Anda di halaman 1dari 5

TUGAS HISTOLOGI VETERINER I

“TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT HISTOLOGI DAN

PEWARNAAN HEMATOSIKLIN EOSIN”

SUJANTA P. UMBU ROMA

1709010023

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2021

A. TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT HISTOLOGI


1. Fiksasi
Fiksasi merupakan proses pengawetan sehingga sehingga struktur jaringan tetap
stabil dan tidak mengalami perubahan paska kematian autolysis .Fiksasi juga berfungsi
sebagai Pemotongan memberikan konsistensi keras sehingga jaringan dapat di iris tipis
serta pengaruh terhadap pewarnaan dan defirensiasi optick (Muntiha, 2001).
Jaringan yang telah di fiksasi selama 24 jam akan tahan dengan perlakuan.
Larutan fiksasi yang disebut fiksatif memiliki kemampuan mengubah indeks bias bagian
bagian sel sehingga dapat di lihat di mikroskop (Muntiha, 2001).
2. Pemotongan (Triming)
Triming merupakan pemotongan sampel organ menjadi ukuran yang lebih kecil
sehingga memudahkan tahap pembuatan preparat selanjutnya Jaringan yang telah di
fiksasi 24 jam ditiriskan pada saringan kemudian dipotong menggunakan pisau scalpel
dengan ketebalan 1x1 cm disusun dengan tissue cassete dan di beri label (Muntiha,
2001).
3. Dehidrasi
Dehidrasi merupakan pembenaman jaringan kedalam beberapa larutan etanol
dengan konsentasi bertingkat. Dehidrasi bertujuan untuk mengeluarkan seluruh cairan
yang terdapat dalam jaringan yang telah difiksasi sehingga dapat di isi dengan paraffin
atau zat lain untuk membuat blok preparat. Proses dehidrasi dilkukan dengan merendam
jaringan dalam larutan alcohol bertingkat dimulai dengan etanol 70%, 80% 90% masing
masing selama 3 jam dan etanol absolut I, II, III selama 1 jam (Muntiha, 2001).).
4. Penjernihan (Cleaning)
Penjernihan merupakan tahapan membuat jaringan menjadi jernih dan transparan
menggunakan pelarut organic seperti xylene dan toluene. Penjernihan dilakukan dengan
tujuan untuk menggantikan alcohol dengan paraffin . Proses clearing dapat menggunakan
larutan perjernih seperti xylene dan toluene. Proses penjernihan dilakukan dengan
mencelupkan larutan dalam jaringan xylene I, II, dan III selama 40 menit (Muntiha,
2001).
5. Infiltasi parafin (Embeding)
Infiltasi parafin merupakan proses perendaman jaringan dalam parafin yang
dicairkan pada suhu 58-60 0C selama 30 menit selama 6 jam dalam inkubator. Bertujuan
untuk mengeluarkan cairan pembening dari jaringan dan di ganti dengan parafin
(Muntiha, 2001).
Proses pembenaman dilakukan dengan merendam jaringan dalam parafin I,II dan
III selama 30 menit dalam inkubator. Tujuan penggunaan parafin bertingkat adalah
mencegah tertahannya sejumlah zat pembersihan didal jaringan karena akan membuat
jaringan lunak dan sukar di iris (Muntiha, 2001).
6. Pengeblokan (Pemblokingan)
Pengeblokan adalah proses pembuatan preparat agar dapat di potong dengan
mikrotom menggunakan parafin. Pengeblokan bertujuan untuk mengganti parafin cair
disertai dengan pengerasan jaringan(Muntiha, 2001).
Proses pengeblokan ini dilakukan dengan menuangkan sedikit cairan parafin
kedalam cetakan berbahan plastik atau piringan logam bentuk L. Secepatnya jaringan
dimasukan menggunakan pinset yang telah dipanaskan (agar parafin tidak beku)dan
diatur posisinya dalam cetakan. Parafin cair kemudian dituangkan kembali hingga
menetupi seluruh cetakan tersebut (Muntiha, 2001).
7. Pemotongan (Sectioning)
Sectioning merupakan proses pemotongan blok preparat dengan menggunakan
mikrotum. Tujuan dari pemotongan blok adalah untuk mendapatkan pemotongan jaringan
yang tipis dengan ketebalan 3-8 milimikron.Mikrotom adalah alat yang digunkan untuk
mengiris pemotongan blok dengan dan sesuai dengan ukuran ketebalan yang
diinginkan(Muntiha, 2001).
8. Pewarnaan (Staining)
Pewarnaan adalah teknik memberi warna pada komponen seluler dengan tujuan
membedakan antar sel jaringan. Teknik pewarnaan ini membantu dalam menghasilkan
kontras dimana setiap warna memiliki afinitasnya masing masing.Jenis zat pewarna yang
digunakan adalah Alcian blue (AB), Van gieson, dan Hematokrit eosin (Muntiha, 2001).
9. Perekatan (Mounting)
Perekatan preparat berfungsi untuk mengawetkan jaringan yang telah diwarnai
menggunakan entelen sehingga jaringan akan awet lebih dari 5 tahun. Proses perekatan
dilakukan dengan objek glass berisi pita preparat di tetesi Canada balsam kemudian
ditutupi dengan cover glass (Muntiha, 2001).
Entelan DPX cocok untuk teknik pengwarnaan yang kompetitip dengan
menggunakan alkohol dan aromatic sebagai agen clearing DPX tidak berwarna dan
menghitamkan preparat meski disimpan lama DPX adalah campuran distyrene,
plasticizer yang dilarutkan dalam xylene atau toluene(Muntiha, 2001).

B. Pewarnaan Hematoksilin Eosin


Pewarnaan hematosiklin eosin merupakan salah satu jenis pewarnaan jaringan
umumnya biasanya dilakukan untuk pewarnaan jaringan (Yunita, 2014).. Pewarnaan
hematoksilin-eosin (HE) termasuk dalam jenis pewarnaan ganda (double straining)
karena dua jenis zat warna digunakan untuk pengamatan struktur umum jaringan. Pada
pewarnaan ganda umumnya pewarna yang digunakan satu bersifat asam dan yang lain
bersifat basa. Kekontrasan dan pengenalan bagian tertentu dapat lebih cepat dan lebih
jelas terlihat disebabkan perpaduan sifat tersebut bagian-bagian yang bersifat asidofilik
dan basofilik (Elmiati, 2018)
Tahapan yang dilakukan dalam pewarnaan HE dimulai dengan proses
deparafinisasi, yaitu penghilangan parafin dengan memasukkan preparat ke dalam seri
larutan xilol III, xilol II, dan xilol I. Kemudian dilanjutkan dengan proses rehidrasi, yaitu
dengan memasukkan preparat ke dalam seri larutan alkohol absolut sampai alkohol 70%
secara berurutan. Preparat diwarnai dengan pewarna hematoksilin dilanjutkan dengan
pencucian dalam akuades. Setelah itu preparat diwarnai dengan eosin lalu preparat
dimasukan kedalam alkohol bertingkat mulai alkohol 70% sampai alkohol absolut setelah
itu dilakukan penjernihan (clearing) dengan xilol murni. Sediaan ditutup dengan cover
glass (mounting) dan siap untuk dilakukan pengamatan di bawah mikroskop (Elmiati,
2018).
DAFTAR PUSTAKA

Ellyawati, E. (2018). Penentuan Waktu Yang Tepat Pada Proses Staining Dalam Pembuatan
Preparat Histologis Hati. Jurnal Temapela, 1(1), 28-30.

Muntiha, I. P. 2001. Teknik Pembuatan Preparat Histologi dari Jaringan Hewan dengan
Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin. Temu Teknis Fungsional non Peneliti.

Yunita, F. (2014). PENGARUH MASERAT LIDAH BUAYA (ALOE VERA) TERHADAP


HISTOLOGI PANKREAS MENCIT (MUS MUSCULUS SWISS WEBTER) JANTAN
YANG DIINDUKSI ALOKSAN (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan
Indonesia).

Anda mungkin juga menyukai