Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fungi (jamur) termasuk dalam phylum Thallophyta. Sebagaian besar


hidup sebagai sapropit dan sebagian kecil sebagai parasit pada tumbuhan, hewan,
dan manusia. Fungi mempunyai dinding sel dan inti yang jelas.Dapat berupa sel
tunggal, misalnya ragi atau terdiri atas banyak sel. Yang terdiri atas banyak sel,
bentuknya memanjang berupa filament yang di sebut hifa. Hifa ini ada yang
bersektum ada yang tidak. Bila hifa ini tumbuh dan bercabang-cabang,
terbentuklah tumbuhan yang di sebut myselium. Myselium yang menonjol dari
permukaan subtrat di sebut myselium haerial, myselium yang menembus ke
dalam subrat yang mengabsobsi zat makanan di sebut myselium vegetative.

Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia antara lain adalah
dermatofita (dermatophyte), bahasa yunani yang berarti tumbuhan kulit dan
jamur serta ragi candida albican, yang menyebabkan terjadinya infeksi pada
jamur superficial pada kulit, rambut, kuku, dan selaput lendir. Jamur lainnya
dapat menembus jaringan hidup dan menyebabkan infeksi di bagaian dalam.

Mikosis sistemik di yakini paling berbahaya dari semua infeksi jamur.


Hal ini terutama karena mereka menyerang organ internal dengan langsung
masuk melalui paru-paru, saluran pencernaan atau influs. Ini dapat disebabkan
oleh dua kelompok jamur, jamur patogen primer atau jamur oportunistik. Contoh
penyakit jamur milik kelompok pertama meliputi blastomycosis, histoplasmosis,
paracoccidiodomycosis dan coccidiomycosis. Jamur oportunistik umumnya
mempengaruhi orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah atau dengan
beberapa cacat metabolisme yang serius, penyakit yang termasuk dalam kategori
ini adalah kriptokosis, kandidiasis, asperigillosis. (Iindah entjang,2001:153)

1
Gejala infeksi jamur tergantung pada jenis dan lokasi di dalam tubuh.
Infeksi jamur mungkin ringan, dalam bentuk ruam atau masalah pernapasan
ringan. Namun, beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur bisa berat dan
dapat menyebabkan komplikasi serius dan kematian.

Dilihat dari realita telah kita mengenal ada berbagai jenis spesies ragi dan
jamur tetapi ada hanya ada sekitar 1000 yang menyebabkan penyakit pada
manusia atau hewan (banyak yang lain menyebabkan penyakit pada tumbuhan).
Hanya dermatofita dan spesies candida yang sering ditularkan dari satu orang ke
orang lain.

Untuk lebih mudahnya, infeksi mikotik manusia dikelompokkan dalam


infeksi jamur superfisial, kutan, subkutan, dan profunda (atau sistematik).
Infeksi-infeksi jamur superfisial, kutan, atau subkutan pada kulit, rambut, dan
kuku dapat menjadi kronis dan resisten terhadap pengobatan tetapi jarang
mempengaruhi kesehatan umum si penderita. Mikosis profunda disebabkan oleh
jamur patogenik atau jamur opurunistik yang menginfeksi penderita dengan
gangguan imunologi. Mikosis profunda dapat menimbulkan gangguan sistematik
yang kadang-kadang fatal.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian mikosis sistemik?
b. Apa saja jenis-jenis mikosis sistemik?
c. Bagaimana cara penularannya?
d. Bagaiamana pemeriksaan laboratorium?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian mikosis sistemik
b. Untuk mengetahui jenis-jenis mikosis sistemik
c. Untuk mengetahui cara penularannya
d. Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mikosis Sistematik


Jamur adalah organisme eukariotik (mempunyai inti sejati) tidak
mempunyai klorofil, mempunyai spora, struktur somatik atau talus berupa sel
tunggal (uniseluler) dan umumnya berupa filamen atau benang-benang
bercabang (multisesuler), berkembang biak secara seksual dan aseksual, dinding
sel umumnya terdiri dari kitin dan selulosa atau keduanya. Selain itu jamur juga
dapat diartikan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga ia tidak
mempunyai kemampuan untuk memproduksi makan sendiri atau dengan kata
lain jamur tidak bisa memanfaatkan karbondioksida sebagai sumber karbonnya.
Oleh karena itu jamur memerlukan senyawa organik baik dari bahan organik
mati maupun dari organisme hidup sehingga jamur dikatakan heterotrof.

Mikosis sistemik merupakan mikosis yang menyerang alat-alat dalam,


seperti jaringan sub-cutan, paru-paru, ginjal, jantung, mukosa mulut, usus, dan
vagina.

2.2 Jenis-jenis Mikosis Sistemik

a. Nocardiosis

Nocardiosis adalah mikosis yang menyerang jaringan subcutan dimana


terjadi pembengkakan jaringan yang terkena dan terjadinya lubang–lubang yang

3
mengeluarkan nanah dan jamurnya berupa granula. Terdapat di tanah sebagai
saprofit.
Penyebabnya adalah Nocardia asteroids, Jamurnya masuk ke dalam
jaringan subcutan karena trauma (luka) karena itu biasanya mengenai kaki dan
tangan. Pada tempat itu kemudian terjadi pembengkakan, infeksi yang bernanah
dan terjadinya lubang-lubang (sinus) yang mengeluarkan nanah yang berisi
jamurnya. Bila jamurnya masuk kedalam darah, dapat menyerang organ lain,
misalnya otak dan paru- paru. Nocardiosis biasanya berlangsung kronis.

b. Candidiasis

Candidiasis adalah mikosis yang menyerang kulit atau jaringan yang


lebih dalam lagi. Banyak di temukan pada manusia sebagai saprofit.
Penyebabnya adalah candida albicans. Jamur ini sering kali terdapat pada
mukosa mulut, oropharynx dan tractus gastrointestinal orang sehat (flora
normal). Candidiasis dapat mengenai kulit, kuku atau organ tubuh, seperti
ginjal, jantung, dan paru- paru.
Candidiasis dapat pula terjadi pada selaput lendir mulut dan vagina.
Infeksi karena candida sp. Terjadi karena adanya faktor predisposisi, misalnya
diabetes, AIDS daerah kulit yang lembab dan obesitas.

4
c. Actinomycosis

Actinomycosis adalah mikosis yang ditandai dengan adanya jaringan


granulomatous, bernanah disertai terjadinya abscess dan fistula. Penyebab
Actinomyces bovis. Jamur ini pada manusia sehat sering terdapat juga pada
mukosa mulut dan tonsil sebagai flora normal.
Actinomycosis sering menimbulkan banyak abscess yang saling
berhubungan melalui sinus–sinus dan terjadinya fistula external yang
megeluarkan cairan sanguinopurulent ( nanah campur darah) berisi granula-
granula.
Ada 3 tipe actinomycosis yaitu :
 Cervicofacial
 Abdominal
 Pulmonal

Pada tipe cervicofacial, jamur masuk tubuh melalui selaput lendir mulut
atau pharynx. Dalam perkembangan penyakitnya bisa mengenai tulang
tengkorak atau terjadi fistula menembus kulit.

Pada tipe abdominal (intestinal ), jamur masuk ke tubuh melalui appendix


atau caecum, terjadi dimana jaringan radang pada quadrant kanan bawah
abdomen diikuti terjadinya sinus-sinus, baik internal maupun eksternal dalam
perkembangan penyakitnya sering mengenai liver, spleen, dan paru-paru.

Tipe pulmonal bisa terjadi secara primer dimana jamurnya masuk


bersama udara pernapasan atau secara sekunder berasal dari penyebaran tipe

5
cervicofacial. Tipe pulmonal di tandai dengan adanya batuk, banyak sputum,
hemoptysis, demam, sesak napas dan keringat malam, diikuti terjadinya abscess
dan sinus-sinus eksternal yang mengeluarkan granulanya bersama nanah yang
berwarna mirip belerang.

d. Maduromycosis (Madura foot)

Maduromycosis merupakan mikosis pada kaki yang ditandai dengan


terjadinya massa granulomatous yang biasanya meluas ke jaringan lunak dan
tulang kaki. Gejalanya dimulai dengan adanya infeksi pada jaringan subkutan
yang disebabkan oleh jamur Eumycotic mycetoma atau kuman
(mikroorganisme) mirip jamur yang disebut Actinomycotic mycetoma. Tanda-
tanda awal adanya benjolan (nodul) di bawah kulit kemudian membesar, merah,
meradang. lesi pada tapak kaki bagian belakang, timbul massa granulomatous
dan abses yang kemudian terjadi sinus-sinus yang mengeluarkan nanah dan
granula. Penyakit ini terutama ditemukan di daerah tropic yang kering dan
jarang hujan.

e. Coccidioidomycosis

Merupakan mikosis yang mengenai paru-paru yang disebabkan oleh


Coccidioides immitis. Jamur dimorfik yang terjadi di alam bebas. Penyakit ini

6
dikenal dalam dua bentuk Coccidioidoides imitis primer biasanya mengenai
paru dengan gejala menyerupai infeksi paru oleh organisme lain. Dan
Coccidioidoides imitis progresif adalah penyakit yang bila tidak di obati,
berlangsung fatal.

Coccidioidoides imitis menimbulkan infeksi pada binatang pengerat,


ternak (sapi, beri-beri) dan anjing. Menimbulkan infeksi kepada manusia
bersama udara pernafasan yang mengandung sporanya. Penyakit ini sering
mewabah dimusim panas dimana banyak debu berterbangan yang mengandung
spora jamurnya. Penyebab ialah Coccidioidoides imitis, jamur dimorfik yang
terdapat dialam bebas. Gejalnya mirip dengan pneumonia yang lain, berupa
batuk dengan atau tanpa sputum yang biasanya disertai dengan pleuritis.

f. Sporotrichosis

Merupakan mikosis yang bersifat granulomatous menimbulkan terjadinya


benjolan gumma, ulcus dan abses yang biasanya mengenai juga kulit dan
kelenjar lympha superfisial. Penyebabnya adalah Sporotrichum schenckii.
Terdapat di alam bebas, S.schenckii sering terdapat di tanah dan tumbuhan-
tumbuhan yang sudah lapuk.

Gejala awalnya berupa benjolan (nodul) di bawah kulit kemudian


membesar, merah, meradang, mengalami nekrosis kemudian terbentuk ulcus.
Nodul yang sama terjadi sepanjang jaringan lympha.

7
g. Blastomycosis

Merupakan mikosis yang menyerang kulit, paru-paru, viscera, tulang dan


sistem saraf. Penyebabnya adalah Blastomyces dermatitidis dan Blastomyces
brasieliensis. Blastomycosis kulit gejalanya brupa papula atau pustula yang
berkembang menjadi ulcus kronis dengan jaringan granulasi pada alasnya. Kulit
yang sering terkena adalah wajah, leher, lengan dan kaki. Bila menyerang organ
dalam, gejalanya mirip tuberculosis. Penyakit ini terdapat di amerika utara,
kanada dan afrika.

2.3 Cara Penularan


Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung.
Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang
mengandung jamur baik manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak
langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang
atau pakaian, debu atau air.

2.4 Pemeriksaan Laboratorium

Di laboratorium jamur pathogen ditanam pada perbenihan Sabouraud glucosa


agar. Perbenihan sabouraud glukosa agar terdiri atas :

Glukosa (maltosa) 40,0 gram


Pepton 10,0 gram
Agar 20,0 gram
Aqua 1.000 cc

8
Pada perbenihan sabouraud glukosa agar ditambahkan chloramphenicol dan
cyclphexamide untuk menghambat pertumbuhan kanker bakteri atau jamur
saprophyt yang mungkin ada, sebagai kontaminan pada specimen. Perbenihan
memiliki pH 5,7 (asam) agar bakteri tidak bisa tumbuh.

a. Pemeriksaan Nocardiosis
Bahan untuk pemeriksaan di Laboratorium berasal dari granula yang
keluar dari jaringan yang terinfeksi. Dilakukan pemeriksaan dengan
mikroskop dan perbenihan sabouraud.

1. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya nocardia asteroids dalam


contoh cairan tubuh atau jaringan yang di ambil dari penderita.

2. Pengobatan

Pengobatan yang diberikan meliputi : pemberian antibiotik (biasanya


dengan sulfonamide) selama 6 bulan atau lebih. Terkadang diberikan lebih
dari 1 antibiotik.

3. Morfologi

Jamur Nocardia berukuran diameter < 1 mikron, bersifat gram positif,


koloni nocardia bersifat aerob.

b. Pemeriksaan Candidiasis

1. Diagnosis

9
Bahan pemeriksaan berasal dari swep vagina, sputum, LCS, skretmata dan
mukosa mulut. Pemeriksaan langsung dengan pulasan gram dan KOH 10%
secara mikroskopik tampak spora yang berbentuk oval, pada pulasan gram
bersifat gram positif. Ditemukan Blastospora, Klamidospora, Pseudohifa.
 Infeksi fisual pada mukosa koral untuk identifikasi adanya lesi
 Pemeriksaan hapusan pada lesi dengan mikroskop untuk
mengidentifikasi adanya candida albicans.
 Pengkajian tentang riwayat penyakit dan kesehatan dapat sangat
membantu
 Jika di duga infeksi telah menyebar ke esophagus dan lambung dapat
dilakukan pemeriksaan endoskopi.

2. Pengobatan
Candidiasis di mulut dapat di obati dengan anti jamur berbentuk obat
kumur atau gel. Lama waktu pengobatan berkisaran 1-2 minggu.
Candidiasis di sekitar kelamin dapat di obati dengan anti jamur berbentuk
cream, supositoria, serta tablet.
3. Morfologi
Candida dikenal sebagai jamur dimorfik karena mampu membentuk sel
lagi dan hifa semu. Sel ragi atau blastospoa/baltokonidia merupakan sel
bulat atau oval dengan atau tanpa tunas. Hifa semu terbentuk dengan cara
elongasi sel ragi yang membentuk rantai yang rapuh.

c. Pemeriksaan Actinomycosis
Bahan pemeriksaan untuk laboratorium adalah nanah bersama granula untuk
di lihat dengan mikroskop dan pembenihan.

1. Diagnosis

10
Pemeriksaan pus ( nanah ) dari lesi yang berupa granula actinomycosis
(sulfur granules ).
2. Pengobatan
Bakteri actinomycosis umumnya sensitif terhadap penisilin, yang sering di
gunakan untuk mengobati aktinomikosis. Dalam kasus alergi penisilin,
doksisiklin digunakan. Sulfonamid dapat digunakan sebagai alternative
dengan dosis harian total 2-4 gram. Respon terhadap terapi lambat dan
mungkin memakan waktu berbulan-bulan
3. Morfologi
Actinomyces israelii tumbuh sebagai hifa halus dengan garis tengah 0,5-1
mikron pada biakan anaerob.

d. Pemeriksaan Maduromycosis (Madura foot)


1. Diagnosis
Ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya sinus yang
bernanah.Jamur masuk ke dalam jaringan subkutan melalui trauma,
terbentuk abses yang dapat meluas sampai otot dan tulang.Jamur terlihat
terlihat sebagai granula padat dalam nanah. Jika tidak diobati maka lesi-lesi
akan menetap dan meluas ke dalam dan ke perifer sehingga berakibat pada
derormitas.
2. Pengobatan
Obat untuk infeksi yang disebabkan oleh A. israelii ialah penisilin dosis
yang tinggi.Sulfa dan streptomisin dipakai pada infeksi Nocardia dan
Streptomyces. Pengobatan untuk misetoma maduromikotok adalah secara
bedah, yaitu dengan melakukan ekstirpasi jaringan yang ada kelainannya
atau amputasi bagian tubuh.

11
3. Morfologi
Hifa jamur membentuk gumpalan yang disebut butiran – butiran jamur atau
granula yang merupakan koloni jamur di dalam jaringan atau abses. Butir –
butir jamur dapat berwarna putih, kekuning–kuningan, tengguli hitam atau
berwarna lain. Jamur ini terdiri dari hifa yang halus ( lebarnya kurang dari
1 mikron ) penyakitnya disebut misetoma aktinomikotik dan jamur hifa
yang kasar ( lebarnya lebih dari 1 mikron ) penyakitnya disebut misetoma
maduro mikotik.

e. Pemeriksaan Coccidioidomycosis
Bahan pemeriksaan laboratorium diambil dari sputum atau cairan pleura untuk
dilihat dengan mikroskop dan pembenihan.
1. Diagnosis
 Tes darah–untuk memeriksa adanya antibodi untuk melindungi terhadap
jamur
 Analisis atau budaya dahak–untuk mencari keberadaan jamur di sputum
 (lendir atau dahak yang dipilih, diproduksi ketika anda batuk)

2. Pengobatan
 Coccidioidoides imitis primer kebanyakan dapat sembuh sendiri.
 Coccidioidoides imitis progresif pengobatan diberikan dengan
amfoterisin-B secara intravena, pemberian itrakonazol dan derivate azol
lain.
3. Morfologi
Coccidioidoides imitis adalah jamur dimorfik. Di tanah dan didalam biakan
pada suhu kamar C.imitis membentuk koloni filamen. Hifa jamur ini
membentuk artospora dan mengalami frekmentai. Artospora ringan, mudah
dibawa angin dan terhirup kedalam paru. Pada suhu 370C,C.imitis
membentuk koloni yang terdiri atas sferul yang berisi endospora.

12
f. Sporotrichosis
1. Diagnosis
Untuk mendiagnosa sporotrichosis dengan mengambil riwayat kesehatan
Anda dan melakukan pemeriksaan fisik. Sampel kulit, nanah, aspirasi
abses, sputum dan bahan klinik lainya dapat diambil untuk pengujian.
Sporotrichosis biasanya didiagnosis ketika dokter memperoleh swab atau
biopsi dari lokasi yang terinfeksi dan mengirimkan sampel ke laboratorium
untuk kultur jaringan.
2. Pengobatan
Terapi antijamur adalah pengobatan andalan untuk semua bentuk
sporotrichosis.
3. Morfologi
Biakan jamur pada suhu kamar membentuk koloni filamen putih dengan
hifa halus dan spora yang tersusun meneyrupai bunga pada ujung
konidiofora. Pada suhu 37oC biakan membentuk koloni ragi dengan
blastospora yang bulat atau lonjong .

g. Pemeriksaan Blastomycosis
1. Diagnosis
Bahan klinis
 Kerokan kulit, dan bronkus cairan fleura dan darah , sumsum tulang urin
dan biopsi jaringan dari berbagai organ dalam.
 Miroskopik langsung A kerokan kulit harus diperiksa menggunakan
KOH 10% dan tinta parker atau calcofluor white mounts.
 B eksudat dan cairan tubuh harus disentrifugasi dan sedimenya diperiksa
dengan menggunakan KOH 10% dan tinta parker atau calcofluor white
mounts.
 C potongan jaringan harus diwarnai dengan PASdigest, Grocott’s
methenamine silver (GMS) atau pewarnaan gram. Histopatologi sangat

13
berguna dan merupakan satu dari cara yang paling penting untuk
memperingatkan laboratorium bahwa mereka mungkin menangani
sesuatu yang berpotensi sebagai patogen. Potongan jaringan menujukan
sel seperti ragi yang besar, dasarnya besar, kuncupunipolar, berdiameter
8-15 mm. perhatikan : potongan jaringan perlu diwarnai dengan cara
Grocott’s methenamine silver untuk dapat melihat sel seperti ragi
dengan jelas, yang sering kali sulit dilihat pada sediaan H&E.
2. Pengobatan
Amphotericin B (0,5 Mg/kg per hari selama sepuluh minggu) tetap
merupakan obat pilihan bagi pasien infeksi akut yang mengancam jiwa dan
mereka dengan meningitis. Pasien dengan kafitas paru dan lesi ditempat
selain paru dan kulit membutuhkan terapi yang lebih lama. Itraconazoleoral
( 200 mg/ hari untuk paling sedikit selama tiga bulan ) adalah obat pilihan
bagi pasien dengan bentuk blastomycosis yang indolen : meskipun
demikian jika pasien lambat memberikan respon, dosis harus ditingkatkan
menjadi 200 mg 2 kali sehari.
3. Morfologi
Blastomycosis dermatitidis adalah jamur dimorfik dan terdapat di alam
bebas. Dalam biakan pada suhu 37oC dan di jaringan manusia. Jamur
tumbuh sebagai sel ragi, berdinding tebal dan berkembang biak dengan
membentuk tunas.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Mikosis sistemik merupakan mikosis yang menyerang alat-alat dalam,


seperti jaringan sub-cutan, paru-paru, ginjal, jantung, mukosa mulut, usus, dan
vagina.

Adapun Jenis-jenis Mikosis Sistemik adalah Nocardiosis, Candidiasis,


Actinomycosis, Maduromycosis (Madura foot), Coccidioidomycosis,
Sporotrichosis dan Blastomycosis.

Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung.
Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang
mengandung jamur baik manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak
langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang
atau pakaian, debu atau air.

3.2 Saran

Semoga dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat memahami dan
mengetahui apa itu Mikosis Sistemik. Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu, kami mohon kritik dan saran dari para pembaca untuk
memotivasi kita pada pembuatan makalah selanjutnya dan mohon maaf jika ada
kesalahan kata dan bahasa yang kurang berkenan.Terimakasih.

15
DAPUS PUSTAKA

Baratawidjaja, Karnen. 2006. Imunologi Dasar Edisi ke-7. Jakarta: FKUI

Roit, Ivan. 1990. Pokok-pokok Ilmu Kekebalan. Jakarta:Gramedia

Dr. Indah Entjang.Bandung 2001.Mikrobiologi dan Parasitologi untuk akademi


keperawatan .Citra aditya bakti

Inge Sutanto.Jakarta 2009. Parasitologi Kedokteran.FKUI

16

Anda mungkin juga menyukai