Anda di halaman 1dari 13

Pseudomonas aeruginosa

MAKALAH

Disusun Oleh :

Andre Gidion Lase ( 173308010001 )

Ajeng Yumna Azizah ( 173308010037 )

Anna Maria ( 173308010004 )

Ervina Yulia Siregar ( 173308010022 )

Elisanta Desriana ( 173308010006 )

Fredy Zuardi ( 173308010029 )

Helen Theresia Nauli ( 173308010030 )

Herlin Nadya Tumara ( 173308010017 )

Nalem Rika Rahayu ( 173308010034 )

Ramayani Efendi ( 173308010012 )

Rizky Mulyanti ( 173308010015 )

Rouli Natasia ( 173308010039 )

Sinta Marito Situmorang ( 173308010011 )

Sucy Hasfya ( 173308010009 )

Tommy Syahputra Pardede ( 173308010041 )

William Limbong ( 173308010028 )

UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
MEDAN
2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat TuhanYang Maha Esa karena berkat kasih
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tulisan yang berjudul “Pseudomonas
aeruginosa”.
Dalam kesempatan ini pula kami hendak menyampaikan rasa terima kasih kepada
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan perkuliahan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itulah, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga tulisan
ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita.

Medan, 27 Maret 2018

Penyusun
Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 1

1.3 Tujuan.............................................................................................................. 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................2

2.1 Karakteristik,Morfologi , Reaksi Katalase dan Klasifikasi.............................. 2

2.2 Tanda dan Gejala Pada Pasien yang Terkena Infeksi ......................................3

2.3 Penyakit yang Ditimbulkan .............................................................................4

2.4 Cara Penularan dan Penyebaran........................................................... 4

2.5 Pencegahan dan Pengobatan ................................................................5

2.6 Uji Resistensi Obat Antibiotik..............................................................5

BAB 3 PEMBAHASAN........................................................................................8

3.1 Skenario...........................................................................................................8

3.2 Pembahasan Skenario .....................................................................................8

BAB 4 PENUTUP.................................................................................................9

4.1 Kesimpulan......................................................................................................9

4.2 Saran................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 10
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri batang gram-negatif, bergerak,


bersifat aerob dan beberapa diantaranya menghasilkan pigmen yang larut dalam air.
Pseudomonas ditemukan secara luas di tanah, air, tumbuhan, dan hewan. Beberapa
diantaranya adalah fakultatif khemolitotrof, dapat memakai H 2 atau CO sebagai sumber
karbon. Katalase positif.

Pseudomonas aeruginosa dapat menyebabkan infeksi pada individu dengan


ketahanan tubuh yang menurun atau imun yang rendah .Infeksinya biasanya gawat, sulit
diobati dan biasanya merupakan infeksi nosokomial. Genus Pseudomonas mempunyai
spesies paling sedikit 10-12 yang penting dalam klinik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan karakteristik, morfologi ,reaksi katalase dan klasifikasi dari bakteri


Pseudomonas aeruginosa?
2. Bagaimana tanda dan gejala pada pasien yang terkena infeksi bakteri Pseudomonas
aeruginosa ?
3. Apa saja penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa?
4 .Bagaimana cara penularan dan penyebarannya?
5. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatannya?
6. Jelaskan uji resistensi obat antibiotik?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik, morfologi ,reaksi katalase dan klasifikasi dari bakteri
Pseudomonas aeruginosa
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada pasien yang terkena infeksi bakteri
Pseudomonas aeruginosa
3. Untuk mengetahui apa saja penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri Pseudomonas
aeruginosa
4. Untuk mengetahui bagaimana cara penularan dan penyebarannya
5. Untuk mengetahui cara pencegahan dan pengobatannya
6. Untuk mengetahui uji resistensi obat antibiotik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik,Morfologi , Reaksi Katalase dan Klasifikasi dari Bakteri Pseudomonas


aeruginosa

2.1.1 Karakteristik Pseudomonas aeruginosa

Bakteri ini termasuk bakteri gram negatif, bakteri ini bersifat aerob, katalas epositif,
oksidase positif. Tidak mampu memfermentasi tetapi dapat mengoksidasi
glukosa/karbohidrat lain. Bakteri ini dapat tumbuh di air suling , tempat yang lembab dan
akan tumbuh dengan baik dengan adanya unsur N.

 Suhu optimum untuk pertumbuhan P. aeruginosa adalah 42o C. P.aeruginosa mudah


tumbuh pada berbagai media pembiakan karena kebutuhan nutrisinya sangat sederhana.
Membentuk biofilm untuk membantu kelangsungan hidupnya saat membentuk koloni pada
paru-parumanusia . Koloni yang dibentuk halus bulat dengan warna fluoresensi yang kehijau-
hijauan.

2.1.2 Morfologi Pseudomonas aeruginosa


Berbentuk batang lurus atau lengkung berukuran sekitar 0,6x2 µm, ditemukan tunggal,
berpasangan, dan kadang-kadang membentuk rantai pendek, tidak memiliki spora, tidak
mempunyai selubung (sheath), serta mempunyai flagella polar sehingga bakteri ini bersifat
motil. Bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki dua atau tiga flagel sehingga selalu
bergerak. Mempunyai pili (fimbriae) menjulur dari permukaan sel dan membantu pelekatan
pada sel epitel inang.

2.1.3 Reaksi Katalase

Reaksi katalase adalah reaksi yang dapat memecah H2O2 ( hidrogen peroksida)
menjadi H2O dan O2. . Dengan enzim katalase, H2O2 diurai dengan reaksi sebagai berikut.

2H2O2 → 2H2O + O2

Katalase diproduksi oleh beberapa bakteri. Ini ditunjukkan dengan jumlah yang
banyak pada bakteri aerob. Sedangkan enzim katalase tidak diproduksi oleh bakteri anaerob
obligat karena mereka tidak memerlukan oksigen untuk hidupnya.
Bakteri Pseudomonas aeruginosa bersifat aerob ( memerlukan oksigen untuk
hidupnya ) dan katalase positif. Berarti, bakteri katalase positif bisa menghasilkan
gelembung-gelembung oksigen karena adanya pemecahan H2O2 oleh enzim katalase yang
dihasilkan oleh bakteri itu sendiri.

2.1.4 Klasifikasi

Kingdom :  Bacteria

      Filum       :  Proteobacteria

      Kelas       :  Gamma Proteobacteria

      Ordo       :  Pseudomonadales

      Famili      :  Pseudomonadaceae

      Genus      :  Pseudomonas

      Spesies     :  Pseudomonas aeruginosa

2.2 Tanda dan Gejala Pada Pasien yang Terkena Infeksi Bakteri Pseudomonas
aeruginosa
Gejala yang ditimbulkan seperti demam,menggigil,sesak  nafas berat, batuk
berdahak, dll. Gejalanya tergantung bagian tubuh yang terkena, tetapi infeksi ini cenderung
berat:
1. Pada jantung, infeksi Pseudomonas dapat menyebabkan radang pada dinding jantung
bagian dalam yang dapat menyebabkan gagal jantung kongestif dan emboli septik.
2. Pada sistem saraf pusat, dapat terjadi radang selaput otak dan abses otak.
3. Pada telinga dapat menyebabkan infeksi telinga luar yang bergejala nyeri, gatal, dan
keluarnya cairan dari telinga yang jika dibiarkan dapat menjalar ke otak.
4. Infeksi Pseudomonas juga dapat mengenai setiap bagian dari saluran cerna,
menyebabkan diare, muntah, dan dehidrasi .
5. Infeksi pada luka atau luka bakar, ditandai dengan nanah biru-hijau dan bau manis
seperti anggur. Infeksi ini sering menyebabkan daerah ruam berwarna hitam
keunguan dengan diameter sekitar 1 cm, dengan koreng di tengahnya yang dikelilingi
daerah kemerahan dan pembengkakan. Ruam ini sering timbul di ketiak dan lipat
paha. Hal ini dapat juga dialami oleh penderita kanker.
6. Infeksi mata, Pseudomonas bisa menyebabkan koreng pada mata, mencemari lensa
mata dan cairan lensa.
2.3 Penyakit yang Ditimbulkan Oleh Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa dapat mengadakan infeksi pada jaringan atau bagian dari
tubuh. Lesi lokal terjadi pada luka atau luka bakar, kornea, saluran kemih dan paru-paru.
Infeksi jaringan kornea dapat menyebabkan kebutaan. Dari infeksi lokal bakteri ini dapat
menyebar melalui darah, sehingga menyebabkan septikemia dan lesi fokal pada jaringan
lain. Pada septikemia angka kematian dapat mencapai 80%.
Pada penyakit Pneumonia Pseudomonas , biasanya terjadi sianosis yang makin lama
makin bertambah. Dengan sinar X dapat dilihat adanya infiltrasi didalam lobus bagian bawah
yang bersifat nodular dan nekrosis dengan pembentukan abses. Mortalitas adalah tinggi pada
Pneumonia Pseudomonas.
Pada penderita leukimia mortalitas lebih tinggi bila penderita leukopeni yang berat.
Pada penderita dengan vibrosiskistik, bakteri ini sering berkapsul untuk mencegah
fagositosis.

2.4 Cara Penularan dan Penyebaran Bakteri Pseudomonas aeruginosa

2.4.1 Cara Penularan

Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari sumbernya, mengalami penyebaran dan


mempunyai gerbang masuk bagi inang yang rentan. Pseudomonas aeruginosa akan keluar
dari saluran yang telah di infeksinya. Apabila menginfeksi pada saluran pernapasan maka
akan meninggalkan saluran tersebut dan berpindah pada inang rentan yang lain. Mengingat
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen nosokomial, cara pemindahsebarannya dapat
melalui penanganan dan penggunaan alat yang tidak steril. Kemudian akan menginfeksi
inang lain yang rentan pada bagian tertentu misalnya saluran kencing. Inang rentan ini
biasanya pasien bedah, pasien yang terluka atau luka bakar, pasien yang menjalani
pengobatan radiasi, juga pasien dengan peralatan yang menembus tubuh.

2.4.2 Cara Penyebaran

Pseudomonas aeruginosa dapat dijumpai di banyak tempat di rumah sakit;


desinfektan, alat bantu pernafasan, makanan, saluran pembuangan air, bak mandi dan kain
pel. Penyebaran Pseudomonas aeruginosa dapat melalui aliran udara, air, tangan tercemar,
penanganan dan alat-alat yang tidak steril di rumah sakit. Selain itu, dapat juga lewat hewan
(lalat, nyamuk, dan sebagainya) yang telah tercemar. P. aeruginosa menyebabkan
kontaminasi pada perlengkapan anestesi dan terapi pernafasan, cairan intravena, bahkan air
hasil proses penyulingan.
2.5 Pencegahan dan Pengobatan Bakteri Pseudomonas aeruginosa

2.5.1 Pencegahan

Upaya pencegahan yang paling baik adalah dengan menjaga daya tahan tubuh agar
tetap tinggi, menjaga agar jumlah netrofil tetap stabil yaitu > 500 mikroliter. Upayakan
kamar mandi dan bak mandi selalu dalam kedaan bersih / rajin membersihkan kamar mandi
dan bak mandi.

Upaya pencegahan penularan penyakit pada pasien yang dirawat di rumah sakit
dilakukan dengan cara kerja steril/aseptis yang dilakukan oleh setiappersonil rumah sakit
(medis dan paramedis) dengan penuh rasa tanggung jawab.

2.5.2 Pengobatan

Infeksi P. aeruginosa yang telah terbentuk sulit untuk diobati. Infeksi P. aeruginosa
tidak diobati dengan terapi tunggal, karena keberhasilan terapi semacam itu rendah dan
bakteri dapat dengan cepat menjadi resisten. Penisilin yang bekerja aktif terhadap P.
aeruginosa seperti tirasiklin, mezlosilis, dan piperasilim digunakan dalam kombinasi dengan
aminoglikosida, biasanya gentamisin, tobramisin atau amikasin. Obat lain yang aktif terhadap
P. aeruginosa antara lain aztreonam, imipenem, kuinolon baru, seftazidim dan siprofloksasin.
Sefalosporin generasi baru, seftazidim yang digunakan secara primer untuk infeksi P.
aeruginosa dan sefoperakson aktif melawan P. Aeruginosa.

2.6 Uji Resistensi Obat Antibiotik

Resistensi antibiotik adalah kemampuan dari bakteri atau mikroorganisme lain untuk
menahan efek antibiotic. Resistensi antibiotic terjadi ketika bakteri dapat merubah diri
sedemikian rupa hingga dapat mengurangi efektifitas dari suatu obat, bahan kimia ataupun
zat lain yang sebelumnya dimaksudkan untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit
infeksi. Akibatnya bakteri tersebut dapat bertahan hidup dan bereproduksi sehingga makin
membahayakan. Bakteri tersebut dapat membentuk ketahanan khusus terhadap suatu jenis
antibiotika tertentu, sehingga membahayakan orang yang terkena penyakit tersebut.
Kesalahpahaman yang sering terjadi di masyarakat adanya anggapan bahwa yang resisiten
terhadap obat tertentu adalah tubuh orang, padahal sebenasrnya bakteri yanag ada di dalam
tubuh tersebutlah yang menjadi resisten terhadap pengobatan, bukan tubuhnya(2).

Antibiotik menghentikan atau mengganggu sejumlah proses seluler sehari-hari yang


mengandalkan bakteri untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup, seperti:

 melumpuhkan produksi dinding sel bakteri yang melindungi sel dari lingkungan


eksternal
 mengganggu sintesis protein dengan mengikat mesin yang membangun protein, asam
amino dengan asam amino
 mendatangkan malapetaka dengan proses metabolisme, seperti sintesis asam
folat, sebuah vitamin B yang dibutuhkan bakteri untuk berkembang
 memblokir sintesis DNA dan RNA (1)
Kegunaan uji antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan  yang efektif dan
efesien. Terdapat bermacam-macam metode uji antimikroba seperti yang dijelaskan berikut
ini:

1.Metode difusi

 Metode disc diffusion (tes Kirby dan Bauer) untuk menentukan aktivitas agen


antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah
ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih
mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba
permukaan media agar. (lihat gambar)
 

 E-test
Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (minimum inhibitory concentration) atau
KHM (kadar hambat minimum), yaitu konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk
dapat menghabat pertumbuhan mikroorganisme.

Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba dari kadar
terendah hingga tertinggi dan diletakkan permukaan media agar yang telah ditanami
mikroorganisme. Pengamatan dilakukan pada area jernih yang ditimbulkannya yang
menunjukkan kadar agen antimikroba yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
media agar.(lihat gambar)

 Ditch-plate technique
Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan pada parit yang dibuat
dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara membujur
dan mikroba uji ( maksimum 6 macam ) digoreskan kearah parit yang berisi agen
antimikroba.

 Cup-plate technique
metode ini serupa dengan mitode disc diffusion, dimana dibuat sumur pada media agar yang
telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba
yang akan diuji.

 Gradient-plate technique
Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar secara teoretis bervariasi dari
0 hingga maksimal. Media agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan. Campuran kemudian
dituang kedalam cawan petri dan diletakkan dalam posisi miring. Nutrisi kedua selanjutnya
dihitung diatasnya.

Plate diinkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan
permukaan media mengering. Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai
dari konsentrasi tinggi ke rendah. Hasil diperhitungkan sebagai panjang total pertumbuhan
mikroorganisme maksimum yang mungkin dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil
goresan.

Bila: X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

Y = panjang pertumbuhan aktual

C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media mg/mL atau μ/mL,

Maka konsentrasi hambatan adalah: [(X.Y)]: C mg/mL atau μg/mL.

Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat dari lingkungan padat
dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat mempengaruhi keseluruhan hasil pada media
padat(4).

2. Metode dilusi.
Prinsipnya yaitu antibiotic diencerkan hingga diperoleh beberapa konsentrasi.
a) Dilusi cair. Masing-masing konsentrasi obat ditambahkan suspensi kuman atau
bakteri didalam media.
b) Dilusi padat.  Masing-masing konsentrasi obat ditambahkan media agar, lalu
ditanami bakteri.
c) Metode difusi
d) Kirby-Bauer. Menggunakan kertas disk yang sudah mengandung antibiotic dan
diketahui konsentrasinya.
e) Sumuran. Pada media agar ditambahkan suspensi bakteri, kemudian dibuat
lubang ditengah dan ditetesi antibiotic.
f) Pour plate. Suspensi bakteri diambil menggunakan ose lalu dimasukkan dalam
media agar, setelah beku digunakan disk antibiotik diatasnya.
g) E-test. Menggunakan plastic strip yang mengandung antibiotic yang sudah
diketahui konsentrasinya.
h) Gradient test. Seperti cara sumuran hanya saja lubang yang dibuat menyerupai
garis tengah, sehingga media pada petri terbelah dua.
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Skenario
Seorang anak laki-laki berusia 11 tahun bersama orang tuanya mengunjungi klinik
dengan keluhan posisi gigi yang agak tidak beraturan yang mengurangi estetika pasien. Ibu si
anak melaporkan bahwa anaknya pernah mengalami infeksi Pseudomonas aeruginosa pada
usia 9 bulan, meskipun saat ini anaknya dalam keadaan sehat. Riwayat rekam medik
menunjukkan ketika usia anak 9 bulan, terdapat beberapa lesi putih di rongga mulut, yang
kemudian didiagnosa sebagai candidiasis . Pemeriksaan selanjutnya adalah mengambil swab
lesi lalu di kultur dan diidentifikasi sebagai Candida albicans. Seminggu kemudian anak
tersebut dirawat di rumah sakit dengan diagnosa pneumonia dan penurunan berat badan,
dimana pada saat ini terjadi penyebaran lesi di seluruh rongga mulut sehingga membentuk
plak. Terdapat juga ulcer pada gusi , langit-langit dan lidah.
3.2 Pembahasan Skenario
Dalam skenario ini dapat kita analisa bahwa anak tersebut pernah terinfeksi oleh
bakteri Pseudomonas aeruginosa dan jamur Candida albicans yang dimana bakteri dan
jamur adalah penyebab umum dari penyakit pneumonia. Awalnya Pseudomonas aeruginosa
adalah flora normal dalam tubuh, namun dapat bersifat patogen terhadap host apabila
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu saat imun kita menurun dan pengonsumsian obat
antibiotik spektrum luas jangka panjang sehingga terjadi resistensi terhadap obat , maka flora
normal tersebut akan menyebabkan penyakit pada manusia.
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pseudomonas adalah bakteri gram negatif , hidup aerob di tanah dan air. Dalam
habitat alam tersebar luas dan memegang peranan penting dalam pembusukan zat organik.
Bergerak dengan flagel polar, satu atau lebih. Beberapa diantaranya adalah fakultatif
khemolitotrof, dapat memakai H2 atau CO sebagai sumber karbon. Katalase positif. Dapat
menulur dan menyebar dengan luas.

4.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Boel, Trelia, 2004, Psedomonas aeruginosa, http :// library.usu.ac.id

Jawetz, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, EGC, Jakarta.

L, Matthew E. Pseudomonas Infections. Merck Manual Home Health Handbook. 2008.

Mayasari, Evita, 2006, Pseudomonas aeruginosa; Karakteristik, Infeksi, dan Penanganan,


http :// library.usu.ac.id

Vorber,  auf die eingeschr,  Hpüber- prüfg,  Staatl, zugel,  Fernlehrgang, 2010, Bahaya
Resisitensi Antibiotika, www.Impulse-Schule.de. Diakses pada tanggal 25 oktober 2011.

Anda mungkin juga menyukai