Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Patologi anatomi ialah spesialisasi medis yang berurusan dengan diagnosis
penyakit berdasarkan pada pemeriksaan kasar, mikroskopik, dan molekuler atas
organ, jaringan, dan sel dengan pengecatan khusus dan imunohistokimia yang
dimanfaatkan untuk memvisualisasikan protein khusus dan zat lain pada dan di
sekeliling sel. Histopatologi adalah cabang biologi yang mempelajari kondisi dan
fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit dan merupakan salah satu
pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan
terhadap jaringan yang diduga terganggu. Histopatologi dapat dilakukan dengan
mengambil sampel jaringan (misalnya seperti dalam penentuan kanker payudara)
atau dengan mengamati jaringan setelah kematian terjadi.
Dengan membandingkan kondisi jaringan sehat terhadap jaringan sampel
dapat diketahui apakah suatu penyakit yang diduga benar-benar menyerang atau
tidak. Ilmu ini dipelajari dalam semua bidang patologi, baik manusia, hewan,
maupun tumbuhan. Biologi sel atau disebut sitologi adalah ilmu yang mempelajari
sel. Sitologi berasal dari bahasa Yunani yaitu cytos dan logos. Cytos berarti sel
dan logos berarti ilmu.
Hal yang dipelajari dalam biologi sel mencakup sifat-sifat fisiologis sel
seperti struktur dan organel yang terdapat di dalam sel, lingkungan dan antara sel,
daur hidup sel, pembelahan sel dan fungsi sel (fisiologi), hingga kematian sel.
Hal-hal tersebut dipelajari baik pada skala mikroskopik maupun skala molekular,
dan sel biologi meneliti baik organisme bersel tunggal seperti bakteri maupun selsel terspesialisasi di dalam organisme multisel seperti manusia. Dengan demikian,
sitologi merupakan ilmu biologi yang mempelajari seluk beluk susunan serta
fungsi bagian-bagian yang ada pada sel makhluk hidup.
Histologi adalah bidang biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan
secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis.
Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis. Bidang biologi ini

amat berguna dalam keakuratan diagnosis tumor dan berbagai penyakit lain yang
sampelnya memerlukan pemeriksaan histologis.

1.2 Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.
5.

Apa pengertian dari Sitohistoteknologi ?


Pewarnaan apa saja yang termasuk Pewarnaan Rutin ?
Jelaskan cara kerja dari Pewarnaan Rutin ?
Apa yang dimaksud dengan pewarnaan Pap Smear ?
Jelaskan cara kerja dari pewarnaan Pap Smear ?

1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.

Untuk mengetahui pengertian dari Sitohistoteknologi


Untuk mengetahui apa saja yang termasuk pewarnaan rutin
Untuk mengetahui cara kerja pewarnaan rutin
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pewarnaan Pap Smear
Untuk mengetahui cara kerja dari pewarnaan Pap Smear

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sitohistoteknologi
Sitohistoteknologi merupakan ilmu yang memperlajari sel-sel dan jaringan
tubuh sebagai upaya untuk mediagnosa adanya kelainan-kelainan dalam tubuh.

Diagnosis Histopatologis sampai saat ini masihmerupakan kunci dalam diagnosis


sebagian besar penyakit.

2.2 Pewarnaan Rutin


Pewarnaan yang termasuk pewarnaan rutin yaitu :
1. Pewarnaan Papaniculao
Pencelupan Papanicoloau (PAP) ditemukan oleh seorang saintis bernama Dr.
George papanicoloau (1832-1962). Dilahirkan di Greece, beliau menerima ijazah
dari Universiti Athens pada 1904 dan PhD dalam bidang zoology dari Universiti
Munich pada 1910. Dr. George Papanicoloau mula-mula memeriksa perubahan
apusan vagina wanita pada 1923. Beliau menjumpai sel yang abnormal, besar,
nucleus berubah bentuk dan hiperkromatik pada wanita yang menghidap kanser
uterin. Penemuan ini dianggap sebagai satu titik permulaan untuk perkembangan
bidang sitologi.
Pewarnaan sediaan dikerjakan di laboratorium sitologi. Pewarnaan sediaan
sitologi yang dipakai adalah pewarnaan Papanicolaou. Pewarnaan papanicolaou
digunakan untuk pemeriksaan sel dalam sekret, eksdudat, transudat atau biopsi
berbagai jenis organ dalam dan jaringan. Prosedur pertama yaitu pewarnaan inti
dengan Hema-toxylin dan orange G serta EA sebagai cat lawan yang mewarnai
sitoplasma
Prinsip pewarnaan Papanicolaou adalah melakukan pewarnaan, hidrasi dan
dehidrasi sel. Pengambilan sediaan yang baik, fiksasi dan pewarnaan sediaan yang
baik serta pengamatan mikroskopik yang cermat, merupakan langkah yang harus
ditempuh dalam menegakkan diagnosis.

2. Pewarnaan Hematoxilin Eosin (HE)


Hematoksilin dan Eosin adalah metode pewarnaan yang banyak digunakan
dalam dalam pewarnaan jaringan sehingga ia di perlukan dalam diagnosa medis
dan penelitian. Hematoksilin adalah bahan pewarna yang sering digunakan pada
pewarnaan histoteknik, ia merupakan ekstrak dari pohon yang diberi nama
logwood tree. Hematoksilin bekerja sebagai pewarna basa, artinya zat ini
mewarnai unsur basofilik jaringan.

Hematoksilin memulas inti dan strukutur asam lainnya dari sel (seperti bagian
sitoplasma yang kayaRNA dan matriks tulang rawan) menjadi biru. Eosin bersifat
asam. Ia akan memulas komponen asidofilik jaringan seperti mitokondria, granula
sekretoris dan kolagen. Tidak seperti hematoksilin, eosin mewarnai sitoplasma
dan kolagen menjadi warna merah muda (Junquera, 2007).
Hematoksilin eosin ini mempunyai banyak kekurangannya daripada manfaat.
Pada tahun 1970-an disebabkan oleh banyaknya penebangan hutan di Brazil dan
Amerika Tengah, menyebabkan terjadinya keterbatasan logwood tree dan
produksi hematoksilin. Hal ini meningkatkan harga hematoksilin dan sekali gus
mempengaruhi biaya diagnostik histopatologi dan mendorong pencarian alternatif
lain dalam pewarnaan inti. Kekurangannya lagi adalah komersial sampel yang
bervariasi dari kelompok ke kelompok, tidak spesifik mewarnai inti dan
sitoplasma protein, menyebabkan polusi (hematin, reagen aktif dalam
larutanhematoksilin di oksidasi menjadi oksihematin) dan gabungan hematoksilin
dan metal sulit untuk di kontrol.
Di sebabkan oleh kekurangan kekurangan hematoksilin eosin tadi, orang
mulai melirik alternative lain. Syarat-syarat Universitas Sumatera Utara standard
zat warna ideal yaitu murah, tahan lama, tidak sulit untuk di bersihkan, tidak
merusakkan lingkungan. Pada kajian hematoksilin telah dibuktikan mahal dan
dapat merusakkan lingkungan (Sigh,K, 2002). Zat warna lain yang perlu
dipertimbangkan adalah gambir. Selama ini gambir sering digunakan secara
tradisional. Gambir banyak di pergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk
menyirih. Akibatnya akan timbul warna merah coklat pada mulut orang yang
mengunyahnya. Selama ini gambir belum pernah di coba untuk pewarnaan
histoteknik. Kegunaan lainnya adalah sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna.
Kemampuan mewarna gambir adalah karena ia mengandung catechu merah.

2.3 Cara Kerja Pewarnaan Rutin


Pewarnaan yang termasuk pewarnaan rutin yaitu :
1) Teknik Pewarnaan Papaniculao
Pewarnaan papanicolaou digunakan untuk pemeriksaan sel dalam sekret,
eksdudat, transudat atau biopsi berbagai jenis organ dalam dan jaringan.

a. Prinsip : Prinsip pewarnaan Papanicolaou adalah melakukan pewarnaan,


hidrasi dan dehidrasi sel. Pengambilan sediaan yang baik, fiksasi dan
pewarnaan sediaan yang baik serta pengamatan mikroskopik yang cermat,
merupakan langkah yang harus ditempuh dalam menegakkan diagnosis.
b. Spesimen untuk pemeriksaan sitologi didapatkan dari apusan vagina, rahim,
mulut dan leher rahim serta ulserasi atau sedimen yang diperoleh melalui
proses sentrifugasi atau filtrasi.
c. Cara kerja untuk melakukan pewarnaan
o Larutan yang digunakan
a) Cat utama
* Hematoxylin Ehrlich / Harrist
Komposisi :
Hematoxylin
Potasium alumunium atau tawas
Asam asetat pekat
Natrium iodida
b) Cat lawan
* EA-50 Multiple Polychrome Stain
Komposisi :
Light Green S.F. Yellowish
Fast Green FCF
Bismark Brown Y,
Eosin Y,
Asam Phosphotungstic,
asam asetat glasial
* EA-65 Multiple Polychrome Stain
Komposisi :
Light Green S.F. Yellowish
Fast Green FCF
Bismark Brown Y
Eosin Y
Asam Phosphotungstic
asam asetat glasial
* Orange G stain
Komposisi :
Phosphotungstic Acid
Orange G
Alkohol absolut
o Langkah kerja

1) Saring larutan cat Hematoxylin harris sebelum digunakan.


2) Buatlah preparat, Lalu preparat ini segera difiksasi menggunakan
larutan fiksasi semprot atau dicelupkan dalam eter alkohol.
3)
4)
5)
6)

Fiksasi bertujuan agar sel sel tidak mengalami kerusakan.


Celupkan preparat perlahan 5-10 kali dalam alkohol 95 %.
Celupkan preparat perlahan 5-10 kali dalam alkohol 70 %.
Celupkan preparat perlahan 5-10 kali dalam aquadest.
Rendam preparat dengan larutan cat Harris hematoxylin selama

5 menit.
7) Bilas dengan aquades, kemudian ganti aquadest yang baru
sampai didapatkan aquades tidak berwarana.
8) Celupkan preparat perlahan 5-10 kali dalam alkohol 70 %.
9) Celupkan preparat perlahan dalam HCL 1 % dalam alkohol 70
% sampai preparat berwarna seperti ikan salmon.
10) Bilas preparat sebanyak 2 kali dengan alkohol 70 %.
11) Celupkan preparat dalam larutan NH4OH 3 % dan dalam alkohol
70% sampai preparat berwarna biru.
12) Bilas preparat sebanyak 2 kali dengan alkohol 70 %.
13) Celupkan preparat perlahan 5-10 kali dalam alkohol 95 %.
14) Rendam preparat dengan larutan cat EA- 50 atau EA-65 selama
3-6 menit.
15) Bilas preparat 2 kali dengan alkohol 100 %.
16) Bilas preparat dengan alkohol absolut yang dicampur dengan
satu bagian xilene.
17) Bersihkan preparat dengan xilene.
o Interpretasi Hasil
* Nukleus berwarna biru.
* Sitoplasma berwarna kemerahan dengan adanya beberapa variasi
warna pada komponen tertentu.
2) Teknik Pewarnaan Hematoxilin Eosin (HE)
Pewarnaan Hematoxilin Eosin ini digunakan untuk mewarnai jaringan.
a. Prinsip: inti yang bersifat asam akan menarik zat/ larutan yang bersifat
basa sehingga akan berwarna biru. Sitoplasma bersifat basa akan menarik
zat /larutan yang bersifat asam sehingga berwarna merah.
b. Spesimen : Jaringan yang akan diwarnai HE, sebelumnya telah mengalami
Processing Jaringan dan dipotong dengan menggunakan mikotrom.
Ketebalan jaringan antara 4-6 m. Jaringan yang telah dipotong sesuai
ukuran dilekatkan pada objek glass.
6

c. Tahapan tahapan pada pewarnaan HE


1. Deparafinisasi
Tujuan: untuk menghilangkan/ melarutkan parafin yang terdapat pada
jaringan.
Zat: xylol
2. Rehidrasi
Tujuan: untuk memasukkan air ke dalam jaringan. Air akan mengisi
rongga-rongga jaringan yang kosong.
Zat: alkohol absolut, alkohol 90 %, alkohol 80 %
3. Pewarnaan I
Tujuan: untuk memberi warna pada inti dan sitoplasma pada jaringan
Zat: hematoxylin
4. Differensiasi
Tujuan: untuk mengurangi warna biru pada inti dan menghilangkan warna
bitu pada sitoplasma
Zat: HCl 0,6%
5. Blueing
Tujuan: untuk memperjelas warna biru pada inti sel
Zat: lithium carbonat 0,5%
6. Pewarnaan II
Tujuan: untuk memberi warna merah pada sitoplasma sel
Zat: eosin
7. Dehidrasi
Tujuan: untuk menghilangkan air dari jaringan
Zat: Alkohol 80 %, Alkohol 90 %, Alkohol 100 % (absolut)
8. Mounting
Tujuan: untuk mengawetkan jaringan yang telah diwarnai
Zat: entellan/ canada balsem
d. Cara kerja untuk melakukan pewarnaan
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Keluarkan jaringan dari blok/kotak parafin
3. Potong jaringan dengan alat mikotrom dengan ketebalan antara 4-6 m
4. Ambil 1 slice potongan jaringan, masukkan ke dalam waterbath ( 30-40
C), untuk menghilangkan kerutan pada potongan dan mencairkan parafin.
5. Tempelkan dengan hati-hati potongan jaringan tersebut pada objek
glass.
6. Teteskan 1-2 tetes albumin di atas potongan jaringan, lalu dengan
menggunakan pinset, rapikan potongan (menghilangkan kerutan ) dengan
hati-hati, jangan sampai sobek.
7. Setelah itu, panaskan objek glass yang telah ditempeli jaringan dengan
oven pada suhu 30-40 C, bila tidak ada oven, gunakan hotplate. Namun
objak glass hanya di gosok-gosokkan agar tidak pecah.
8. Lakukan pewarnaan HE
No
1

Tahapan
Deparafinasi

Zat
Xylol I

Waktu
2-3 celup

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Rehidrasi

pewarnaan
Differensiasi
Blucing

Pewarnaan
Dehidrasi

Mounting

Xylol II
Alkohol 100 %
Alkohol 90%
Alkohol 80%
Air
Hematoxylin
air
HCL 0,6 %
Air
Lithium karbonat 0,5 %
Air
Alkohol 95 %
Eosin
Alkohol 80%
Alkohol 90%
Alkohol 100 %
Xylol I
Xylol II
Entelan

2-3 celup
10 celup
10 celup
10 celup
1 menit
1-5 menit
1 menit
1-2 celup
1 menit
3 menit
1 menit
1-2 celup
3 menit
10 celup
10 celup
10 celup
2-3 celup
2-3 celup
1-2 tetes

9. Setelah di beri entelan, tutup dengan cover glass dengan hati-hati agar
tidak terdapat gelembung.
10. Jaringan yang telah diwarnai, akan awet lebih dari 5 tahun.

2.4 Pewarnaan Pap Smear


Pap Smear merupakan pemeriksaan sederhana yang dikembangkan oleh Dr.
George N. Papanicalaou untuk penapisan awal dari gejala kanker leher rahim. Pap
smear merupakan pemeriksaan sitologi eksfoliative dengan memeriksa sel-sel
epitel cervix yang lepas. Pemeriksaan ini lebih mudah, murah, sederhana, aman
dan akurat. Di negara maju, skrinning Pap Smear terbukti dapat menemukan lesi
prakanker, menurunkan insiden dan menurunkan angka kematian akibat kanker
serviks sampai 70-80%. Tujuan tes Pap adalah menemukan sel abnormal atau sel
yang dapat berkembang menjadi kanker termasuk infeksi HPV. Kanker serviks
merupakan penyakit menular seksual, bila penyakit prakanker/ displasia
ditemukan lebih dini kemungkinan angka penyembuhan mencapai 80-90 %
tergantung beratnya lesi dan cara pengobatannya.
Tujuan dari pap smear ini adalah :

1. Menemukan sel abnormal atau sel yang dapat berkembang menjadi kanker
termasuk infeksi HPV.
2. Untuk mendeteksi adanya pra-kanker, ini sangat penting ditemukan
sebelum seseorang menderita kanker.
3. Mendeteksi kelainan kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim.
4. Mendeteksi adanya kelainan praganas atau keganasan servik uteri.
Sasaran Pap Smear ini adalah wanita yang telah menikah atau pun
wanita yang sudah pernah berhubungan seksual, yang rincinya:
1. Pap test setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun dan juga bagi
wanita di bawah 20 tahun yang seksual aktif.
2. Sesudah 2x pap test (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan bahwa
wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap test.
3. Pap smear 3 tahun sekali bagi wanita yang diperiksa sekali dan hasilnya
normal dan ia tidak melakukan hubungan seksuaal aktif.
4. Pap smear 2 tahun sekali bagi wanita usia 65 tahun ke atas.
5. Pap smear setahun sekali bagi wanita yang rahimnya diangkat tapi
hasilnya abnormal atau menderita kanker servik.
6. Apabila pada penderita hasilnya abnormal lakukan pemeriksaan ulang
dalam waktu 4 bulan.
7. The British Medical Association Family Health Encyclopedia
menganjurkan bahwa seseorang wanita harus melakukan Pap Smear dalam
6 bulan setelah pertama kali melakukan hubungan seksual, dengan Pap
Smear kedua 6-12 bulan setelah Pap Smear pertama dan hasil diberikan
adalah normal pada selang waktu 3 tahunan selama masa hidupnya.
Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Pap Smear
Dalam pemeriksaan pap smear tidak boleh dilakukan secara asal karena
pemeriksaan ini harus terkonsep. Ada beberapa faktor yang nantinya dapat
mempengaruhi hasil dari tes pap smear tersebut. Faktor faktor yang dapat
mempengaruhi hasil dari pemeriksaan pap smear yaitu perubahan sel sel
abnormal pada mulut rahim yang akhirnya dapat terjadi kanker serviks. Antara
lain:
1. Konseling pra pap smear yang tepat.

2. Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan


sebelum menstruasi berikutnya.
3. Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang riwayat
kesehatan dan penyakit yang pernah diderita.
4. Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum
pengambilan bahan pemeriksaan.
5. Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak boleh
dikerjakan dalam 24 jam sebelumnya.
6. Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina 48 jam
sebelum pemeriksaan.
7. Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas
kesehatan, karena ada beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil
analisis sel.
1. Faktor karakteristik
1. Umur
Perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim paling sering ditemukan
pada usia 35-55 tahun dan memiliki risiko 2-3 kali lipat untuk menderita
kanker mulut rahim (serviks). Semakin tua umur seseorang akan
mengalami proses kemunduran, sebenarnya proses kemunduran itu tidak
terjadi pada suatu alat saja tetapi pada seluruh organ tubuh. Semua bagian
tubuh mengalami kemunduran, sehingga pada usia lanjut lebih lama
kemungkinan jatuh sakit, misalnya terkena sakit/mudah mengalami infeksi
(Andrijono, 2008).
2. Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang sudah pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup atau viable. Paritas dengan jumlah anak lebih dari 2 orang atau
jarak persalinan terlampau dekat mempunyai risiko yang lebih besar
terhadap timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim.
Jika jumlah anak yang dilahirkan pervaginam banyak dapat menyebabkan
terjadinya perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut rahim yang dapat
berkembang menjadi keganasan (IBG Manuaba, 1999).
3. Sosial ekonomi

10

Golongan social ekonomi yang rendah sering kali terjadi keganasan pada
sel sel mulut rahim, hal ini dikarenakan ketidakmampuan melakukan Pap
Smear secara rutin (Andrijono, 2008).
4. Usia wanita saat menikah
Usia menikah <21 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami
perubahan sel-sel mulut rahim. Hal ini karena pada saat usia muda sel-sel
rahim masih belum matang. Maka sel sel tersebut tidak rentan terhadap
zat zat kimia yang dibawa oleh sperma dan segala macam perubahannya.
Jika belum matang, bisa saja ketika ada rangsangan sel yang tumbuh tidak
seimbang dengan sel yang mati, sehingga kelebihan sel ini bisa berubah
sifat menjadi sel kanker (Karen Evennett, 2003).
2.

Faktor perilaku
1. Berganti-ganti pasangan
Pasangan seksual yang berganti ganti juga memperbesar risiko
kemungkinan terjadinya kanker leher rahim. Bisa saja salah satu pasangan
seksual membawa virus HPV yang mengubah sel-sel di permukaan
mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak yang akan mengarah ke
keganasan leher rahim (Nugroho. K, 2007)
2. Hygiene alat Genetalia
Terlalu sering menngunakan antiseptik untuk mencuci vagina juga
ditengarai dapat memicu kanker serviks. Oleh sebab itu, hindari terlalu
sering mencuci vagina dengan antiseptic karena cuci vagina dapat
menyebabkan iritasi di serviks. Iritasi ini akan merangsang terjadinya
perubahan sel yang akhirnya berubah menjadi kanker.

Manfaat
1. Evaluasi sitohormonal
Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui
pemeriksaan pap smear yang bahan pemeriksaanya adalah sekret
vagina yang berasal dari dinding lateral vagina sepertiga bagian atas.
2. Mendiagnosis peradangan
Peradangan pada vagina dan servik pada umumnya dapat didiagnosa
dengan pemeriksaan pap smear . Baik peradangan akut maupun

11

kronis. Sebagian besar akan memberi gambaran perubahan sel yang


khas pada sediaan pap smear sesuai dengan organisme penyebabnya.
Walaupun kadang-kadang ada pula organisme yang tidak
menimbulkan reaksi yang khas pada sediaan pap smear.
3. Identifikasi organisme penyebab peradangan
Dalam vagina ditemukan beberapa macam organisme/kuman yang
sebagian merupakan flora normal vagina yang bermanfaat bagi organ
tersebut. Pada umumnya organisme penyebab peradangan pada vagina
dan serviks, sulit diidentifikasi dengan pap smear, sehingga
berdasarkan perubahan yang ada pada sel tersebut, dapat diperkirakan
organisme penyebabnya.
4. Mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dan
kanker leher rahim dini atau lanjut (karsinoma/invasif) pap
smear paling banyak dikenal dan digunakan adalah sebagai alat
pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi prakanker atau kanker
leher rahim.Pap smaer yang semula dinyatakan hanya sebagai
alat skrining deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui
sebagai alat diagnostik prakanker dan kanker leher rahim yang
ampuh dengan ketepatan diagnostik yang tinggi, yaitu 96%
terapi didiagnostik sitologi tidak dapat mengantikan diagnostik
histopatologik sebagai alat pemasti diagnosis. Hal itu berarti
setiap diagnosik sitologi kanker leher rahim harus dikonfirmasi
dengan pemeriksaan histopatologi jaringan biobsi leher rahim,
sebelum dilakukan tindakan sebelumya. e. Memantau hasil
terapi Memantau hasil terapi hormonal, misalnya infertilitas
atau gangguan endokrin. Memantau hasil terapi radiasi pada
kasus kanker leher rahim yang telah diobati dengan radiasi,
memantau adanya kekambuhan pada kasus kanker yang telah
dioperasi, memantau hasil terapi lesi prakanker atau kanker
leher rahim yang telah diobati dengan elekrokauter kriosurgeri,
atau konisasi

2.5 Cara pemeriksaan Pap Smear


12

o Alat dan Bahan


Air mengalir
Spatula Ayre
Sabun cair
Pensil kaca (marker)
Larutan antiseptik
Spekulum
Lap
Alkohol 95%
Larutan hipoklorit
Kaca benda (object glass)
Lap bersih atau tissue
Baskom berisi larutan klorin 0,5%
Handuk kecil atau tissue
Sarung tangan steril
Formulir pemeriksaan
Tempat sampah non-medis
Tempat sampah medis
o Cara pengambilan sampel dan pembuatan pap smear
1. Siapkan peralatan dan bahan.
2. Cuci tangan aseptik dengan langkah seperti pada cuci tangan rutin
dengan menuangkan kira-kira 5 ml larutan antiseptik pada tangan
dan mengeringkan dengan mengangin-anginkan.
3. Pasang sarung tangan steril.
4. Pemeriksa duduk pada kursi yang telah disediakan, menghadap ke
aspekus genitalis.
5. Lakukan periksa pandang (inspeksi) pada daerah vulva dan
perineum.
6. Ambil spekulum dengan tangan kanan, masukkan ujung telunjuk
kiri pada introitus vagina (agar terbuka), masukkan ujung spekulum
dengan arah sejajar introitus (yakinkan bahwa tidak ada bagian
yang terjepit) dan dorong bilah spekulum ke dalam lumen vagina.
7. Setelah masuk setengah panjang bilah, putar spekulum 90 derajat
hingga tangkainya ke arah bawah. Atur bilah atas dan bawah
dengan membuka kunci pengatur bilah atas bawah (hingga masingmasing bila menyentuh dinding atas dan bawah vagina).
8. Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan serviks tampak
jelas (perhatikan ukuran dan wama porsio, dinding dan sekret
vagina dan forniks).

13

9. Jika sekret vagina ditemukan banyak, bersihkan secara hati-hati


(supaya pengambilan epitel tidak terganggu)
10. Pengambilan sampel pertama kali dilakukan pada porsio
diusahakan di daerah squamo-columnair junction. Sampel diambil
dengan menggunakan spatula Ayre yang diputar 360. Pengambilan
Bahan Sediaan dengan Spatula Ayre
11. Oleskan sampel pada gelas objek diusahakan tidak terlalu
tebal/terlalu tipis.
12. Sampel segera difiksasi sebelum mengering. Fiksasi ini dapat
menggunakan spray yang disemprotkan dari jarak 20-25 cm, atau
dengan merendam pada wadah yang mengandung etil alkohol 95%
selama 15 menit yang kemudian dibiarkan mengering kemudian
diberi label. Pembuatan Sediaan Apusan
13. Setelah pemeriksaan selesai, lepaskan pengungkit dan pengatur
jarak bilah, kemudian keluarkan spekulum.
14. Letakkan spekulum pada tempat yang telah disediakan.
Beritahukan pada ibu bahwa pemeriksaan sudah selesal dan
persilahkan ibu untuk mengambil tempat duduk.
15. Masukkan tangan yang masih bersarung tangan kedalam baskom
berisi larutan klorin 0,5%, gosokkan kedua tangan untuk
membersihkan bercak-bercak darah yang menempel pada sarung
tangan.
16. Lepaskan sarung tangan
- Interpretasi hasil pemeriksaan Pap smear
o
Kelas I: tidak ada sel abnormal.
o Kelas II: terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada
indikasi adanya keganasan.
o Kelas III: gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia
o
o

ringan sampai sedang.


Kelas IV: gambaran sitologi dijumpai displasia berat.
Kelas V: keganasan.

14

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pewarnaan rutin itu dibagi menjadi dua yaitu pewarnaan Papaniculao dan
pewarnaan Hematoxilin Eosin (HE).
Pap Smear merupakan pemeriksaan sederhana yang dikembangkan oleh Dr.
George N. Papanicalaou untuk penapisan awal dari gejala kanker leher rahim.

15

DAFTAR PUSTAKA
Booklet.Papanicolaou Staining Procedure.Ontario:Inter Medico
dr.Zulham,M.Biomed.Penuntun Praktikum Histoteknik Biomedik.Departemen
Histoteknik FKUSU
http://histologi.usu.ac.id/files/PENUNTUN/PRAKTIKUM/HISTOTEKNIK/BIO
MEDIK ( Diunduh pada hari minggu 3 Oktober 2011 )
http://id.wikipedia.org/wiki/pewarnaan papanicolaou ( Diunduh pada hari minggu
3 Oktober 2011 )
https://inakartikaputri.wordpress.com/2012/10/05/pap-smea
Brosur Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Pap SmearYayasan Kanker Indonesia.
Pap_Indonesian. Pdf. Kapankah Anda Terakhir Memeriksakan Diri Untuk Pap
Smear? A joint Australian Government & State/Territory Health Initiative.
https://kpsfkunmul.files.wordpress.com/2014/02/trapmed-pemeriksaan-papsmear-blok-10.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai