Anda di halaman 1dari 10

Alitropus typus Milne Edwards

1.1 Klasifikasi Alitropus typus


Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Malacostraca
Ordo : Isopoda
Famili : Aegidae
Genus : Alitropus
Spesies : Alitropus typus

1.2 Morfologi
Parasit ini menyebabkan penyakit isopodiasis pada ikan, parasit ini
memakan darah inangnya sehingga jika parasit ini banyak terdapat dalam ikan,
ikan akan mati karena kekurangan darah. Parasit ini memiliki bentuk tubuh
pipih menyerupai kecoa, kebanyakan ditemukan menyerang ikan kakap yang
dipelihara di keramba jaring apung. Menempel pada permukaan tubuh ikan,
di dalam mulut, lubang hidung atau tutup insang. Penularan terjadi secara
horizontal, dan pemicunya antara lain karena kondisi perairan dan kepadatan
yang tinggi
Ciri morfologi Alitropus adalah sebagai berikut :
1. Tubuh secara merata berkubah (seperti tertekan).
2. Bagian tubuh terdiri dari cephalon, peraeon, pleion
3. Mata dorsolateral, biasanya besar, kadang-kadang dekatan.
4. Antena berkembang dengan baik, antena 1 lebih pendek dari antena 2,
pembagian antara batang dan flagela yang berbeda.
5. Gigi seri, rahang sempit, tulang belakang baris (biasanya) tidak ada.
6. Rahang 1 styliform, dengan setae yang kuat, rahang 2 dengan lobus
distomedial kecil bergabung ke lobus sebagian besar lateral, masing-
masing lobus dengan 2 atau lebih setae apikal yang kuat.
7. Maxilliped dengan endite dan epipod, palp dengan 3 sampai 5, setidaknya
3 dan 4 dengan duri yang besar.
8. Pereopods 1-3 sebagai tangan, pereopods 4-7 untuk berjalan.
9. Pleon dengan 4-5 pleonites , ditambah pleotelson.
10. Anterolateral uropods rata.
11. Pleopodal pipih tanpa lipat, dengan berbulu setae marjinal kecuali pada
pleopod 5 endopod
12. Pereopoda berjumlah 1-3 dengan kait (seperti kuku) dactylus, bagian
mulut terbentuk dari pengaturan ventral cone
13. Habitatnya di air tawar dan payau dengan salinitas rendah
14. Bio-ekologi Patogen
15. Pemakan darah “blood feeder”, ukuran parasit antara 0,2-0,8 cm sehingga
mudah dilihat dengan mata telanjang.
16. Menginfeksi hampir semua jenis ikan air tawar, terutama ikan-ikan
bersisik seperti ikan mas, dan nila(micropredator ikan air tawar).
17. Menyerang dasar sirip, kepala dan rongga insang
18. Tersebar di Fillipina, Indonesia, Sumatra dan Kalimantan
19. Inang parasit ini adalah Chanos chanos, Tilapia dan Gobies

1.3 Siklus Hidup


Metamorfosis Alitropus merupakan metamorfosis ametabolus yaitu
Telur dierami dalam marsupium (apa marsupium?), kemudian menetas
menjadi postlarva sebelum berkembang menjadi dewasa

Tempory host dimana Inang parasit hidup secara singkat, kemudian


meninggalkan inang. Alitopus muda kemudian dilepaskan dan berenang
bebas yang kemudian dapat menginfeksi ikan yang lain. Alitopus sp adalah
hermaprodit protandri di mana pada waktu muda mereka berkelamin jantan
dan berubah menjadi betina pada waktu dewasa (matang).

Gambar 1. Tahap Metamorfosis Alitropus typus


Sumber : parasit dan penyakit ikan ( Grandiosa, 2009)

1.4 Gejala Klinis


 Luka dan pendarahan pada tempat gigitan, dan secara visual parasit ini
tampak menempel pada tubuh ikan terutama di bawah sisik atau pangkal
sirip.
 Hilang keseimbangan, lemah dan nafsu makan menurun.
 Secara visual terlihat adanya parasit yang menempel pada tubuh ikan.
 Nekrosa pada jaringan insang atau kulit ikan.
 Ikan lambat tumbuh, bahkan sering mengakibatkan kematian karena
mengalami anemia atau karena infeksi sekunder oleh bakteri.
 Kasus serius umumnya terjadi pada budidaya ikan di Karamba Jaring
Apung (KJA) pada awal musim penghujan, dimana limpasan bahan
organik yang masuk ke badan perairan relatif tinggi
Gambar 2. Alitropus typus
Sumber : http://dokumen.tips/documents/hama-dan-penyakit-ikan-
mikrobiologi.html

Gambar 3. Ikan yang terserang Alitropus typus


Sumber:http://aquarisaceh.blogspot.co.id/2012/06/cara-pengendalian-argulus-
pada-ikan.html

1.5 Cara Penanggulangan


• Merontokkan parasit dalam wadah terbatas dengan bahan kimia yang
mengandung bahan aktif dichlorfos pada konsentrasi 5 — 7 ppm selama 60
menit.
• Setelah parasit rontok, ikan dipindahkan ke wadah lain untuk mencegah
adanya infeksi sekunder oleh bakteri pada bekas gigitan parasit.
• Menggunakan spot light pada malam hari untuk mengumpulkan parasit
tersebut pada satu lokasi, kemudian diangkat dengan jaring.
Chironomus tetans

1.6 Klasifikasi Chironomidae


Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Hexapoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Chironomidae
Genus : Chironomus
Spesies : Chironomus tetans

Chironomus sp atau cacing darah telah dikenal secara umum bagi para
feeder atau pembudidaya ikan dan para pencinta ikan di dunia sebagai pakan
alami. Cacing darah atau bloodworm sering disalah artikan sebagai cacing sutera.
Ini dikarenakan cacing darah dan cacing sutera sama-sama berwarna merah. Tapi
cacing darah walaupun berwarna merah, ia merupakan larva dari serangga dari
ordo Diptera (nyamuk) jenis Chironomus, yang merupakan jenis nyamuk yang
hanya menghisap nektar bunga atau tanaman dan tidak menggigit.
Gambar 4. Chironomus Sp
Sumber : http://www.sciencs.nus.edu.sg/~webds/fish/livefood/#tab Boyd, C. E.

Larva chironomus sp atau lebih dikenal sebagai cacing darah atau


bloodworm merupakan larva dari serangga yang termasuk ke dalam family
nyamuk. Chironomus mengalami metamorphosis sempurna
(holometabola), memiliki empat stadia hidup, yaitu telur, larva,
kepompong dan dewasa.

1.7 Morfologi

Gambar 5. Chironomus tetans


Sumber : http://www.denniskunkel.com/detail/15079.html

Larva Chironomus berwarna merah, tubuh bersegmen-semen 10-


12 segmen. Chironomus dapat mencapai panjang 10-20mm. Bagian
posterior bercabang 3. Pada bagian anteriornya (kepala) terdapat mulut
tipenya tipe penghisap karena biasa menghisap darah oleh karena itu
sering dijuluki cacing darah. Larva Chironomus ini memiliki bentuk
kelenjar ludah yang besar sehingga mudah untuk mengamati bentuk
kromosom yang terdapat kelenjar ludah tersebut. Pada periode larva
bloodworm akan berganti kulit sebanyak 6 kali. Bloodworm pada
umumnya dijumpai di perairan-perairan bebas, seperti sungai, situ, kolam,
atau danau. Mereka dijumpai melata atau berenang, atau kadang-kadang
terapung di badan-badan perairan. Pada umumnya mereka lebih senang
bersembunyi dibalik bebatuan, atau diantara bahan-bahan organik yang
membusuk. Warna merah pada bloodworm disebabkan oleh haemoglobin,
yang sangat diperlukan oleh mahluk tersebut agar dapat hidup pada
kondisi dengan kadar oksigen rendah. Bloodworm biasanya dijadikan
sebagai pakan ikan hidup yang digunakan untuk memberi pakan ikan hias,
namun harus hati-hati karena bloodworm dikenal sebagai vektor parasit
cacaing ikan (trematoda).

1.8 Siklus Hidup

Gambar 6. Siklus hidup Chironomus


Sumber : https://thecatchandthehatch.com/basic-entomology-for-fly-fishing/

Siklus hidup Chironomus ini terdiri dari 4 tahap (fase) karena


tergolong dalam metamorfosis holometabola yang berarti organisme yang
mengalami metamorfosis sempurna. Tahap tersebut adalah tahap telur, tahap
larva, tahap kepompong, dan tahap serangga dewasa atau serangga terbang.
Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa.
Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan
kegiatan, pada saat itu pula terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ.
Imago adalah fase dewasa atau fase perkembangbiakan.
Setelah proses pemijahan, induk betina akan meletakkan massa
telurnya di permukaan air yang akan tenggelam ke dasar perairan dan
kemudian menetas menjadi larva. Siklus hidup dari telur hingga mencapai
dewasa biasanya memakan waktu kurang dari satu minggu atau bahkan lebih
dari setahun tergantung jenis spesies dan musim. Pada saat baru menetas larva
chironomus berukuran tidak lebih dari 1 mm.
Induk chirunomus meletakkan telurnya di tempat yang mengeluarkan
aroma khas dari proses pembusukan bahan organik. Telur chironomus ini
selalu ditemukan pada pagi hari, sehingga dimungkinkan induk meletakkan
massa telurnya pada malam hari. Massa telur chironomus berisi 100 sampai
2000 butir telur dan akan menetas dalam waktu 24 sampai 36 jam. Pada
kondisi lingkungan tropis, telur-telur ini akan mengalami masa inkubasi
selama 24-48 jam sebelum menetas
Setelah telur menetas akan keluar larva yang berbentuk memanjang
seperti belatung. Berukuran 1 – 100 mm. kepala tersusun atas sklerotin, thorax
tidak memiliki pasang kaki, tidak memiliki bakal sayap, abdomen 8 – 10 ruas.
Larva chironomus mempunyai habitat akuatik dan bersifat saprofog
atau dentrivor, chironomus yang hidup dalam bentuk larva akan membuat
suatu tempat berbentuk tabung yang biasa ditemukan di dasar kolam atau bak
air. Setelah larva cukup umur, Chironomus tentans akan menutup tabungnya
kemudian mengubah diri menjadi kepompong atau pupa. Perubahan ini bisa
berlangsung beberapa minggu lamanya. Setelah perubahan lengkap, pupa akan
keluar dari tabung larva dan akan hidup hingga 1 – 2 minggu setelah keluar
dari pupa kemudian berenang kepermukaan air dengan kepala diatas dan ekor
dibawah. Imago sebagian besar bersifat nocturnal, banyak ditemukan di
sekitar cahaya Sebelum masa inilah larva chironomus atau dikenal juga
sebagai cacing darah biasa dipanen sebagai pakan alami ikan. Setelah
beberapa hari menjadi pupa, chironomus akan keluar dari pupanya menjadi
chironomus dewasa yang berupa nyamuk pemakan nectar. Serangga-serangga
terbang ini selanjutnya akan mencari pasangannya dan kawin di udara.
Setelah kawin “nyamuk” betina akan mendarat di permukaan air dan mulai
mengeluarkan telurnya disana. Dengan demikian maka siklus hidup
bloodworm pun akan berulang kembali. Chironomus dewasa sendiri hanya
bertahan hidup sekitar 2 – 3 hari.

1.9 Penanggulangan

Penanggulangan agar tidak terjadi parasit bagi ikan budidaya adalah


dengan cara memperhatikan kualitas air saat, sedang dan sesudah budidaya
Chironomussp. karena sebenarnya Chironomus sp. tidaklah bersifat parasit
akan tetapi merugikan bila protozoa atau cacing lainnya yang bersifat parasit
menjadi makanan bagi Chironomus sp. yang membuat pakan alami ini
termasuk yang berbahaya bagi kelangsungan hidup ikan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2000. Culture of bloodworm.


http://www.sciencs.nus.edu.sg/~webds/fish/livefood/#tab

Boyd, C. E. 1982. Water quality MANAGEMENT for pond fish


culture. Development in Aquaculture and Fisheries Science. Departement of
Fisheries and Allied Aquaculture, Agriculture Experiment Station, Auburn
University, Alabama, U. S. A. P : 318.

Kunkel Dennis, 1999. Bloodworm (Chironomus tentans). Dennis Kunkel


Microscopy, Inc. USA

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal


Perikanan Budidaya, Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan,
2010

http://dokumen.tips/documents/hama-dan-penyakit-ikan-
mikrobiologi.html(Diakses padatanggal 3 Maret 2016 padapukul 09.19
WIB).

http://bagusrn-fpk09.web.unair.ac.id/artikel detail-24366-
Penyakit%20IkanCara%20Mengendalikan%20Parasit%20Alitropus%20ty
pus%20Pada%20Ikan.html (Diaksespadatanggal 3 Maret 2016
padapukul 10.26 WIB).

Anda mungkin juga menyukai