Anda di halaman 1dari 27

DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... iii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
1.3 Manfaat ....................................................................................... 2

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi, Morfologi, dan Anatomi .......................................... 4
2.2 Ciri Morfometrik dan Meristik ................................................... 8

III METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu .................................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................... 10
3.3 Prosedur .................................................................................... 12

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Data Kelas ....................................................................... 14
4.2 Pembahasan Umum .................................................................. 16
4.3 Pembahasan Khusus ................................................................. 16

V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ............................................................................... 19
5.2 Saran ......................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 21


LAMPIRAN ...................................................................................... 22

ii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Pengamatan Panjang dan Berat ........................................................ 14


2. Interval Kelas ................................................................................... 15

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Morfologi Ikan Belanak ..................................................................... 4


2. Anatomi Ikan Belanak........................................................................ 5
3. Pencernaan Ikan Belanak ................................................................... 8
4. Grafik Data Hasil Ikan Belanak Kelas C ......................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan merupakan salah satu organisme aquatik yang rentan terhadap
perubahan lingkungan terutama yang diakibatkan oleh aktivitas manusia baik
secara langsung maupun tidak langsung. Setiap jenis ikan agar dapat hidup dan
berkembang biak dengan baik harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkungan ikan itu hidup (Connel, 1987. Perairan Indonesia juga memiliki
karakteristik serta biodiversitas fauna tropis yang sangat tinggi. Dewasa ini
diketahui bahwa di perairan Indonesia terdapat sekitar 2.500 spesies ikan yang
berbeda (Agus, 1997).
Ikan belanak adalah jenis ikan yang banyak dijumpai di perairan laut
tropis dan subtropis yang bentuknya hampir menyerupai bandeng. Secara
umum bentuknya memanjang agak langsing dan gepeng. Sirip punggung terdiri
dari satu jari-jari keras dan delapan jari-jari lemah. Sirip dubur berwarna putih
kotor terdiri dari satu jari-jari keras dan sembilan jari-jari lemah. Bibir bagian
atas lebih tebal daripada bagian bawah ini berguna untuk mencari makan di
dasar/organisme yang terbenam dalam lumpur (Kriswantoro dan Sunyoto,
1986). Ikan belanak merupakan spesies ikan eurihalin yang tersebar di daerah
tropis dan sub tropis (Allen, 2000; Murdy et al., 1997 dalam Bichy, 2004).
Ikan belanak (Mugil cephalus) tersebar luas di seluruh dunia mulai dari
42o LS sampai 42o LU, yang meliputi daerah estuaria intertidal, perairan tawar,
maupun perairan pantai. Ikan belanak memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Populasinya tersebar di
perairan tropis dan subtropis. Kebanyakan ikan belanak ditemukan secara
mengelompok 20-30 ekor yang berenang hilir mudik di permukaan estuaria
(Wahyuni, 2002). Belanak seringkali dijumpai berenang diantara akar-akar
pohon mangrove, belanak masuk ke laguna, muara sungai dan perairan
mangrove untuk mencari makan.

1
2

Mugil cephalus berperan penting dalam jaring makanan ekosistem


akuatik, yaitu sebagai penghubung antara tingkat trofik yang lebih rendah ke
yang lebih tinggi. Mugil cephalus berperan sebagai detritivora yang memakan
detritus, mikro-algae epipitik dan bentik, seperti diatomae, dinoflagellata, dan
cyanobacteria. Selain itu juga memakan zooplankton seperti larva Annelida
dan larva Crustacea, dan invertebrata seperti Polychaeta dan Nematoda dengan
aktivitas makan diurnal yaitu sekitar pukul 08.00-12.00 siang (Dankwa et al,
1999). Selanjutnya, ikan belanak ini akan dimangsa oleh berbagai jenis ikan
piscivorous, mamalia laut, dan burung (Bichy, 2004).
Famili Mugilidae yang ada di lndonesia, Mugil cephalus merupakan
yang paling sering tertangkap di daerah pantai dan kolam-kolam air payau.
Namun keterangan mengenai dinamika populasi dan habitatnya belum banyak
diketahui. Sampai saat ini Mugil cephalus hanya diperoleh dari hasil
sampingan budidaya udang atau bandeng. Salah satu perairan yang memiliki
sumberdaya ikan belanak (Mugil cephalus) adalah perairan Belawan, Medan,
Sumatera Utara. Perairan ini memiliki potensi perikanan baik dari segi
penangkapan dan budidaya ikan di kolam air payau.

1.2 Tujuan
Praktikum ikhtiologi mengenai Ikan Belanak (Mugil cephalus) ini
memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui ciri morfologi dan anatomi dari Ikan
Belanak beserta bagian-bagian dan fungsinya.
2. Untuk mengetahui ciri morfometrik dan meristik pada
Ikan Belanak.

1.3 Manfaat
Manfaat yang didapatkan bagi praktikan dari praktikum Ikan Belanak
(Mugil cephalus) ini yaitu :
1. Praktikan dapat memahami dan mengidentifikasi Ikan
Belanak berdasarkan ciri morfologinya.
2. Praktikan dapat memahami anatomi dari Ikan Belanak.
3

3. Praktikan dapat mengidentifikasi Ikan Belanak


berdasarkan ciri morfometrik dan meristiknya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi, Morfologi, dan Anatomi


A. Klasifikasi
Klasifikasi Ikan Belanak (Mugil cephalus) menurut Wahyuni (2002)
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Mugilidae
Genus : Mugil
Species : Mugil cephalus

B. Morfologi

Gambar 1. Morfologi Ikan Belanak

Seperti pada ikan bandeng, morfologi pada ikan belanak juga terdapat
mulut, mata, sirip dada, sirip punggung, sirip ekor, sirip perut dan linea
lateralis. Sirip ekor pada ikan belanak bentuknya homocercal emarginated.
Ikan belanak memiliki dua sirip punggung karena merupakan ikan perenang
cepat. Linea lateralis ditubuhnya ada lima atau lebih. Bentuk sisiknya adalah
stenoid. Bentuk mulutnya biasa dan letaknya terminal diujung depan kepala.

4
5

Jari-jari sirip pada ikan belanak dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu jari-jari keras dan jari-jari lemah. Jari-jari keras tidak beruas-ruas, pejal
(tidak berlubang), keras dan tidak dapat dibengkokkan. Jumlah jari-jari keras
dinotasikan dengan angka Romawi, walaupun jari-jari tersebut sangat pendek
atau rudimenter. Sedangkan jari-jari lemah biasanya seperti tulang rawan,
beruas-ruas dan mudah dibengkokkan. Bentuk jari-jari lemah dapat berbeda-
beda, tergantung pada jenis ikan. Jari-jari lemah tersebut kemungkinan
sebagian mengeras, salah satu sisi bergerigi, bercabang atau satu sama lain
saling berhimpitan. Jumlah jari-jari lemah dinotasikan dengan angka nominal
(Anonim 2010).
Bentuk tubuh ikan belanak yaitu torpedo (fusiform), dimana bagian
anterior agak besar kemudian makin ke posterior makin kecil, bentuk mulu
sub terminal, maxillanya bedada sedikit di bawah mandibula, memiliki
bentuk sisik ctenoid dan warna didominasi putih perak. Bentuk sirip
caudalnya berbentuk cagak, dan memiliki rumus sirip = D1 IV-VI; D2 V 3-4;
A III 5-7; P IV 14-16; V I 12-14. Linea lateralis terlihat sangat jelas dan
berfungsi sebagai indera peraba. Letak sirip ventral ikan belanak adalah
subabdominal, yaitu agak jauh di belakang sirip pectoral.

C. Anatomi

Gambar 2. Anatomi Ikan Belanak


6

Sistem Pencernaan
Dalam sistem pencernaan, terdapat organ-organ yang terlibat dalam
proses pencernaan makanan. Dilihat dari fungsinya, organ pencernaan ikan
dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Saluran pencernaan adalah organ-organ yang bekerja langsung
dalam proses pencernaan dan penyerapan makanan, sedangkan kelenjar
pencernaan adalah organ-organ yang berperan dalam menghasilkan cairan
digestif yang digunakan dalam proses pencernaan, yakni hati dan pakreas.
Bila diurut secara berurutan dari awal makanan masuk ke mulut sampai
ke proses pencernaan dan selanjutnya sisa makanan yang tidak dicerna
dibuang dalam bentuk feses melalui anus, maka organ yang termausk saluran
pencernaan terdiri atas mulut, rongga mulut, tekak, kerongkongan, lambung,
pylorus, usus, dan anus.
1) Mulut
Organ pertama yang berhubungan langsung dengan makanan adalah
mulut. Organ ini merupakan bagian depan dari saluran pencernaan, berfungsi
untuk mengambil makanan yang biasanya ditelan bulat-bulat tanpa ada
perubahan. Lendir yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar dari epitel rongga
mulut akan bercampur dengan makanan, memperlanjar proses penelanan
makanan yang dibantu oleh kontraksi otot dinding mulut. Ikan belanak
memiliki lidah yang tidak dapat digerakkan, sehingga ikan tersebut akan
menghancurkan makanannya di lambung.
2) Tekak
Tekak terletak antara mulut bagian belakang dan insang bagian belakang.
Pada sisi kanan dan kiri tekak terdapat insang. Pada dinding atas dan bawah
tekak, biasanya terdapat gigi tekak.
3) Kerongkongan
Esophagus ikan biasa disebut kerongkongan. Bentukna pendek dan
mempunyai kemampuan untuk menggelembung. Organ ini merupakan
7

lanjutan pharinx, bentuknya seperti kerucut dan terdapat di belakang daerah


insang.
4) Lambung
Lambung (ventriculus) atau perut besar adalah lanjutan dari esophagus.
Lambung menunjukkan beberapa adaptasi, diantaranya adalah adaptasi dalam
bentuknya. Pada ikan belanak (Mugil sp), lambung bermodifikasi menjadi
alat penggiling. Lambung tersebut berukuran kecil, tetapi dindingnya tebal
dan berotot. Di lambung inilah ikan belanak melakukan proses pencernaan
secara kimiawi dan mekanik.
5) Pilorik
Di antara lambung dan usus terdapat pilorik yang merupakan
penyempitan saluran pencernaan. Pada bagian ini terdapat penebalan otot
licin melingkar. Pilorik berfungsi mengatur pengeluaran makanan dari
lambung dan masuk ke usus. Pada ikan Mugilidae, dibagian depan usus
terdapat kantung menjadi yang dinamakan pilorik kaeka. Fungsi pilorik kaeka
adalah sebagai tempat pencernaan dan penyerapan makanan terutama lemak.
Pilorik kaeka merupakan sumber lipase yang memecah lemak menjadi asam
lemak dan gliserin.
6) Usus
Usus berada di antara pilorik dan rektum. Fungsi usus sebagai organ
untuk mencerna makanan, juga sebagai tempat penyerapan makanan. Usus
merupakan saluran pencernaan mulai dari pylorus sampai anus. Ikan belanak
memiliki usus yang tidak terlalu panjang, karena faktor makanannya.
7) Anus
Bagian terakhir dari saluran pencernaan adalah anus, yang berfungsi
untuk mengeluarkan tinja. Bagian ini terletak di belakang sirip ventral dan
tepat di depan sirip anal.
8

Gambar 3. Pencernaan Ikan Belanak

Gonad
Gonad merupakan kelenjar endokrin yang dipengaruhi oleh
gonadotropin hormone (GTH) yang disekresikan kelenjar pituitari. Meskipun
gonadotropin tidak secara langsung mempengaruhi perkembangan telur
atau seperma ikan, namun mempengaruhi sekresi estrogen oleh sel
folikel telur dan androgen oleh jaringan testis. Gonad ikan terletak di bagian
atas rongga tubuh, memanjang pada vertebrate rongga tubuh hingga berakhir
pada lubang genital. Pada ikan, gonad terletak di bawah rongga tubuh,
terletak memanjang dari arah kepala menuju ekor. Perkembangan gonad yang
diatur oleh sistem endokrin dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase pertumbuhan
gonad dan fase pematangan gonad (Mukti 2007).

2.2 Ciri Morfometrik dan Meristik


Morfometrik adalah ukuran yang berhubungan dengan ukuran panjang
lebar, tinggi, dari tubuh atau bagian-bagian tubuh ikan. Bagian yang biasa
diukur dalam morfometrik adalah panjang baku, panjang kepala, panjang
presdorsal, panjang batang ekor, tinggi kepala, lebar kepala, lebar badan,
panjang hidung, panjang kepala dibagian mata, lebar ruang antar mata,
9

diameter mata, panjang rahang atas, pangang rahang bawah, panjang dasar
sirip punggung, panjang dasar sirip anal, tinggi sirip punggung, panjang sirip
dada, dan panjang sirip perut. Ukuran yang diberikan untuk diidentifikasi pada
ikan ini hanyalah ukuran mutlak (cm) dan ukuran perbandingan yang beruba
kisaran angka saja (Saanin 1968).
Meristik berkaitan dengan perhitungan jumlah bagian-bagian tubuh
ikan yang diukur berdasarkan ciri-ciri meristik yaitu jari-jari keras, jari-jari
keras melunak, jari-jari lunak pada setiap sirip, jumlah gurat sisi. Pada
penulisannya pun terdapat aturan, pada jari-jari yang keras ditulis dengan
angka romawi besar (I, II, II), lunak mengeras dengan romawi kecil (i, ii, iii),
dan lunak dengan angka biasa (1, 2, 3).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Ikhtiologi kali ini mempelajari dan mengidentifikasi Ikan
Belanak (Mugil cephalus) yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 3 Mei
2016 pukul 08.00 WIB di salah satu laboratorium Dekanat FPIK yaitu
Laboratorium Fisiologi Hewan Air (FHA).

3.2 Alat dan Bahan


Alat-alat dari praktikan yang diperlukan untuk digunakan di dalam
praktikum yaitu :
1. Modul petunjuk praktikum ikhtiologi, sebagai sumber pegangan
bagi praktikan.
2. Pensil, sebagai alat bantu untuk menggambar bagian-bagian ikan.
3. Pensil warna 3 buah, sebagai alat bantu untuk menggambar bagian-
bagian ikan.
4. Penghapus, sebagai alat bantu untuk menggambar bagian-bagian
ikan.
5. Penggaris, sebagai alat bantu untuk menggambar bagian-bagian
ikan.
6. Kain lap, sebagai alat bantu untuk mengeringkan alat-alat
praktikum yang sudah dicuci.
7. Masker, digunakan untuk meminimalisir mencium bau amis dari
ikan.
8. Jas laboratorium, digunakan oleh praktikan untuk melindungi
pakaian, juga sebagai formalitas dalam praktikum.
9. Sendal, digunakan oleh praktikan untuk membuat laboratorium
tetap bersih.

10
11

10. Logbook, digunakan untuk menulis dan menggambar hasil


praktikum.
11. Alat dokumentasi, sebagai bukti kegiatan praktikum.
12. Milimeterblok, digunakan sebagai alat bantu untuk mengukur ikan.
13. Sterofoam, digunakan untuk mempermudah praktikan dalam
mengukur ciri morfometrik ikan.

Alat-alat yang disediakan dari laboratorium untuk digunakan di dalam


praktikum yaitu :

1. Mistar kayu, sebagai alat bantu untuk mengukur ikan.


2. Pisau bedah, sebagai alat bantu untuk membedah ikan.
3. Pinset, sebagai alat bantu untuk membedah ikan.
4. Gunting bedah, sebagai alat bantu untuk membedah ikan.
5. Jarum bedah, sebagai alat bantu untuk membedah ikan.
6. Mikroskop/kaca pembesar, sebagai alat bantu untuk melihat
struktur sisik ikan.
7. Wadah sampel ikan, sebagai wadah untuk menyimpan ikan.

Bahan-bahan yang disediakan dari laboratorium untuk digunakan di


dalam praktikum yaitu :
1. Ikan Ikan Belanak (Mugil cephalus) yang masih segar.
12

3.3 Prosedur
Dalam praktikum dilakukan prosedur yang bertahap agar kegiatan
praktikum berlangsung dengan lancar. Prosedur yang telah kami lakukan
sebagai berikut :
1. Alat dan bahan dari praktikan serta laboratorium disiapkan di meja
praktikum.
2. Sampel ikan belanak yang sudah mati diambil dari baskom.
3. Sampel ikan belanak ditaruh ke wadah preparasi.
4. Berat sampel ikan belanak dihitung dengan neraca.
5. Diambil sampel sisik Ikan Belanak, kemudian bentuk/jenis sisik
tersebut diidentifikasi dengan bantuan mikroskop.
6. Sampel/ikan belanak ditaruh di atas milimeterblok untuk dihitung
semua ciri morfometriknya, yaitu total length (TL), fork length
(FL), standard length (SL), head length (HL), snout length (SnL),
orbit diameter (OD), caudal peduncle length (CPL), caudal
peduncle depth (CPD), body depth (BD), dorsal fin length 1 (DFL
1), dorsal fin length 2 (DFL 2), dorsal fin base 1 (DFB 1), dorsal fin
base 2 (DFB 2), pectoral fin length (PFL), ventral fin length (VFL),
anal fin length (AFL), anal fin base (AFB).
7. Ikan Belanak dihitung semua ciri meristiknya, yaitu jumlah jari-jari
sirip keras, lunak-mengeras, dan lunak pada setiap sirip. Dihitung
juga jumlah sisik yang memiliki linea lateralis.
8. Ikan Belanak diteliti ciri morfologinya, yaitu bentuk mulut, letak
mulut, jenis sisik, jenis sirip caudal, bentuk tubuh, bercak/bintik
yang ada di tubuhnya dan letaknya.
9. Sisik Ikan Belanak dibersihkan dengan pisau bedah untuk
diidentifikasi sistem otot pada ikan tersebut.
10. Ikan Belanak dibedah pada bagian operkulum untuk
diambil/dikeluarkan insangnya dengan pinset dan gunting bedah.
11. Ikan Belanak dibedah dengan gunting bedah dan pisau bedah,
digunting mulai dari bagian anus hingga setengah bagian tubuhnya
13

terbuka. Setelah rangka Ikan Belanak mulai terlihat, dilanjutkan


dibedah hingga tubuh sisi kanannya memperlihatkan seluruh rangka
ikan tersebut.
12. Diidentifikasi rangka Ikan Belanak serta anatomi-nya dengan
cermat dan teliti.
13. Organ dalam ikan seperti usus dan lambungnya dikeluarkan satu
persatu untuk diidentifikasi lebih jauh. Diukur panjang usus dan
lambungnya.
14. Semua informasi dan data yang didapat dari praktikum dicatat di
buku logbook.
15. Tidak lupa untuk diambil gambar/foto dokumentasi setiap kegiatan
saat praktikum berlangsung.
16. Bagian-bagian tubuh ikan belanak dibereskan dan dikembalikan ke
dalam baskom.
17. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum dibersihkan dengan hati-
hati dan dikembalikan dengan lengkap.
18. Digambar bagian-bagian tubuh Ikan Belanak di logbook praktikum,
serta dilampirkan gambar dari dokumentasi yang telah diberi
keterangan bagian-bagiannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Data Kelas


Tabel 1. Pengamatan Panjang dan Berat
Kelompok Spesies Ikan TL (cm) W (g) Linea Lateralis
1 Mugil cephalus 23,2 138,06 28
2 Mugil cephalus 22,1 118,3 33
3 Mugil cephalus 18,4 65,45 24
4 Mugil cephalus 23 117,3 33
5 Mugil cephalus 21 83,88 45
6 Mugil cephalus 23 140,1 35
7 Mugil cephalus 22 104,6 33
8 Mugil cephalus 22,6 108,7 32
9 Mugil cephalus 23 121 36
10 Mugil cephalus 22,4 108 31
11 Mugil cephalus 22,1 94 26
12 Mugil cephalus 19,7 75 27
13 Mugil cephalus 24,5 122 31
14 Mugil cephalus 23,2 108 33
15 Mugil cephalus 23,2 121 38
16 Mugil cephalus 22,3 104 30
17 Mugil cephalus 21,8 89 37
18 Mugil cephalus 20,5 83 25
19 Mugil cephalus 22 98 29
20 Mugil cephalus 21 117 37
21 Mugil cephalus 22,4 120 40
22 Mugil cephalus 23 154 37
23 Mugil cephalus 22,9 114 36
24 Mugil cephalus 23,3 122 36
Rata-Rata 22,19 109,43 33,00
MAX 24,5 154 45
MIN 18,4 65,45 24

Jumlah
Kelas 5,554697098
Interval
Kelas 1,098169692

14
15

Tabel 2. Interval Kelas


JML N1+FREKUENSI
INTERVAL
INDIVIDU RELATIF
18.35 - 19.44 1 4,166666667
19.49 - 20.59 2 8,333333333
20.64 - 21.74 2 8,333333333
21.79 - 22.89 9 37,5
22.94 - 24.04 9 37,5
24.09 - 25.18 1 4,166666667
TOTAL 24 100

DATA HASIL PENGAMATAN IKAN


BELANAK KELAS C
10
Jumlah Individu Ikan Belanak (ekor)

9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

Interval

Gambar 3. Grafik Data Hasil Ikan Kembung Kelas C

Grafik di atas menjelaskan data hasil pengamatan Ikan Belanak kelas C


yang diperoleh dari hasil pengamatan panjang tubuh Ikan Belanak
perkelompok. Dari interval 18.35-19.44 didapatkan 1 ekor individu Ikan
Belanak, interval 19.49-20.59 didapatkan 2 ekor individu Ikan Belanak,
interval 20.64-21.74 didapatkan jumlah individu Ikan Belanak sebanyak 2
ekor, interval 21.79-22.89 dan 22.94-24.04 didapatkan jumlah individu Ikan
Belanak yang sama yaitu sebanyak 9 ekor Ikan Belanak, serta interval 24.09-
25.18 didapatkan jumlah individu Ikan Belanak sebanyak 1 ekor.
16

4.2 Pembahasan Umum


Dari data kelas yang didapatkan, terlihat bahwa berat ikan belanak yang
diteliti memiliki bobot terkecil yaitu 65,45 gram, dan memiliki bobot terbesar
yaitu 154 gram. Dari kisaran bobot yang ada didapat disimpulkan bahwa di
antara individu ikan kerapu yang diteliti dalam praktikum sudah layak untuk di
konsumsi. Berdasarkan standar konsumsi pasar lokal, ikan belanak yang umum
dikonsumsi oleh masyarakat haruslah memiliki bobot berkisar antara 100-200
gram dan konsumsi untuk standar ekspor haruslah memiliki bobot 200-300
gram. Ikan kbelanak merupakan ikan bernilai ekonomis yang cukup tinggi.
Ikan yang diteliti di dalam praktikum juga sudah siap melakukan
pemijahan. Umumnya ikan belanak betina mengalami kematangan gonad
pertama kali ketika berukuran 11-12 cm dengan bobot kurang lebih 50 gr/ekor.
Sedangkan untuk ikan belanak jantan mengalami kematangan gonad ketika
berukuran 9-10 cm dengan berat kurang lebih 45 gr/ekor.
Semua individu ikan belanak yang digunakan dalam praktikum masih
memiliki potensi untuk dibesarkan, walaupun ikan ini bukanlah ikan berukuran
yg relatif besar.

4.3 Pembahasan Khusus


Ikan belanak yang kami teliti berbentuk compressed memiliki panjang
total 23,2 cm, panjang baku 17 cm, panjang kepala 4,5 cm, dan memiliki bobot
121 gr. memiliki mulut yang menghadap kedepan (sub terminal). Hal tersebut
mencirikan bahwa makanan ikan-ikan ini dapat ditemui berada ditengah
perairan. Memiliki gigi yang sangat kecil, bahkan ada ada yang tidak bergigi.
Ikan belanak ini juga memiliki morfologi yang tidak lengkap yaitu satu buah
sirip dorsal, sepasang sirip ventral, sepasang sirip pectoral, satu buah sirip anal,
sirip caudal berbentuk homocercal, dan tidak adanya misai. Misai atau sungut
tidak dimiliki oleh ikan belanak yang artinya ikan belanak bukan merupakan
hewan nocturnal yang aktif dan mencari makanan pada malam. Ikan kerapu
juga mempunya usus yang pendek, pada ikan kerapu kami panjang ususnya 30
cm , ikan belanak merupakan hewan omnivora atau pemakan campuran. Pada
17

ikan belanak lambung menyerupai kantung hal ini sesuai dengan ciri ikan
omnivora yaitu lambung menyerupai kantung, lambung pada ikan belanak
bermodifikasi menjadi alat penggiling. Lambung tersebut berukuran kecil,
tetapi dindingnya tebal dan berotot.
Bentuk Ikan belanak yang kami teliti berbentuk compressed atau
memipih ke samping dengan bentuk menyerupai torpedo. Ikan belanak
memiliki sirip caudal homocercal dengan ujung bercangak, runcing, dan
terbagi menjadi dua dengan sudut sangat sempit antar keduanya. Hal tersebut
mencirikan bahwa ikan belanak merupakan jenis ikan yang berenang dengan
cepat dan berhabitat di perairan laut yang memiliki aliran air relatif deras
Bentuk tubuh ikan pada umumnya merupakan penyesuaian dari habitat
hidupnya.
Ikan belanak adalah ikan heteroseksual yang mana dalam satu spesies
kelamin betina dan jantannya terpisah. Berdasarkan organ tempat embrio
berkembang, ikan belanak tergolong dalam ikan ovipar (berteur). Ovarium ikan
belanak termasuk ke dalam tipe kriptovarian yang berarti ovariumnya bersatu
dengan saluran telur. Jadi telur yang di ovulasikan tidak akan melalu rongga
tubuh melainkan langsung ke saluran telur.
Ikan belanak tidak mempunyai organ atau bagian tubuh yang
memperlihatkan sifat seksual sekunder, sehingga secara morfologi kelaminnya
tidak dapat ditentukan secara eksternal termasuk lubang genitalnya. Untuk
mengetahui perbedaan antara jantan dan betina dapat dilakukan dengan cara
stripping yaitu dengan cara memijat perut ikan sampai anus dan apabila keluar
cairan berwarna putih seperti santan (sperma) maka ikan tersebut berjenis
kelamin jantan. Ikan betina yang matang gonad mempunyai perut besar,
apabila ikan tersebut mendapatkan tekanan halus pada bagian perutya ke arah
anus, maka pada lubang genitalnya akan keluar tonjolan telur yang berwarna
kuning.Ikan belanak merupakan jenis ikan pantai yang umumnya melakukan
pemijahan di daerah pantai dengan salinitas yang agak tinggi. Kematangan
seksual pertama pada ikan jantan terjadi pada ukuran 9 – 10 cm dan pada ikan
betina pada ukuran 11 – 12 cm.
18

Ikan belanak tersebar di laut tropis dan subtropis, sebenarnya ikan


belanak termasuk jenis ikan laut, namun sering juga berada di daerah payau
dan kadang sampai ke daerah aliran sungai. Merupakan ikan bentopelagik
(hidup didasar sampai permukaan air) dan bergerombol dalam jumlah banyak.
Pertumbuhan terbaik diperoleh saat suhu air berkisar antara 18-31°C. Salinitas
antara 18-31 ppt. Kisaran pH optimal adalah 7,8-8. Kadar oksigen terlarut yang
optimal bagi pertumbuhan ikan belanak lebih dari 3,5 ppm.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
 Ciri morfologi dari Ikan Belanak (Mugil cephalus) yang kami teliti
yaitu memiliki bentuk tubuh streamline atau torpedo. Ciri khas
yang dimiliki oleh Ikan Belanak adalah jumlah linea lateralis yang
banyak yaitu lima buah. Linea lateralis yang banyak ini berfungsi
untuk mempermudah Ikan Belanak dalam berenang karena Ikan
Belanak termasuk ke dalam ikan perenang cepat. Ciri khas lainnya
adalah ikan ini tidak memiliki gigi sehingga pencernaan dilakukan
pada organ lambung. Hal itu menyebabkan terjadi penebalan pada
dinding lambung yang disebut dengan tembolok.
 Ciri morfomterik yang dimiliki Ikan Belanak (Mugil cephalus)
yang kami teliti yaitu berat badan 121 gram; total lenght 23,2 cm;
standard length 21,0 cm; head length 3,8 cm; snouth length 1,0
cm; orbital diameter 0,8 cm; caudal peduncle length 5,1 cm;
caudal peduncle depth 2,2 cm; body depth 4,6 cm; dorsal fin
length1 1,2 cm; dorsal fin length2 2,4 cm; dorsal fin base1 1,6 cm;
dorsal fin base2 1,8 cm; pectoral fin length 2,6 cm; ventral fin
length 2,6 cm; anal fin length 3,2 cm; dan anal fin base 1,8 cm
dengan ciri meristik D1 IV; D2 i.9; P i.11; V I.5; A 9; dan C iv.11.

5.2 Saran
Dalam praktikum ini disarankan agar praktikan menggunakan masker
penutup hidung dan mulut, dikarenakan bau dari Ikan Belanak yang menyengat
saat pembedahan. Disarankan pula untuk lebih teliti saat melakukan
identifikasi dari anatomi ikan tersebut, dikarenakan ikannya sudah lama mati
dan organ-organnya sudah berubah menjadi warna pucat sehingga sulit
membedakannya dengan warna. Sebelum praktikum dimulai, disarankan untuk
memeriksa keadaan alat-alat dan bahan yang akan digunakan, seperti pisau

19
20

bedah dan lain-lain. Karena jika alat seperti pisau bedah dalam keadaan
tumpul, maka akan menghambat kerja dan mempersulit praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik, Wahyudewantoro, G.


Pradjitno, A. 2007. Diktat Kuliah Biologi Laut. Malang : Universitas
Brawijaya.
Nikolsky, J.W. 1963. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta :
Gramedia.
Wahyuni, P.D. 2002. Analisis Isi Lambung Belanak (Mugil cephalus) di
Kecamatan Kanjeran Pantai Timur Surabaya, Laporn Tugas Akhir
Biologi, Institut Sepuluh Nopember, Surabaya.

21
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kegiatan

Gambar 1. Ikan ditimbang

Gambar 2. Ikan dihitung ciri


meristiknya

Gambar 4. Ikan dibedah untuk


Gambar 3. Ikan diukur ciri
dilihat sistem
morfometriknya
pencernaannya

Gambar 5. Ikan dibedah insangnya


Gambar 6. Struktur otot Ikan

22
23

Lampiran 2. Tabel Hasil Pengamatan


Tabel 1. Morfometrik Ikan (1)
Nama Berat Morfometrik (cm)
Nama
No. Indonesia/ Badan
Spesies TL FL SL HL SnL OD CPL CPD
Lokal (g)

Mugil Ikan
1. 121 23,2 22,8 19 3,8 1 0,8 5,1 2,2
cephalus Belanak

Tabel 2. Morfometrik Ikan (2)


Nama Morfometrik (cm)
Nama
No. Indonesia/ DF DF DF DF PF
Spesies BD VFL AFL AFB
Lokal L1 L2 B1 B2 L
Mugil
cephalus Ikan
1. 4,6 1,2 2,4 1,6 1,8 2,6 2,6 3,2 1,8
Belanak

Keterangan
No. Morfometrik Akronim
1. TL Total Length
2. FL Fork Length
3. SL Standard Length
4. HL Head Length
5. SnL Snout Length
6. OD Orbit Diameter
7. CPL Caudal Peduncle Length
8. CPD Caudal Peduncle Depth
9. BD Body Depth
10. DFL1 Dorsal Fin Length 1
11. DFL2 Dorsal Fin Length 2
12. DFB1 Dorsal Fin Base 1
13. DFB2 Dorsal Fin Base 2
14. PFL Pectoral Fin Length
15. VFL Ventral Fin Length
16. AFL Anal Fin Length
17. AFB Anal Fin Base
24

Tabel 3. Meristik Ikan (1)


Meristik
Nama
Nama Sirip
No. Indonesia/
Spesies D1 D2 P V
Lokal
K LM L K LM L K LM L K LM L

Mugil Ikan
1. IV - - - i 9 - i 11 I - 5
cephalus Belanak

Tabel 4. Meristik Ikan (2)


Meristik
Nama Nama Sirip
No.
Spesies Indonesia/Lokal A C Jumlah Linea Lateralis
K LM L K LM L L1 : 35
L2 : 37
Mugil L3 : 38
1. Ikan Belanak - - 9 - iv 11 L4 : 35
cephalus
L5 : 36

Keterangan
No. Meristik Akronim
1. D Dorsal
2. P Pectoral
3. V Ventral
4. A Anal
5. C Caudal
6. K Keras

Lunak
7. LM
Mengeras

8. L Lunak
25

Tabel 5. Morfologi Ikan (1)


Morfologi
Nama
Nama
No. Indonesia/
Spesies Bentuk
Lokal
Panjang Jumlah Bentuk Bentuk Letak Sirip Bentuk
Misai Misai Tubuh Mulut Mulut Caudal Sisik

Mugil Ikan
1. − − Torpedo Biasa Terminal Homocercal Stenoid
cephalus Belanak

Tabel 6. Morfologi Ikan (2)


Morfologi
Warna
Nama
Nama
No. Indonesia/ Alat Bantu
Spesies Bercak/ Ratio Gonad
Lokal Letak Pernapasan
Bintik

Mugil Ikan
1. − − − −
cephalus Belanak

Anda mungkin juga menyukai