Anda di halaman 1dari 11

Latar Belakang

Identifikasi, taksonomi dan klasifikasi ikan karang ini adalah pembahasan umum tentang ikan. Ikan merupakan
organisme yang paling melimpah dan beraneka ragam didalam kelompok vertebrata, baik secara morfologi,
fisiologi maupun tingkah lakunya. Ikan karang merupakan ikan yang dalam satu siklus ataupun sebagian siklus
hidupnya berasosiasi denganterumbu karang, baik debagai tempat tinggal, mencari makan, maupun sebagai
tempat untuk melakukan siklus reproduksi atau berkembang biak.

Contoh cara Identifikasi Ikan Karang / Reef Fish


Ciri khas yang paling menonjol pada ikan karang adalah keanekaragamannya, baik mengenai jumblah dalam
spesiesnya maupu berbagai bentuk morfologinya. Selain itu juga sebagian besar ikan karang mempunyai
karakteristik penyebaran yang berasosiasi dengan daerah terumbu karang. Ikan karang berasosiasi dengan
karang, hal ini dikarenakan system perlubangan dan permukaan dalam terumbu karang serta jaringan
makanannya yang sangat rumit sehingga menunjang keanekaragaman yang sangat tinggi bagi biota ikan
karang.

Kelimpahan jenis ikan karang yang ditemukan di Idonesia sangat tinggi yaitu terdiri dari 2057 sepesies yang
terbagi menjadi 113 famili dan terdapat 6 famili indicator yang diperkirakan mempresentasikan ikan karang
yang dapat ditemui di lautan Indonesia. Jenis ikan karang tersebar di perairan Indonesia dengan berbagai
macam jenis habitat yang berbeda sehingga menyebabkan adanya perbedaan struktur komunitas.

Identifikasi Ikan Karang


Kelimpahan ikan karang pada lokasi dikumpulkan menggunakan metode survey visual dengan transek sabuk
oleh English et. al., (1997). Transek dibentangkan sepanjang 75 meter sejajar garis pantai, yang dibagi dalam 3
(tiga) segmen atau pengulangan sepanjang 20 meter, dan jeda antar ulangan sepanjang 5 meter, dengan garis
imajiner sepanjang 2.5 meter ke kiri dan ke kanan (75 x 5 meter). Penyelam mulai mengambil data 10 menit
setelah transek digelar agar ikan yang semula terganggu oleh kehadiran penyelam kembali lagi ke habitat
mereka. Data yang diambil berupa jumlah jenis dan kelimpahan. Pendataan biasanya dilakukan pada siang
hari, karena pengambilan data ikan (Diurnal) sangat mengutamakan cahaya matahari untuk melihat.
Pengidentifikasian ikan karang berdasarkan atas buku panduan identifikasi ikan karang oleh Gerry Allen
(Allen, 2000) dan software identifikasi ikan karang Fishbase 2000 (Froese dan Pauly, 2000), yaitu
pengidentifikasian ikan karang yang terutama didasarkan atas morfologi umum maupun tingkah lakunya.

Morfologi ikan Pada ikan dan pada hewan air lainnya pada umumnya bagian tubuh dibagi menjadi tiga bagian
yakni bagian kepala, badan dan ekor, namun pada setiap jenis ikan ukuran bagian-bagian tubuh tersebut
berbeda-beda tergantung jenis ikannya. Adapun organ-organ yang terdapat pada setiap bagian tersebut adalah:

1. Bagian kepala yakni bagian dari ujung mulut terdepan hingga hingga ujung operkulum (tutup insang) paling
belakang. Adapun organ yang terdapat pada bagian kepala ini antara lain adalah mulut, rahang, gigi, sungut,
cekung hidung, mata, insang, operkulum, otak, jantung, dan pada beberapa ikan terdapat alat pernapasan
tambahan, dan sebagainya.
2. Bagian badan yakni dari ujung operkulum (tutup insang) paling belakang sampai pangkal awal sirip belang
atau sering dikenal dengan istilah sirip dubur. Organ yang terdapat pada bagian ini antara lain adalah sirip
punggung, sirip dada, sirip perut, hati, limpa, empedu, lambung, usus, ginjal, gonad, gelembung renang, dan
sebagainya.
3. Bagian ekor, yakni bagian yang berada diantara pangkal awal sirip belakang/dubur sampai dengan ujung
terbelakang sirip ekor. Adapun yang ada pada bagian ini antara lain adalah anus, sirip dubur, sirip ekor, dan
pada ikan-ikan tertentu terdapat scute dan finlet, dan sebagainya.
Bentuk tubuh atau morfologi ikan erat kaitannya dengan anatomi, sehingga ada baiknya sebelum melihat
anatominya, terlebih dahulu kita lihat bentuk tubuh atau penampilan (morfologi) ikan tersebut. Dengan melihat
morfologi ikan maka kita akan dapat mengelompok-ngelompokan ikan/hewan air, dimana sistem atau caranya
mengelompokan ikan ini dikenal dengan istilah sistematika atau taksonomi ikan. Dengan demikian, maka
sistematika atau taksonomi ini merupakan ilmu yang digunakan untuk mengklasifikasikan ikan/hewan air atau
hewan lainnya.
Pada sistematika/taksonomi ini, ada tiga pekerjaan yang biasa dilakukan, yakni identifikasi,
klasifikasi dan pengamatan evolusi. Pada identifikasi yaitu usaha pengenalan dan deskripsi yang
teliti dan tepat terhadap suatu jenis/spesies untuk selanjutnya memberi nama ilmiahnya sehingga
dapat diakui oleh para ahli di seluruh dunia. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa pada
saat kita melakukan identifikasi sama halnya dengan kita melakukan analisis. Setelah melakukan
identifikasi selanjutnya melakukan klasifikasi, pada tahap ini dilakukan penyususnan kategori-
kategori yang lebih tinggi dan menetapkan ciri-cirinya sehingga pada akhirnya akan diketemukan
klasifikasinya. Dengan melihat hal ini, maka dapat dikatakan bahwa klasifikasi merupakan taraf
untuk melakukan sintesis. Adapun pada penelitian terjadinya spesies dan pengamatan terhadap
faktor-faktor evolusi, bertujuan untuk mengetahui pembentukan spesies lain yang sudah ada dan
menelaah kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan di kemudian hari. Untuk mencapai tujuan
ini maka dilakukan penelaahan kemungkinan terjadinya perubahan pada saat terjadi perubahan
kondisi dan menelaah faktor pendorong dan penghambat perubahan tersebut. Adapun morfologi
ikan yang terlihat dengan jelas dari luar antara lain adalah bentuk badan, mulut, cekung hidung,
mata, tutup insang, sisik, gurat sisi (linea lateralis/LL), sirip dada, sirip perut, sirip punggung, sirip
belakang, dan sirip ekor, bentuk dari sirip-sirip tersebut serta warna badan dan atau bagian-bagian
badan tersebut.

Taksonimi
Tedapat 103 famili ikan karang yang dapat ditemui di daerah terumbu karang di lautan pasifik,
sebagian besar didominasi oleh ikan perciform baik dalam jumblah spesies maupun kelimpahannya
yaitu sebanyak 51 famili yang semuanya berasosiasi dengan daerah terumbu karang. Terdapat
delapan famili dalam tiga taxa ikan dan peran penting dalam ekosistem terubu karang, yaitu:

1. Acanthuroid, yang terdiri atas famili Achanturidae, Siganidae dan Zanclidae


2. Chaetodotid, yang terdiri atas famili Chaetodontidae dan Pomacanthidae
3. labriod, yang terdiri atas famili Scaridae, pomacentridae, dan labridae

ikan dari kelompok diatas mempunyai pola penyebaran yang berhubungan dengan penyebaran
yang berhubungan dengan penyebaran terumbu karang. Seluruh daur hidup selama masa post
sattlement juga berlangsung di wilayh terumbu karang hanya sebagian terdapat di negara 4 musim.

Acanthuroid (Gambar 2.3) terdiri atas famili Acanthuridae (surgeonfishes), Siganidae (Rabbitfishes),
dan Zanclidae (Morish Idol). Famili Acanthuridae mempunyai 76 spesies, Siganidae terdapat 25
spesies, dan Moorish Idol terdapat 1 spesies. Hampir semua spesies ikan Acanthuroid adalah tipe
ikan karang herbivora dan detrivora. Famili Acanthuridae memiliki keanekaragaman pola makan
yang besar. Sebagian besar spesies genus Zebrasoma dan Acanthurus adalah herbivora, namun
ada pula yang merupakan planktivora bersama dengan spesies dari genus Naso (Choat dan
Bellwood, 1991). Pola makan herbivora dalam jumlah besar membuat Acanthuroid memberi
pengaruh yang besar terhadap ekosistem terumbu karang, mereka juga memiliki kelimpahan yang
tinggi dalam ekosistem terumbu karang (Choat, 1991). Famili Siganidae mempunyai sebaran yang
lebih luas dibanding acanthuridae. Sebagian memakan mikroalga, tetapi adapula beberapa spesies
yang memakan alga yang lebih besar.

Gambar
Famili Labridae (Wrasse), Scaridae (Parrotfishes) dan Pomacentridae (Damselfishes) termasuk
famili yang masuk ke dalam Labroid (Gambar 2.3). Wrasse adalah famili besar dengan 500 spesies
karnivorus yang terbagi menjadi 50 genus yang mempunyai spesialisasi makan karnivora dengan
mengambil berbagai invertebrata bentik terutama krustacea dan moluska. Terdapat sekitar 79
spesies pada Parrotfish dan sebagian besar adalah herbivora yang mengambil alga dari substrat
keras. Beberapa spesies juga mengkonsumsi substansi dari karang hidup. (Sale, 1991). Allen
(2000), memperkirakan Damselfish diseluruh dunia kurang lebih berjumlah 335 spesies dan 170
spesiesnya terdapat di Australia dan Asia Tenggara. Rata-rata mempunyai ukuran kurang dari 10
cm. Ikan ini memiliki berbagai perilaku makan baik planktivora dan karnivora bentik crustacea,
namun sebagian besar merupakan herbivora. Spesies ikan dari famili Pomacentridae ini memiliki
hubungan dengan habitat yang sangat kuat, yaitu dicirikan dengan adanya teritori sehingga famili ini
cenderung menetap serta agresif dalam mempertahankan daerahnya (McConnel, 1987).

Gambar
Ikan karang pada taxa Chaetodontid terdiri dari 2 famili utama yang berasosiasi dengan terumbu
karang tropis yaitu famili Chaetodontidae dan Pomacanthidae. Kedua famili ini memiliki tubuh yang
memipih, mulut yang kecil dilengkapi dengan gigi gigi menyerupai bulu (Sale, 1991). Ikan dalam
kelompok ini mempunyai warna paling cerah di ekosistem terumbu karang (Gambar 2.4). Terdapat
120 spesies ikan dari famili Chaetodontidae yang 90%nya terdapat di Indo-Pasific. Famili ini terbagi
menjadi 10 genus dan 78%nya merupakan genus Chaetodon (Allen,1981 dalam Sale, 1991). Ikan
Chaetodontid aktif melakukan pemangsaan pada siang hari. Hampir separuh dari genus Chaetodon
merupakan pemakan coral (koralivora), walaupun sebagian lainnya merupakan pemakan
invertebrate kecil di karang, alga atau bahkan plankton. Famili Pomacanthidae mempunyai 82
spesies yang terbagi menjadi 7 genus, sebagian besar terdapat di Pasifik barat (Allen, 2000).
Mereka mempunyai tiga strategi makan utama, yaitu: mengkonsumsi invertebrata (terutama
sponge), herbivora dan planktivora. (Allen, 1981 dalam Hallacer, 2003).

Gambar

Klasifikasi Ikan Karang


Pengelompokan Ikan Karang Berdasarkan Periode Aktif Mencari
Makan :
1. Ikan Nokturnal (aktif ketika malam hari) contohnya pada ikan-ikan dari SukuHolocentridae
(Swanggi), Suku Apogoninade (Beseng), Suku Hamulidae. Priacanthidae (Bigeyes), Muraenidae
(Eels), Seranidae (Jewfish) dan beberapa dari suku dari Mullidae (goatfishes) dll

2. Ikan Diurnal (aktif ketika siang hari),


contohnya pada ikan-ikan dari Suku Labraidae (wrasses), Chaetodontidae (Butterflyfishes)
Pomacentridae (Damselfishes), Scaridae (Parrotfishes), Acanthuridae(Surgeonfishes),
Bleniidae(Blennies), Balistidae (triggerfishes), Pomaccanthidae (Angelfishes), Monacanthidae,
Ostracionthidae(Boxfishes),etraodontidae, Canthigasteridae dan beberapa dari Mullidae
(goatfishes)

3. Ikan Crepuscular (aktif diantara)


contohnya pada ikan-ikan dari suku Sphyraenidae (Baracudas), Serranidae (groupers), Carangidae
(Jacks), Scorpaenidae (Lionfishes), Synodontidae (Lizardfishes), Carcharhinidae, lamnidae,
Spyrnidae (Sharks) dan beberapa dari Muraenidae (Eels).

Pengelompokan Ikan Karang Berdasarkan Peranannya :


1. Ikan Target
Ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih dikenal juga dengan ikan ekonomis
penting atau ikan kosumsi seperti; Seranidae, Lutjanidae, Kyphosidae, Lethrinidae, Acanthuridae,
Mulidae, Siganidae Labridae ( Chelinus, Himigymnus, choerodon) dan Haemulidae.

2.Ikan Indikator
ikan penentu untuk terumbu karang karena ikan ini erat hubunganya dengan kesuburan terumbu
karang yaitu ikan dari Famili Chaetodontidae (kepe-kepe).

3.Ikan Mayor
Ikan ini umumnya dalam jumlah banyak dan banyak dijadikan ikan hias air laut (Pomacentridae,
Caesionidae, Scaridae, Pomacanthidae, Labridae, Apogonidae dll.)

DAFTAR PUSTAKA
Allen, G.R. 2000. A Field Guide for Anglers and Divers : Marine Fishes of South-East Asia. Periplus
Editions. Singapore.292 pp.
English, S. V. Baker and C. Wilkinson. 1997. Survey Manual for Tropical Marine Resources 2ed
edition. Australian Institute of Marine Science. Townsville. 390 pp.
Froese, R and Pauly, D (Eds) (2000) Fish Base. World Wide Web electronic Publication.
www.Fishbase.org
Ikan Karang
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan merupakan salah satu fauna khas dari lahan basah. Perairan tawar, payau atau asin
merupakan habitat bagi berbagai spesies ikan. Ikan karang merupakan ikan yang hidup, berkembang
biak dan mencari makan di sekitar karang. Ikan karang pada umumnya berukuran kecil dan relatif tidak
berpindah-pindah dan sebagian besar merupakan ikan hias. Potensi ikan karang yang melimpah dan
memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta merupakan komoditi ekspor mendorong eksploitasinya secara
besar-besaran, yang dapat mengancam kelestariannya. Meskipun sumberdaya perikanan merupakan
sumberdaya yang dapat pulih kembali namun sifatnya yang terbatas sehingga perlu pengelolaan secara
bijaksana, terkendali dan terencana.
Untuk mengelola spesies ini diawali dengan perencanaan, yaitu dengan melakukan identifikasi dan
inventarisasinya. Pengetahuan dan keterampilan dalam mengidentifikasi dan menginventarisasi ikan
karang sangat diperlukan bagi pengelola Kawasan Konservasi Perairan Laut (Anonim, 2012).
1.2 Tujuan
Melakukan pengamatan terhadap ikan ikan yang ada di perairan Alang alang, Karimunjawa
Mengetahui teknik pendataan terhadap ikan dengan metode visual sensus
Pengenalan indikator ikan yang berada di perairan Alang alang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Ikan
2.1.1.1 Ikan dan Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem unik perairan tropis dengan tingkat produktifitas
dan keanekaragaman biota yang sangat tinggi. Peranan biofisik ekosistem terumbu karang sangat
beragam, diantaranya sebagai tempat tinggal, tempat berlindung, tempat mencari makan dan
berkembang biak bagi beragam biota laut, disamping berperan sebagai penahan gelombang dan ombak
serta sebagai penghasil sumberdaya hayati yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan karang adalah salah
satunya (Nontji, A. 1993).
Terumbu karang mendukung keanekaragaman yang tinggi pada komunitas (gabungan dari
beberapa populasi) ikan karang. Struktur komunitas dapat ditujukan pada struktur biologi dari suatu
komunitas, yang meliputi komposisi jenis, kelimpahan, perubahan temporal dan hubungan antar spesies
dalam suatu komunitas. Terminologi/definisi ikan karang dimaksudkan pada jenis-jenis ikan yang
ditemukan pada terumbu karang sampai pada kedalaman 100 meter, walaupun mungkin juga terdapat di
dalam habitat yang lainnya disebutkan oleh Lieske dan Myers dalam publikasinya tahun 1994.
Secara umum, ikan karang akan menyesuaikan pada lingkungannya. Setiap spesies
memperlihatkan preferensii/kecocokan habitat yang tepat yang diatur oleh kombinasi faktor ketersediaan
makanan , tempat berlindung dan variasi parameter fisik. Sejumlah besar spesies ditemukan pada
terumbu karang adalah refleksi langsung dari besarnya kesempatan yang diberikan habitat (Allen dan
Steene, 1996).
Ikan akan memberikan respons terhadap struktur habitat, yang akan mempengaruhi distribusi
dan kelimpahannya. Oman dan Rajasurya (1998) yang meneliti hal tersebut menyebutkan bahwa
kompleksitas struktur, komposisi serta proporsi penutupan karang hidup memberikan korelasi positif
terhadap komunitas ikan karang (Nontji, A. 1993).
Secara umum, interaksi antara ikan karang dengan habitatnya meliputi tiga bentuk utama.
Pertama, adanya hubungan langsung antara struktur terumbu dan tempat perlindungan. Hal ini akan
terlihat jelas pada ikan-ikan yang kecil. Kedua, adanya interaksi pola makan yang melibatkan beberapa
ikan karang dan biota sesil, termasuk alga. Lebih jauh interaksi ini penting bagi eksistensi karang yaitu
penyedian substrat dasar. Ketiga, adanya suatu interaksi peran yang melibatkan struktur terumbu dan
pola makan dari planktivora dan karnivora yan berasosiasi dengan terumbu (Nontji, A. 1993).
Para ahli ikan karang , membagi laut tropis menjadi empat wilayah persebaran ikan karang, wilayah
tersebut adalah : 1) Indo-Pasific, 2) Pasifik bagian timur, 3) Atlantik bagian barat dan 4) Atlantik bagian
timur (Nontji, A. 1993).
2.1.1.2 Pengertian Ikan dan Ikan Karang
wilayah yang paling luas, terbentang dari pantai timur Afrika sampai Pulau Easter. Wilayah ini
kaya akan terumbu karang dan memiliki keanekaragaman ikan karang yang tinggi. Diperkirakan terdapat
sekitar 3000 spesies ikan karang di wilayah Indo-pasifik (Nybakken, J.W. 1988).
Allen dan Adrim menjelaskan dalam penelitiannya bahwa kepulauan Indonesia sebagai bagian
dari wilayah Indo-Pasifik memiliki 2057 spesies dalam 113 famili ikan karang atau 39% dari jumlah ikan
karang dunia (Nybakken, J.W. 1988).
Ikan merupakan vertebrata tertua dan pertama dan termasuk kelompok Chordata (Anonimous,
1988 dalam Institut Pertanian Bogor, 1997). Ikan merupakan hewan bertulang belakang yang tumbuh
dan hidup di dalam air, berdarah dingin, mempunyai insang dan menggunakan sirip untuk berenang. Dari
13.500 jenis ikan yang menghuni laut terdapat sekitar 4.000 jenis ikan yang menempati perairan di
sekitar terumbu karang (Lieske and Myers, 1994 dalam Institut Pertanian Bogor, 1997).
Menurut definisi Food and Agriculture Organization (FAO), ikan tidak hanya terbatas pada
pengertian ikan yang selama ini dipahami orang awam, yaitu ikan (finfish) yang bersirip dan bersisik serta
dapat berenang dengan bebas di air. Definisi FAO mengenai ikan adalah organisme laut yag terdiri dari
ikan (finfish), binatang berkulit keras (krustasea) seperti udang dan kepiting, moluska seperti cumi dan
gurita, binatang air lainnya seperti penyu dan paus, rumput laut, serta lamun laut. Definisi ini telah
diadopsi sebagai definisi ikan dalam konteks perikanan di Indonesia (Nikijuluw, 2002 dalam Tiwow,
2003).
Ikan karang merupakan sekumpulan ikan yang berada di daerah tropis dan kehidupannya
berkaitan erat dengan terumbu karang (Sale, 1991 dalam Sadewo, 2006). Ikan-ikan tersebut
memanfaatkan terumbu karang secara langsung maupun tidak langsung untuk kepentingan hidupnya.
Menurut Nybakken (1988), ikan karang merupakan organisme yang sering dijumpai di ekosistem terumbu
karang. Keberadaan mereka telah menjadikan ekosistem terumbu karang sebagai ekosistem paling
banyak dihuni biota air (Nybakken, J.W. 1988).
2.1.1.3 Klasifikasi Ikan Karang
Philum : Chordata
Klas : Osteichthyes
Ordo : Perciformes
Famili : contoh (Lutjanidae)
Genus : Contoh (Lutjanus)
Spesies : Contoh (Lujanus kasmira)

2.1.1.3.1 Pengelompokan Ikan Karang Berdasarkan Periode Aktif Mencari Makan


1 Ikan Nokturnal
(aktif ketika malam hari), contohnya pada ikan-ikan dariSuku Holocentridae (Swanggi), Suku
Apogoninade (Beseng), Suku Hamulidae.Priacanthidae (Bigeyes), Muraenidae (Eels), Seranidae
(Jewfish) danbeberapa dari suku dari Mullidae (goatfishes) dll
2. Ikan Diurnal
(aktif ketika siang hari), contohnya pada ikan-ikan dari Suku Labraidae (wrasses), Chaetodontidae
(Butterflyfishes) Pomacentridae (Damselfishes), Scaridae (Parrotfishes), Acanthuridae (Surgeonfishes),
Bleniidae (Blennies), Balistidae (triggerfishes), Pomaccanthidae (Angelfishes), Monacanthidae,
Ostracionthidae (Boxfishes), etraodontidae, Canthigasteridae dan beberapa dari Mullidae (goatfishes)
3. Ikan Crepuscular
(aktif diantara) contohnya pada ikan-ikan dari sukuSphyraenidae (Baracudas), Serranidae (groupers),
Carangidae (Jacks),Scorpaenidae (Lionfishes), Synodontidae (Lizardfishes), Carcharhinidae,lamnidae,
Spyrnidae (Sharks) dan beberapa dari Muraenidae (Eels) (Nybakken, J.W. 1988).

2.1.1.3.2 Pengelompokan Ikan Karang Berdasarkan Peranannya


1. Ikan Target
Ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih dikenal juga dengan ikanekonomis penting
atau ikan kosumsi seperti; Seranidae, Lutjanidae, Kyphosidae,Lethrinidae, Acanthuridae, Mulidae,
Siganidae Labridae (Chelinus, Himigymnus,choerodon) dan Haemulidae.
2. Ikan Indikator
Sebagai ikan penentu untuk terumbu karang karena ikan ini erat hubunganya dengankesuburan terumbu
karang yaitu ikan dari Famili Chaetodontidae (kepe-kepe).
3. Ikan Lain (Mayor Famili)
Ikan ini umumnya dalam jumlah banyak dan banyak dijadikan ikan hias air laut(Pomacentridae,
Caesionidae, Scaridae, Pomacanthidae Labridae, Apogonidae dll) (Nybakken, J.W. 1988).

2.1.1.3.3 Fungsi dan Peranan Ikan Karang terkait Kebiasaan Makan


Choat dan Bellwood peneliti terkemuka ikan karang menyebutkan bahwa interaksi yang kuat
antara ikan karang dan terumbu karang sebagai habitat tidak hanya dijelaskan dari konteks fisik namun
juga melalui perilaku makan ikan. Ikan harus makan untuk dapat bertahan hidup, dan apa yang dimakan
oleh ikan karang merupakan informasi yang penting dalam mempelajari ekologi ikan yang hidup di
terumbu karang. Perilaku makan ikan karang akan memberi pengaruh terhadap keseluruhan ekosistem
terumbu karang dan juga sebaliknya (Purwanti, D.R. 2004).
Memahami tentang taraf trofik (terkait dengan tipe makanan) ikan karang adalah hal yang penting
dalam mempelajari ikan karang. Perilaku makan pada ikan karang dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu :
herbivora, planktivora, dan karnivora. Ketiga bagian ini mewakili kelompok utama dalam ikan karang
(Purwanti, D.R. 2004).
Ikan herbivora adalah kelompok yang paling tinggi penyebaran dan kelimpahannya di daerah
terumbu karang. Ikan herbivora terdiri dari sekitar 76 spesies Siganidae, 25 spesies Scaridae, 79 spesies
Pomacentridae dan sekitar 159 spesies yang bersifat omnivora-herbivora (Purwanti, D.R. 2004).
Choat menyatakan bahwa ikan ikan herbivora mempunyai tiga peranan penting pada
ekosistem terumbu karang. Pertama, sebagai konsumer dari produsen, herbivora merupakan
penghubung antara aliran energi yang berasal dari produsen ke konsumen tingkat 2 (karnivora). Kedua,
mereka mempengaruhi penyebaran, ukuran, komposisi dan bahkan pertumbuhan dari tumbuhan di
terumbu karang. Komposisi dan struktur dari tumbuhan yang berasosiasi dengan terumbu karang
digambarkan melalui konteks aktivitas herbivori. Pemangsaan oleh ikan herbivora (grazing) secara
substansi mengubah alga yang ada di terumbu, dimana hal ini memberika pengaruh positif maupun
negatif pada karang. Ketiga, interaksi antara ikan ikan herbivora merupakan alat dalam model
demografi dan perilaku ikan karang secara keseluruhan (Purwanti, D.R. 2004).
Hampir semua ikan karang merupakan planktivora pada masa larva dan juvenilnya, meskipun
ada yang berganti tipe makanan pada masa dewasanya tergantung adaptasinya . Terumbu karang
mempunyai ikan planktivora yang aktif pada siang (diurnal) dan malam hari (nokturnal). Ikan yang aktif
pada siang hari yaitu Serranidae, Chaetodontidae, Pomacentridae dan Balistidae, sedangkan yang aktif
pada malam hari yaitu Holocentridae, Priacanthidae dan Apogonidae (Purwanti, D.R. 2004).
Makanan utama ikan planktivora adalah krustasea kecil kelompok copepoda seperti calanoid dan
cylopoid. Zooplankton ini berukuran terbesar 3 mm dan paling banyak pada ukuran <1 mm. Proporsi
zooplankton dalam jumlah besar ini berasal dari laut lepas. Ikan planktivora mengkonsumsi plankton
yang berasal dari laut lepas dalam jumlah besar. Hal tersebut memunculkan dugaan bahwa ikan
planktivor merupakan penghubung utama antara terumbu karang dan laut lepas (Purwanti, D.R. 2004).
Paling sedikit ada tiga jalur yang dilalui energi yang didapat oleh ikan planktivora untuk kembali
ke unsur unsur lain yang terdapat di terumbu karang. Pertama, planktivora kemungkinan dimangsa
oleh piscivora(pemakan ikan). Kedua, planktivora menghasilkan feses dalam jumlah besar yang jatuh
pada karang dan dikonsumsi oleh ikan lain juga herbivora dan detritivora. Dan cara yang ketiga adalah
apabila ikan planktivora mengalami kematian (Purwanti, D.R. 2004).
Jenis karnivora di daerah terumbu karang lebih umum banyak ditemukan dibandingkan dengan
jenis ikan herbivora dan planktivora. Ikan jenis ini biasanya mengkonsumsi invertebrate bentik karang,
seperti halnya crustacea (kepiting, udang, amphipod dan stomatopod), polychaeta maupun
echinodermata (Purwanti, D.R. 2004).
Ikan karnivora digolongkan menjadi 3 tipe karnivora, yaitu karnivora pemakan ikan lainnya
(piscivora), pemakan invertebrata dan pemakan zoobentos. Diantara tiga tipe karnivora tersebut, spesies
yang spesialis memakan invertebrata dan zoo bentos terlihat lebih umum di banding piscivora (Purwanti,
D.R. 2004).
Ikan karnivora mempunyai morfologi untuk makan yang bervariasi, mulai dari mulut kecil yang
khusus seperti pada spesies Forceps Butterflyfish (Forcipiger spp) sampai struktur mulut yang besar
seperti pada spesies Scorpionfish (Scorpaenidae), Kakap (Lutjanidae) dan Kerapu (Seranidae).
Karnivora mempunyai peranan penting dalam siklus energi dimana hal tersebut terkait dengan struktur
fisik terumbu, pola makan ikan dan siklus nutrient (Purwanti, D.R. 2004).
Ikan karang dan berbagai biota lainnya bersama-sama menciptakan suatu keseimbangan dalam
ekosistem terumbu karang. Menjamin keindahan di laut ini tetap terjaga untuk masa yang akan datang.
Terutama dengan semakin meningkatnya ancaman terhadap kelestarian ekosistem ini (Purwanti, D.R.
2004).

2.1.1.4 Teknik Identifikasi Ikan Karang Secara Visual Sensus


Penelitian tentang estimasi kuantitatif ikan-ikan yang di ada lautan khususnya di daerah terumbu
karang telah dilakukan selama bertahun-tahun di Great Barrier Reef (GBR) yang sebagian besar
menggunakan sensus visual, dan saat ini juga dilakukan di Indonesia. Penelitian tersebut dilaksanakan
oleh Australian Institute of Marine Science (AIMS) dan Great Barrier Reef Marine Park Authority
(GBRMPA). Metode yang digunakan dalam pengamatan ikan terumbu merupakan metode yang telah
mengalami perubahan-perubahan yang dihasilkan selama dua kali workshop tentang penaksiran ikan
terumbu dan pemantauan (monitoring) pada tahun 1978 dan 1979. Teknik visual sensus pada waktu itu
dilaksanakan dan dikembangkan dengan sangat berhasil dengan diadopsi dari the Long-term Monitoring
Program (LTMP) untuk survey populasi ikan karang (Purwanti, D.R. 2004).
Teknik Sensus Visual untuk mengestimasi populasi ikan terumbu ini menunjukkan hasil yang
relatif akurat dan dengan biaya yang efisien. Teknik ini ideal digunakan untuk memantau kelimpahan ikan
terumbu sehingga bisa diketahui tingkat komunitas ikan tanpa merusak ekosistem terumbu karang.
Teknik ini juga sudah diadopsi oleh berbagai lembaga atau perguruan tinggi dalam memantau kondisi
populasi ikan-ikan di terumbu karang. Misalnya yang diterapkan oleh Fisheries Diving Club Institut
Pertanian Bogor (FDC-IPB) dan Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI) dalam memonitoring
kondisi ekosistem terumbu karang di Kepulauan Seribu (Purwanti, D.R. 2004).
Metode visual sensus dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi dari transek
menyinggung (Line intercept transect), dan transek quadrat (quadrat transect). Dengan bentuk
pengamatan yang sederhana, metode visual sensus dilakukan oleh observer yang dilengkapi dengan alat
SCUBA dan menaksir kelimpahan ikan di area yang telah ditentukan (di dalam jangkauan transek).
Namun, kelemahan dari sensus visual adalah adanya kemungkinan perbedaan antara observer satu
dengan yang lain dalam perhitungan ikan, yang disebabkan oleh sifat ikan yang dinamis dan
kompleksnya habitat yang ditempati. Selain itu, bias dari observer dalam menentukan jenis ikan di dalam
air. Oleh karena itu, dalam pengambilan data sebaiknya dilakukan oleh dua orang yang dapat digunakan
sebagai perbandingan, atau menggunakan satu orang pendata dalam satu wilayah pengamatan secara
konsisten (Purwanti, D.R. 2004).
Pengelompokan Ikan Karang

Menurut Setiapermana (1996) ikan-ikan di terumbu karang dapat dikelompokkan ke dalam 3


kelompok yakni:

a). Kelompok Ikan Utama (Major group)

Jenis-jenis ikan yang dikelompokkan sebagai major group dapat dibagi ke tiga kelompok yaitu:

- Major Group A yang terdiri atas famili Pomacentridae

- Major Group B terdiri atas famili Labridae

- Major Group C meliputi famili Scaridae, Pomacanthidae, Acanthuridae, Holocentridae, Nemipteridae,

Apogonidae dan Pempheridae.

Ikan yang termasuk major group merupakan kelompok ikan terbesar dari ikan penghuni terumbu
karang, umumnya hidup dalam kelompok besar ( schooling fish) misalnya ikan betok
marga Pomacentrus, Dascyllus, Chromis dan Amblyglyphidodon dari famili Pomacentridae. Ikan-ikan
yang termasuk dalam kelompok ini um umnya berukuran kecil.

b). Kelompok Ikan Target (Target spesies)

Ikan target spesies adalah ikan-ikan yang dikonsumsi dan bernilai ekonomis penting yang hidup
berasosiasi dengan terumbu karang. Kelompok ikan target penghuni terumbu karang yang sudah
dikenal masyarakat misalnya ikan kakap (Lutjanidae), kerapu (Serranidae) dan baronang (Siganidae).
Ikan tersebut umumnya hidup soliter dan mudah dihitung jumlahnya. Ada beberapa ikan target yang
sering dijumpai dalam kelompok besar, misalnya ikan ekor kuning (Caesionidae).

c). Kelompok Ikan Indikator (Indicator spesies)

Ikan yang termasuk dalam kelompok tersebut adalah yang dianggap berasosiasi paling kuat
dengan karang. Secara umum kelompok ini meliputi i kan kepe-kepe (Chaetodontidae) yang terdiri atas
beberapa genus yakni Chaetodon, Chelmon, Heniochus dan Forcipiger.

Anda mungkin juga menyukai