Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

PT. Freeport Indonesia merupakan salah satu perusahaan pertambanganlogam


mulia terbesar di Indonesia bahkan di dunia. Pertambangan Freeport di Indonesia
berupa jenis Galian Emas, Perak, Tembaga dan material ikutan lainnya. Lokasinya
di Grasberg dan Eastberg, Pegunungan Jaya Wijaya, Papua. Luas konsesi adalah
19.000 km2 (Grasberg) dan 100 km2(Eastberg).

Freeport merupakan salah satu penyumbang terbesar bagi devisa


Negara.Namun, pertambangan freeport juga menimbulkan banyak masalah yang
sangat kompleks, mulai dari pencemaran lingkungan sekitar pertambangan, sungai,
hingga kepada masalah sosial. Pencemaran yang terjadi di Freeport di antaranya
pencemaran tanah dan pencemaran air yang meliputi pencemaran sungai, air tanah
dan bahkan laut sekitar tempat bermuaranya sungai yang tercemar akibat
pertambangan freeport. Dengan adanya kegiatan penambangan yang dilakukan oleh
Freeport, yang dilakukan oleh pihak asing, sebenarnya telah menunjukkan
ketidakberdayaan kita dalam mengelola kekayaan alam Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi dan sejarah pertambangan yang dikelola PT. Freeport


Indonesia?

2. Bagaimana dampak fisik pertambangan freeport terhadap masyarakat Papua?

3. Bagaimana dampak sosial pertambangan freeport terhadap masyarakat Indonesia?

Page 1 of 16
C. Tujuan

1. Mengetahui kondisi dan sejarah pertambangan yang dikelola PT. Freeport


Indonesia.

2. Mengetahui dampak fisik pertambangan freeport terhadap masyarakat Papua.

3. Mengetahui dampak sosial pertambangan freeport terhadap masyarakat Indonesia.

Page 2 of 16
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pertambangan

Berdasarkan pengertian yang dilansir oleh wikipedia (2013), Pertambangan


adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan
(penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral,
batubara, panas bumi, migas)

Menurut Undang-Undang nomor 4 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah


nomor 22 tahun 2010, yang dimaksud dengan pertambangan adalah sebagian atau
seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan
mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, penambangan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan,
serta kegiatan pascatambang.

Pertambangan mempunyai beberapa karakteristik, yaitu tidak dapat


diperbarui, mempunyai resiko relatif lebih tinggi, dan menimbulkan dampak
lingkungan, baik fisik maupun sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan
pengusahaan komoditas lain.

Dalam proses pertambangan ada beberapa tahapan yaitu:

1. Eksplorasi
Eksplorasi adalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi
pekerjaan-pekerjaan untuk mengetahui ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-
rata dan besarnya cadangan serta "studi kelayakan" dari endapan bahan
galian atau mineral berharga yang telah diketemukan.

Page 3 of 16
2. Eksploitasi
Eksploitasi adalah suatu kegiatan penambangan yang meliputi pekerjaan-pekerjaan
pengambilan dan pengangkutan endapan bahan galian atau mineral berharga
sampai ke tempat penimbunan dan pengolahan/pencucian, kadang-kadang sampai
ke tempat pemasaran.

3. Pemurnian
Pengolahan/Pemurnian adalah suatu pekerjaan memurnikan/meninggikan
kadar bahan galian dengan jalan memisahkan mineral berharga dan yang
tidak berharga, kemudian membuang mineral yang tidak berharga tersebut
(dapat dilakukan dengan cara kimia)

B. Pengertian Tailing

Tailing adalah limbah batuan / tanah halus sisa pengerusan dan pemisahan
(estraksi) mineral yang berharga (tembaga, emas, perak) dengan bahan
tambang. Tailing terdiri dari 50% praksi pasir halus dengan diameter sekitar 0,075
0,4 mm dan 50 % terdiri dari praksi lempung dengan diameter kurang dari 0,075
mm. Kata tailing merujuk secara spesifik ke limbah murni yang tertinggal di air,
tailing sendiri menggambarkan ongkos pertambangan luar. Karena teknik
pertambangan dan harga mineral meningkat, tailing tak biasa diproses kembali
menggunakan metode baru, atau secara keseluruhan menggunakan cara lama, untuk
memperoleh mineral tambahan.

Bahan tambang baik itu batuan, pasir maupun tanah setelah digali dan
dikeruk, lalu estrak bumi (mineral berbahaya) yang persentasenya sangat kecil
dipisahkan lewat proses pengerusan, bahan tambang yang begitu banyak disirami
dengan zat-zat kimia (sianida, mercury, Arsenik) lalu bijih emas tembaga atau perak
disaring oleh Carbon Filter, proses pemisahan dan penyaringan mineral ini
menyisakan Lumpur dan air cucian bahan tambang yang disebut tailing , mineral
berharga diambil, sedangkan tailing akan terbawa bersama zat-zat kimia yang
mengandung logam berat/beracun

Page 4 of 16
BAB III

PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Kondisi Pertambangan Freeport

Freport atau PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan pertambangan


yang mayoritas sahamnya milik Freeport-McMoran Copper and Gold Inc. Freeport
McMoRan Copper and Gold Inc. pada awalnya merupakan sebuah perusahaan kecil
yang berasal dari Amerika Serikat yang memiliki nama Freeport Sulphur, didirikan
pada tahun 1981 melalui merger antara Freeport Sulphur, yang mendirikan PT
Freeport Indonesia dan McMoRan Oil and Gas Company. Perusahaan minyak ini
didirikan oleh Jim Bob Moffet yang menjadi CEO Feeport McMoRan. Sejak
menemukan deposit emas terbesar dan tembaga terbesar nomor tiga di dunia yang
terletak di Papua, perusahaan ini berubah menjadi penambang emas raksasa skala
dunia. perusahaan Freeport adalah pembayar pajak terbesar kepada Indonesia.

PT. Freeport Indonesia telah beroperasi selama kurang lebih 46 tahun sejak
1967, dan kini merupakan perusahaan penghasil emas terbesar di dunia melalui
tambang Grasberg. PT. Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di Papua di
dua tempat yaitu tambang Erstberg dari tahun 1967 dan tambang Grasberg pada
tahun 1988 tepatnya dikawasan tembaga puri, kabupaten Mimika, provinsi Papua.

PT. Freeport Indonesia telah mengetahui bahwa tanah di daerah Mimika


Papua memiliki potensi besar ada pertambangan emas terbesar di dunia, sehingga
PT. Freeport Indonesia mulai memasuki daerah Mimika pada tahun 1971 dengan
membuka lahan awalnya di Erstberg.

Penandatanganan Kontrak Karya (KK) I pertambangan antara pemerintah


Indonesia dengan Freeport pada 1967, menjadi landasan bagi perusahaan ini mulai
melakukan aktivitas pertambangan. Tak hanya itu, KK ini juga menjadi dasar
penyusunan UU Pertambangan Nomor 11/1967, yang disahkan pada Desember
1967 atau delapan bulan berselang setelah penandatanganan KK.

Page 5 of 16
Keberadaan dan operasional PT. Freeport Indonesia sejak 1967 hingga kini
telah memberi keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan induknya, yakni
Freeport McMoran di Amerika Serikat. Hal ini terlihat dari jumlah penjualan
Freeport pada tahun 2012, yaitu menjual 915.000 ons (28,6 ton) emas dan 716 juta
pon (358 ribu ton) tembaga dari tambang Grasberg di Papua. Hasil penjualan emas
itu menyumbang 91% penjualan emas perusahaan induknya.

Berdasarkan laporan keuangan Freeport McMoran, total penjualan emas


Freeport sebanyak 1,01 juta ons (31,6 ton) emas dan 3,6 miliar pon ( 1,8 juta ton)
tembaga. Penjualan tembaga asal Indonesia menyumbang seperlima penjualan
komoditas sejenis bagi perusahaan induknya.

Harga komoditas pertambangan memang turun belakangan ini lantaran


rendahnya permintaan di pasar dunia. Namun, kondisi ini tidak terlalu berpengaruh
terhadap keuntungan perusahaan. Buktinya, laba Freeport naik sekitar 16 persen
pada kuartal keempat tahun lalu menjadi USD 743 juta (Rp 7,2 triliun). Total
pendapatan juga meningkat menjadi USD 4,51 miliar dari USD 4,16 miliar pada
periode sama tahun sebelumnya.

Pada Maret 1973, Freeport memulai pertambangan terbuka di Ertsberg,


kawasan yang selesai ditambang pada tahun 1980 dan menyisakan lubang sedalam
360 meter. Pada tahun 1988, Freeport mulai mengeruk cadangan raksasa lainnya,
Grasberg, yang masih berlangsung saat ini. Lubang tambang Grasberg telah
mencapai diameter 2,4 kilometer pada daerah seluas 499 hektar dengan kedalaman
800 meter. Diperkirakan terdapat 18 juta ton cadangan tembaga, dan 1.430 ton
cadangan emas yang tersisa hingga rencana penutupan tambang pada 2041. Bahkan
ada spekulasi bahwa PT. Freeport Indonesia juga memproduksi uranium, suatu zat
yang sangat dicari oleh banyak negara di dunia untuk kebutuhan energi, walaupun
sebenarnya hal ini belum terbukti secara sah.

Aktivitas Freeport yang berlangsung dalam kurun waktu 46 tahun telah


menimbulkan berbagai dampak. Dampak yang ditimbulkan itu sangat kompleks
dan semakin parah dalam kurun 5 tahun terakhir, meliputi dampak fisik maupun
dampak sosial

Page 6 of 16
B. Dampak Fisik Pertambangan Freeport

Kegiatan Pertambangan yang dilakukan oleh Freeport telah menimbulkan


dampak fisik, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Tembaga yang dihamburkan dan pencemaran

Pengerukan dan pembuangan dilakukan tanpa pengolahan yang bersifat


penghamburan tembaga dan pencemaran lingkungan. Lebih dari 3 miliar ton tailing
dan lebih dari empat miliar ton limbah batuan akan dihasilkan dari operasi Freeport
sampai penutupan pada tahun 2041. Secara keseluruhan, Freeport-Rio
Tinto menyia-nyiakan 53.000 ton tembaga per tahun, yang dibuang ke sungai
sebagai Air Asam Batuan (Acid Rock Drainage, ARD) dalam bentuk buangan
(leachate) dan tailing. Tingkat pencemaran logam berat semacam ini sejuta kali
lebih buruk dibanding yang bisa dicapai oleh standar praktik pencegahan
pencemaran industri tambang.

2. Air Asam Batuan (Acid Rock Drainage)

Hampir semua limbah batuan dari tambang Grasberg berpotensi membentuk asam.
Limbah batuan ini dibuang ke sejumlah tempat di sekitar Grasberg dan
menghasilkan ARD dengan tingkat keasaman tinggi mencapai rata-rata pH = 3.
Kandungan tembaga pada batuan rata-rata 4.500 gram per ton (g/t) dan eksperimen
menunjukkan bahwa sekitar 80% tembaga ini akan terbuang (leach) dalam
beberapa tahun.

3. Tingkat racun tailing dan dampak terhadap perairan

Sebagian besar kehidupan air tawar telah hancur akibat pencemaran dan perusakan
habitat sepanjang daerah aliran sungai yang dimasuki tailing. Total Padatan
Tersuspensi (TSS) dari tailing secara langsung berbahaya bagi insang dan telur
ikan, serta organisme pemangsa, organisme yang membutuhkan sinar matahari
(photosynthetic), dan organisme yang menyaring makanannya (filter feeding). ).

Page 7 of 16
Tembaga menghambat kerja insang ikan. Uji tingkat racun (toxicity) dan potensi
peresapan biologis (bioavailability) di daerah terkena dampak operasi Freeport-Rio
Tinto menunjukkan bahwa sebagian besar tembaga larut dalam air sungai terserap oleh
mahluk hidup dan ditemukan pada tingkat beracun.

4. Logam berat pada tanaman dan satwa liar

Tailing Freeport mengandung tingkat racun logam selenium (Se), timbal (Pb),
arsenik (As), seng (Zn), mangan (Mn) dan tembaga (Cu) yang secara signifikan
lebih tinggi. Konsentrasi dari beberapa jenis logam tersebut yang ditemukan dalam
tailing melampaui acuan US EPA dan pemerintah Australia dan juga ambang batas
ilmiah phytotoxicity. Hal ini menunjukkan kemungkinan timbulnya dampak racun
pada pertumbuhan tanaman.

Pengujian dan pengambilan sampel lapangan menunjukkan bahwa tanaman yang


tumbuh di tailing mengalami penumpukan logam berat pada jaringan (tissue),
menimbulkan bahaya pada mahluk hutan yang memakannya. Semua spesies hewan
disekitar Freeport terkena dipastikan terkena racun yang berasal dari logam

5. Perusakan habitat muara

Tailing sungai Freeport akan merusak hutan bakau seluas 21 sampai 63 km2 akibat
sedimentasi. Kanal-kanal muara sudah tersumbat tailing, sehingga dengan cepat
menjadi sempit dan dangkal. Kekeruhan air muara pun telah jauh melampaui
standar yang diterapkan di Australia, sehingga menghambat proses fotosintesa
perairan.

6. Kontaminasi pada rantai makanan di muara

Logam dari tailing menyebabkan kontaminasi pada rantai makanan di Muara


Ajkwa. Daerah yang dimasuki tailing Freeport menunjukkan kandungan logam
berbahaya yang secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan muara-muara

Page 8 of 16
terdekat yang tak terkena dampak dan dijadikan acuan. Logam berbahaya tersebut
adalah tembaga, arsenik, mangan, timbal, perak dan seng. Satwa liar di daerah hutan
bakau terpapar logam berat karena mereka makan tanaman dan hewan tak bertulang
belakang yang menyerap logam berat dari endapan tailing, terutama tembaga.

7. Gangguan ekologi

Adanya pengendapan tailing maka ekosistem yang berfungsi dan beraneka ragam
dengan ikan dan udang yang melimpah berbanding terbalik dengan kenyataan
bahwa bagian luar Muara Ajkwa, termasuk daerah pantai Laut Arafura, mengalami
penurunan jumlah hewan yang hidup dasar laut (bottom-dwelling animals) sebesar
40% hingga 70%.

8. Dampak pada Taman Nasional Lorenz

Taman Nasional Lorenz yang terdaftar sebagai warisan dunia, wilayahnya


mengelilingi daerah konsesi Freeport. Untuk melayani kepentingan tambang, luas
taman nasional telah dikurangi. Kawasan pinus pada situs Warisan Dunia ini
terkena dampak air tanah yang sudah tercemar buangan limbah batuan yang
mengandung asam dan tembaga dari tailing Freeport-Rio Tinto.

9. Regenerasi di Daerah Tumpukan Tailing

Tailing tambang pada akhirnya akan meliputi 230 km2 DAS Ajkwa, pada
kedalaman hingga 17 meter. Daerah tailing ini kekurangan karbon organik dan gizi
kunci lainnya, dengan kapasitas menahan air yang sangat buruk. Kawasan DAS
Ajkwa yang luas yang telah mengalami kematian tumbuhan akibat tailing tidak
akan pernah bisa kembali ke komposisi semula meski pembuangan tailing berhenti.

Page 9 of 16
10. Transparansi

Terlepas dari keharusan legal untuk menyediakan akses publik terhadap informasi
terkait lingkungan, perusahaan belum pernah mengumumkan dokumen-dokumen
pentingnya. Freeport juga tak pernah mengumumkan laporan audit eksternal
independen sejak 1999. Dengan demikian perusahaan melanggar persyaratan ijin
lingkungan.

C. Dampak Sosial dan Budaya Pertambangan Freeport

Pertambangan Freeport menimbulkan dampak sosial dan budaya. Hal ini


dapat dilihat dari sisi kependudukannya. Pemukiman penduduk semakin tersingkir
dan menjadi perkampungan kumuh di tengah-tengah kawasan Industri tambang
termegah di Asia. Dengan demikian perkembangan tambang di tengah-tengah suku
Amungme dan Kamoro ini bukannya mendatangkan kehidupan yang lebih baik,
melainkan semakin menyudutkan mereka menjadi kelompok marginal. Hal ini
semakin terdorong oleh semakin besarnya arus urbanisasi ke Timika dari daerah-
daerah sekitarnya dan dari pulau lain di Indonesia. Dimana kehidupan homogeny
dimasa lalu seketika menghadapi tantangan dari luar dengan hadirnya berbagai
suku dan bangsa yang masuk wilayahadat suku Amungme dan Kamoro.

Persoalan lain yang paling mendasar bagi masyarakat adat Amungme


maupun masyarakat adat Kamoro adalah perlunya pengakuan kepada mereka
sebagai Manusia di atas tanah mereka sendiri. Persoalan martabat manusia harus
dihargai oleh siapapun. Kalau martabat suku Amungmedan suku Kamoro dihargai
sebagai manusia, maka persolan PT. Freeport harus diselesaikan dengan melibatkan
kedua suku tersebut sebagai masyarakat adat pemilik sumber daya alam tambang
tersebut.

Meski di tanah leluhurnya terdapat tambang emas terbesar di dunia, orang


Papua khususnya mereka yang tinggal di Mimika, Paniai, dan Puncak Jaya hampir
70% penduduknya tidak mendapatkan akses terhadap air yang aman, dan 35.2%

Page 10 of 16
penduduknya tidak memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan. Selainitu, lebih
dari 25% balita juga tetap memiliki potensi kurang gizi.

Dampak lain dari kehadiran Freeport di Indonesia adalah terjadinya


berbagai kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), sebagai akibat protes
masyarakat terhadap Freeport yang terkesan tidak memperhatikan kesejahteraan
masyarakat Adat Suku Amungme dan Komoro yang disebut sebagai pemilik anah,
emas, tembaga, hutan yang kemudian dikuasai oleh pihakperusahaan. Dalam aksi
protes, masyarakat selalu berhadapan dengan pihak aparat keamanan (TNI
/POLRI) yang bertugas mengamankan Perusahaan, maka terjadilah pelanggaran
HAM. Kasus pelanggaran HAM di wilayah penambangan berlangsung cukup lama
sejak hadirnya Freeport hingga kini.

Dari data BPS, Jumlah orang miskin di tiga kabupaten tersebut, mencapai
lebih dari 50% total penduduk. Artinya, pemerataan kesejahteraan tidak terjadi.
Meskipun pengangguran terbuka rendah, tetapi secara keseluruhan pendapatan
masyarakat setempat mengalami kesenjangan. Bisa jadi kesenjangan yang muncul
antara para pendatang dan penduduk asli yang tidak mampu bersaing di tanahnya
sendiri. Bisa jadi pula, angka presentase yang menunjukkan kemiskinan, seperti
akses terhadap air bersih, kurang gizi, akses terhadap sarana kesehatan
mengandung bias rasisme. Artinya, kemiskinan dihadapi oleh penduduk asli dan
bukan pendatang.

Sedangkan dampak sosial dari pembuangan tailing ke sungai Aikwa


terhadap kedua suku tersebut, dapat terlihat dekat dengan mata dimana kota Timika
yang dulunya banyak dusun sagu yang memberi makan bagi masyarakat adat
Kamoro, dan suku-suku lain dari Papua maupun Indonesia yang tinggal di
kota Timika telah rusak. Akibatnya masyarakat tidak bisa mendapatkan sagu
sebagai sumber makanan pokok mereka, disamping itu pesatnya pembangunan
yang didukung oleh Freeport membuat suku Amungme dan Kamoro menjadi
minoritas di atas tanahnya sendiri. Dengan peralatan sederhana, mereka,
masyarakat lokal, berani mempertaruhkan nasib, bahkan nyawa, demi mencari
konsentrat emas. Kebetulan, metode penambangan oleh Freeport memang tidak
bisa 100% menangkap konsentrat emas yang ada dalam bijih

Page 11 of 16
BAB 1V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pertambangan Freeport adalah bukti kesalahan pengurusan pada sektor


pertambangan di Indonesia dan mudah tergodanya pemerintah akan penghasilan
devisa yang instan.. Pemerintah menganggap emas hanya sebatas komoditas devisa
yang kebetulan berada di tanah Papua. Padahal apabila dikelola sendiri, Tambang
Freeport akan menghasilkan keuntungan ratusan kali lipat yang didapatkan
sekarang.

Dalam 5 tahun terakhir, kerusakan fisik berupa kerusakan lingkungan yang


ditimbulkan akibat Pertambangan Freeport semakin parah. Selain itu,
Pertambangan Freeport juga menimbulkan dampak sosial dan budaya yang
kompleks. Dari dampak-dampak yang ditimbulkan, pemerintah Indonesia masih
tidak bergeming untuk menghentikan eksploitasi besar-besaran yang dilakukan
oleh Freeport. Pemerintah justru menyetujui perpanjangan masa kontrak Freeport
hingga tahun 2041.

B. Saran

1. Melakukan evaluasi terhadap seluruh aspek pertambangan Freeport terutama aspek


pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.

2. Melakukan perubahan Kontrak Karya Freeport yang lebih menguntungkan bagi


negara pada umumnya dan bagi rakyat Papua pada khususnya.

3. Memberi fasilitas konsultasi penuh dengan penduduk asli Papua terutama yang
berada di wilayah operasi Freeport dan pihak berkepentingan lainnya mengenai
masa depan pertambangan tersebut.

4. Memetakan dan mengkaji sejamlah skenario bagi masa depan Freeport, termasuk
kemungkinan penutupan, kapasitas produksi dan pengolahan limbah.

Page 12 of 16
DAFTAR PUSTAKA

Agustin. 2010. "Manfaat Ekonomi bagi PT Freepot


(http://uutzok.blogspot.com/2010/03/manfaat-ekonomi-bagi-pt-freeport.html )
diakses pada 14 April 2016 pukul 14.15 WIB

Anonim. 2012. Kebobrokan Freeport - Pencemaran Lingkungan & Pelanggaran


HAM Perusaan Emas Terbesar di Indonesia. (Online)
(http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/11/22/kebobrokan-freeport-
pencemaran-lingkungan-pelanggaran-ham-perusaan-emas-terbesar-di-indonesia-
510902.html ) diakses pada 15 April 2016 pukul 14.33 WIB

Anonim. 2012. "PT Freeport : Kerugian Negara & Kemiskinan Masyarakat Papua
(Online) (www.theglobal-
review.com/content_detail.php?lang=id&id=9784&type=114#.UYkntKAyjIU)
diakses pada 12 April 2016pukul 14.05 WIB

Suci, Dewi. 2011. PENCEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT


PERTAMBANGAN PT FREEPORT KAWASAN TEMBAGAPURA
KABUPATEN MIMIKA PROVINSI PAPUA
(Online) (http://dewimoe.blogspot.com/2011/10/freeport.html) diakses pada 13
April 2016 pukul 08.10 WIB

Wikipedia, 2016. Freeport Indonesia.


(Online) (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Freeport_Indonesia&oldid=50
99122), diakses tanggal 12 April 2016 pukul 14.08 WIB

BPS, 2016. Pertambangan


(Online) (https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/10), Diakses tanggal 18 April
2016 pukul 14.08 WIB

Wikipedia, 2015. Pertambangan


(https://id.wikipedia.org/wiki/Pertambangan ) Diakses tanggal 18 April 2016
pukul 14.48 WIB

Page 13 of 16
Pramudya, Bob Ilham, 2015. Kebobrokan Freeport - Pencemaran Lingkungan &
Pelanggaran HAM Perusaan Emas Terbesar di Indonesia
(http://www.kompasiana.com/bobobladi/kebobrokan-freeport-pencemaran-
lingkungan-pelanggaran-ham-perusaan-emas-terbesar-di-
indonesia_5519c8bca33311a61bb6595c) Diakses tanggal 17 April 2016 pukul
16.48 WIB

Freeport, 2013. Sekilas Tentang Kami (http://ptfi.co.id/id/about/overview)


Diakses tanggal 15 April 2016 pukul 16.48 WIB

Page 14 of 16
LAMPIRAN

Gambar 1: Letak Lokasi Pertambangan PT.Freeport Indonesia

Gambar 2 :Pertambangan

Page 15 of 16
Gambar 3: Sebelum dan setelah pertambangan Freeport

Gambar 4: Logo PT. Freeport Indonesia

Gambar 5: Aksi demonstrasi warga sekitar

Page 16 of 16

Anda mungkin juga menyukai