Anda di halaman 1dari 10

Tugas kelompok

PENCEMARAN LINGKUNGAN PESISIR DAN KEPULAUAN

“DINAMIKA EKOSISTEM PESISIR DAN LAUT”

OLEH:

NUR HIKMAWATI HALIK (J1A116088)

NUR ANNISA (J1A116086)

PUTRI PALANDO (J1A116095)

RAHYAN (J1A116098)

RAY VALDY DWI PUTRA (J1A116101)

SEVTIN WIDYANTI (J1A116115)

SITI SUSANTI (J1A116124)

SITI UMRAWANA (J1A116125)

TITIN ZUMARTIN (J1A116132)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
DINAMIKA EKOSISTEM PESISIR DAN LAUT

Indikator:

1. menjelaskan kondisi oseanografi (ilmu kelautan) dan dinamika ekosistem


pesisir dan laut.

2. menjelaskan struktur dan tipologi ekosistem pesisir dan laut.

Definisi Wilayah Pesisir dan Kelautan


Ada beberapa definisi mengenai wilayah pesisir dari berbagai sumber,
antara lain:
1. Menurut Dahuri (2001) memberikan penjelasan
mengenai wilayah pesisir sebagai berikut :
“Sampai sekarang belum ada definisi wilayah
pesisir yang baku. Namun demikian, kesepakatan umum
di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah
peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari
garis pantai (coastal), maka suatu wilayah pesisir
memiliki dua macam batas (boundaries), yaitu batas
yang sejajar garis pantai (longshore) dan batas yang
tegak lurus terhadap garis pantai (cross-shore) (Dahuri,
2001 : 6)”

2. Menurut Poernomosidhi (2007) memberikan pengertian


mengenai wilayah pesisir sebagai berikut :
Wilayah pesisir merupakan interface antara kawasan
laut dan darat yang saling mempengaruhi dan
dipengaruhi satu sama lainnya, baik secara biogeofisik
maupun sosial ekonomi. Wilayah pesisir mempunyai
karakteristik yang khusus sebagai akibat interaksi antara
proses-proses yang terjadi di daratan dan di lautan. Ke
arah darat, wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik
kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi
sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan
perembesan air asin; sedangkan ke arah laut, wilayah
pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi
oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang
disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran (Poernomosidhi,
dalam Supriharyono, 2009 tentang “Konservasi
Ekosistem Sumber Daya Hayati di Wilayah Pesisir dan
Laut Tropis”).
3. Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 34 Tahun 2002 Tentang Pedoman Umum
Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, memberi
batasan mengenai wilayah pesisir sebagai berikut :
 Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat
dan laut : kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian
daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin
laut, dan perembesan air asin ; sedangkan kearah laut
mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi
dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena
kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan
dan pencemaran.
 Batasan di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat
garis batas nyata wilayah pesisir. Batas tersebut
hanyalah garis khayal yang letaknya ditentukan oleh
kondisi dan situasi setempat. Di tempat yang landai
garis batas ini dapat berada jauh dari garis pantai, dan
sebaliknya untuk wilayah pantai yang terjal
INDIKATOR 1: MENJELASKAN KONDISI OSEANOGRAFI (ILMU
KELAUTAN) DAN DINAMIKA EKOSISTEM PESISIR DAN LAUT

A. Kondisi Oseanografi dan Dinamika Ekosistem Pesisir dan Lautan


Wilayah pesisir dan lautan merupakan daerah dimana terjadi interaksi antara
tiga unsur alam yaitu daratan, lautan dan atmosfer. Proses interaksi tersebut telah
berlangsung sejak unsur-unsur tersebut terbentuk. Bentuk wilayah pesisir yang
ditemui sekarang ini merurpakan hasil keseimbangan dinamis dari proses
penghancuran dan pembentukan ketiga unsur alam ini (Dahuri, 2001).

I. Kondisi Oseanografi Fisika Perairan Pesisir dan Lautan


Kondisi oseanografi fisika di kawasan pesisir dan laut dapat digambarkan
oleh terjadinya fenomena alam seperti terjadinya pasang surut, arus, kondisi
suhu dan salinitas serta angin. Fenomena-fenomena memberikan kekhasan
karakteristik pada kawasan pesisir dan lautan. Sehingga rnenyebabkan
terjadinya kondisi fisik perairan yang berbeda-beda (Dahuri, 2001).
 Pusang Surut dan Muka Laut
Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunnya muka laut secara
hampir periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan
dan matahari. Naik turunnya muka laut dapat terjadi sekali sehari (pasut
tunggal), atau dua kali sehari (pasut ganda). Sedangkan pasut yang
berperilaku di antara keduanya disebut sebagai pasut campuran. Dilihat
dari pola gerakan muka lautnya, pasang surut di Indonesia dapat dibagi
menjadi empat jenis yaitu, pasang surut harian tunggal (diurnal tide),
harian ganda (semidiurnal tide), dan dua jenis campuran.

 Gelombang Laut
Gelombang yang ditemukan di permukaan laut pada umumnya terbentuk
karena adanya proses alih energi dari angin ke permukaan laut atau pada
saat-saat tertentu disebabkan oleh gempa didasar laut. Gelombang
merupakan parameter utama dalam proses erosi atau sedimentasi.
Besarnya proses tersebut bergantung pada besarnya energi yang
dihempaskan oleh gelombang ke pantai.
 Arus di Pantai
Arus yang disebabkan oleh pasut dipengaruhi oleh dasar perairan. Arus
pasut yang terkuat akan ditemui di dekat permukaan dan akan menurun
kecepatannya semakin mendekati dasar perairan. Hal ini disebabkan
adanya gesekan dasar (bottom friction). Fase dari arus pasut juga
seringkali berubah mengikuti kedalaman, dimana fase di lapisan dasar
perairan berubah lebih dahulu dibandingkan dengan di lapisan
permukaannya.
 Suhu dan Salinitas
Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh radiasi matahari,posisi matahari,
letak geografis, musim, kondisi awan, serta proses interaksi antara air dan
udara, seperti alih panas (heat), penguapan, dan hembusan angin. Kondisi
yang hampir serupa berlaku untuk salinitas perairan. Parameter yang
mempengaruhi adalah keadaan lingkungannya (muara sungai atau gurun
pasir), musim, serta interaksi antara laut dengan daratan/gunung es.
 Angin
Angin merupakan parameter lingkungan penting sebagai gaya penggerak
dari aliran skala besar yang terdapat baik di atmosfe maupun lautan.
Gelombang merupakan produk penting lain yang dihasilkan oleh angin.
Demikian pula deretan bukit pasir (sand dunes) yang ditemui di pantai.
II. Kondisi Oseanografi Kimia Perairan Pesisir dan Lautan
Kualitas air suatu perairan pesisir dicirikan oleh karakteristik kimianya,
yang sangat dipengaruhi oleh masukan dari daratan maupun dari laut
sekitarnya. Pada kenyataannya, perairan pesisir merupakan penampungan
(storage system) akhir segala jenis limbah yang dihasilkan oleh aktivitas
manusia. Karenanya karakteristik kimia perairan pesisir bersifat unik dan
ditentukan oleh besar kecilnya pengaruh interaksi kegiatan-kegiatan di atas
serta kondisi hidrodinamika perairan pesisir, seperti proses difusi
(diffusion), disolusi (dissolution) dan pengadukan (turbulance) terhadap
substansi kimia. (Poernomosidhi, dalam Supriharyono, 2009 tentang
“Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut
Tropis”).
INDIKATOR 2: MENJELASKAN STRUKTUR DAN TIPOLOGI EKOSISTEM PESISIR DAN
LAUT

Struktur dan Tipologi Ekosistem Pesisir dan Lautan


Sebagai wilayah peralihan, ekosistem pesisir memiliki struktur komunitas dan
tipologi yang berbeda dengan ekosistem lainnya (Poernomosidhi, dalam
Supriharyono, 2009 tentang “Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati di Wilayah
Pesisir dan Laut Tropis”).

A. Struktur Ekosistem Pesisir dan Lautan


Dalam ekosistem perairan (tawar, pesisir dan lautan) berbagai jasad hidup
(biotik) dan lingkungan fisik (abiotik) merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dan saling terkait. Dua komponen ini saling berinteraksi antara satu
dengan lainnya, sehingga terjadi pertukaran zat (energi) di antara keduanya.
Komponen abiotik merupakan faktor pendukung bagi kelangsungan hidup
organisme. Dalam ekosistem pesisir, komponen abiotik tersebut terdiri dari unsur
dan senyawa anorganik, senyawa organik dan iklim. Unsur dan senyawa anorganik
adalah C, N, CO2, dan H2O. Sedangkan senyawa organik terdiri dari karbohidrat,
protein, lemak dan vitamin. Faktor iklim yang memegang peranan dalam perairan
adalah suhu. Ekosistem pesisir memiliki struktur yang khas, hal ini disebabkan
ekosistem tersebut merupakan daerah peralihan antara ekosistem daratan dengan
ekosistem lautan. Secara umum komponen penyusun struktur ekosistem perairan
pesisir terdiri atas produser, konsumer, dan pengurai.
Komponen produser terdiri atas produser makro dan mikro, demikian juga
halnya dengan komponen konsumer terdiri atas konsumer makro dan mikro.
Komponen-komponen makro ini termasuk berbagai jenis rumput laut yang ada
dalam perairan, sedangkan produser mikro adalah berbagai jenis fitoplankton yang

berukuran relative kecil. Organisme konsumen merupakan organisme yang


memanfaatkan hasil dari aktivitas organism produsen. Komponen konsumer makro
terdiri atas berbagai jenis ikan, mamalia, krustasea, dan berbagai jenis organisme laut
lainnya. Sedangkan komponen konsumer mikro terdiri atas jenis-jenis zooplankton
yang sangat kecil. Sedangkan organisme pengurai (dekomposer) adalah organisme
yang melakukan perombakan atas berbagai materi organik yang dimanfaatkan
kembali oleh seluruh komponen biologi (tumbuhan air) yang ada. Komponen
pengurai di perairan pesisir didominasi oleh berbagai jenis bakteri. Komponen-
komponen ekosistem yang ada dalam sistem perairan pesisir antara lain, Produser
Fitoplankton, Konsumer Zooplanhton, Konsumer Benthos, Konsumer Nekton, dan
Komponen Pengurai Bokteri.

B. Tipologi Ekosistem Pesisir dan Lautan


Dalam suatu wilayah pesisir dan lautan terdapat satu atau lebih sistem
lingkungan (ekosistem) pesisir dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir ada yang
secara terus menerus tergenangi air dan ada pula yang hanya sesaat. Berdasarkan
sifat ekosistem, ekosistem pesisir dapat bersifat alamiah (natural) atau buatan
(manmade). Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain adalah:
terumbu karang (coral reefs), hutan mangroves, padang lamun (seagrass beds),
pantai berpasir (sandy beach), pantai berbatu (rocky beach), formasi pescaprae,
formasi barringtonia, estuaria, laguna dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara
lain berupa: tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri dan
kawasan pemukiman.

1. Ekosistem Pesisir yang Secara Permanen atau Berkala Tergenangi Air


i. Ekosistem Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan ekosistern utama pendukung kehidupan yang
penting di wilayah pesisir dan lautan. Selain mempunyai fungsi ekologis
sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan
asuhan bagi berbagai macam biota, penahan abrasi, amukan angin taufan,
dan tsunami, penyerap limbah, pencegih intrusi air laut, dan lain
sebagainya, hutan mangrove juga mempunyai fungsi ekonomis penting.
Tingginya keanekaragaman hayati hutan mangrove ini merupakan aset

yang sangat berharga tidak saja dilihat dari fungsi ekologinya tetapi juga
dari fungsi ekonomi.
a. Karakteristik:
- Hutan mangrove seringkali juga disebut hutan pantai, hutan pasang
surut, hutan payau, atau hutan bakau. Akan tetapi, istilah bakau
sebenarnya hanya merupakan nama dari salah satu jenis tumbuhan
yang menyusun hutan mangrove, yaitu jenis Rhizopora spp.
- Hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika yang khas tumbuh
disepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh
pasang surut air laut.
- Mangrove banyak dijumpai diwilayah pesisir yang terlindung dari
gempuran ombak dan daerah yang landai.
- Mangrove tumbuh optimal diwilayah pesisir yang memiliki muara
sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung
lumpur.
- Mangrove sulit tumbuh di wilayah pesisir yang terjal dan berombak
besar dengan arus pasang surut kuat, karena kondisi ini tidak
memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur, substrat yang
diperlukan untuk pertumbuhannya. (Snedater et.al, 1985 ;Nontji,
1987).
b. Zonasi Komunitas Mangrove
Berdasarkan zonasi atau pengelompokan tumbuhan mangrove diatas,
Macnae (1968), selanjutnya mengelompokkan tumbuhan mangrove ke
dalam enam zona (Tabel II.1), yaitu:
a. Zona perbatasan dengan daratan;
b. Zona semak-semak tumbuhan Ceriops;
c. Zona hutan Bruguiera;
d. Zona hutan Rhizophora;
e. Zona Avicennia yang menuju ke laut; dan
f. Zona Sonneratia.
DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D. 2002. Sinopsis Ekosistem Dan Sumberdaya Alam Pesisir Dan Laut Serta Prinsip
Pengelolaannya. PKSPL-IPB: Bogor

Dahuri, R. dkk. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT.
Pradnya Paramita: Jakarta

Dyer K. R.1986. Coastal and Estuarine Sediment Dynamics. John Wiley & Sons: London

Hutabarat, S dan Evans S.M. 1986. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia: Jakarta
IIlahude, Delyuzar. 2006. Dinamika Arus Pesisir Pantai Pasuruan Mendorong Lumpur sidoarjo.
Lumpur Lapindo - Lumpur Sidoarjo.

http://hotmudflow.wordpress.com/2006/10/03/dinamika-arus-pesisirpasuruan-
mendorong-aliran-lumpur-sidoarjo/. Diakses pada 15 september 2014

Kartawinata, K. 2013. Diversitas Ekosistem Alami Indonesia. LIPI Press: Jakarta

Saru, Amran. 2013. Kontribusi Ekosistem Mangrove dalam Maeningkatkan Potensi Sumber Daya
Perikanan Pesisir dan Laut Secara Berkelanjutan. IPB: Bogor

Anda mungkin juga menyukai