Anda di halaman 1dari 13

CESTODA

(Pseudophyllidea) (nayla)

Pseudophyllidea mempunyai skoleks dengan 2 lekuk isap (bothrium-suctorial groove). Lubang genital
dan lubang uterus terletak di tengah-tengah proglotid. Telur mempunyai operkulum, berisi sel telur
dan dikeluarkan bersama tinja. Dalam air, sel telur tumbuh menjadi onkosfer. Telur menetas dan
keluarlah korasidium, yaitu embrio yang mempunyai banyak silia. Korasidium dimakan oleh hospes
perantara I yang tergolong Copepoda (Cyclops, Diaptomus) dan tumbuh men-
Jadi proserkoid. Cyclops yang mengandung parasit dimakan oleh hospes perantara II (ikan, kodok).
Dalam hospes perantara II larva tumbuh menjadi pleroserkoid (spar- ganum) yang merupakan bentuk
infektif Cacing yang termasuk Pseudophyllidae adalah cacing Diphyllobothrium latum dan D.mansoni
(Diphyllobothrium binatang).

Diphyllobothrium latum

(Taenia lata, Dibothriocephalus latus,

Broad tapeworm, fish tapeworm)

Sejarah

Cacing pita ikan (fish tapeworm) di- kenal sebagai spesies yang berbeda sejak tahun 1602 olch Plater
di Switzerland. Dengan adanya deskripsi skolcks yang jelas pada tahun 1977 Bonnet dapat
membedakan cacing ini dari cacing pita babi Tsolium. Cacing ini pertama kali diperiksa di Amerika
oleh Wemland puda tahun 1858 dan selanjutnya oleh Leidy pada tahun 1879 pada penderita yang
mendapat infeksi di Eropa. Perkembangan fokus endemik di Amerika Utara oleh imigran yang
terinfeksi pertama kali dilaporkan pada tahun 1906. Hal tersebut menggambarkan transplantasi
parasit dari Old World ke lingkungan baru. Kasus autokton digambarkan di Filipina pada tahun 1935
dan dilaporkan 2 kasus dari 141 penduduk asli di Formosa pada tahun 1963. Selain itu ada keadaan
endemik di Papua Niugini.

Hospes dan Nama Penyakit

Manusia adalah hospes definitif, hospes reservoaruya adalah anjing, kucing dan lebih jarang 22
mamalia lainnya, antara lain walrus, singa laut, beruang babi dan serigala. Parasit ini menyebabkan
penyakit yang disebut difilobotriasis.

Distribusi Geografik

Parasit ini ditemukan di Amerika, Kanada, Eropa, daerah danau di Swiss, Rumania, Turkestan, Israel,
Mancuria, Jepang, Afrika, Malagasi dan Siberia

Morfologi dan Daur Hidup

Cacing dewasa yang keluar dari usus Manusia berwarna gading, panjangnya dapat sampai 10 m dan
terdiri atas 3000. 4000 buah proglotid; tiap proglotid mempunyai alat kelamin jantan dan betina yang
lengkap. Telur mempunyai operkulum, berukuran 70 x 45 mikron, dikeluarkan melalui lubang uterus
proglotid gravid dan ditemukan dalam tinja. Telur menetas dalam air Larva disebut korsisium dan
dimakan oleh hospes perantara pertama, yaitu binatang yang termasuk Copepoda spetti Cyclega dan
Dioptoms Dalam huges in larva tumbuh menjadi proserkoid, kemudian Cyclops dimakan hospes
perantara kedua yaitu ikan salemdan pronerkoid berubah menjadi larva pleroserkoid atau disebut
sparganum. Bila ikan tersebut dimakan hospes definitif, misalnya manusia, sedangkan ikan itu tidak
dimasak dengan baik, maka spurganum di rongga usus halus tumbuh menjadi cacing dewasa.

Patologi dan Gejala Klinis

Penyakit ini biasanya tidak menim- bulkan gejala berat, mungkin hanya gejala saluran cerna seperti
diare, tidak nafsu makan dan tidak enak di perut. Bila cacing hidup di permukaan usus halus, dapat
timbul anemia hiperkrom- mikrositer, karena cacing itu banyak me- ayenip vitamin B sehingga timbul
gejala defisiensi vitamin tersebut. Bila jumlah cacing banyak, mungkin terjadi sumbatan usus secara
mekanik atau terjadi obstruksi usus, karena cacing-cacing itu menjadi seperti benang kusut.

Diagnosis

Cara menegakkan diagnosis penyakit ini adalah dengan menemukan telur atau proglotid yang
dikeluarkan dalam tinja.

Pengobatan

Penderita diberikan obat Atabrin dalam keadaan perut kosong, disertai pemberian Na-bikarbonas,
dosis 0,5 g dua jam setelah makan obat diberikan sebagai pencahar magnesium sulfat 15 g.Obat
pilihan adalah niclosamid (Yomesan), diberikan 4 tablet (2 gram) di kunyah sekaligus setelah makan
hidangan ringan. Obat lain yang juga efektif adalah paromomisin, yang diberikan dengan dosis 1
gram setiap 4 jam sebanyak 4 dosis. Selain itu dapat dipakai prazikuuntel dosis tunggal 10 mg/kg
berat badan.

Prognosis

Prognosis difilobotriasis buik, walaupun dengan anemia berat, karena setelah cacing dikeluarkan
anemianya akan sembuh.

Epidemiologi

Penyakit ini di Indonesin tidak di- temukan tetapi banyak dijumpai di negara yang banyak makan ikan
salem mentah atau kurang matang. Banyak binatang seperti anjing, kucing dan babi berperan
sebagai hospes reservoar dan perlu diperhatikan.

Untuk mencegah terjadinya infeksi, ikan air tawar yang tersangka mengandung bibit penyakit harus
terlebih dahulu di- masak dengan sempurna sebelum dihidang- kan. Anjing sebagai hospes reservoar
sebaiknya diberi obat cacing.

Sparganesis

Tahun 1882 Manson mendapatkan Spurganosis jaringan dari penduduk asli yang diautopsi di Amoy –
RRC Larva pleroserkoid dari beberapa spesies cacing pita golongan Diplo thrium telah ditemukan
pada manusia dan diketahui sebagai sparganum dan Disebut sparganosis Diphyllobothrin binatang
misalnya D.mansoni memerlukan anjing, kucing dan binatang lainnya sebagai hospes Definitif
Manusia dapat bertindak sebagai hospes perantara kedua bila mengandung sparganum
(pleroserkoid)

Daur Hidup

Sama umum cacing pit Taenia Dalam tubuh manusia spargum dapat mengembara di otot dan fasia,
akan Tetapi lava ini tidak dapat menjadi dewasa Daur hidupoys sama seperti Dati Dalam hospes
perantara pertama, yaina Cycles, dibentuk proserkold dan dalam hospes perantara kedua yaitu
hewan pengerut kecil, ular dan kodok, ditem kan pleroserkoid atau sparganum.
Patologi dan Gejala Klinis

Pada manusia, larva ditemukan di seluruh bagian badan, terutama di mata, juga di kulit, jaringan
otot, toraks, perut, paha, daerah inguinal dan dada bagian dalam Sparganum dapat menyebar ke
seluruh jaringan Perentangan dan penge ntan larva menyebabkan peradangan dan edena jaringan
sekitarnya yang nyeri. Larva yang nak menyebabkan peradangan lokal yang dapat menjadi nekrosis
Penderita dapat menunjukkan sakit Jokal, unkaria raksasa yang timbul secara periodik, edema dan
kemerahan yang disertai dengan menggigil, demam dan Hipereminofilia. Infeksi pada bola mata yang
relatif sering terjadi di Asia Tenggara, menye- babkan konjungtivitis disertai bengkak dengan lakrimasi
dan ptosis.Diagnosis dibuat dengan menettikan farva di tempat kelainan. Untuk identi- fikasi
diperlukan binatang percobaan.

Pengobatan

Untuk pengobatan dilakukan pem belahan dan pengangkatan larva Prognosis tergantung pads l
parasit dan pembedahan yang berhat

Epidemiologi

Parasit ini ditemukan di Asia Time dan Asia Tenggara, Jepang, Indo C Afrika, Eropa. Australia, Amerika
Ut Selatan dan Indonesia Manusia menderita sparganosis karena:

1. Minum air yang mengandung Cyclops Yang infektif

2. Makan kodok, ular atau binatang pengerat yang mengandung pleroserkoid


3. menggunakan daging kodok ya infektif untuk obat

Di daerah endemi, air minum perla dimasak atau disaring dan daging hospes perantara dimasak
dengan sempurna. Cara yang dipakai untuk pengobata dengan menggunakan daging kodok & daerah
mukosa kutan yang meradang sebaiknya dicegah.

Cyclophyllidea (putri,refly)
Taenia Saginata
T. saginata, disebut cacing pita daging sapi, mirip dengan T.solium dalam siklus hidup dan morfologi. Hanya T.saginata menyebabkan
Taeniasis pada manusia, tetapi tidak dapat menyebabkan cysticercosis pada manusia.

Morfologi

Taenia Saginata adalah cacing pita besar yang paling umum dari manusia. Berdasarkan Morfologinya, cacing dewasa menyerupai T. solium.
Biasanya memiliki panjang 35 sampai 60 cm, spesimen sepanjang 225 cm telah dilaporkan. Strobila yang terdiri dari sekitar 1.000
proglottids. Scolex tidak bersenjata, tidak memiliki kait atau rostellum (Gambar 5.3.1). Perbedaan morfologi antara T. saginata dan T. solium
disajikan dalam Tabel 5.3.1.

Morfologi proglottid matang dalam dua spesies berbeda terutama dalam T. saginata yang memiliki ovarium bilobed dan sekitar dua kali
lebih banyak testis sebagai T. solium. Selain itu, seperti disebutkan sebelumnya, uterus gravid dari T. saginata memiliki lebih dari 12 cabang
lateral utama.

Siklus Hidup
Seorang manusia adalah satu-satunya host de nitif T. saginata, yang hidup di usus. Infeksi T.saginata, sekitar 6 gravid proglottids, masing-
masing berisi 80.000 sampai 100.000 telur, melewati setiap hari melalui anus. Telur bisa bertahan selama beberapa bulan atau tahun. Telur
berkembang lebih jauh ketika dicerna oleh ternak, host perantara. Oncosfer meninggalkan embryophore di usus sapi dan bermigrasi ke otot,
di mana dalam 60-70 hari berikutnya tahap larva-cysticerus-berkembang. Sistiserkus adalah kandung kemih oval, diisi dengan cairan dan
mengandung scolex invaginated dari cacing pita. Hal ini dapat bertahan di otot ternak selama 1 sampai 3 tahun dan dapat menginfeksi
manusia jika tertelan dengan daging mentah. Scolex segi empat dari T.saginata kemudian menempel ke jejunum mukosa, dan dalam waktu 3
sampai 3,5 bulan cacing pita dewasa berkembang.

Siklus hidup T. saginata sangat menyerupai T. solium. Bentuk dewasa dari kedua spesies berada di jejunum manusia, dan proglottids gravid
dari T. saginata melepaskan secara tunggal dari Strobila dan lolos ke luar dengan kotoran. Telur T. saginata, tidak bisa dibedakan dari T.
solium, tertelan oleh hospes perantara yang cocok, seperti sapi atau ungulates lainnya. Oncosphere dibebaskan menembus dinding usus dan
dilakukan oleh limfatik atau peredaran darah sistem untuk intramuskular jaringan ikat di mana ia berkembang menjadi sistiserkus dikenal
sebagai bovis sistiserkus. Manusia terinfeksi dengan memakan cysticerci dalam daging sapi matang atau mentah, terutama di otot kepala dan
jantung. Berikut evagination dari lampiran scolex dan selanjutnya ke dinding jejunum, cacing ini berkembang untuk kematangan seksual
pada 8 sampai 10 minggu.

Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Diagnosa


Tidak ada fenomena patologis yang signi kan biasanya terjadi. Eosino l mungkin sedang atau, kadang-kadang, meningkat tajam; ini
dapat diikuti oleh neutropenia sedikit. Banyak kasus infeksi tidak menunjukkan gejala. Verminious di keracunan, yang disebabkan oleh
penyerapan produk ekskresi cacing, adalah umum, dengan gejala karakteristik pusing, sakit perut, sakit kepala, sensitivitas lokal untuk
menyentuh, dan mual. juga tidak diare atau obstruksi usus jarang. Mungkin ada kerugian berkerut atau nafsu makan, Kelemahan atau
penurunan berat badan.

Saginata taeniasis pada manusia sering ditandai dengan gejala seperti sakit perut, nafsu makan yang sangat berkurang, dan penurunan berat
badan. Gejala-gejala ini sering terjadi terutama pada pasien yang sudah dilemahkan oleh kekurangan gizi atau penyakit lainnya. Korban T.
saginata jarang mengembangkan cysticercosis, dan prognosis umumnya baik. Prosedur diagnostik adalah sama T. solium. Biasanya,
proglottid gravid berada di tinja yang pertama kali terlihat untuk diagnosis. pemeriksaan tinja untuk telur. Pemulihan scolex dan proglottid
gravid setelah perawatan.

Epidemiologi
Taenia Saginata terdistribusi di seluruh dunia. Manusia mendapat infeksi melalui makan daging sapi mentah atau kurang matang yang
terinfeksi cysticerci, seperti dalam hidangan seperti steak tartare. Sapi memperoleh sistiserkus bovis oleh merumput di tempat di mana
kotoran manusia telah disimpan, baik melalui pemupukan dengan “kotoran manusia” atau dari sanitasi yang buruk. Padang rumput dibanjiri
oleh sungai dan anak sungai yang terkontaminasi dengan kotoran manusia yang menyediakan sumber infeksi lain untuk ternak. Dalam
kondisi seperti itu, telur dapat bertahan hidup selama 2 bulan atau lebih lama. Melalui pemasakan daging sapi dengan 57 ℃ sampai warna
kemerahan menghilang atau membeku pada 10℃ selama 5 hari efektif menghancurkan cysticerci infektif.

Pencegahan dan Kontrol


Langkah-langkah utama adalah sebagai berikut:

a) Kemoterapi dengan pinang ditambah biji labu atau praziquantel

b) Pembatasan ternak dari merumput di contaminatedland

c) Pemeriksaan daging sapi untuk cysterci

d) Mengubah kebiasaan makan daging sapi mentah oleh pendidikan kesehatan.

Cacing Pita yang Kurang Penting di Indonesia (yaniva,oksa)

1. Hymenolepis Nana (dwarf tapeworm)

Sejarah

Spesies ini ditemukan oleh Bilharz pada tahun 1851 dalam usus halus seorang anak asli di Kairo.
Grasee dan Rovell (1887, 1892), pertama kali memperkenal- peran daur hidup yang tidak mempunyai
hopes perantara.

Hospes dan Nama Penyakit

Hospesnya adalah manusia dan tikus. Cacing ini menyebabkan penyakit hime- nolepiasis.
Distribusi Geografik

Penyebarannya kosmopolit, lebih banyak didapat di daerah dengan iklim panas daripada iklim dingin
dan juga ditemukan di Indonesia.

Morfologi dan Daur Hidup

Dari golongan Cestoda yang di- temukan pada manusia, cacing ini mem- punyai ukuran terkecil.
Panjangnya 25-40 mm dan lebarnya 1 mm. Ukuran strobila biasanya berbanding terbalik dengan
jumlah cacing yang ada dalam hospes, Skoleks berbentuk bulat kecil, mempunyai 4 buah batil isap
dan rostelum yang pendek dan berkait-kait Bagian leher panjang dan halus. Strobila dimulai dengan
proglotid imatur yang sangat pendek dan sempit, lebih ke distal menjadi lebih lebar dan luas. Pada
ujung distal strobila membulat.

Telur keluar dari proglotid paling distal yang hancur. Bentuknya lonjong ukurannya 30-47 mikron,
mempunyai lapisan yang jernih dan lapisan dalam yang mengelilingi sebuah onkosfer dengan
penebalan pada kedua kutub. Dari masing-masing kutub keluar 4- 8 filamen. Dalam onkosfer
terdapat 3 pasang duri (kait) yang berbentuk lanset. Cacing dewasa hidup dalam usus halus untuk
beberapa minggu. Proglotid gravid melepaskan diri dari badan, telurnya dapat ditemukan dalam
tinja. Cacing ini tidak memerlukan hospes perantara. Bila telur tertelan kembali oleh manusia atau
tikus, maka di rongga usus halus telur menetas, larva keluar dan masuk ke selaput lendir usus halus
dan membentuk larva sistiserkoid, kemudian keluar ke rongga usus dan menjadi dewasa dalam
waktu 2 minggu atau lebih. Pada infeksi percobaan, berbagai pinjal dan kutu beras dapat menularkan
murine strain.

Orang dewasa kurang rentan diban dingkan dengan anak. Kadang-kadang telur ini disebut autoinfeksi
interna. Hal ini dapat menetas di rongga usus halus se belum dilepaskan bersama tinja. Keadaan
memberi kemungkinan terjadi infeksi berat sekali yang disebut hiperinfeksi, sehingga cacing dewasa
dapat mencapai 2000 ekor pada seorang penderita.

Patologi dan Gejala Klinis

H. nana biasanya tidak menyebab- kan gejala. Jumlah yang besar dari cacing yang menempel di
dinding usus halus. menimbulkan iritasi mukosa usus. Ke- lainan yang sering timbul adalah toksemia
umum karena penyerapan sisa metabolit parasit masuk ke dalam sistem peredaran darah penderita.
Pada anak kecil dengan infeksi berat, cacing ini kadang-kadang menyebabkan keluhan neurologi yang
gawat, mengalami sakit perut dengan ata tanpa diare, kejang-kejang, sukar tid dan pusing. Eosinofilia
sebesar 8-16% Sakit perut, diare, obstipasi dan anoreks merupakan gejala ringan.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja


Pengobatan

Obat yang efektif adalah prazikuantel dan niklosamid, tetapi saat ini oba obat tersebut sulit didapat
di Indonesi Obat yang efektif adalah amodiakuin Hiperinfeksi sulit diobati, tidak semu cacing dapat
dikeluarkan dan sistiserkoid masih ada di mukosa usus.

Prognosis

Prognosis baik, tetapi diperlukan pengobatan yang lama.

Epidemiologi

H. nana tidak memerlukan hospes perantara. Infeksi kebanyakan terjadi secara langsung dari tangan
ke mulut. Hal ini sering terjadi pada anak-anak umur 15 tahun ke bawah. Kontaminasi dengan tinja
tikus perto mendapat perhatian.

Infeksi pada manusia selalu disebab kan oleh telur yang tertelan dari benda-benda yang terkena
tanah, dari tempat buang air atau langsung dari anus ke mulut. Kebersihan perorangan terutama
pada keluarga besar dan di perumahan panti asuhan harus diutamakan.

2. Hymenolepis diminuta

Hospes

Tikus dan manusia merupakan hospes cacing ini.

Distribusi Geografik

Penyebaran cacing ini kosmopolit, juga ditemukan di Indonesia

Morfologi dan Daur Hidup

Cacing dewasa berukuran 20-60 cm. Skoleks kecil bulat, mempunyai 4 batil isap dan rostelum tanpa
kait-kait. Pro- glotid gravid lepas dari strobila, men- jadi hancur dan telurnya keluar bersama tinja.
Telurnya agak bulat, berukuran 60-79 mikron, mempunyai lapisan luar yang jernih dan lapisan dalam
yang mengelilingi onkosfer dengan penebalan pada 2 kutub, tetapi tanpa filamen. Onkosfer
mempunyai 6 buah kait.

Cacing dewasa hidup di rongga usus halus. Hospes perantaranya adalah serangga berupa pinjal dan
kumbang tepung. Dalam pinjal, telur berubah menjadi larva sisti- serkoid. Bila serangga dengan
sistiser- koid tertelan oleh hospes definitif maka larva menjadi cacing dewasa di rongga usus halus.
Patologi dan Gejala Klinis

Parasit ini tidak menimbulkan gejala. Infeksi biasanya secara kebetulan saja.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan me- nemukan telurnya dalam tinja. Sekali- sekali cacing dapat keluar
secara spontan setelah purgasi.

Pengobatan

Prazikuantel merupakan obat yang efektif.

Epidemiologi

Hospes definitif mendapat infeksi bila hospes perantara yang mengandung parasit tertelan secara
kebetulan.

Dipylidium caninum (syifa)

Hospes

Anjing dan manusia adalah hospes cacing ini.

Distribusi Geografik

Penyebaran cacing ini kosmopolit.

Morfologi dan Daur Hidup

Panjang cacing ini kira-kira 25 cm. Skoleks kecil, berbentuk jajaran genjang. mempunyai 4 batil isap dan rostelum dengan kait-kait. Leher
cacing pendek dan langsing. Bentuk proglotid seperti tempayan. Tiap proglotid mempunyai dua perangkat alat kelamin. Telur biasanya
berkelompok di dalam satu kapsul yang berisi 15-25 butir telur. Cacing dewasa hidup di rongga usus halus. Bila telur tertelan pinjal anjing,
maka terbentuk sistiserkoid yang tumbuh menjadi dewasa di usus halus hospes definitif.

Patologi dan Gejala Klinis Parasit ini tidak menimbulkan gejala.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan mene- mukan proglotid yang bergerak aktif atau menemukan kapsul telur dalam tinja.

Pengobatan

Prazikuantel dan prazikuantel merupa- kan obat yang efektif.

Epidemiologi

besar penderita adalah anak. Infeksi ini kebanyakan terjadi karena bergaul erat dengan anjing sebagai binatang peliharaan.

Daftar Pustaka
1. Ogilvie CM, Kasten P, Rovinsky D, Workman KL, Johnston JO. Cysticercosis of the triceps an unusual pseudotumor: case report and
review. Clin Orthop Relat Res 2001 Jan;382:217-21.

2. Fragoso G, Lamoyi E, Mellor A, Lomeli C, Hernandez M, Sciutto E. Increased resistance to

Echinococcus granulosus

Sejarah

Hippocrates, Aretaeus dan Golden telah mengenal gejala klinis penyakit yang disebabkan oleh kista hidatid. Pada tahun 1766 Palbes untuk
pertama kali menyata- kan persamaan hidatid pada manusia dan pada binatang lain. Infeksi kista hidatid yang dibuat diagnosis pada manusia
ialah di Amerika Serikat pada tahun 1808.

Hospes dan Nama Penyakit

Rubah, serigala, anjing (liar maupun peliharaan), aan), kucing dan karnivora lainnya adalah hospes cacing ini. Manusia di- hinggapi stadium
larva Echinococcus dan menimbulkan penyakit yang disebut hidatidosis.

Distribusi Geografik

Parasit ini ditemukan di Australia Selatan, Afrika, Amerika Selatan, Eropa, Asia Tengah, RRC, Jepang, Filipina dan negara-negara Arab.

Morfologi dan Daur Hidup

Cacing dewasa berukuran 3-6 mm, yang melekat pada vilus usus halus anjing dan hospes definitif lainnya. Skoleksnya bulat, dilengkapi 4
batil isap dan ros- telum dengan kait-kait dan mempunyai leher. Cacing ini hanya mempunyai 1 pro- glotid imatur, I proglotid matur dan 1
pro- glotid gravid. Proglotid terminal adalah paling lebar dan paling panjang. Telur dikeluarkan bersama tinja anjing atau karnivora lainnya.
Bila telur tertelan oleh hospes perantara yang sesuai seperti kambing, domba, babi, onta, dan manusia, maka telur menetas di rongga
duodenum dan embrio yang dikeluarkan menembus dinding usus, masuk ke saluran limfe dan peredaran darah kemudian dibawa ke alat-alat
lain dalam tubuh, terutama hati, paru, otak, ginjal, limpa, otot, tulang dan lain-lain. Di dalam alat-alat itu terbentuk kista hidatid. Ukurannya
dapat mencapai sebesar buah kelapa dalam jangka waktu 10-20 tahun. SA Bila kista termakan anjing, maka di usus halus menjadi cacing
dewasa. Cara infeksi adalah dengan menelan telur. Telur cacing dapat bertahan hidup sampai 7 bulan pada suhu sedang dan kondisi lembab.
Di air dan pasir yang lembab dengan suhu sekitar 30°C, dapat hidup selama 3 minggu, 225 hari di suhu 6°C, 32 hari di suhu 10-21°C,
namun dalam kondisi kering dan terkena sinar matahari langsung, telur hanya mampu bertahan sebentar (Gambar 15).

Patologi dan Gejala Klinis

Kista E. granulosus tumbuh perlahan, sehingga pasien dapat mengalami masa terinfeksi tanpa gejala. Gejala baru akan timbul ketika terjadi
beberapa hal, antara lain: (1) desakan kista hidatid, (2) cairan kista yang dapat menimbulkan reaksi alergi, (3) pecahnya kista, sehingga
cairan kista masuk peredaran darah dan menimbulkan syok anafilaktik yang dapat mengakibatkan kematian. Gejala tersebut juga
dipengaruhi oleh letak dan ukuran kista.

Diagnosis

tes Saat ini diagnosis dilakukan dengan pencitraan dan uji uji serologi. Tes pen- citraan dengan memanfaatkan pemeriksaan radiologi,
ultrasonografi, CT scan, MRI. Tes serologi dengan ELISA, imunofluo- resensi indirek, serta imunoelektroforesis dan imunoblot.
Pemeriksaan hermaglutinasi indirek, fiksasi komplemen dan aglutinasi lateks sudah jarang dilakukan. Walaupun biopsi kadang-kadang
masih dilakukan, risiko pecahnya kista menjadi kerugian metode ini.

Pengobatan

Berbagai macam terapi untuk kista ekhinokokosis di hati terdiri atas pem- bedahan dan nonbedah. Selama berpuluh tahun, pembedahan
merupakan cara yang direkomendasikan. Saat ini, dengan ter sedianya kemoterapi yang ampuh terhadap E. granulosus, memungkinkan
dilakukan nya drainase perkutaneus kista hidatid dipandu USG atau CT (puncture, aspiras injeksi, reaspirasi/PAIR). Intervensi pra dan pasca
kemoterapi kemoterapi dengan agan albendazol atau mebendazol memberikan manfaat mengurangi risiko rekurens atau infeksi
intraperitoneal akibat kista yang pecah atau tumpah spontan atau saat pem- bedahan atau drainase dengan jarum

Prognosis

Prognosis baik pada tipe unilokuler bila kista dapat dioperasi dan diangkat tanpa cairan kista atau hydatid sand keluar di rongga yang
dioperasi.

Epidemiologi

Hidatidosis penting di daerah dengan ternak domba dan yang berhubungan erat dengan anjing, misalnya di Belanda dan Selandia Baru.
Akibat hidatidosis terhadap sosio ekonomi dinilai dari konsekuensi pada manusia dan hewan, biaya yang dikeluar kan dan manfaat yang
dihasilkan dan program kontrol.

Anda mungkin juga menyukai