Anda di halaman 1dari 18

PEWARNAAN PADA SEL DAN JARINGAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : DINA FADILA

NIM : PO713203181014

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR


2019
A. Pengertian Patologi Anatomi
Atologi Anatomi ialahspesialis medis yang berurusan dengan diagnosis
penyakit berdasarkan pada pemeriksaan makroskopik,mikroskopik, dan molekuler
atas organ, jaringan, dan sel. Di berbagai negeri,dokter yang berpraktik patologi
dilatih dalam patologi anatomi dan patologi klinik,diagnosis penyakit melalui
analisis laboratorium pada cairan tubuh.
Patologi Anatomi mendiagnosis penyakit dan memperoleh informasi yang
berguna secara klinis melalui pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis pada
jaringan, dengan pengecatan khusus dan imunohistokimia yang dimanfaatkan
untuk memvisualisasikan protein khusus dan zat lain pada sekeliling sel. Kini,
Patologi Anatomi mulai menggunakan biologi molekuler untuk memperoleh
informasi klinis tambahan dari spesimen yang sama.
Secara garis besar ada 2 macam pemeriksaan dasar yang dilakukan yaitu
pemeriksaan Histopatologi dan Sitopatologi. Pemeriksaan Histopatologi adalah
pemeriksaan dari jaringan tubuh manusia, dimana jaringan dilakukan pemeriksaan
dan pemotongan makroskopis, diproses sampai siap menjadi slide atau preparat
yang kemudian dilakukan pembacaan secara mikroskopis untuk penentuan
diagnosis. Pemeriksaan Sitopatologi adalah pemeriksaan cairan tubuh manusia
yang kemudian diproses, yaitu dilakukan fiksasi dan pemberian pigmen kemudian
dilakukan pembacaan dengan mikroskop. Perbedaan utama antara pemeriksaan
Histopatologi dan Sitopatologi adalah dimana pemeriksaan Histopatologi akan
tampak struktur jaringan, sedangkan pada pemeriksaan Sitopatologi hanya tampak
gambaran sel-selnya tanpa terlihat struktur jaringannya.
Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan secara
detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis, salah
satu dari cabang-cabang biologi. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu
anatomi mikroskopis.
Histologi amat berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi sel-sel dalam
tubuh, baik manusia, hewan, serta tumbuhan, dan dalam bentuk histopatologi ia
berguna dalam penegakan diagnosis penyakit yang melibatkan perubahan fungsi
fisiologi dan deformasi organ. Sebagai contoh, di bidang kedokteran, kehadiran
tumor memerlukan hasil pemeriksaan contoh (sampel) jaringan. Di bidang
pertanian, pemeriksaan kondisi jaringan pengangkut dapat mendukung diagnosis
serangan hawar daun tembakau.
istologi sangat menggantungkan diri pada penggunaan mikroskop dan
teknik penyediaan contoh jaringan.
Cara pembuatan sediaan histologis disebut mikroteknik. Pembuatan
sediaan dari suatu jaringan dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi. Jaringan
yang diambil kemudian diproses dengan fiksatif yang akan menjaga agar sediaan
tidak akan rusak (bergeser posisinya, membusuk, atau rusak). Fiksatif yang paling
umum digunakan untuk jaringan hewan (termasuk manusia) adalah formalin (10%
formaldehida yang dilarutkan dalam air). Larutan Bouin juga dapat digunakan
sebagai fiksatif alternatif meskipun hasilnya tidak akan sebaik formalin karena
akan meninggalkan bekas warna kuning dan artefak. Artefak adalah benda yang
tidak terdapat pada jaringan asli, namun tampak pada hasil akhir sediaan. Artefak
ini terbentuk karena kurang sempurnanya pembuatan sediaan.
Sampel jaringan yang telah terfiksasi direndam dalam cairan etanol
(alkohol) bertingkat untuk proses menghilangkan air dalam jaringan (dehidrasi).
Selanjutnya sampel dipindahkan ke dalam toluena untuk menghilangkan alkohol
(dealkoholisasi). Langkah terakhir yang dilakukan adalah memasukkan sampel
jaringan ke dalam parafin panas yang menginfiltrasi jaringan. Selama proses yang
berlangsung selama 12-16 jam ini, jaringan yang awalnya lembek akan menjadi
keras sehingga lebih mudah dipotong menggunakan mikrotom. Pemotongan
dengan mikrotom ini akan menghasilkan lapisan dengan ketebalan 5 mikrometer.
Lapisan ini kemudian diletakkan di atas kaca objek untuk diwarnai.
Pewarnaan perlu dilakukan karena objek dengan ketebalan 5 mikrometer
akan terlihat transparan meskipun di bawah mikroskop. Pewarna yang biasa
digunakan adalah hematoxylin dan eosin. Hematoxylin akan memberi warna biru
pada nukelus, sementara eosin memberi warna merah muda pada sitoplasma.
Masih terdapat berbagai zat warna lain yang biasa digunakan dalam mikroteknik,
tergantung pada jaringan yang ingin diamati. Ilmu yang mempelajari pewarnaan
jaringan disebut histokimia.
Sitologi adalah ilmu yang mempelajari sel, mencakup sifat-sifat fisiologis
sel seperti struktur, intaraksi sel, daur hidup sel, pembelahan sel, hingga kematian
sel. Sitologi adalah cabang biologi yang berhubungan dengan studi sel, struktur,
fungsi, biokimia, dll. Disiplin dimulai dengan studi mikroskopis Robert Hooke
dari gabus pada tahun 1665, dan berbagai bentuk mikroskop adalah alat utama
sitologi. ebuah teknik yang sering digunakan adalah kultur jaringan. Pada abad ke-
19, teori sel dikembangkan yang menunjukkan bahwa sel-sel adalah unit dasar
dari organisme. Penelitian sitologi baru-baru ini difokuskan pada kimia komponen
sel (sitokimia).
Pemeriksaan sitologis dapat dilakukan pada cairan tubuh (contoh adalah
darah, urine, dan cairan serebrospinal) atau bahan yang disedot (ditarik keluar
melalui hisap ke jarum suntik) dari tubuh. Sitologi dapat juga melibatkan
pemeriksaan persiapan dengan menggores atau mencuci dari daerah tertentu dari
tubuh. Misalnya, contoh umum sitologi diagnostik adalah evaluasi Pap serviks
(disebut sebagai tes Papanicolaou atau Pap smear). Agar evaluasi sitologi dapat
dilaksanakan, bahan bahan yang akan diperiksa disebar ke slide kaca dan
diwarnai. Seorang ahli patologi kemudian menggunakan mikroskop untuk
memeriksa sel-sel individu dalam sampel.

B. Pengertian Pewarnaan Jaringan


Pewarnaan bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas berbagai
elemen tisu, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan
mikroskop. Motoda pewarnaan yang sering dilakukan dalam pembuata preparat
metode parafin adalah metoda pewarnaan Hematoxilin-eosin.
Seperti merupakan peraturan, hamatoxillin digunakan terlebih dahulu dan
setelah melalui proses diferensiasi, maka barulah eosin digunakan. Pertukaran
tempat keduanya tampaknya akan menimbulkan kesukaran, karena pewarna
hematoxilin akan mewarnai lebih cepat dari pada pewarna paduannya yang
umumnya berperan sebagai counterstain yang intensitas pewarnaanya dapat diatur
tanpa mempengaruhi pewarnaan hematoxilin.
Kesulitan tahapan ini adalah memilih jenis pewarna, karena dengan
ketepatan pemilihan bahan pewarna dapat menyesuaikan bagian apa pada
spesimen tersebut yang akan dilihat. Jika terjadi kesalahan dapat terjadi kekeliruan
dalam tujuan penglihatan spesimen.
Pewarnaan perlu dilakukan karena objek dengan ketebalan 5 mikrometer
akan terlihat transparan meskipun di bawah mikroskop. Pewarna yang biasa
digunakan adalah hematoxylin dan eosin.
Hematoxylin akan memberi warna biru pada nukelus, sementara eosin
memberi warna merah muda pada sitoplasma. Masih terdapat berbagai zat warna
lain yang biasa digunakan dalam mikroteknik, tergantung pada jaringan yang
ingin diamati. Ilmu yang mempelajari pewarnaan jaringan disebut histokimia.

Ada beberapa jenis pewarnaan :


1. Pewarnaan sederhana : hanya untuk melihat bentuk sel, bisa di lakukan
dengan menggunakan zat warna biru metilen (tersering) atau zat warna
lainnya. Umumnya menggunakan satu jenis zat warna.
2. Pewarnaan khusus : Agar tampak kontras untuk membedakan beberapa
komponen tertentu seperti spora dan kapsel pada sel bakteri atau
pewarnaan komponen tertentu di sel seperti karbohidrat, dan lain-lain. Bisa
juga pewarnaan komponen patologis tertentu yang mungkin ada di sel seperti
badan inklusi. Pewarnaan khusus umumnya memerlukan dua macam zat
warna atau lebih, juga memerlukan bahan dan teknik yang biasanya tidak
tersedia di laboratorium klinik yang kecil, biasanya dilakukan di laboratorium
patologi.
3. Pewarnaan differensial : bertujuan membedakan sifat tertentu dalam sel,
contohnya inti dan sitoplasma digunakan pewarnaan hematoksilin dan eosin.
Inti yang bersifat asam akan menyerap zat warna hematoksilin yang bersifat
alkalis (basofilik) dan sitoplasma yang bersifat netral/ sedikit alkalis akan
menyerap zat warna yang bersifat asam (eosinofilik).
4. Pewarnaan differensial lain : dalam teknik mikrobiologi untuk membedakan
sifat sel bakteri (pewarnaan Gram dan Ziehl Nielsen).
5. Pewarnaan differensial : Merupakan pewarnaan penting dalam histopatologi
dan sitologi dan merupakan salah satu dasar dalam pengembangan dari
pewarnaan polikromatik seperti pewarnaan Romanowsky.

Beberapa zat pengecat :


Mordant : bahan kimia yang digunakan sebagai fiksator/ menjadikan
sesuatu (baisanya bahan kimia) tidak terlarut dan dapat beraksi dengan zat
warna.Menurut definisinya : mordant ialah suatu zat warna yang memiliki gugus
hidroksil dan karboksil, serta bermuatan negatif dan bersifat anionik. Beberapa
mordant juga memiliki gugus amino dan bersifat kationik dan juga membutuhkan
keberadaan metal agar bisa menampilkan warna yang lebih baik. Beberapa metal
yang biasanya terikat dengan mordant ialah ion ferri, aluminium, Sifat anionik dan
kationik ini menyebabkannya mampu berinteraksi dengan berbagai molekul yang
berada di sel, terutama protein, karena protein memiliki rantai samping asam
amino yang bisa bermuatan positif atau negatif, tergantung dari rasio kedua
muatan tersebut. Secara biologis, mordant berperan penting untuk fiksasi protein
yang biasanya dalam bentuk koloid menjadi bentuk yang lebih padat dan
kemudian bereaksi dengan zat warna. Beberapa mordant yang sering digunakan
ialah hematein (natural black 1), lainnya ialah chromoxane cyanine R (mordant
blue 3) dan celestine biru B (mordant blue 14), keduanya biasa digunakan sebagai
pengganti dari hematoksilin dengan adanya penambahan garam ferri. Alizarin
merah-S (mordant red 3) berguna untuk memperlihatkan keberadaan kalsium pada
kerangka embrio atau fetus.
Hematoksilin : diekstraksi dari sejenis tanaman logwood, jika dioksidasi
akan membentuk haematein, senyawa yang berwarna biru keunguan. Digunakan
bersama-sama dengan garam Fe(III) atau Al(III) untuk mewarnai inti sel.
Eosin : sering digunakan sebagai zat warna tandingan dari hematoksilin
dalam pewarnaan H&E (haematoxylin and eosin) yang populer dalam teknik
histologi. Eosin mewarnai sitoplasma sel menjadi merah jambu agak oranye,
tergantung pH-nya, eosin juga mewarnai eritrosit menjadi merah sedikit
kecoklatan, tergantung pH mediumnya.
Biru metilen : biasa digunakan sebagai pewarna yang umum, hanya untuk
membedakan antara sel dan latar belakangnya saja, tanpa bermaksut melakukan
kajian differensiasi. Biru metilen memberi warna biru cerah yang bisa bergradasi
(biru muda sampai biru agak tua), jika mewarnai sel, bisa memperlihatkan
keberadaan morfologi nukleolus dan pola struktur kromatin di dalam nukleolus.

Macam-macam pewarnaan Sitohistologi:


1. Diff quik
Diff-Quik adalah varian pewarna Romanowsky komersial, umumnya
digunakan dalam pewarnaan sitologi untuk dengan cepat mewarnai dan
membedakan berbagai noda, biasanya apusan darah dan non-ginekologi,
termasuk aspirasi jarum halus. Hal ini didasarkan pada modifikasi dari
pewarnaan Wright Giemsa yang dipelopori oleh Bernard Witlin pada tahun
1970. Ini memiliki kelebihan dibandingkan teknik pewarnaan Wright Giemsa
yang lebih tua, karena mengurangi proses 4 menit menjadi operasi 15 detik
yang disederhanakan, dan memungkinkan untuk peningkatan selektif.
pewarnaan eosinofilik atau basofilik tergantung pada waktu smear yang
tersisa dalam larutan pewarna.
Diff-Quik digunakan pada material yang dikeringkan sebelum fiksasi
alkohol (daripada langsung dicelupkan sebagai "wet-fixed"). Penggunaan
utama noda tipe Romanowsky adalah untuk detail sitoplasma, seperti mucins
intracytoplasmic, tetesan lemak dan butiran neurosekresi. Zat ekstraseluler,
seperti lendir bebas, koloid, substansi tanah, dll, juga mudah diwarnai, dan
muncul metakromatik. Agen mikrobiologi, seperti bakteri dan jamur, juga
muncul lebih mudah di Diff-Quik.

Cat Diff-Quik terdiri dari 3 larutan :


Reaksi fiksatif diff-Quik
 Pewarna triarylmethane
 Metanol
Larutan Diff-Quik I (eosinophilic)
 Pewarna Xanthene
 buffer pH
 Sodium azide
Diff-Quik larutan II (basofilik)
 Pewarna tiazin
 buffer pH

Struktur Warna
Eritrosit Pink/yellowish red
Trombosit Violet/purple granules
Neutrofil Blue nucleus, pink cytoplasm, violet
granules
Eosinofil Blue nucleus, blue cytoplasm, red
granules
Basofil Purple/dark blue nucleus, violet granules
Monosit Violet nucleus, light blue cytoplasm
Bakteri Blue
Spermatozoa Pale blue in the acrosomal region and dark
blue in the post-acrosomal region

2. Papanicolaou
Pencelupan Papanicoloau (PAP) ditemukan oleh seorang saintis bernama
Dr. George papanicoloau (1832-1962). Dilahirkan di Greece, beliau menerima
ijazah dari Universiti Athens pada 1904 dan PhD dalam bidang zoology dari
Universiti Munich pada 1910. Dr. George Papanicoloau mula memerikasa
perubahan apusan vagina wanita pada 1923. Beliau menjumpai sel yang
abnormal, besar, nucleus berubah bentuk dan hiperkromatik pada wanita yang
menghidap kanser uterin. Penemuan ini dianggap sebagai satu titik permulaan
untuk perkembangan bidang sitologi.Pewarnaan sediaan dikerjakan di
laboratorium sitologi. Pewarnaan sediaan sitologi yang dipakai adalah
pewarnaan Papanicolaou. Pewarnaan papanicolaou digunakan untuk
pemeriksaan sel dalam sekret, eksdudat, transudat atau biopsi berbagai jenis
organ dalam dan jaringan. Prosedur pertama yaitu pewarnaan inti dengan
Hema-toxylin dan orange G serta EA sebagai cat lawan yang mewarnai
sitoplasma.
Prinsip pewarnaan Papanicolaou adalah melakukan pewarnaan, hidrasi dan
dehidrasi sel. Pengambilan sediaan yang baik, fiksasi dan pewarnaan sediaan
yang baik serta pengamatan mikroskopik yang cermat, merupakan langkah
yang harus ditempuh dalam menegakkan diagnosis.
Papanicolaou stain (juga Papanicolaou's stain dan Pap stain) adalah teknik
sitologi pewarnaan multikromatik yang dikembangkan oleh George
Papanikolaou, bapak cytopathology.
Pap pewarnaan digunakan untuk membedakan sel dalam preparat apusan
berbagai sekresi tubuh; spesimen dapat berupa apusan ginekologi (Pap smear),
sputum, sikat, pencucian, urin, cairan serebrospinal, cairan perut, cairan
pleura, cairan sinovial, cairan mani, bahan aspirasi jarum halus, sampel
sentuhan tumor, atau bahan lain yang mengandung sel.
Pap pewarnaan adalah teknik yang sangat andal. Dengan demikian,
digunakan untuk skrining kanker serviks di ginekologi. Seluruh prosedur
dikenal sebagai Pap smear.
Bentuk klasik pewarna Pap melibatkan lima pewarna dalam tiga solusi:
Hematoksilin, digunakan untuk men-cat inti sel. Haematein yang tidak sesuai
mungkin bertanggung jawab untuk warna kuning yang diberikan ke glikogen.
Pertama OG-6 counterstain (-6 menandakan konsentrasi yang digunakan dari
asam phosphotungstic; varian lainnya adalah OG-5 dan OG-8). Oranye G
digunakan. Ini men-cat keratin. Peran aslinya adalah untuk mewarnai sel-sel
kecil dari karsinoma sel skuamosa keratinisasi yang ada di dahak.
EA (Eosin Azure) kedua counterstain, terdiri dari tiga pewarna; angka
menunjukkan proporsi pewarna, mis. EA-36, EA-50, EA-65.
Eosin Y mewarnai sel-sel skuamosa epitelial superfisial, nukleolus, silia, dan
sel darah merah.
Cahaya Hijau SF berwarna kekuningan menandai sitoplasma sel lain,
termasuk sel skuamosa non-keratinisasi. Pewarna ini sekarang cukup mahal
dan sulit diperoleh, oleh karena itu beberapa pabrikan beralih ke FCF Cepat
Hijau; Namun, ini menghasilkan hasil yang berbeda secara visual dan tidak
dianggap memuaskan oleh beberapa orang.
Bismarck coklat Y tidak ada noda dan dalam formulasi kontemporer sering
diabaikan.
Ketika dilakukan dengan benar, spesimen harus menampilkan warna dari
seluruh spektrum: merah, oranye, kuning, hijau, biru, dan ungu. Pola kromatin
terlihat jelas, sel-sel dari lesi batas lebih mudah ditafsirkan dan
fotomikrografnya lebih baik. Hasil pewarnaan pada sel yang sangat
transparan, sehingga spesimen yang lebih tebal dengan sel yang tumpang
tindih dapat diinterpretasikan.
Pada spesimen yang disiapkan dengan baik, inti sel berwarna biru pekat
sampai hitam. Sel dengan kandungan keratin yang tinggi berwarna kuning,
glikogen juga berwarna kuning. Sel-sel superfisial berwarna oranye sampai
merah muda, dan sel-sel menengah dan parabasal berwarna hijau pirus ke biru.
Sel metaplastik sering menodai hijau dan merah jambu sekaligus.
Cat EA mengandung dua bahan kimia yang saling tidak kompatibel,
Bismarck brown dan asam fosfotungstat, yang saling mencetuskan, merusak
masa manfaat campuran dan mengorbankan pewarnaan diferensial eosin dan
hijau muda. Deskripsi komposisi larutan pewarna bervariasi berdasarkan
sumber dan berbeda bahkan dalam publikasi Papanicolaou sendiri. Campuran
dari nama yang sama dari vendor yang berbeda dapat berbeda dalam
komposisi, kadang-kadang menghasilkan hasil yang berbeda atau buruk.
Papanicolaou stain adalah alternatif untuk sampel aspirasi jarum halus,
dikembangkan untuk mencapai kejelasan visual yang sebanding dalam waktu
yang jauh lebih singkat. Proses ini berbeda dalam rehidrasi smear kering
dengan saline, menggunakan 4% formaldehida di fiksatif etanol 65%, dan
penggunaan Richard-Allan Hematoxylin-2 dan Cyto-Stain, menghasilkan
proses 90 detik menghasilkan cat polikromatik transparan.

C. Pengecatan/pewarnaan Sitohistologi
1. Pengumpulan spesimen dan fiksasi
Dalam pengumpulan dan persiapan untuk pemeriksaan sitologi yang utama
adalah :
 Jumlah Spesimen mewakili sel-sel dari daerah yang bersangkutan
 Apusan harus berisi sel yang merata sehingga masing-masing dapat
diamati
 Prosedur pewarnaan dapat menghasilkan pulasan yang dapat menjelaskan
keadaan sel.
Spesimen untuk pemeriksaan sitologi didapatkan dari apusan
vagina, rahim, mulut dan leher rahim serta ulserasi atau sedimen yang
diperoleh lewat proses sentrifugasi atau filtrasi. Apusan ini segera difiksasi
menggunakan larutan fiksasi semprot atau dicelupkan dalam eter alkohol.
Setelah proses fiksasi tidak ada persyaratan penanganan khusus untuk
preparat. Fiksasi secepatnya penting karena dapat terjadi artefak akibat
pengeringan udara. Fiksasi bertujuan agar sel-sel tidak mengalami
kerusakan.
Kesalahan yang sering terjadi:
 Sediaan apus telah kering sebelum difiksasi (terlalu lama di luar, tidak
segera direndam didalam cairan fiksatif)
 Cara fiksatif tidak mempergunakan alkohol 96%
 Penggunaan hairspray yang disemprotkan pada jarak terlalu dekat
sehingga sebagian sel-sel akan tersapu dan sel tidak terfiksasi dengan baik.
2. Prosedur pewarnaan
Kesalahan di laboratorium seperti kesalahan dalam pewarnaan sediaan dan
kesalahan skrining serta kesalahan inter-pretasi juga dapat mengakibatkan
hasil positif palsu yang tinggi.
Suatu laboratorium sitologi yang baik tidak akan memberikan hasil negatif
palsu lebih dari 10%, maka dari itu sebaiknya selalu memperhatikan
pengawasan kualitas antara lain dengan:
 Pendidikan untuk meningkatkan kualitas.
 Pemeriksaan sitologi sekaligus dengan pemeriksaan kolposkopi juga
merupakan suatu pengawasan kualitas.
 Kesalahan lain yang juga dapat terjadi adalah karena kesalahan pasien
yang sebelum pemeriksaan sudah mencuci vagina, mengalami keputihan
yang hebat
 Sedang mengalami perdarahan/haid atau menggunakan preparat vagina.

1. pewarnaan Diff quick


Diff-Quik modifikasi Giemsa campuran Eosin dan Metilen blue
Prinsip : Pencelupan Diff Quick adalah merupakan salah satu teknik
pencelupan rapid untuk smear sitologi yang dikeringkan di udara (Air
Dried). Teknik pencelupan ini digunakan untuk melihat tahap cellularity
dan juga untuk mendiagnosis sampel sel daripada Fine Needle Aspirates
(FNA).
Alat dan bahan :
 Objek glass
 Deck glass
 Methanol
 Eosin
 Metylen blue
 Entelan
Prosedur :
 Sediaan difiksasi dengan methanol 1 menit
 Pewarnaan sitoplasma dengan eosin 1 menit
 Pewarnaan inti dengan methylene blue 1 menit
 Setelah ditiriskan dan dikeringkan sediaan ditetesi dengan entelan
1 tetes kemudian ditutup dengan deck glass
 Sediaan siap dibaca

2. pewarnaan papanicoulau
Prinsip : Spesimen pada kaca slide
Difiksasi alkohol 96 % (spray/ rendam minimal 30 menit)
Dipulas Haematoxylin (inti), lalu OG-6, dan EA 50 atau 65
Fiksasi sediaan :
 Rendam dengan alkohol absolut/ 96 %, segera 10- 15 detik segera
rendam angkat sediaan minimal 30 menit kirim ke lab
 Spray dengan alkohol absolut / 96% semprot pada jarak 15-20 cm
Bila sediaan kering :
rehidrasi : rendam aquadest :gliserin (aa) selama 3-5 menit, fiksasi
alkohol 96% 30 menit, lalu pulas air mengalir 3-5 menit, fiksasi
alkohol 96% lalu pulas.
Alat dan bahan :
 Objek glass
 Deck glass
 Alkohol 96%,70%,50%
 Haris hematoksilin
 Eosin alkohol 50%
 Orange Green ( OG) 6
 Xylol
 Entelan
Prosedur pewarnaan:
 Rehidrasi sediaan kedalam alkohol 70%, alkohol 50%, aquades
masing-masing 7 celup
 Pewarnaan inti dengan haris hematoxylin (untuk histopatologi =
45 menit, untuk sitopatologi = 15 menit.) lalu bilas dengan air
yang mengalir
 Dehidrasi dengan air alkohol 50%, alkohol 70%, alkohol 90%
masing-masing 7 celup
 Mewarnai sitoplasma dengan OG 6 selama 3 menit
 Dehidrasi dengan alkohol 70% dan 96% 7 celup
 Mewarnai sitoplasma dengan eosin alkohol selama 3 menit
 Dehidrasi dengan alkohol 70% dan 96% 7 celup
 Tiriskan dan keringkan lalu jernihkan dengan larutan xylol 1
menit atau lebih, lalu keringkan di udara
 Teteskan entelan 1 tetes pada sediaan lalu tutup dengan deck glass
jangan sampai ada gelembung.
 Sediaan siap dibaca
Perbedaan pewarnaan/pulasan sitologi :
Papanicolaou Diff quik
eritrosit merah eritrosit biru abu-abu

sitoplasma merah Sitoplasma amfofilik,


sitoplasma bisa merah muda

Kelebihan dan kekurangan


Papanicolau Diff quik
fiksasi basah fiksasi kering
cepat
Prosedur lama Prosedur cepat
detail inti jelas detail sitoplasma dan batas sel
jelas
inti sel membesar
baik untuk sel skuamosa metakromatik
(polikromatik)
sel kecil-kecil sesuai/ Baik lihat materi miksoid,
proporsional lendir, sekret, materi jar. ikat
Contoh hasil pewarnaan :

Positif, ganas, sitologiTTB paru , Pap 40x

Positif, ganas, anak anak sebar kgb, Giemsa 40x

Hematoxilin dan eosin adalah zat warna yang sering digunakan untuk
mewarnai jaringan agar lebih mudah diamati dengan mikroskop. Jaringan yang
akan diamati dengan mikroskop harus dipotong dengan ukuran yang sangat tipis,
apabila diamati tanpa pewarnaan tidak akan nampak jelas karena transparan.
Untuk mempermudah pengamatan jaringan tersebut, perlu dilakukan pewarnaan
agar lebih mudah terlihat dan teramati. Hematoxilin dan eosin memiliki sifat-sifat
khusus yang akan mewarnai bagian-bagian sel tertentu sehingga mempermudah
pengamatan.
Sel-sel skuamosa yang diwarnai dengan hematoxilin dan eosin.

Hematoxilin adalah zat yang berwarna biru tua atau keunguan, hematin
adalah bentuk oksidasi dari hematoxilin. Hematoxilin akan memberikan warna
ungu kebiruan pada DNA maupun RNA yang ada dalam sel. Hal ini terjadi karena
hematoxilin merupakan zat yang bersifat basa dan bermuatan positif, sehingga
mudah berikatan dengan molekul DNA dan RNA yang bersifat asam dan
bermuatan negatif. Muuatan positif dari DNA dan RNA berasal dari molekul
fosfat yang ada di dalamnya.
Eosin adalah zat yang berwarna kemerahan dan mendekati pink. Eosin
akan memberikan warna pink pada protein-protein yang terdapat pada sel. Hal ini
terjadi karena eosin merupakan zat yang bersifat asam dan bermuatan negatif,
sehingga mudah berikatan dengan molekul protein yang bersifat basa dan
bermuatan positif. Molekul protein di dalam sel kebayakan bersifat basa dan
bermuatan positif karena pengaruh asam amino penyusunnya. Asam amino
arginin, lisin, dan histidin memiliki sifat basa dan bermuatan positif.
Apabila digunakan secara bersamaan, hematoxilin akan memberi warna
nukleus karena berisi DNA dan RNA, selain itu RNA dalam ribosom juga akan
ikut terwarnai. Sedangkan eosin akan memberi warna membran sel, sel-sel otot,
dan serat-serat protein lain. Jadi penggunaan hematoxilin dan eosin secara
bersamaan akan sangat membantu dalam membedakan bagian-bagian sel tersebut.
Dalam penggunaan hematoxilin dan eosin kadang muncul warna selain
ungu dan pink, yaitu kecoklatan atau kekuningan. Warna lain itu muncul karena
pengaruh dari pigmen-pigmen melanin yang terdapat dalam sel-sel tersebut.
Jaringan-jaringan kulit kadang memunculkan warna coklat karena banyaknya
melanin di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://jaringankomputer.org/pengertian-patologi-dan-pembagian-patologi/
2. http://labcito.co.id/patologi-anatomi/
3. http://jasus2b-be-best.blogspot.com/2011/11/pewarnaanpapanicolaou.html
4. http://jasus2b-be-best.blogspot.com/2011/11/pewarnaan-histologi.html

5. https://budisma.net/2015/02/pengertian-sitologi.html

6. http://analiskesehatand3.blogspot.com/2016/11/pewarnaan-jaringan.html

7. https://id.wikipedia.org/wiki/Histologi

Anda mungkin juga menyukai