Anda di halaman 1dari 22

Analisis Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Potensi

Ekowisata Di Pantai Tabanga, Kota Ternate

PROPOSAL PENELITIAN

IN DRI ADELIA KULLE


NPM.05161911021

MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2023
LEMBARAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : In Dri Adelia Kulle


NPM : 05161911021
Judul : Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan
Potensi Ekowisata Di Pantai Tabanga, Kota Ternate
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas : Perikanan dan Kelautan

DISAHKAN
KOMISI PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Riyadi Subur, S.Pi., M.Si Mesrawaty Sabar, S.Pi.,M.Si.


NIP. 197705202005011002 NIP. 197609242006042001

MENGETAHUI

Koordinator Program Studi

Adi Noman Susanto, S.Pi, M.Si


NIP. 198002122005011002

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah atas segala nikmat Nya sehingga proposal
Seminar penelitian yang berjudul “Analisis Daya Dukung Kawasan Dan Potensi
Ekowisata Di Pantai Tabanga Kota Ternate”. Pemilihan judul ini didasari atas
keresahan penulis terhadap pengembangan objek wisata alam dikota ternate
khsusus ekowisata pantai. Pengelolaan destinasi wisata belum dilakukan secara
optimal dijalankan, masih terbatasnya pengembangan sarana dan prasarana
wisata, minimnya transportasi untuk mencapai ke lokasi wisata, keterbatasan
profesionalisme sumber daya manusia. Semoga dengan adanya proposal
penelitian ini dapat membuka pola pikir penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya terkait Potensi Ekowisata Di Pantai Tabanga Kota Ternate.
Proposal ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orangtua tercinta, dan kakak tercinta atas doa, kasih sayang yang begitu
tulus dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan praktek kerja
lapang ini.
2. Bapak Dr. Riyadi Subur, S.Pi., M.Si selaku pembimbing utama yang telah
banyak membantu, memberikan motivasi, ilmu, saran dan petunjuk mulai dari
persiapan hingga pelaksanaan penelitian proposal penelitian. Semoga selalu dalam
keadaan yang sehat dan sukses dan pembimbing pendamping Ibu Mesrawaty
Sabar, S.Pi., M.Si. selaku pembimbing anggota yang telah sabar memberikan
pengarahan, ilmu dan saran untuk penelitian ini.
3. Teman-teman dan rekan seperjuangan terima kasih telah membantu dalam
proses pengembalian data, selalu ada dalam sulit dan menyemangati saya.
Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Akhir kata semoga seminar proposal penelitian ini dapat digunakan untuk
kemajuan dunia perikanan dan kelautan dan kesejahteraan masyarakat.
Ternate, 9 Februari 2023
Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN..................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... v

DAFTAR TABEL.......................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1

I.I Latar Belakang...................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitan.................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 3

2.TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4

2.1 Konsep Ekowisata................................................................................ 4


2.2 Ekowisata Pantai.................................................................................. 5
2.3 Kesesuaian Lahan Ekowisata............................................................... 6
2.4 Daya Dukung Kawasan Ekowisata...................................................... 7

3. METODOLOGI PENELITIAN................................................................. 9

3.1 Waktu Dan Lokasi Penelitian.............................................................. 9


3.2 Alat Dan Bahan.................................................................................... 9
3.3 Metode Pengumpulan Data.................................................................. 10
3.4 Metode Analisis Data........................................................................... 10
3.5 Pengukuran Parameter Indeks Kesesuaian Wisata Pantai................... 12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 16

iii
I. PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Kota Ternate merupakan sebuah kota yang letaknya berada di bawah kaki
gunung api gamalama pada sebuah pulau Ternate di Provinsi Maluku Utara Timur
Indonesia. kota Ternate juga merupakan ibu kota sementara provinsi Maluku
Utara secara de facto dari tahun 1999 hingga 2010. Pada tanggal 4 Agustus 2010
Sofifi diresmikan menjadi ibukota pengganti Ternate. Daerah dengan luas wilayah
111,39 Km² ini merupakan kota kepulauan dengan kondisi topografinya yang
sebagian besar daerah bergunung dan berbukit, juga ditandai dengan keberagaman
ketinggian permukaan laut antara 0-700 M dpl. Sebagai wilayah yang sebagian
besarnya dikelilingi oleh lautan memiliki potensi wisata yang didominasi oleh
wisata bahari, wisata alam, wisata bersejarah/budaya dan agro wisata (Halim,
2018)
Daya tarik wisata merupakan salah satu unsur penentu dalam menarik
wisatawan untuk datang ke suatu lokasi. Pada umumnya kualitas tersebut terdiri
dari unsur – unsur yang saling tergantung yaitu, atraksi, fasilitas, infrastruktur,
transportasi dan pelayanan, kualitas daya tarik wisata itu sendiri apakah layak
kunjung atau tidak. Fakta memperlihatkan bahwa banyak daerah tujuan wisata di
dalam negeri, termasuk Provinsi Malut yang belum sepenuhnya mengantisipasi
perkembangan tersebut, baik melalui penyiapan pengembangan atraksi yang
menarik maupun sarana prasarana pariwisata yang beragam (Taghulihi dan
Halida, 2020)
Ekosistem pesisir dan laut memiliki potensi yang besar dan dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata, salah satunya kegiatan wisata pesisir
dan laut di Indonesia adalah wisata pantai. Wisata pantai merupakan suatu bentuk
kegiatan wisata yang dilakukan di daerah pantai yang umumnya memanfaatkan
sumberdaya pantai (Putera dkk., 2013).
Salah satu kawasan pesisir yang ada di Kota Ternate yang sangat
berpotensi dijadikan wisata pantai adalah Pantai Tabanga yang berada di
Kelurahan Tobololo Kecamatan Pulau Ternate dan berjarak sekitar 9 km dari
pusat Kota Ternate. Pantai Tabanga memiliki topografi yang cukup landai dengan

1
hamparan pasir putih. Tetapi potensi wisata Pantai Tabanga di Kota Ternate ini
belum dikelola dan dikembangkan secara optimal.
Dalam konsep pariwisata berkelanjutan, pengembangan pariwisata harus
memperhatikan aspek lingkungan agar terjaganya keberlanjutan pembangunan
pariwisata yang telah mencakup antisipasi terhadap tuntutan kebutuhan bagi
generasi yang akan datang. Aspek yang paling penting dalam konsep pemanfaatan
sumber daya alam untuk tujuan wisata adalah kesesuaian sumber daya alam juga
manusia dan daya dukung kawasan yang mendukung kegiatan wisata (Hutabarat
dkk., 2009 dalam Domo dkk., 2017).
1.2 Rumusan Masalah
Pulau Ternate yang dikenal sebagai kawasan pengunungan berbatasan
dengan bibir pantai, saat ini dikembangkan juga sebagai kawasan wisata pantai.
Permasalahan dari pantai tabanga belum adanya pengelolaan secara khusus mulai
dari fasilitas, aksesbilitas, inflastruktus dari pemerintah mau pihak swastar dalam
penggelolaan pantai tersebut. Sebab pantai tabanga hanya dikelola oleh
masyarakat setempat yang tidak mengetahui akan pemanfaatan dari lokasi daya
Tarik wisata itu sendiri, oleh karena itu perlu adanya peninjauan kembali untuk
pengawasan dalam pengelolaan kawasan sebagai keseimbangan antara
perekonomian dan pemanfaatan sumber daya alam.
Dalam menyusun seminar penelitian diperlukan analisis kesesuaian untuk
mengetahui potensi dari sumberdaya untuk dikembangkan sebagai objek
ekowisata bahari, karena setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumber
daya dan lingkungan yang sesuai dengan objek wisata yang akan
dikembangkan. Sedangkan kajian daya dukung wisata bahari diperlukan untuk
menentukan jumlah maksimum pengunjung wisata yang masih ditolerir satu
kawasan wisata. Sehingga nilai dari sumber daya Pantai Tabanga dapat
dimanfaatkan lebih terarah untuk menghasilkan strategi pengelolaan yang tepat.

2
Menganalisis kesesuaian dan Mengestimasi
ekowisata pantai daya dukung daya dukung
kawasan pantai kawasan

Gambar 1. Skema Permasalahan


1.3 Tujuan Penelitan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Menganalisis kesesuaian wisata kategori rekreasi pantai di Pantai


Tabanga Kelurahan sulamadaha, Kecamatan Pulau Ternate, Kota
Ternate.
2. Menghitung daya dukung wisata di Pantai Tabanga Kelurahan
sulamadaha, Kecamatan Pulau, kotaTernate.
3. Menganalisis potensi apa saja yang bisa dikembangkan pada Pantai
Tabanga.

1.4 Manfaat Penelitian


a) Pemerintahan: Berguna bagi instansi pemerintahan yang mengelola tempat
wisata pantai Tabanga, sebagai bahan acuan untuk mengetahui kondisi
daya dukung dan kesesuaian lingkungan jika dibangun wisata pantai di
Tabanga Kelurahan Tobololo.
b) Akademisi: Digunakan untuk menambah pengetahuan dan penelitian yang
berhubungan dengan pembangunan berwawasan lingkungan.
c) Masyarakat : Digunakan sebagai sumber pengetahuan, informasi dalam
bentuk edukasi kepada masyarakat untuk mengontrol jumlah pengujung.

3
2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Ekowisata
Ekowisata merupakan perjalanan ke suatu tempat ke tempat yang belum
terganggu atau tercemar baik lingkungan yang alami maupun buatan yang
bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya (Destrinanda,
2018).
Ekowisata merupakan konsep pengembangan pariwisata yang
berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian
lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan
pemerintah setempat, dan memberi peluang bagi generasi muda sekarang dan
yang akan datang untuk memanfaatkan dan mengembangkannya. Ekowisata
adalah perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara
mengonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal
(Wahyuni, 2015).
Menurut UU. No. 27 tahun 2007 bahwa Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil memiliki keragaman potensi Sumber Daya Alam yang tinggi, dan sangat
penting bagi pengembangan sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, dan penyangga
kedaulatan bangsa, oleh karena itu perlu dikelola secara berkelanjutan dan
berwawasaan global, dengan memperhatikan aspirasi dan partisipasi masyarakat,
dan tata nilai bangsa yang berdasarkan norma hukum nasional.
Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan,
pada pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pada pasal 1
ayat 5 menyebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan. Sumber daya ekowisata terdiri atas sumber daya alam dan sumber
daya manusia yang dapat diintegrasikan menjadi komponen terpadu bagi
pemanfaatan wisata.

4
Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata (META,2002 dalam yulianda,
2019) dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan
pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.
2. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan
budaya sebagai objek wisata, dengan penekanan pada aspek pendidikan.
3. Ekowisata (ecotourism, green tourism, atau alternative tourism),
merupakan wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani
kepentingan perlindungan sumber daya alam/ lingkungan dan industri
kepariwisataan..
2.2 Ekowisata Pantai
Pantai ialah daerah pertemuan ataupun batas antara laut serta darat yang
wilayahnya ialah areal berlakunya interaksi kehendak alamiah yanh datangnya
daripada laut, darat, serta udara, menjadikan sifatnya senantiasa. berubah-ubah.
Bentukan pantai yang sifatnya terkait dijadikan selayaknya faktor alamiah serta
campur tangan manusia, menjadikannya dibutuhkan pengeloaan dengan baik
supaya eksistensinya senantiasai terjaga.kan. bentukan pemakaian sumber daya
pantai yang menomor satukan jasa alamiah guna memuskskan manusia ialah
pantai (Chasanah dkk., 2017).
Konsep wisata pantai merupakan konsep yang sangat terintegrasi, dari
proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Segala aspeknya
harus didukung dengan adanya infrastruktur, organisasi, pengelolaan dan sistem
pemasaran yang terpadu. Poin - poin utama yang menjadi pokok pengembangan
diantaranya: objek pariwisata pantai (attractions), transportasi, pelayanan dan
promosi (Hammas, 2015 Dalam Tarba, 2018).
Upaya dalam mengembangkan wisata pantai dapat dilakukan dengan
konsep ekowisata yaitu pendekatan yang berkelanjutan dimana karakteristiknya
adalah alam yang berhubungan dengan pelestarian sumberdaya, kebudayaan
masyarakat setempat untuk kesejahteraan, dan kegiatan konservasi dengan upaya
menjaga keberlangsungan dalam pemanfaatan untuk masa kini dan masa yang
akan datang (Yustinaningrum, 2017).

5
Jenis komunitas tumbuhan yang umum dijumpai di Kawasan pantai adalah
Casuarina equisetifolia dan kemudian diikuti oleh komunitas Baringtonia yang
tumbuh di tanah yang lebih stabil di belakang batas pantai. Pada kawasan yang
tidak banyak mengalami gangguan kanopi, tumbuhan tersebut dapat berkembang
menjadi lebat, sehingga vegetasi penutup tanah tumbuhan sedikit. Namun apabila
pantainya terbuka, maka tumbuhan yang muncul adalah jenis pakis-pakisan (fern)
dan rumput-rumputan (Ngabito, 2013)
Menurut yulianda, (2019) Tipe pantai dapat dibedakan berdasarkan tipe
substrat yang membentuk hamparan pantainya, yaitu pantai berpasir, pantai
berlumpur dan pantai berbatu yaitu :
1. Pantai berpasir umumnya terdiri atas kuarsa dan feldspar, bagian yang
paling banyak dan paling keras dari sisa-sisa pelapukan batu di gunung. Di
daerah tertentu, seperti apabila di depannya terdapat habitat terumbu
karang, maka pasir didominasi oleh sisi-sisa pecahan terumbu karang yang
berwarna putih. Pantai yang berpasir dibatasi hanya di daerah di mana
gerakan air yang kuat mengangkut partikel-partikel yang halus dan ringan,
kemudian terendap pada daratan pantai yang landai.
2. Pantai berlumpur merupakan daerah pantai yang paling subur
dibandingkan daerah pantai lainnya. Pantai berlumpur dicirikan oleh tipe
substrat yang didominasi fraksi lumpur yang bertekstur halus dan
terendapkan di daerah pantai. Pantai berlumpur hanya terbatas pada daerah
intertidal yang benar-benar terlindung dari gelombang laut terbuka.
3. Pantai berbatu merupakan pantai yang berbatu-batu memanjang ke laut
dan terendam di air. Batu yang terbenam di air ini menciptakan suatu
zonasi habitat karena adanya perubahan permukaan air laut. Hal tersebut
disebabkan oleh proses pasang yang menyebabkan adanya bagian yang
selalu tergenang air, selalu terbuka terhadap matahari, serta zonasi di
antaranya yang tergenang pada pasang naik dan terbuka pada pasang surut.
2.3 Kesesuaian Lahan Ekowisata
Menurut (Ramadhan dkk, 2014 Dalam Tarba, 2018) mengatakan bahwa
kesesuaian lahan dapat dikatakan sebagai tingkat kecocokan lahan untuk suatu
kepentingan tertentu. Kesesuaian lahan dapat dianalisis untuk mengetahui

6
kesesuaian kawasan dalam hal pengembangan wisata. Hal tersebut dapat
didasarkan pada kemampuan wilayah yang mampu mendukung aktivitas tertentu
pada kawasan tersebut.
Kesesuaian lahan adalah kecocokan pada suatu lahan untuk mencapai
sebuah tujuan dalam penggunaan tertentu, dengan melalui penentuan kelas (nilai)
lahan dan pola tata lahan yang dapat dihubungkan dengan suatu wilayah tertentu,
sehingga didapat penggunaan lahan yang efektif dalam kelestarian dan
pemeliharaannya. Pada pengembangan daerah agar lebih optimal maka
dibutuhkan pengelolaan yang lebih lanjut pada wilayah pesisir. Namun, dalam
pengembangan wisata ketersediaan sumberdaya di kawasan tersebut sangat
ditentukan oleh kesesuaian lahan di wisata tersebut. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka dibutuhkannya penentuan lokasi wisata pantai menggunakan
analisis kesesuaian lahan (Akbar, 2018).
Tingkat kesesuaian kawasan yang sesuai peruntukannya akan dapat
mendatangkan banyak wisatawan karena daya tariknya. Jumlah wisatawan yang
berkunjung pada kawasan wisata dikhawatirkan akan melebihi batas daya dukung
lingkungan yang dapat ditampung. Apabila tidak diperhatikan, hal ini akan dapat
memberikan dampak kerusakan sumberdaya dan lingkungan pesisir akibat daya
dukung kawasan wisata yang tidak sesuai dengan semestinya. Banyaknya
pengunjung yang datang untuk berwisata akan menimbulkan dampak ketidak
nyamanan wisatawan untuk melakukan aktivitas berwisata (Sari, 2020)
2.4 Daya Dukung Kawasan Ekowisata
Konsep daya dukung ekowisata mempertimbangkan dua hal yaitu pertama
kemampuan alam untuk mentoleransi gangguan atau tekanan dari manusia dan
kedua keaslian sumber daya alam. Kemampuan alam menoleransi kegiatan
manusia serta mempertahankan keaslian sumber daya ditentukan oleh besarnya
gangguan yang kemungkinan akan muncul dari kegiatan wisata. Suasana alami
lingkungan juga menjadi persyaratan dalam menentukan kemampuan toleransi
gangguan dan jumlah pengunjung dalam unit area tertentu (yulianda,2019)
Menurut Nugraha dkk., (2013) daya dukung merupakan konsep dasar yang
dikembangkan untuk kegiatan pengelolaan suatu sumberdaya alam dan
lingkungan yang lestari, melalui ukuran kemampuannya. Daya dukung wisata

7
pantai ditentukan oleh panjang/luas kondisi pantai. Kebutuhan manusia akan
ruang diasumsikan dengan keperluan horizontal untuk dapat bergerak bebas dan
tidak merasa terganggu oleh keberadaan manusia (pengunjung) lainnya (Hutabarat
dkk., 2009 dalam Masita dkk., 2013).
Analisis pada daya dukung kawasan menujukkan pada pengembangan
untuk wisata pantai yakni dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada di
sekitar pantai, pesisir dan pulau – pulau kecil. Menurut (Scones, 1993 dalam
Prasita, 2007) daya dukung dibagi menjadi dua bagian yaitu daya dukung
ekonomis dan daya dukung ekologis atau lingkungan. Daya dukung ekonomis
adalah tingkat produksi yang dapat memberikan keuntungan secara maksimum
dengan tujuan usaha yang nantinya dapat meningkatkan perekonomian. Daya
dukung ekologis merupakan nilai jumlah maksimum hewan yang berada pada
wilayah tersebut tanpa mengakibatkan kematian karena faktor kerusakan
lingkungan dan kepadatan wisatawan.

8
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk pengambilan data lapangan yang berlokasi
di Pulau Tabaga, kelurahan sulamadaha, Kecamatan pulau ternate, Kota ternate,
Provinsi maluku utara . Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 2

3.2 Alat Dan Bahan


Pada penilitian ini adapun alat – alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut.
Tabel 1. Daftar alat dan bahan yang digunakan
No Jenis alat dan bahan Kegunaan
1 Alat tulis (pulpen, buku) Mencatat hasil praktikum
2 Kamera digital Dokumentasi hasil praktikum
3 Papan skala Mengukur kedalam perairan
4 Secshi disk Mengukur kecerahan
5 Meteran roll Mengukur panjang pantai, lebar pantai, dan
ketersediaan air tawar
6. GPS GPS yang digunakan untuk melakukan
tracking dan marking wilayah objek penelitian
7. ARGIS Untuk pembuatan lokasi dan mengukur luas
area sampling

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data ini dilakukan dari studi literatur, pengamatan dan
verifikasi secara langsung dilapangan, dan wawancaa dengan melakukan
penyebara kuisoner kepada masyarakat. Studi literatur digunakan untuk
mendapatkan gambaran secara umum mengenai kegiatan wisata pantai dilokasi
penelitian yakni dipantai tabanga kemudian diverifikasi dengan kondisi lapangan
tersebut. Studi literatur dalam penelitian ini membutuhkan klasifikasi kesesuaian
lahan dan daya dukung Kawasan wisata.
A. Analisis daya dukung kawasan
Menurut Yulianda, 2019 mengatakan bahwa Analisis kesesuaian
lahan wisata pantai dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian
lahan pada kawasan wisata tersebut. Adapun rumus kesesuaian lahan yang
digunakan untuk wisata pantai yakni:

9
DDK = KX ×
Keterangan:
DDK = Daya dukung kawasan wisata (orang/hari)
K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan
Lt = Unit area untuk kategori tertentu
Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata
dalam satu hari
Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan
tertentu Analisis Kesesuaian Lahan
B. Analisis Kesesuaian Lahan Wisata
Menurut Yulianda, 2019 mengatakan bahwa Analisis kesesuaian
lahan wisata pantai dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian
lahan pada kawasan wisata tersebut.
Adapun rumus kesesuaian lahan yang digunakan untuk wisata pantai
yakni:

n
IKW =∑ ( BixSi)
i=1

Keterangan:
IKW = Indeks kesesuaian wilayah
Bi = Bobot Parameter ke-i
Si = Skor Parameter ke-i
n = Banyaknya Parameter Kesesuaian
Berdasarkan hasil perhitungan parameter maka penentuan kelas untuk
ekowisata pantai dapat dikategorikan menjadi 3 klasifikasi, yaitu:
Sangat Sesuai (SS) = IKW > 2,5
Sesuai (S) = 2,0 < IKW < 2,5
Tidak Sesuai (TS) = 1 < IKW < 2,0
Sangat Tidak Sesuai (STS) = IKW < 1.

10
Analisis kesesuaian lahan di perhitungkan dengan didasarkan pada
bebeapa parameter yang merupakan salah satu faktor pendukung pada kegiatan
yang dilakukan pada wilayah yang disediakan. Parameter tersebut memiliki bobot
nilai masing – masing yang berdasarkan pada tingkat kepentingannya untuk
mendukung kegiatan yang dapat dilakukan. Sedangkan skor penilaian adalah hasil
pengamatan yang ada di lapangan yang kemudian di klasifikasikan berdasarkan
skor tersebut.
Adapun kelas – kelas yang terbagi dalam 4 kategori kesesuaian lahan
yakni:
S1 = Sangat Sesuai, IKW = 80 – 100 %
S2 = Cukup Sesuai, IKW = 50 – 80 %
S3 = Sesuai Bersyarat, IKW = 17 – 50 %
N = Tidak Sesuai, IKW = <17 %.

3.4 Metode Analisis Data


Pengambilan data dilakukan di daerah pantai dan perairan dengan cara
purposive sampling yaitu berdasarkan keterwakilan wilayah dari pengamatan
secara langsung dilapangan. Selain itu dilakukan pengamatan kualitatif yaitu
dengan interpertasi image satelit google pantai tabanga secara visual sehingga
diperolah gambaran umum lokasi dan kondisi biofisik pantai serta perairan agar
dapat ditentukan pengamatan yang tepat.
Dalam penentuan kesesuaian wisata pantai, ada beberapa parameter yang
menjadi pertimbangan dalam melakukan survei fisik dalam penelitian ini
sebagai berikut : (Yulianda, 2019).
Tabel 2. Parameter kesesuaian sumber daya untuk wisata rekreasi pantai
(Yulianda, 2019).
Bobo S1 S2 S3 Sko r N
No Parameter t Skor Skor Skor
Pasir putih Pasir hitam, Lumpur,
Pasi r campur sedikit terjal berbatu,te
1 Tipe Pantai 0.200 putih 3 pecahan 2 1 rjal 0
karang
Lebar
2 Pantai (m) 0.200 >15 3 10-15 2 3-<10 1 <3 0
Lumpur,
Lumpur

11
Material Pasi r Karang Pasir berpasi
3 Dasar 0.170 3 berpasir 2 berlumpur 1 r 0
Perairan
Kedalaman
4 Perairan 0.125 0-3 3 >3-6 2 >6-10 1 >10 0
(m)
Kecerahan
5 perairan 0.125 >80 3 >50-80 2 20-50 1 <20 0
(%)
Kecepatan
6 arus 0.080 0-17 3 17-34 2 34-51 1 >51 0
(cm/det)
Kemiringa
7 n pantai (0) 0.080 <10 3 10-25 2 >25-45 1 >45 0
Hutan
Penutupan Kela Semak, bakau,
8 lahan 0.010 pa, laha 3 belukar, 2 Belukar 1 pemuki 0
pantai n rendah, tinggi man,
terb savana pelabuha
uka n
Bulu
Biota Tida k Bulu Bulu babi, babi,ika
9 berbahaya 0.005 ada 3 babi 2 ikan pari 1 n pari, 0
lepu,
hiu
Ketersedia <0.5
10 an air 0.005 km 3 >0.5-1 2 >1-2 1 >2 0
tawar
Sumber : Yulianda, 2019
A. Analisis Kesesuaian Lahan Wisata
Menurut Yulianda, 2019 mengatakan bahwa Analisis kesesuaian
lahan wisata pantai dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian
lahan pada kawasan wisata tersebut.
Adapun rumus kesesuaian lahan yang digunakan untuk wisata pantai
yakni:

n
IKW =∑ ( BixSi)
i=1

Keterangan:
IKW = Indeks kesesuaian wilayah
Bi = Bobot Parameter ke-i
Si = Skor Parameter ke-i

12
n = Banyaknya Parameter Kesesuaian
Berdasarkan hasil perhitungan parameter maka penentuan kelas untuk
ekowisata pantai dapat dikategorikan menjadi 3 klasifikasi, yaitu:
Sangat Sesuai (SS) = IKW > 2,5
Sesuai (S) = 2,0 < IKW < 2,5
Tidak Sesuai (TS) = 1 < IKW < 2,0
Sangat Tidak Sesuai (STS) = IKW < 1.

3.5 Pengukuran Parameter Indeks Kesesuaian Wisata Pantai


1. Tipe Pantai
Tipe pantai suatu destinasi wisata dapat dilihat dengan cara pengamatan
langsung secara visual. Menurut Ramadhan (2014) menyebutkan bahwa
dalam pedoman perencanaan bangunan pengaman di Indonesia
diidentifikasikan ada tiga jenis utama tipe pantai yang dapat dibedakan
berdasarkan substrat atau sedimen, yaitu: pantai berpasir, pantai berlumpur
dan pantai berkarang
2. Lebar pantai
Dalam pengukuran lebar pantai dilakukan dengan menggunakan roll meter
dengan cara mengukur jarak antara vegetasi terakhir yang ada di pantai
hingga batas pasang tertinggi. Pengukuran ini dilakukan sebanyak tiga kali
ulangan setiap stasiun.
3. Material dasar
Mengukur material dasar perairan dengan mengambil material dasar perair
an pada setiap ulangannya, kemudian mencocokan data yang di peroleh ter
masuk jenis material dasar tersebut.
4. Kedalaman pantai
Mengukur kedalaman perairan dapat mengunakan tongkat berskala di mas
ukkan dalam perairan dengan posisi vertikal sampai menyentuh dasar perai
ran kemudian dilihat pada tinggi air pada tongkat.
Δd = dt – (ht – MSL)
Keterangan :
Δd = kedalaman suatu titik pada dasar perairan

13
dt = kedalaman suatu titik pada dasar laut pada pukul t
ht = ketinggian permukaan air pasut pada pukul t
MSL = Mean Sea Level (MSL)
5. Kecerahan
Pengukuran kecerahan dilakukan dengan menggunakan secchi disck yang
diikat dengan tali kemudian diturunkan secara perlahan-lahan ke dalam
perairan pada lokasi pengamatan hingga secchi disc tersebut tidak dapat
terlihat lalu mengukur panjang tali dan mencatat posisi pengambilan data.
Pendapat (Effendi, 2003 dalam Ahcmad, 2020) bahwa nilai kecerahan
sangat di pengaruhi oleh padatan tersuspensi dan kekeruhan, keadaan
cuaca, waktu pengukuran ini dilakukan sebanyak tiga kali untuk setiap
stasiun.

kedalaman bayangan secchi disc hilang(cm)


kecerahan perairan ( % ) x 100
kedalaman peraian

6. Kecepatan Arus
Kecepatan arus dilakukan dengan cara melakukan pengukuran
menggunakan layang-layang arus, yaitu dengan mencatat posisi dan
melakukan pengukuran kecepatan arus dan arah pada beberapa stasiun.
Kemudian menentukan jarak tempuh layang-layang arus (5-10 meter)
kemudian mengukur waktu tempuh layang-layang arus tersebut.

𝑆
V=
𝑡
Pengukuran ini dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dapat dilihat pada
rumus menentukan kecepatan arus yaitu (Bahar, 2015 dalam Ahcmad,
2020).
Keterangan:
V = Kecepatan arus
S = Jarak tempuh n layang-layang arus (meter)
T = Waktu tempuh layang-layang arus (detik
7. Kemiringan Pantai

14
Kemiringan pantai dengan sudut ideal < 10⁰ dapat dikategorikan sangat
sesuai dikarenakan sudut yang landai sangat mempengaruhi aktivitas para
wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata dengan mendapatkan
kenyamanan dan keamanan dalam melakukan aktivitasnya seperti mandi,
berenang dan bermain di tepi pantai (Lelloltery dkk., 2016).

Gambar 3. Gambaran kemiringan pantai

Kemiringan pantai dapat diperoleh menggunakan rumus:


y
𝛂 = 𝐚𝐫𝐜 𝐭𝐚𝐧 x

Keterangan:
α = sudut yang dibentuk
Y = jarak antara garis tegak lurus yang dibentuk oleh kayu horizontal
dengan permukaan pasir dibawahnya
X = panjang tongkat kayu ( 2 meter )
7. Penutupan lahan
Penetapan penutupan lahan dilaksanakan mempergunakan
pengobservasian areal sekitar pantai, dilanjutkan penggolongan jikalau
lahan terbuka disertai pohon kelapa, savana, semak belukar, ataupun
pemukiman.
8. Biota berbahaya
Pengamatan biota berbahaya dilakukan dengan menggunakan snorkeling
di sekitaran stasiun penelitian. Dalam pengamatan biota berbahaya
dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya biota berbahaya yang
berada di sekitar pengunjung wisata (Masita dkk., 2013).
9. Kesediaan air tawar
Pengukuran ketersediaan air tawar dapat dilakukan dengan mengukur jara
k lokasi sampai pada ketersediaan air tawar terdekat, kemudian di ukur sec

15
ara vertikal dan lihat berapa hasil yang di dapatkan dari observasi
kesediaan air dilaksanakan mempergunakan perhitungan jarak antara
stasiun penarikan sampel menuju areal sumber air tawar eksis (Masita
dkk., 2013).

16
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Z, Fahreza. 2018. Analisis Kesesuaian Lahan Dan Daya Dukung Kawasan
Di Pantai Kenjeran Lama Sebagai Wisata Pantai, Kelurahan Kenjeran,
Kecamatan Bulak, Kota Surabaya, Jawa Timur. Skripsi. Program Studi
Ilmu Kelautan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dan Ilmu
Kelautan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya.
Malang. 98.
Achmad, I, Ashar. 2020. Studi Pengembangan Potensi Objek Wisata Pulau
Sabutung Di Pangkajene Dan Kepulauan. Skripsi. Departemen Ilmu
Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.
Makassar. 63.
Chasanah, I., Purnomo, P. W., Haeruddin. (2017). Analisis Kesesuaian Wisata
Pantai Jodo Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.
Manajemen Sumberdaya Pantai. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.
Universitas Diponegoro. Semarang. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya
Alam Dan Lingkungan.7:(3). 235–243.
Destrinanda, H., Yoswaty, D., Zulkifli. 2018. Kajian Potensi Ekowisata Bahari Di
Pulau Pandang Kecamatan Tanjung Tiram Provisi Sumatera Utara.
Fakultas Perikanan Dan Kelautan Universitas Riau. Pekan Baru. Jurusan
Ilmu Kelautan. 4: (3). 1-14.
Domo, A, M., Zulkarnaini., Yoswaty Dessy. 2017. Analisis Kesesuaian dan Daya
Dukung Kawasan Wisata Pantai (Studi Pantai Indah Sergang Laut di Pulau
Singkep). Dosen Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Program
Pascasarjana. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau. Jurnal
Dinamika Lingkungan Indonesia. 4:(2).109-116.
Halim, M, Abdul. 2018 Studi Potensi Dan Prospek Pengembangan Pariwisata Di
Kota Ternate. Maluku Utara (Studi Dinas Pariwisata Kota Ternate.
Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Fakultas Ekonomi. Yogyakarta. 68.
Hutabarat, A. A., F. Yulianda, A. Fahrudin, S. Harteti dan Kusharjani. 2009.
Pengelolaan pesisir dan laut secara terpadu. Bogor: Pusdiklat Kehutanan,
SECEM dan Korea International Cooperation Agency. Bogor.
Taghulihi, B., Halida, N. 2020. Strategi Pengembangan Wisata Bahari Kabupaten
Morotai Provinsi Maluku Utara. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas
Khairun. Ternate. 8:(1). 13-23.
Kamah, Masita, H., Sahami, F, M., Nuryatin,H, Sri. 2013. Kesesuaian Wisata
Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan. Kabupaten
Gorontalo Utara. Studi S1 Manajemen Sumberdaya Perairan.Jurusan
Teknologi Perikanan. Gorontalo. 2:(3).1-15.
Lelloltery, H., Pujiatmoko, S., Fandelli, C., & Baiquni, M. (2016). Pengembangan
Ekowisata Berbasis Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan Pantai (Studi
Kasus Pulau Marsegu Kabupaten Seram Bagian Barat). Jurnal Budidaya
Pertanian, 12(1), 25-33.

17
Meriyanti Ngabito, 2013 Analisis Kesesuaian Dan Daya Dukung Ekowisata Pulau
Saronde Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo. (Tesis). Program
Pascasarjana.Universitas Hasanuddin Makassar. 106.
Nugraha, H. P., Indarjo, A. & Helmi, M., 2013. Studi Kesesuaian dan Daya
Dukung Kawasann untuk Rekreasi Pantai di Pantai Panjang Kota
Bengkulu. Journal of Marine Research. 2:(2). 130 - 139.
Peraturan Kementrian Lingkungan Hidup No. 27 Tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Prasita, V.D. 2007. Analisis Daya Dukung Lingkungan dan Optimalisasi
Pemanfaatan Wilayah Pesisir untuk Pertambakan di Kabupaten Gresik.
Disertasi Doktor. Sekolah Pasca-sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
147.
Putera, A. H. F., Fachrudin, A., Niken, T. M. P., dan Setyo, B.S., 2013. Kajian
Keberlanjutan Pengelolaan Wisata Pantai di Pantai Pasir Putih Bira,
Bulukumba, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Kepariwisataan Indonesia. 8:(3). 241–254.
Sari, S. Nandan., Nugraha, S., Utomowati,R., 2022. Analisis Kesesuaian Dan
Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Di Kabupaten Bantul Tahun 2022.
Pendidikan Geografi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Journal Of Environment And
Disaster. 1:(1). 24-32.
Tarba. 2018. Analisis Kesesuaian Lahan Dan Daya Dukung Kawasan Untuk
Wisata Pantai Di Pantai Tirtamaya, Desa Juntinyuat, Kecamatan Juntinyuat,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan.
Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dan Kelautan. Universitas
Brawijaya. Malang. 76.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Wahyuni, S., Sulardione, B., dan Hendrarto, B. 2015. Strategi Pengembangan
Ekowisata Mangrove Wonorejo, Kecamatan Rangkuti Surabaya. Program
Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang. Jurnal
maquares. 4:(4). 66-70.
Yuliand, F., (2019). Ekowisata Perairan Suatu Konsep Kesesuaian dan Daya
Dukung Wisata Bahari dan Wisata Air Tawar. Kota Bogor – Indonesia.
Penerbit IPB Press. 104.
Yustinaningrum, Diah. 2017. Pengembangan Wisata Bahari Di Taman Wisata
Perairan Pulau Pieh Dan Laut Sekitarnya. Jurnal Ilmu Pertanian. Program
Pascasarjana, Universitas Brawijaya. Malang. 11:(1). 96-111.

18

Anda mungkin juga menyukai