Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis selama menyusun dan menyelesaikan makalah ini
dengan judul: “Teknik Budidaya Ikan Hias Napoleon (Cheilunus undulatus).”
Penulisan makalah ini disusun dengan maksud untuk melengkapi salah satu syarat guna
mengikuti mata kuliah Budidaya Ikan Hias pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Terselesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan keterbatasan dan
kemampuan Penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan yang
memerlukannya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
1. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Mengetahui aspek-aspek yang diperhatikan dalam budidaya ikan napoleon.
2. Mengetahui teknik budidaya ikan napoleon dari pemeliharaan induk sampai kegiatan
pemanenan.
4
2. IKAN NAPOLEON
2.1. Klasifikasi
klasifikasi ikan Napoleon menrut Ruppell (1835), adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Super kelas : Pisces
Kelas : Actynopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Labridae
Genus : Cheilinus
Spesies : Cheilinus
Undulates
2.2. Morfologi
Ikan Napoleon, ialah spesies anggota Labridae, famili yang mempunayi spesies
sangat bervariasi. Ikan napoleon paling sering disebut dengan nama dagang Humphead,
Maori Wrasse atau So Mei karena karakteristik bagian kepala yang menonjol (cembung)
mulai di atas mata ke belakang. Di bagian belakang mata terdapat dua garis berwarna hitam
ke arah belakang. Namun marker (tanda) ini hanya terlihat pada specimen yang sudah
dewasa saja. Pada terumbu karang dengan tekanan penangkapan relatif rendah, ukuran ikan
napoleon ditemukan bervariasi antara panjang 60 – 100 cm. Pada garis pertumbuhan
terdapat pigmen melanin dan guanin yang berwarna hijau dan biru, linea lateralis tunggal
5
lurus, atau kadang terputus. Ekor besar dan tidak bercabang, panjang badan mencapai 180-
250 cm dengan berat 150-250 kg. Sehingga ikan ini termasuk kategori berukuran besar.
2.3. Karakteristik
Ikan napoleon lebih sering ditemukan hidup soliter dengan kelimpahan yang jauh
lebih rendah. Selain karena karakteristik dasar sebagai top-predator, ikan ini termasuk
kategori long-lived species (bisa mencapai umur 30 tahun). Dari data yang diketahui, ikan
napoleon berada pada kisaran kedalaman antara 5 – 60 m, pada habitat terumbu karang.
Ikan napoleon termasuk kategori top predator dengan jenis makanan yang sangat
bervariasi. Termasuk diantaranya ialah moluska (kelompok gastropoda dan pelecypoda),
crustacea, echinodermata dan ikan (terutama jenis ikan gobi dan moray eel). Ikan napoleon
juga sangat terkenal sebagai pemangsa mahkota bintang berduri atau crown-of-thorn,
Acanthaster plancii.
Cara makan ikan napoleon adalah dengan membongkar karang mati dengan gigi
besarnya untuk mencari siput dan cacing-cacingan yang terkubur. Mereka gemar sekali
makan kerang-kerang yang berukuran besar seperti Triton. Ikan ini sanggup memecahkan
cangkang kerang-kerangan tersebut dengan mudah untuk diambil dagingnya. Bunyi
gerusan mulutnya ketika makan, sangat menarik bagi para penyelam sehingga diibaratkan
seperti sekelompok anak-anak yang sedang memakan kembang gula. Kadang-kadang juga
ikan besar ini mengasah giginya pada karang massif (padat) sehingga meninggalkan bekas
goresan yang menakjubkan.
Ikan napoleon termasuk ikan jenis sequential hermaphrodite, ialah mempunyai jenis
kelamin tertentu pada awal kehidupannya sampai umur tertentu, selanjutnya melakukan
perubahan kelamin. Pada kasus ikan napoleon, dia termasuk dalam kategori hermaphrodite
protogynous, ialah mempunyai kelamin betina pada umur muda (sampai ukuran berat
sekitar 1 kg), selanjutnya berkelamin jantan sepanjang sisa hidupnya. Hal ini menyulitkan
dalam penentuan ukuran ikan yang boleh ditangkap. Untuk mempertahankan kelangsungan
populasi ikan ini di alam, pengelola perikanan harus bisa mempertahankan keseimbangan
antara ikan berukuran kecil dengan ukuran yang lebih besar.
Ikan napoleon memijah secara berpasangan dalam kelompok kecil (2 – 5 pasangan),
namun bisa juga terjadi dalam kelompok (agregasi) yang relatif besar (> 5 pasang). Lokasi
pemijahan lebih disukai reef-promentory (ujung tanjung terumbu karang yang
memungkinkan terjadinya arus ke arah luar atau laut lepas. Setelah fase pembuahan,
6
informasi siklus hidup ikan ini tidak banyak diketahui sampai munculnya ikan-ikan muda
di pinggir karang.
Setelah pembuahan, telur ikan napoleon akan menyebar, dibawa arus dan menetas
menjadi larva planktonik (fase larva planktonik tidak diketahui). Ketika mencapai ukuran
8 – 11 mm, larva menetap di dasar perairan pada atau sekitar terumbu karang. Larva ini
paling banyak ditemukan pada 4 (empat) jenis karang keras (Acropora spp., dan Porites
cylindricus) serta jenis karang lunak Sarcophyton sp. Beberapa peneliti menemukan larva
fase ini juga menempel pada tanaman lamun jenis Enhalus acoroides (Linnaeus f.). Ikan
juvenile sering bermigrasi diantara habitat hutan bakau, lamun dan terumbu karang. Ikan
dewasa berada pada terumbu karang bagian luar, terutama pada bagian terusan (reef
channel) yang terbuka langsung dengan laut lepas.
Aktivitas pemijahan itu dimulai dengan berkeliling bersama secara perlahan
membentuk suatu kelompok. Saat anggota kelompok bertambah, mereka berenang lebih
cepat dan lebih cepat lagi, akhirnya makin rapat membentuk kelompok besar. Pada puncak
hiruk-pikuk tadi, seluruh kelompok naik ke arah permukaan laut kemudian secepat kilat
berbalik arah dan meninggalkan sebuah massa telur dan sperma di belakang yang segera
terbawa oleh arus. Jika proses bertelur dilakukan secara pasangan, yang jantan menyiapkan
tempat bertelur pada seonggok karang atau batu yang menyolok. Dari sini dia menarik
perhatian betina yang lewat, yang kira-kira bisa memberi harapan. Caranya, di atas calon
pasangan dia bergerak ke atas dan ke bawah dan menggetarkan tubuhnya sembari berenang
kembali. Kalau siap menerima pinangannya, si betina akan membalasnya dengan memberi
sinyal ke ikan jantan yang meminangnya. Dengan bangga si betina melengkungkan
tubuhnya membentuk huruf “S” sembari mempertontonkan perut buncitnya yang berisi
telur. Mereka kemudian bertelur dalam suatu gerakan naik turun secara cepat ke
permukaan. Proses bertelur ini berlangsung singkat dalam suatu hari, tergantung pada
kondisi setempat. Di areal dengan arus pasang surut yang kuat, bertelur terjadi hanya
setelah puncak pasang naik, keadaan yang ideal untuk memindahkan telur ke luar terumbu
karang.
7
3. ASPEK-ASPEK BUDIDAYA IKAN NAPOLEON
8
e. Kondisi masyarakat. Kondisi masyarakat yang lebih kondusif akan memungkinkan
perkembangan usaha budidaya laut di daerah tersebut.
f. Keamanan lokasi: Masalah pencurian harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi
budidaya, agar proses budidaya aman dan tidak terganggu.
g. Konflik kepentingan. Lokasi budidaya tidak boleh menimbulkan konflik
kepentingan, misalnya,
h. antara kegiatan perikanan dan nonperikanan (pariwisata).
i. Aspek peraturan dan perundang-undangan. Pemilihan lokasi harus sesuai dan tidak
melanggar peraturan agar budidaya dapat berkelanjutan.
j. Harga dan Pasar. Pasar sangat penting untuk kelangsungan produksi. Bila
kemampuan pasar untuk menyerap produksi sangat tinggi, maka budidaya ikan-ikan
laut tidak menjadi masalah. Sebaliknya bila pasar tidak menyediakan kemungkinan
menyerap produk, maka usaha yang dirintis akan mengalami kerugian.
9
4. TEKNIK BUDIDAYA IKAN NAPOLEON
4.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan napoleon di KJA yang dimulai dari benih berukuran relatif kecil,
memerlukan beberapa tahapan. Tahapan ini berguna untuk menghindari tingkat mortalitas
(kematian) yang biasanya tinggi. Dalam tahapan ini, ikan di seleksi berdasarkan ukurannya,
untuk menghindari sifat kanibal dan agar pertumbuhan ikan lebih seragam.
4.3.1. Pendederan
Pendederan di KJA juga harus melalu proses aklimatisasi yang dilakukan dengan
cara yang sama. Padat penebaran benih di KJA adalah 300-500 ekor/keramba atau 70-
80 ekor/m3. Kemudian setelah masa pemeliharaan 1,5-2 bulan. Tingkat kepadatan
dikurangi menjadi 150 ekor/keramba. Kepadatan 150 ekor ini diperthankan sampai
masa pemeliharaan benih (pendederan) mencapi 2-3 bulan. Selama pendederan, ukuran
pakan harus di sesuaikan dengan bukaan lebar mulut ikan. Pakan yang di berikan
berupa udang rebon segar berukuran 1cm dan daging ikan rucah yang segar dan
digiling. Benih juga dilatih untuk memakan makanan buatan berupa pelet. Frekuensi
pemberian pakan adalah 4-5 kali/ hari dan tiap kali di berikan ikan benar-benar
kenyang.
10
4.3.2. Penggelondongan
Setelah 2-3 bulan di pendederan benih ikan telah mencapai bobot 20-40
gram/ekor. Karena itu, benih dapat dipindahkan kedalam keramba penggelondongan,
digunakan jaring polietilen dengan ukuran mata jaring berkisar antara 0,5-1,0 inci. Pada
tahap ini, napoleon diberikan berupa ikan rucah segar yang dicacah kecil-kecil dan juga
pelet basah. Frekuensi pemberian pakan minimal 2 kali sehari dengan dosis 10-15%
total bobot ikan. Selain itu iakn juga diberi vitamin seminggu sekali berupa Amolovit
dengan dosis 1 g/kg pakan dan probiotik 1-2 cc/kg pakan.
4.3.3. Pembesaran
Ikan napoleon, biasanya di perlihara 2-3 bulan di KJA penggelondongan benih
telah mencapai ukuran 60-70 gram/ekor. Pada saat ini ikan dapat dipindahkan
kekerambah pembesaran dengan padat tebar berkisar antara 40-50 ekor/m3.
Pada saat ini pakan yang diberikan berupa ikan rucah segar dan pelet basah
maupun pelet kering, dengan dosis 5-10% total bobot ikan, 2 kali sehari. Serta
ditambahkan vitamin pada pakan seminggu sekali.
Biasanya dalam 4-6 bulan di kerambah, ikan akan mencapai ukuran konsumsi.
Napoleon mencapai ukuran berat 500-800 gram/ekor, setelah di pelihara 5-6 bulan.
Agar napoleon mencapai 1kg/ekor, maka pemeliharaan dilakukan 7-8 bulan. Artinya
sejak menjadi benih (umur 30-45 hari) hingga mencapai 1kg dibutuhkan waktu 13-14
bulan.
12
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Ikan Napoleon, ialah spesies anggota Labridae, famili yang mempunayi spesies
sangat bervariasi. karakteristik bagian kepala yang menonjol (cembung) mulai di atas
mata ke belakang dan termasuk kategori long-lived species (bisa mencapai umur 30
tahun);
2. Ikan napoleon merupakan hewan yang memiliki produktivitas yang rendah dan
beresiko tinggi terhadap kepunahan pada eksploitasi yang berlebihan sehingga usaha
budidaaya sangat diperlukan untuk mencegah kepunahan napoleon;
3. Dua aspek yang perlu diperhatikan dalam setiap kegiatan budidaya adalah aspek
teknis (pemilihan lokasi) dan aspek non teknis (social & ekonomi);
4. Induk napoleon dipelihara dan dipijahkan dengan perbandingan 1 : 1 dan emijahan
terjadi pada malam hari. Pemijahan juga bisa dilakukan dengan pemijahan buatan
dengan baantuan rangsangan hormone Hcg, pubergen atau ovaprim;
5. Kegiatan pendederan dilakukan sampai ikan berumur 2 – 3 bulan, kemudian benih
dipindahkan ke keramba penggelondongan;
6. Pemanenan ikan napoleon dilakkan setelah masa pemeliharaan 5 – 7 bulan setelah
penebaran dengan melakukan panen sebagian atau panen seluruhnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
14