Oleh: Kelompok 3
Bentuk cacing ini pipih seperti daun berukuran antara 0,2 – 0,5 mm dan dapat
mencapai 2 mm pada cacing dewasa. Dactylogyrus sp. mempunyai dua pasang mata. Pada
bagian posterior Dactylogyrus sp. terdapat ophisthaptor yang dikelilingi oleh 14 kait
marginal. Serta terdapat kait besar dari khitin yang terletak di tengah-tengah ophisthaptor.
Pada bagian anterior terdapat prohaptor yaitu alat menghisap bercabang empat dan
memiliki ujung kelenjar yang dapat mengeluarkan semacam cairan kental yang berfungsi
untuk penempelan maupun pergerakan pada permukaan tubuh inang.
Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Dactylogyrus sp
sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Pada bagian tubuhnya
terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak memiliki struktur cuticular dan memiliki
satu pasang kait dengan satu baris.
Cacing dewasa berukuran 0,2 – 0,5 mm. Mempunyai dua pasang eye spots pada
ujung anterior. Sucker terletak dekat ujung anterior. Pada ujung posterior tubuh terdapat
alat penempel yang terdiri dari 2 kait besar yang dikelilingi 16 kait lebih kecil disebut
Opisthaptor. Mempunyai testis dan ovary.
Kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat kecil. Dactylogyrus
sp mempunyai ophistapor (posterior suvker) dengan 1 – 2 pasang kait besar dan 14 kait
marginal yang terdapat pada bagian posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang
mata yang terletak di daerah pharynx. Dactylogirus bersifat hermaprodit, sebagian besar
telur terlepas dari insang dan sebagian kecil tertanam pada insang, ukuran telur : 50 um,
bentuknya ovoid dan berspina seperti duri mawar/ rosethorn like, sexual maturity 3 – 6 hari.
Larva dapat hidup tanpa hospes selama 1 hari, ikan mas dapat terinfeksi berat, juga ikan-
ikan air tawar di kolam dan ikan-ikan impor.
1.2.Siklus Hidup
Dactylogyrus sp. mempunyai siklus hidup langsung yang melibatkan satu inang.
Dactylogyrus sp. merupakan ektoparasit pada insang ikan. Telur-telur yang dilepaskan akan
menjadi larva cilia yang yang dinamakan penetasan oncomiracidium. Oncomiracidium
mempunyai haptor dan dapat menyerang sampai menyentuh inang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Anshary (2004) yang menyatakan sebagian besar parasit monogenea seperti
Dactylogyrus spp. bersifat ovivarus (bertelur) dimana telur yang menetas menjadi larva yang
berenang bebas yang dinamakan oncomiracidium.
1.4.Penanggulangan
Menurut (Rahayu dkk, 2013) ikan yang terinfeksi Dactylogyrus sp. dapat ditangani
dengan menjaga kualitas air agar tetap bersih. Hal ini disebabkan karena kualitas air yang
bersih mampu mempercepat penyembuhan luka akibat infeksi Dactylogyrus sp. serta dapat
mencegah terjadinya infeksi ulang.
2. Gyrodactylus Sp.
Gyrodactylus memiliki bentuk tubuh yang kecil, bulat memanjang atau oval dan pipih.
Salah satu ujung yang lebih besar (posterior) yang merupakan tempat menempel pada inang.
Bagain posterior terdapat ophisthaptor yang memiliki 16 kait (hook) tepi yang mengelilingi
ophisthaptor dan sepasang kait tengah (anchor) yang menyerupai kuping. Ophisthaptor yang
fungsinya untuk menghisap darah dan memakan jaringan hospes. Gyrodactylus tidak memiliki
bintik mata. Bagain anterior berbentuk seperti 2 tonjolan atau cuping.
Dalam siklus hidupnya, Gyrodactylus tidak memerlukan inang perantara, artinya
setelah keluar dari embryo induk, larva akan langsung mencari inang baru. Hewan ini
berukuran 0,5 – 0,8 mm. Cacing dewasa dapat melekat pada kulit hospes karena dilengkapi
serta tidak memiliki vitelaria atau bersatu dengan ovary.
Gambar Gyrodactylus
2.2.Siklus Hidup
Siklus Gyrodactylus sp. dari larva hingga menjadi dewasa membutuhkan waktu kira-
kira 60 jam. Itu terjadi pada suhu 25 – 27 O
C. Gyrodactylus sp. ini sering ditemukan
menginfeksi ikan-ikan air tawar seperti Ikan Mas (Cyprinus carpio), Betutu (Oxyeleotris
marmorata) Nila (Oreochromis niloticus) dan lainnya. Pada umumnya
berkumpul/bergerombol di sekitar kulit dan sirip ikan, meskipun kadang-kadang juga
ditemukan di insang (secara umum Dactylogyrus lebuh menyukai insang).
Monogenes ovipar (yaitu Dactylogyridae) melepaskan telur ke dalam kolom air yang
menetas dan dewasa sebelum mencari host baru. Monogenes vivipar (yaitu Gyrodactylidae)
mengeluarkan larva hidup yang segera dapat menempel ke jaringan host. Ada dua genera
umum di air tawar, Gyrodactylus dan Dactylogyrus, yang berbeda nyata dalam strategi mereka
bereproduksi serta cara mereka menempel pada ikan inang. Gyrodactylus umumnya
ditemukan pada tubuh dan sirip ikan. Mereka vivipar yang berarti bahwa mereka melahirkan
larva muda. Parasit dewasa membawa embrio yang identik dengan induknya yang diwariskan
pada generasi berikutnya. Oleh karena itu, setiap individu parasit dapat mewakili beberapa
generasi. Strategi reproduksi ini memungkinkan populasi Gyrodactylus untuk memperbanyak
diri sangat cepat, terutama dalam sistem air tertutup.
Gambar siklus hidup oviparous monongenea (Dactylogyrus) dan viviparus monogenea
(Gyrodactylus)
2.4.Penanggulangan
Cara pengangulangan ikan yang terserang penyakit ini adalah dengan cara berikut:
Methylene Blue
Pemberian dilakukan dengan perendaman dengan dosis 3 ppm selama 24 jam atau lebih,
jika larutan yang tadinya berwarna biru berubah menjadi biru terang, maka larutan perlu
diganti dengan yang baru
Larutan ammonium
Perendaman dilakukan dengan larutan ammonium 1:2000 selama 5-15 menit.umunya
dalam jangka waktu tadi kedua monogenia di atas sudah dapat diberantas. Untuk
mendapatkan larutan ammonium 1:2000, dilakukan dengan membuat larutan dengan
perbandingan ammonium dengan air 1:9. Kemudian dari campuran tadi, diambil sekitar
5% untuk dicampurkan dengan 1 liter air sehingga didapat larutan ammonium 1:2000
Formalin atau MGO
Menggunakan dosis 15-50 ppm atau dengan MGO 0,1ppm selama 24 jam. Perendaman
dilakukan 3x selama seminggu untuk memastikan ikan terbebas dari parasit
Garam dapur
Garam merupakan yang paling mudah didapat dan cukup efektif. Perendaman dilakukan
dengan dosis 100-500 ppm dan dapat dilakukan dalam jangka panjang, atau 1-2% selama
30menit. Perendaman dapat dilakukan dengan melarutkannya dalam air terlebih dahulu
atau langsung ditebar di kolam
3. NEMATODA
Nematoda sering disebut cacing “gilig” merupakan kelas tersendiri dari filum Aschelmintes.
Nematoda merupakan parasit yang sering dijumpai pada ikan (Hirschhorn 1989) dimana ikan
dapat bertindak sebagai induk semang antara maupun induk semang definitif. Noga
(1996) menyatakan bahwa ikan laut biasanya terinfeksi oleh nematoda yang berasal dari
golongan Ascaridoidoiea (Contracecum, Pseudoterranova, Anisakis, Cotracaecum),
Camallanoidea (Camallanus, Culcullanus), Dracunculoidea (Philonema, Philometra), dan
Spiruroidea (Metabronema, Ascarophis).
3.1.Morfologi
Cacing ini berbentuk panjang, ramping, silindris, tidak bersegmen dengan kedua ujung
meruncing (gambar 2), mempunyai mulut serta anus (saluran pencernaan yang lengkap) serta
memiliki rongga tubuh semu yang disebut “pseudoselom”. Tubuhnya tertutup oleh suatu
kantung dermomuskular yang terdiri dari tiga lapisan kutikula, hipodermis dan otot. Penutup
luar tubuh (external covering) nematoda berupa suatu lapisan non-selular yang disebut kutikula.
Lapisan ini sering disebut sebagai lapisan kitin namun memiliki struktur kimia berbeda dari
lapisan kitin eksoskleton arthropoda.
Nematoda adalah cacing yang hidup bebas di air dan tanah serta sejumlah besar spesies
yang hidup sebagai parasit pada hewan dan tumbuhan. Nematoda berbentuk bulat pada
potongan melintang dan tidak bersegmen. Kutikula berfungsi untuk pengambilan oksigen,
sebagai selubung pelindung yang lentur dan kenyal serta resisten terhadap enzim pencernaan
inang terutama untuk cacing dewasa. Kutikula terdiri dari sejumlah lapisan dan sedikitnya lima
protein yang berbeda. Terdapat tiga lapisan dibawah kutikula yaitu lapisan korteks di
permukaan, lapisan matriks di tengah dan lapisan basal. Kutikula dapat membentuk struktur
khusus seperti kait, melebar ke lateral berbentuk pipih yang disebut alae dan pelebaran ke
posterior disebut bursa kopulatrik. Dibawah lapisan basal terdapat hipodermis yang berfungsi
mengatur permeabilitas dinding tubuh cacing dan bersama dengan kutikula sebagai alat
lokomosi. Lapisan setelah hipodermis terdapat lapisan otot berbentuk kumparan yang terletak
di sepanjang dinding tubuh cacing dan membantu dalam melakukan gerakan. Terdapat otot
khusus yang melekat pada esofagus dan alat kopulasi seperti otot spikuler yang berguna
mengeluarkan spikulum pada cacing jantan.
3.2.Siklus Hidup
Nematoda memiliki siklus hidup yang rumit, berbeda-beda tergantung pada spesies dan
melibatkan inang antara invertebrata. Organisme yang mengandung stadium dewasa kelamin
dari cacing nematoda ini dikenal sebagai induk semang definitif, sedangkan organisme yang
hanya dibutuhkan untuk melengkapi siklus hidup cacing ini tetapi tidak mengandung stadium
dewasa kelamin cacing dikenal sebagai induk semang. Ikan merupakan induk semang antara
sekaligus induk semang definitif bagi perkembangan cacing nematoda. Secara umum, di dalam
tubuh ikan, cacing nematoda memiliki lima stadia dalam siklus hidupnya yang dipisahkan oleh
empat kali pergantian kulit (moulting).
Yanong (2008) membagi siklus hidup nematoda menjadi dua kategori utama, yaitu siklus
hidup langsung dan tidak langsung. Siklus hidup langsung dimana ikan bertindak sebagai
induk semang definitif bagi nematoda dan tidak diperlukan induk semang antara sehingga
infeksi dapat langsung disebarkan secara langsung dari satu ikan ke ikan lain melalui telur atau
larva infektif yang termakan. Jika nematoda memiliki siklus hidup tidak langsung, telur atau
larva akan dikeluarkan ke dalam air dan selama proses perkembangannya, larva yang belum
dewasa ini setidaknya akan melewati dua organisme yang berbeda yang salah satunya adalah
ikan.
Apabila cacing nematoda memasuki organisme lain diluar ikan yang pada umumnya
adalah invertebrata air seperti golongan kopepoda atau larva insekta yang di dalamnya akan
terjadi tahap perkembangan sebelum cacing dimakan oleh ikan. Ketika dimakan oleh ikan yang
tepat, cacing akan mencapai kematangan kelamin dan akan bereproduksi di dalam ikan.
Yanong (2008) menyatakan bahwa nematoda dapat menginfeksi berbagai spesies ikan
baik ikan air tawar maupun ikan laut dimana dalam jumlah kecil sering ditemukan pada ikan
yang sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit yang khas namun ikan yang terinfeksi akan
mengalami penurunan produktifitas. Dalam lingkungan perairan, ikan dapat terinfeksi
nematoda jika memakan “makanan” hidup yang mengandung larva infektif nematoda atau jika
ikan tersebut berperan sebagai inang antara atau yang membawa larva infektif nematoda yang
pada akhirnya nematoda dapat ditularkan secara langsung dari satu ikan ke ikan yang lain
(Yanong, 2008).
Nematoda dewasa biasanya ditemukan dalam saluran pencernaan ikan, meskipun
demikian, bergantung pada spesies nematoda dan spesies ikan yang diinfeksinya stadium
dewasa maupun stadium lainnya dari cacing nematoda dapat ditemukan hampir di seluruh
bagian dari tubuh ikan termasuk pada organ dalam, gelembung renang, kulit, otot, maupun
insang (Yanong, 2008).
3.5.Gejala Klinis
Ikan budidaya dapat terinfeksi nematoda jika diberi makan pakan hidup yang mengandung
stadia larva dari cacing. Pada umumnya jasad renik makanan ikan sering menjadi inang antara
infektif nematoda, namun ada beberapa jenis nematoda yang dapat ditransmisikan secara langsung
dari ikan ke ikan. Infeksi nematoda di ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis dan
jumlah nematoda yang menginfeksi, stadia nematoda terdapat beberapa jenis nematoda seperti
Eustrongylides tubifex merupakan cacing yang dapat menginfeksi ikan saat stadia ke 3 (L3) namun
untuk nematoda jenis Capillaria dapat menginfeksi ikan saat stadia telur, stadia ikan, jenis ikan
dan faktor lingkungan (suhu, suhu yang digunakan untuk viabilitas dan reproduksi cacing
nematoda berkisar antara 25-27°C).
Nematoda dewasa ditemukan di saluran usus dan pada stadia nematoda yang lain (larva)
diawali infeksi dapat ditemukan diberbagai organ (gelembung renang, lapisan dalam dari kulit atau
pun sirip dan lapisan daging bagian luar), selanjutnya nematoda akan masuk kedalam otot, hati
dan di jaringan organ dalam. Gejala klinis yang ditimbulkan akibat infeksi nematoda adalah
adanya haemoragi, pembentukan nodul, inflamasi, nekrosis dan pembentukan siste (granulomas).
Granulomas adalah bagian dari nematoda yang digunakan untuk respon imun dari cacing itu
sendiri yang berbentuk seperti dinding mati yang berada diluar tubuh cacing. Granulomas
berbentuk seperti batu tajam yang mengelilingi tubuh cacing itu sendiri.
Nematoda dewasa yang berada pada saluran usus akan mengabsorbsi nutrisi dari inang yang
menyebabkan inang mengalami defisiensi nutrien. Nematoda yang menginfeksi organ hati dapat
menimbulkan fibrosis hati dengan ditandai adanya atropi pada hati. Akibat lain yang ditimbulkan
dari infeksi cacing nematoda adalah nekrosis pada piloricaeca, usus, empedu, rongga perut yang
selanjutnya akan menyebabkan kematian. Penularan cacing nematoda dapat bersifat vertikal, yaitu
dengan adanya predasi.
Selama pertumbuhannya, beberapa spesies nematoda melakukan migrasi ditubuh ikan yang
akan membentuk jalur cacing seperti terowongan yang berada didalam jaringan selain itu juga
dapat menyebabkan inflamasi disekitar jalur cacing “worm tracks”. Dengan jumlah migrasi
nematoda yang jumlahnya banyak akan menyebabkan pengaruh yang signifikan pada ikan yaitu
ikan akan mengalami penggelembungan abdominal. Ikan pada stadia juvenil sering terserang
cacing nematoda dibandingkan ikan dewasa. Penyerangan nematoda pada ikan stadia juvenil akan
berdampak pada penurunan pertumbuhan yang selanjutnya akan menyebabkan kematian
sedangkan serangan nematoda dalam jumlah sedikit pada induk ikan akan menyebabkan laju
produktivitas yang rendah walaupun ikan terlihat sehat . Diagnosis yang dapat digunakan untuk
melihat serangan nematoda pada ikan yaitu adanya pertumbuhan yang mulai melambat, masa
budidaya yang lama, dikulit atau dijaringan ikan yang terinfeksi nematoda akan terbentuk suatu
gumpalan.
3.6.Mekanisme Penyerangan
Siklus Hidup Nematoda dapat hidup pada tubuh induk semang secara langsung atau dengan
inang antara. Siklus hidup terdiri dari telur, empat stadium larva dan satu stadium dewasa yang
berkembang di inang definitif dan membutuhkan inang antara sebagai perantara. Siklus hidup
nematoda dengan inang antara adalah stadium dewasa pada inang definitif mengeluarkan larva
atau telur yang kemudian menetas dan berkembang menjadi larva yang hidup bebas di perairan.
Larva yang berenang bebas dimakan oleh inang antara invertebrata seperti kopepoda dan krustacea
atau langsung dimakan oleh inang definitif. Inang antara invertebrata kemudian termakan oleh
inang antara sekunder dan larva mengkista di dalam inang antara tersebut. Stadium larva yang
infektif dapat ditemukan banyak dalam satu inang antara sedangkan inang definitifnya dapat
mengandung banyak cacing dewasa (Roberts, 2012). Ikan dan cumi-cumi dapat bertindak sebagai
inang antara pertama atau inang antara sekunder (Noga, 1996 dalam Batara, 2008). Nematoda
dapat memanfaatkan ikan sebagai inang definitif untuk mencapai dewasa dan sebagian lagi
memanfaatkan ikan sebagai inang antara. Menurut (Grabda, 1991 dalam Batara, 2008) famili
Anisakidae memiliki inang definitif pada burung atau mamalia laut.