PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Page 1 of 16
C. Tujuan
Page 2 of 16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pertambangan
1. Eksplorasi
Eksplorasi adalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi
pekerjaan-pekerjaan untuk mengetahui ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-
rata dan besarnya cadangan serta "studi kelayakan" dari endapan bahan
galian atau mineral berharga yang telah diketemukan.
Page 3 of 16
2. Eksploitasi
Eksploitasi adalah suatu kegiatan penambangan yang meliputi pekerjaan-pekerjaan
pengambilan dan pengangkutan endapan bahan galian atau mineral berharga
sampai ke tempat penimbunan dan pengolahan/pencucian, kadang-kadang sampai
ke tempat pemasaran.
3. Pemurnian
Pengolahan/Pemurnian adalah suatu pekerjaan memurnikan/meninggikan
kadar bahan galian dengan jalan memisahkan mineral berharga dan yang
tidak berharga, kemudian membuang mineral yang tidak berharga tersebut
(dapat dilakukan dengan cara kimia)
B. Pengertian Tailing
Tailing adalah limbah batuan / tanah halus sisa pengerusan dan pemisahan
(estraksi) mineral yang berharga (tembaga, emas, perak) dengan bahan
tambang. Tailing terdiri dari 50% praksi pasir halus dengan diameter sekitar 0,075
0,4 mm dan 50 % terdiri dari praksi lempung dengan diameter kurang dari 0,075
mm. Kata tailing merujuk secara spesifik ke limbah murni yang tertinggal di air,
tailing sendiri menggambarkan ongkos pertambangan luar. Karena teknik
pertambangan dan harga mineral meningkat, tailing tak biasa diproses kembali
menggunakan metode baru, atau secara keseluruhan menggunakan cara lama, untuk
memperoleh mineral tambahan.
Bahan tambang baik itu batuan, pasir maupun tanah setelah digali dan
dikeruk, lalu estrak bumi (mineral berbahaya) yang persentasenya sangat kecil
dipisahkan lewat proses pengerusan, bahan tambang yang begitu banyak disirami
dengan zat-zat kimia (sianida, mercury, Arsenik) lalu bijih emas tembaga atau perak
disaring oleh Carbon Filter, proses pemisahan dan penyaringan mineral ini
menyisakan Lumpur dan air cucian bahan tambang yang disebut tailing , mineral
berharga diambil, sedangkan tailing akan terbawa bersama zat-zat kimia yang
mengandung logam berat/beracun
Page 4 of 16
BAB III
PEMBAHASAN
PT. Freeport Indonesia telah beroperasi selama kurang lebih 46 tahun sejak
1967, dan kini merupakan perusahaan penghasil emas terbesar di dunia melalui
tambang Grasberg. PT. Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di Papua di
dua tempat yaitu tambang Erstberg dari tahun 1967 dan tambang Grasberg pada
tahun 1988 tepatnya dikawasan tembaga puri, kabupaten Mimika, provinsi Papua.
Page 5 of 16
Keberadaan dan operasional PT. Freeport Indonesia sejak 1967 hingga kini
telah memberi keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan induknya, yakni
Freeport McMoran di Amerika Serikat. Hal ini terlihat dari jumlah penjualan
Freeport pada tahun 2012, yaitu menjual 915.000 ons (28,6 ton) emas dan 716 juta
pon (358 ribu ton) tembaga dari tambang Grasberg di Papua. Hasil penjualan emas
itu menyumbang 91% penjualan emas perusahaan induknya.
Page 6 of 16
B. Dampak Fisik Pertambangan Freeport
Hampir semua limbah batuan dari tambang Grasberg berpotensi membentuk asam.
Limbah batuan ini dibuang ke sejumlah tempat di sekitar Grasberg dan
menghasilkan ARD dengan tingkat keasaman tinggi mencapai rata-rata pH = 3.
Kandungan tembaga pada batuan rata-rata 4.500 gram per ton (g/t) dan eksperimen
menunjukkan bahwa sekitar 80% tembaga ini akan terbuang (leach) dalam
beberapa tahun.
Sebagian besar kehidupan air tawar telah hancur akibat pencemaran dan perusakan
habitat sepanjang daerah aliran sungai yang dimasuki tailing. Total Padatan
Tersuspensi (TSS) dari tailing secara langsung berbahaya bagi insang dan telur
ikan, serta organisme pemangsa, organisme yang membutuhkan sinar matahari
(photosynthetic), dan organisme yang menyaring makanannya (filter feeding). ).
Page 7 of 16
Tembaga menghambat kerja insang ikan. Uji tingkat racun (toxicity) dan potensi
peresapan biologis (bioavailability) di daerah terkena dampak operasi Freeport-Rio
Tinto menunjukkan bahwa sebagian besar tembaga larut dalam air sungai terserap oleh
mahluk hidup dan ditemukan pada tingkat beracun.
Tailing Freeport mengandung tingkat racun logam selenium (Se), timbal (Pb),
arsenik (As), seng (Zn), mangan (Mn) dan tembaga (Cu) yang secara signifikan
lebih tinggi. Konsentrasi dari beberapa jenis logam tersebut yang ditemukan dalam
tailing melampaui acuan US EPA dan pemerintah Australia dan juga ambang batas
ilmiah phytotoxicity. Hal ini menunjukkan kemungkinan timbulnya dampak racun
pada pertumbuhan tanaman.
Tailing sungai Freeport akan merusak hutan bakau seluas 21 sampai 63 km2 akibat
sedimentasi. Kanal-kanal muara sudah tersumbat tailing, sehingga dengan cepat
menjadi sempit dan dangkal. Kekeruhan air muara pun telah jauh melampaui
standar yang diterapkan di Australia, sehingga menghambat proses fotosintesa
perairan.
Page 8 of 16
terdekat yang tak terkena dampak dan dijadikan acuan. Logam berbahaya tersebut
adalah tembaga, arsenik, mangan, timbal, perak dan seng. Satwa liar di daerah hutan
bakau terpapar logam berat karena mereka makan tanaman dan hewan tak bertulang
belakang yang menyerap logam berat dari endapan tailing, terutama tembaga.
7. Gangguan ekologi
Adanya pengendapan tailing maka ekosistem yang berfungsi dan beraneka ragam
dengan ikan dan udang yang melimpah berbanding terbalik dengan kenyataan
bahwa bagian luar Muara Ajkwa, termasuk daerah pantai Laut Arafura, mengalami
penurunan jumlah hewan yang hidup dasar laut (bottom-dwelling animals) sebesar
40% hingga 70%.
Tailing tambang pada akhirnya akan meliputi 230 km2 DAS Ajkwa, pada
kedalaman hingga 17 meter. Daerah tailing ini kekurangan karbon organik dan gizi
kunci lainnya, dengan kapasitas menahan air yang sangat buruk. Kawasan DAS
Ajkwa yang luas yang telah mengalami kematian tumbuhan akibat tailing tidak
akan pernah bisa kembali ke komposisi semula meski pembuangan tailing berhenti.
Page 9 of 16
10. Transparansi
Terlepas dari keharusan legal untuk menyediakan akses publik terhadap informasi
terkait lingkungan, perusahaan belum pernah mengumumkan dokumen-dokumen
pentingnya. Freeport juga tak pernah mengumumkan laporan audit eksternal
independen sejak 1999. Dengan demikian perusahaan melanggar persyaratan ijin
lingkungan.
Page 10 of 16
penduduknya tidak memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan. Selainitu, lebih
dari 25% balita juga tetap memiliki potensi kurang gizi.
Dari data BPS, Jumlah orang miskin di tiga kabupaten tersebut, mencapai
lebih dari 50% total penduduk. Artinya, pemerataan kesejahteraan tidak terjadi.
Meskipun pengangguran terbuka rendah, tetapi secara keseluruhan pendapatan
masyarakat setempat mengalami kesenjangan. Bisa jadi kesenjangan yang muncul
antara para pendatang dan penduduk asli yang tidak mampu bersaing di tanahnya
sendiri. Bisa jadi pula, angka presentase yang menunjukkan kemiskinan, seperti
akses terhadap air bersih, kurang gizi, akses terhadap sarana kesehatan
mengandung bias rasisme. Artinya, kemiskinan dihadapi oleh penduduk asli dan
bukan pendatang.
Page 11 of 16
BAB 1V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
3. Memberi fasilitas konsultasi penuh dengan penduduk asli Papua terutama yang
berada di wilayah operasi Freeport dan pihak berkepentingan lainnya mengenai
masa depan pertambangan tersebut.
4. Memetakan dan mengkaji sejamlah skenario bagi masa depan Freeport, termasuk
kemungkinan penutupan, kapasitas produksi dan pengolahan limbah.
Page 12 of 16
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. "PT Freeport : Kerugian Negara & Kemiskinan Masyarakat Papua
(Online) (www.theglobal-
review.com/content_detail.php?lang=id&id=9784&type=114#.UYkntKAyjIU)
diakses pada 12 April 2016pukul 14.05 WIB
Page 13 of 16
Pramudya, Bob Ilham, 2015. Kebobrokan Freeport - Pencemaran Lingkungan &
Pelanggaran HAM Perusaan Emas Terbesar di Indonesia
(http://www.kompasiana.com/bobobladi/kebobrokan-freeport-pencemaran-
lingkungan-pelanggaran-ham-perusaan-emas-terbesar-di-
indonesia_5519c8bca33311a61bb6595c) Diakses tanggal 17 April 2016 pukul
16.48 WIB
Page 14 of 16
LAMPIRAN
Gambar 2 :Pertambangan
Page 15 of 16
Gambar 3: Sebelum dan setelah pertambangan Freeport
Page 16 of 16