China Microplastic Pollution in Table Salts from China. Enviromental Science &
Technology, (November 2017). https://doi.org/10.1021/acs.est.5b03163

Anda mungkin juga menyukai