Anda di halaman 1dari 37

Diphyllobothrium latum,

Taenia saginata,
dan Taenia solium

Anggota Kelompok:
1. Khansa Amaniyah Muti (P07134217019)
2. Lisa Imroati Sa’diah (P07134217020)
3. Luthviani Safitri (P07134217021)
Diphyllobothrium latum

Diphyllobothrium latum merupakan cacing pita ikan


penyebab penyakit Diphyllobothriasis. Parasit ini
merupakan cestoda terbesar yang menginfeksi
manusia (cacing dewasa panjang 3-l0 meter).

Penyakit Jarang ditemukan di Indonesia akan tetapi


di tempat yang banyak makan ikan salem mentah
atau kurang matang.

Hospes Definitif : Manusia


Hospes Reservoar : Anjing, kucing, babi.
Hospes Perantara I : Cyclops (plankton)
Hospes Perantara II : Ikan
TAKSONOMI Diphyllobothrium latum

Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Subclass : Eucestoda
Order : Pseudophyllidea
Family : Diphyllobothriidae
Genus : Diphyllobothrium
Spesies : Diphyllobothrium latum
MORFOLOGI Diphyllobothrium Latum

Cacing Dewasa
 Berwarna gading
 Panjang sampai
10m
 Bentuk scolex pada
kepala untuk
melekat pada usus
 Terdiri dari 3000-
4000 prologtid;
tiap prologtid
terdiri dari alat
kelamin jantan dan
betina yang
lengkap
LANJUTAN...

Telur
 Mempunyai operkulum
 Berukuran 70×45 mikron
DAUR HIDUP Diphyllobothrium Latum
LANJUTAN...

Telur → dikeluarkan melalui lubang uterus


proglotid gravid di tinja → menetas dalam air
→ Larva (koradisium) → dimakan H P
pertama, anggota Cepepoda (ex. Cyclops dan
Dioptomus) → larva menjadi proserkoid →
cyclops dimakan H P kedua, ikan (ex. Salem)
→ proserkoid berubah menjadi larva
pleroserkoid (sparganum) → termakan
manusia → sparganum menjadi cacing
dewasa di rongga usus halus manusia.
Patologi dan Gejala Klinis

Gejala yang ditimbulkan tidak begitu berat, misalnya :


 Gejala saluran cerna (ex. Diare)
 Tidak nafsu makan
 Tidak enak di perut
Bila cacing sudah hidup di permukaan usus, gejala
yang ditimbulkan:
 Anemia hiperkrommakrositer
 Defisiensi B12
 Sumbatan usus secara mekanis bila cacing banyak
 Obstruksi usus → cacing membentuk benang kusut
DIAGNOSIS
Menemukan telur atau proglotid dalam tinja

PENCEGAHAN
Untuk mencegah terjadinya infeksi ikan harus
dimasak sempurna sebelum dihidangkan
Taenia saginata
Taenia saginata merupakan cacing pita
termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea,
dan filum Platyhelminthes.
Hospes definitif : manusia
Hospes perantara : hewan dari famili Bovidae
seperti sapi dan kerbau
Habitat cacing ini adalah usus halus manusia
sedangkan larvanya (Cysticercus bovis)
ditemukan pada hospes perantaranya.
SIKLUS HIDUP Taenia saginata
1. Manusia terinfeksi cacing ini dengan mengkonsumsi
daging sapi mentah yang mengandung larva
(Cysticercus bovis)
2. Larva yang masuk ke usus manusia segera keluar dari
cyste-nya dan melekatkan diri di permukaan usus halus
dengan scolex-nya
3. 8-10 minggu kemudian larva menjadi cacing dewasa.
Panjang cacing dewasa mencapai 5-15 meter dan
mampu hidup bertahun tahun di tubuh manusia
4. Cacing dewasa menghasilkan proglotid yang hamil.
Proglotid dapat terlepas dari strobilanya dan bergerak
secara aktif/pasif menuju anus. Lebih sering proglotid
yang hamil ini pecah dan telurnya keluar bersama
feses
LANJUTAN....
5. Hewan hewan pemamah biak (sapi, kerbau, unta, dll)
akan terinfeksi saat memakan rumput atau tumbuhan
yang terkontaminasi proglotid hamil atau telur Taenia
saginata
6. Telur yang termakan tadi akan menetas dan keluar
larvanya yang dinamakan onkosfer. Larva ini mampu
menembus dinding lambung dan berdiam di otot serat
lintang dan otot jantung atau jaringan mesentrik
7. Onkosfer berkembang menjadi cyste yang infeksius
(Cysticercus bovis) dalam waktu 8-12 minggu
8. Bila manusia mengkonsumsi daging mentah atau
kurang matang maka siklus hidupnya akan berulang
kembali
MORFOLOGI Taenia saginata
Panjang cacing dewasa mencapai 4-12 meter,
terkadang dijumpai 25 meter
Cacing dewasa memiliki leher yang panjang
diikuti strobila yang terdiri dari 1000-2000
segmen
Jumlah testes sekitar 300-400 buah dan
ovariumnya tidak memiliki lobus tambahan
LANJUTAN...

Scolexnya berdiameter 1,5-2 mm tanpa


rostellum atau kait kait
Cysticercus bovis berbentuk oval dengan
ukuran 7,5-10x4-6 mm, berwarna putih susu
opalescent
Pada cysticercus dapat dilihat scolex dengan
2 pasang alat penghisap
Proglotid mengandung uterus yang
bercabang antara 15-20 buah
Telur Taenia saginata berbentuk bulat dan
memiliki kulit telur yang bergaris-garis radial
MANIFESTASI KLINIS
Cacing dewasa yang melekat di dinding
jejenum biasanya tidak menimbulkan gejala
apa apa
Infeksi cacing ini baru terdeteksi bila pasien
mengeluarkan proglotid bersama tinja atau
proglotid jatuh di pakaian/tempat tidur
Gejala dirasakan oleh penderita dapat berupa
mual, sakit perut, sakit kepala, diare, dan
gangguan pencernaan lain
PENGOBATAN
Obat : niclosamide dan praziquantel
Dalam pengobatan, scolex cacing harus
dikeluarkan atau di bunuh
Untuk meyakinkan bahwa scolex sudah
dimusnahkan, pemeriksaan tinja setiap 3-4
bulan sekali perlu dilaksanakan
Taenia solium
Infeksi Cacing Pita Babi ialah infeksi usus yang
disebabkan oleh cacing pita dewasa Taenia
solium.

Sistiserkosis merupakan infeksi yang


disebabkan oleh larva dari Taenia solium.

Infeksi ini biasa ditemukan di Asia, Uni Soviet,


Eropa Timur dan Amerika Latin. Di Amerika
Serikat jarang terjadi, kecuali di antara kaum
pendatang dan para pelancong dari daerah
beresiko tinggi.
TAKSONOMI Taenia solium

Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae
Genus : Taenia
Spesies : T. solium
CIRI-CIRI TELUR CACING
Taenia solium

Morfologi dari telur cacing Taenia saginata yaitu berbentuk


bulat, memiliki ukuran 30-40 µm. kulit sangat tebal, halus,
dengan garis-garis silang. warna kulit kuning gelap-coklat. isi
terang abu-abu. Berisi masa bulat bergranula yang diliputi
dengan membran yang halus, dengan tiga pasang kait
berbentuk lanset yang membias, kadang-kadang telur berada
mengambang didalam kantung yang transparan
CIRI-CIRI CACING DEWASA
Taenia solium

Taenia solium merupakan cacing pita yang hidup dalam


usus manusia (endoparasit).
Tubuh cacing ini pipih (Platy) seperti pita yang terdiri atas
tiga bagian yaitu skoleks, leher, dan strobila
Pada bagian skoleks Taenia solium terdiri atas sebuah
rostelum yang dilengkapi kait-kait (hooks) dan empat buah
batil hisap (sucker)
LANJUTAN...

 Strobila Taenia solium tersusun atas 800 sampai 1000 segmen


(proglotida)
 Cacing ini tergolong sebagai hemaprodit yaitu individu yang
berkelamin ganda (jantan dan betina) dimana kedua organ
kelaminnya berada pada setiap segmen
 Taenia solium tidak memiliki organ pencernaan sehingga untuk
memperoleh nutrisi yang dibutuhkannya cacing ini mengambil
dari inangnya dengan menggunakan bagian tubuhnya yang
bernama tugumen.
 Sistem ekskresinya menggunakan terdiri dari collecting canal
dan flame cell
 Babi merupakan inang antara dari Taenia solium dan manusia
bertindak sebagai inang definitifnya
 Nama larva cacing Taeinia solium disebut Cysticercus
cellulosae
 Sistiserkosis dan taeniasis merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi Taenia solium
SIKLUS HIDUP
Taenia solium
LANJUTAN...

•Oncosphere yang pecah kemudian menginvasi mukosa


usus dan bermigrasi ke otot menjadi sistiserkus.
•Sistiserkus dapat bertahan hingga beberapa tahun.
•Manusia akan terinfeksi apabila mengkonsumsi daging
mentah atau tidak matang yang mengandung sistiserkus
•Di dalam saluran pencernaan manusia, selama ± 2 bulan
sistiserkus tersebut akan berubah menjadi cacing dewasa
yang mampu bertahan hingga beberapa tahun.
•Cacing dewasa akan melekat di mukosa usus dengan
scolex (pengait yang terdapat di bagian mulut)
•Cacing dewasa akan menghasilkan proglotid yang akan
berkembang menjadi gravid/telur yang akan keluar
melalui anus (bersama feses).
•Telur tersebut akan bertahan di lingkungan selama
beberapa minggu
PENULARAN Taenia solium

 Infeksi Taenia ke manusia dapat melalui makanan


yaitu mengonsumsi daging babi atau sapi yang
terinfeksi Taenia yang tidak dimasak sempurna atau
mentah. Infeksi sistiserkosis akan menyebabkan
gejala klinis pada saluran pencernaan, namun
apabila mengkonsumsi sayuran atau makanan yang
tercemar telur Taenia maka cacing tersebu akan
tumbuh dan berkembang menjadi sistiserkosis yang
terdapat di otot.
 Babi dapat terinfeksi akibat mengkonsumsi pakan
yang tercemar telur cacing atau memakan feses babi
yang terinfeksi.
GEJALA KLINIS

 Gejala klinis pada babi yang terinfeksi umumnya


tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali.
Sistiserkus terdapat di otot, otak, hati dan jantung.
 Gejala klinis pada manusia umumnya bersifat
asimptomatis, namun pada sebagian kasus pasien
akan mengalami rasa sakit pada perut, diare, pada
balita sebagian pasien mengalami muntah, diare,
demam dan penurunan berat badan. Gejala klinis
dipengaruhi oleh jumlah dan lokasi larva.
 Infeksi yang berat oleh kista bisa menyebabkan
nyeri otot, lemah dan demam. Bila infeksi sampai
ke otak dan selaputnya, bisa menimbulkan
peradangan, dan bisa terjadi kejang.
DIAGNOSIS LABORATORIUM

 Untuk mendiagnosa Taeniasis pada manusia dapat


berdasarkan gejala klinis yang disertai dengan
pemeriksaan telur, proglotid dan cacing dewasa
pada feses.
 Sedangkan pada babi dapat dilakukan pemeriksaan
feses, dan inspeksi daging atau nekropsi (OIE).
Metacestoda dari Taenia Solium dapat di palpasi
pada lidah babi baik dalam keadaan hidup maupun
post mortem namun dengan tingkat infeksi cacing
yang tinggi. pada karkas babi, sistiserkus umumnya
ditemukan pada lidah dan otot (OIE). Selain itu,
diagnosa Taeniasis menggunakan ELISA juga dapat
mendeteksi cacing tersebut.
LANJUTAN...

Diagnosis infeksi cacing pita Taenia dibuat dengan


pemeriksaan sampel tinja; individu juga harus
ditanyai apakah mereka telah melewati segmen
cacing pita.

Spesimen kotoran harus dikumpulkan pada tiga hari


yang berbeda dan diperiksa di lab untuk telur Taenia
menggunakan mikroskop.

Telur cacing pita dapat dideteksi di tinja 2 hingga 3


bulan setelah infeksi cacing pita didirikan.
LANJUTAN...

Pada infeksi cacing dewasa, telur bisa ditemukan


disekeliling dubur atau di dalam tinja.

Proglotid atau kepala cacing harus ditemukan di dalam


tinja dan diperiksa dengan mikroskop untuk
membedakannya dari cacing pita lainnya.

Kista hidup di dalam jaringan (misalnya di otak) dan bisa


dilihat dengan CT atau MRI. Kadang-kadang kista bisa
ditemukan pada pemeriksaan laboratorium dari jaringan
yang diambil dari bintil di kulit. Juga bisa dilakukan
pemeriksaan antibodi terhadap parasit.
PENGOBATAN TAENIASIS

 Pengobatan pada hewan dapat dilakukan dengan


pemberian obat cacing praziquantel, epsiprantel,
mebendazole, febendazole. Apabila terdapat
sistiserkosis di dalam otot dalam dilakukan dengan
teknik pembedahan.
 Sedangkan pengobatan untuk manusia dapat
dilakukan dengan pemberian obat praziquantel,
niclosamide, buclosamide, mebendazole. Pada
anak kecil yang terkena juga dapat diberikan obat
cacing tersebut
PENCEGAHAN TAENIASIS

 Pencegahan Taeniasis pada manusia dapat


dilakukan dengan memasak daging babi hingga
matang, selain itu daging dapat dibekukan terlebih
dahulu untuk mengurangi resiko penularan. Pada
umumnya kejadian Taeniasis sering terjadi pada
kondisi dengan sanitasi yang tidak baik, sehinga
untuk mencegah Taeniasis juga dapat dilakukan
dengan menjaga kebersihan.

 Tetapi menurut hasil reset laboratorium Kota


Batam, lebih dianjurkan jika kita mengurangi
memakan daging babi.
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai