Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENGENDALIAN MUTU

PEMANTAPAN MUTU INTERNAL MIKROBIOLOGI

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5A


NAMA KELOMPOK :
MINI ALIMU P07172319026
DAHSYA A. TUMUDJO P07172319010
RESTI IDRIS P07172319036
NURHAYATI UMASUGI P07172319031
HALIMA PANITY P07172319015
SANTI HUSEN T P07172319041
APRIYANTI UMASUGI P07172319005
SRI WAHYUNI L. P07172319046
JURNITA PAYAPO P07172319020
VIOLITA S. RUMAELA P07172319051

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
AMBON
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang maha Esa atas berkat rahmat dan hidayahnya-lah
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Adapun judul makalah yang akan dibahas dalam perkuliahan Pengendalian Mutu yaitu
”Pemantapan Mutu Internal Mikrobiologi”. kelompok kami sangat berharap semoga dengan
adanya makalah ini dapat memberikan sedikit gambaran dan memperluas wawasan ilmu yang
kami miliki.
Dalam kesempatan ini kelompok kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun saya harapkan dari semua pihak
demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………….


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………...
BAB I: PENDAHULUAN ……………………………………………………………………......
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………….
C. Tujuan ……………………………………………………………………………………...
BAB II: PEMBAHASAN…………………………………………………………………………
A. Pengertian Pemantapan Mutu ……………………………………………………………...
B. Langkah-langkah Kegiatan PMI mikrobiologi …………………………………………….
1. Pemantapan Mutu Alat ………………………………………………………………...
2. Pengendalian Mutu Reagensia …………………………………………………………………
C. Pemantapan mutu yang harus dilakukan dalam laboratorium mikrobiologi ………………
1. Pemantapan mutu media ……………………………………………………………….
2. Pemantapan mutu cat …………………………………………………………………..
3. Uji Sensitivitas Antibiotik ……………………………………………………………..
4. Strain Standart ………………………………………………………………………….
D. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam uji sensitivitas antibiotic ………………...
BAB III: PENUTUP ……………………………………………………………………………...
Kesimpulan…………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan mikrobiologi merupakan sarana diagnostic yang penting, hal
tersebut tercapai bila cara memilih, mengambil, menyimpan dan mengirim bahan
pemeriksaan benar, agar tidak terjadi kesalahan dalam mengelola bahan pemeriksaan
tersebut. Apabila salah satu tata cara tidak memenuhi syarat, maka hasil pemerikaan yang
diperoleh tidak akan sesuai dengan keadaan klinis maupun perencaan pengelolaan
pengobatan. Salah satu cara agar pemeriksaan dapat diandalkan yaitu dengan
memantapkan mutu dalam (internal) maupun luar (external), terutama untuk laboratorium
sebaiknya dilakukan dengan cara dalam (internal), agar mempunyai nilai kepercayaan.
Defenisi pemantapan mutu adalah upaya mengukuhkan hasil mengidentifikasi,
memantau, menilai dan memperbaiki praktek yang terkait perawatan kesehatan.
Pemeriksaan pemantapan mutu mikrobiologi berbeda jika dibandingkan dengan
pemeriksaan pemantapan mutu kimia atau hematologi. Sebab bahan pembanding atau
pemantauan (control) yang digunakan antara lain mikroorganisme yang hidup yang tidak
dapat diletakan disembarang tempat. Pengontrol bakteri alami tidak dapat dibandingkan
nilainya dengan bakteri lainnya, seperti pada pemeriksaan kimia maupun hematologi.
Umumnya bahan pembanding untuk menetapkan pemeriksaan adalah dalam bentuk beku
kering, sehingga memudahkan pengiriman maupun penyimpanan. Tujuan pemantapan
mutu agar mendapatkan petunjuk diagnosis yang benar dari hasil yang diperoleh
sehingga dapat dipakai sebagai pemantapannya.
kualitas (mutu) merupakan kesesuaian antara harapan dan kenyataan, dengan kata
lain mutu merupakan kesesuaian anatara apa yang kita harapkan dengan apa yang kita
peroleh. Pemantapan mutu mikrobiologi memiliki spektrum luas dari pemantauan
performan alat, reagen sampai manfaat klinik pelayanan dan informasi (WHO,2007).
pengendalian Mutu Mikrobiologi Klinik terdiri dari tiga tahapan kegiatan yang
mempengaruhi hasil uji laboratorium. 1) Tahapan Preanalitik kegiatan: Permintaan
pemeriksaan, Penulisan permintaan pemeriksaan, Persiapan pasien, Pengambilan
spesimen , Identifikasi spesimen, Transportasi specimen. 2) Tahap Analitik: Pemeriksaan
spesimen ( ID /AST). 3) Tahap Pasca Analitik: Penulisan hasil, Interpretasi hasil,
Penyampaian hasil, Tindakan yang diambil berdasarkan hasil. Tercapainya hasil yang
berkualitas dapat terganggu atau rusak pada tahapan mana saja dalam proses pemeriksaan
laboratorium .
Cakupan Pengendalian Mutu Mikrobiologi meliputi Pengendalian mutu spesimen,
peralatan, reagensia, media, sistem identifikasi, AST, personil. Sedangkan Pengendalian
Mutu Spesimen tergantung dari kesesuaian specimen, cara pengumpulan spesimen,
volume spesimen yang dikumpulkan, sistem pengiriman (penggunaan media transport,
penyimpanan yang tepat selama transportasi, waktu pengiriman).
Pengendalian mutu peralatan diantaranya lemari es, freezers, incubator, heating
block (pencatatan suhu setiap hari, pencatatan level CO2 inkubator setiap hari).
Biological safety cabinet (BSC) Pencatatan tekanan aliran udara setiap kali alat
dijalankan, penggantian HEPA filter sesuai rekomendasi pabrik. Pipet kalibrasi setiap
tahun (in-house or out sourced). Autoclave (Indikator kimia setiap kali dijalankan
(autoclave tape 3M), Indikator biologis setiap minggu (Attest 3M – Bacillus
stearothermophilus), Bowie-Dick Test untuk deteksi kebocoran udara).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pemantapan Mutu ?
2. Apa Saja Langkah-Langkah Kegiatan PMI Mikrobiologi?
3. Apa Saja Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam uji sensitivitas antibiotic?

C. Tujuan
1. Untuk Dapat Mengetahui Pengertian Dari Pemantapan Mutu
2. Untuk Dapat Mengetahui Apa Saja Langkah-Langkah Kegiatan PMI Mikrobiologi
3. Untuk Dapat Mengetahui Apa Saja Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam uji
sensitivitas antibiotic
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemantapan Mutu


pemantapan mutu adalah upaya mengukuhkan hasil mengidentifikasi, memantau,
menilai dan memperbaiki praktek yang terkait perawatan kesehatan. Pemeriksaan
pemantapan mutu mikrobiologi berbeda jika dibandingkan dengan pemeriksaan
pemantapan mutu kimia atau hematologi. Sebab bahan pembanding atau pemantauan
(control) yang digunakan antara lain mikroorganisme yang hidup yang tidak dapat
diletakan disembarang tempat. Pengontrol bakteri alami tidak dapat dibandingkan
nilainya dengan bakteri lainnya, seperti pada pemeriksaan kimia maupun hematologi.
Umumnya bahan pembanding untuk menetapkan pemeriksaan adalah dalam bentuk beku
kering, sehingga memudahkan pengiriman maupun penyimpanan. Salah satu cara agar
pemeriksaan dapat diandalkan yaitu dengan memantapkan mutu dalam (internal) maupun
luar (external), terutama untuk laboratorium sebaiknya dilakukan dengan cara dalam
(internal).
Laboratorium mikrobiologi harus melakukan pemantapan mutu untuk
memastikan akurasi, realiabilitas dan reprodusibilitas dari bermacam tes yang digunakan
dalam isolasi, identifikasi dan uji sensitifitas antimikroba terhadap mikroorganisme.
Pemantapan mutu yang harus dilakukan dalam laboratorium mikrobiologi antara lain :
1. Pemantapan mutu media
2. Pemantapan mutu cat
3. Uji Sensitivitas Antibiotik
4. Strain Standart
5. Pemantapan mutu Alat

B. Kegiatan PMI mikrobiologi terdiri dari langkah-langkah berikut:


1. Pemantapan Mutu Alat
a. Autoclave :
1) Suhu dan tekanan setiapkali runing dicatat
2) Indikator warna digunakan dengan baik setiap kali running
3) Termometer suhu puncak tiap minggu digunakan
4) Strip spora atau suspensi spora digunakan tiap bulan
5) Jika kontaminasi, buat contoh kultu, buat contoh kultur tiap hari/tiap minggu
sampai penyebabnya bisa diketahui dan dihilangkan
b. Incubator. Catat suhu incubator tiap hari dan sebelum dibuka
c. pH Meter. Harus distandarisasi sebelum running dengan buffer standar pH 7,0
d. Sentrifus. Dievaluasi sesering mungkin untuk memastikan fungsinya masih baik
e. Pipet. Pipat manual, semiotomatik,otomatik harus dicek secara berkala.
f. Timer.
g. Alat-alat yang memerlukan pemantauan suhu harian ( Waterbaths, Refrigator, Hot
air ovens, Freezer) WHO,2007.
h. Incubation Systems. Anaerobic Jar/kontainer (Gunakan indikator (kimia) O2
dalam kontainer setiap kali digunakan , Gunakan indikator biologis (kuman
anaerob yang dikenal) sekali seminggu).

Tabel 10.1. Prosedur Surveilans Pemantapan Mutu Alat-Alat Mikrobiologi


Peralatan Prosedur Jadwal Batas toleransi
Kulka Pencatat suhu Harian 2 sp 8 oC
s
Frese Pencatat suhu Harian -60 sp -75 oC
r -8 sp -20 oC
Incubato Pencatat suhu Harian 35.5 oC ± 1oC
r 36 oC sp 38 oC
Waterbath Pencatat suhu Harian 55 oC - 57oC
s
Autoclave Tes dengan strip mingguan Tidak ada pertumbu
s (bakteri tahan panas) han spora dlm kultur
Anaerobic Indikator strip Setiap digunakan Konversi biru
jar Methylen Blue keputih
menunjukkan teg O2
sedikit.
Konversi biru
keputih
menunjukkan teg O2
sedikit
Sentrifus Cek revolusi dengan Bulanan 50 kaki aliran udara/
e tachometer / RPM menit ± 5 kaki/menit
Safet Setenga Mengukur kec udara Setengah tahun/ 4
y h tahun/ diruang terbuka bulanan
hoods 4
bulanan
Aurora. 2004
2. Pengendalian Mutu Reagensia
Reagen komersial harus diberi label .. (Tanggal dibuka). Reagen yang dibuat di
lab harus diberi label/identitas … (Isi, Konsentrasi, Tgl disiapkan dan tgl kadaluarsa,
Kondisi penyimpanan, Ditempatkan di tgl pelayanan, Disiapkan oleh).
a. Pengendalian Mutu Pewarnaan
Pewarna Gram (Gunakan Bakteri gram Positif dan Gram Negatif sebagai
kontrol, setiap hari- minggu ). Pewarna lain/(e.g. ZN (Gunakan bakteri dengan
reaksi positif dan negatif sebagai kontrol).
b. Pengendalian Mutu Serologi
Gunakan kontrol positif dan negatif setiap batch pemeriksaan atau kontrol
yang disiapkan oleh pabrik ( Hasil tes tidak berlaku tanpa hasil kontrol yang
adekuat).
c. Pengendalian Mutu Media
1. Karakteristik fisik (warna, kejernihan, pH, uji kekuatan gel)
2. Uji sterilitas (ink. 35oC – 48 jam)
3. Kemampuan untuk mendukung pertumbuhan (Inokulasi dengan kuman
kontrol positif yang dikenal )
4. Media SelektiF (Inokulasi dengan kuman kontrol positif dan negatif yang
dikenal )
5. Dilakukan per batch
6. Strain kuman : American Type Culture Collection (ATCC) #
7. Pencatatan/dokumentasi

d. Pengendalian Mutu Sistem Identifikasi


Sistem identifikasi Home-made
Set (5-10) media biokimia
QC untuk setiap media biokimia : (Uji sterilitas ; Uji kemampuan
tumbuh dengan kuman kontrol; Kontrol positif dan negatif untuk setiap reaksi
biokimia; Pencatatan/dokumentasi). Commercial Identification Systems (Ikuti
petunjuk pengendalian mutu (QC) yang direkomendasikan pabrikan )
misalnya CLSI M50-A : Microbial Identification System.

e. Qc Testing Frequency
Minimal : Setiap batch baru , Lot # baru , Pengiriman/penerimaan. Bila ada
perubahan : (Penerima kit (kartu) baru , MedTech baru pakai alat, -Setelah
maintenance/perbaikan alat, -Update software ). Jumlah kuman kontrol yang
dipakai adalah “streamlined-QC”, jika kriteria ditentukan dapat penuhi dan
terdokumentasi.

C. Pemantapan mutu yang harus dilakukan dalam laboratorium mikrobiologi antara lain :
Pemantapan mutu media, Pemantapan mutu cat, Uji Sensitivitas Antibiotik, Strain
Standart, Pemantapan mutu Alat.
1. Pemantapan Mutu Media
Media kultur digunakan untuk membantu pertumbuhan mikroorganisme,
menampilkan bentuk koloni, morfologi, sifat sifat organisme misalnya penghasil H2S
atau gas pada media fermentasi karbohidrat atau hemolisis pada agar darah
(WHO,2007)
a. Sumber media
1) Media kering hanya menambahkan aquades sebelum digunakan. Kualitas
harus diuji karena bisa terjadi kesalahan pada saat pembuatan dan sterilisasi.
2) Media kering sebagai bahan tambahan untuk isolasi organisme.Misalnya
darah atau serum atau faktor pertumbuhan lain, karena harus selalu dilakukan
pemantapan mutu
3) Media komersial, media jadi yang sering dipakai, pemantapan mutu
dilakukan sesuai petunjuk pabrik.
b. Sumber Kesalahan Media
1) Inappropriate media, kesalahan memilih media kering/kesalahan penambahan
bahan tambahan membuat media tidak bisa digunakan
2) Air, volume air yang dibutuhkan saat pembuatan media. Aquades/ deionized
water yang digunakan
3) Penimbangan media kering. Penimbangan ini harus cermat karena bisa
mengganggu komposisi media
4) Penuangan media harus akurat dan aseptis dalam tabung atau cawan petri.
Kesalahan volume mengakibatkan media terlalu tipis atau terlalu tebal
sehingga media tidak layak pakai
5) Sterilisasi media. Suhu yang terlalu tinggi saat sterilisasi atau terlalu lama
dipanaskan akan memperburuuk/merusak komposisi beberapa zat dalam
media, sehingga media tidak bisa digunakan
6) Alat alat gelas yang digunakan harus diperhatikn kesterilannya, karena sisa
kotoran pada gelas dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

c. Penampilan Fisik Media


Jika media disimpan dalam jangka waktu yang lama dalam kondisi tidak layak
atau penyiapan yang tidak sempurna, beberapa tanda dibawah akan terjadi :
1) Timbulnya kekeruhan /presipitasi menunjukkan bahwa beberapa unsur keluar
dari cairan.
2) Warna lebih gelap dari normal mengindikasikan pemasakan media terlalu
lama, pH slah atau kesalahan pencampuran
3) Warna lebih terang dari normal mengindikasikan kesalahan pencampuran
bahan bahan atau kesalahan pH
4) Penyimpanan media yang terlalu lama setelah dituang kedalam cawan petri
menyebabkan dehidrasi dan tidak layak digunakan. Dehidrasi media bisa
dihindari dengan membuat media sesuai kebutuhan atau menyimpan dalam
plastik yang tertutup rapat.

d. Pemesanan dan penyimpanan media yang dikeringkan


1) Pesanlah media dengan jumlah yang akan habis terpakai dalam 6 bulan, atau
paling lama 1 tahun.
2) Semua bahan harus dikemas dalam wadah yang akan habis dipakai dalam 1-2
bulan.
3) Pada saat diterima, kencangkan tutup semua wadah. Media yang dikeringkan
menyerap air dari udara. Pada iklim yang lembab, segel tutup wadah media
yang dikeringkan dengan lilin parafin (isi rongga antara tutup dan wadah
dengan lilin cair, dan biarkan mengeras).
4) Tuliskan tanggal penerimaan pada tiap wadah.
5) Simpan di tempat yang gelap, sejuk, dengan aliran udara yang baik.
6) Rotasikan persedialan sehingga bahan yang lebih lama lebih dahulu dipakai.
7) Pada saat membuka suatu wadah, tuliskan tanggal dibukanya pada wadah
tersebut. Buang semua media kering yang sudah menggumpal atau bembah
wama menjadi gelap.
8) Buatlah catatan tertulis tentang media yang tersedia.

e. Persiapan media
1) Ikuti petunjuk pabrik untuk persiapan dengan seksama.
2) Siapkan media dalam jumlah yang habis dipakai sebelum waktu
penyimpanan kadaluarsa (lihat di bawah).

f. Penyimpanan media yang sudah dibuat


1) Lindungi dari cahaya matahari
2) Lindungi dari panas. Media yang mengandung darah, bahan aditif organik
lain atau antibiotik harus disimpan dalam lemari pendingin.
3) Bila disimpan di tempat yang sejuk dan gelap umur penyimpanan media-jadi
akan bergantung pada jenis wadah yang digunakan. Waktu simpan yang
umum adalah:
a) tabung dengan sumbat kapas, 3 minggu;
b) tabung dengan tutup kendur, 2 minggu;
c) tabung dengan tutup ulir, 3 bulan;
d) cawan Petri, bila disegel dalam kantung plastik, 4 minggu.

g. Kendali-mutu media-jadi
1) Pengujian pH.
pH media yang dipersiapkan tidak perlu diperiksa secara rutin bila
dibuat secara benar dari bubuk kering. Jika media dibuat dari bahan dasar,
media tersebut hams dibiarkan mendingin terlebih dahulu sebelum pH-nya
diuji. Media padat hams diuji dengan elektroda permukaan atau setelah
maserasi dalam air suling. Jika pH-nya berbeda lebih dari 0,2 unit dari
spesifikasinya, sesuaikan dengan asam atau basa atau buat batch baru.

2) Sterilitas Media
Media harus steril ketika akan digunakan untuk inokulasi. Tiap
batch media harus dilakukan uji sterilitas. Sisihkan 1-5 % dari batch dan
letakkan didalam inkubator dengan suhu 35oC selama 48 jam. Sisanya
disimpan dalam lemari pendingin. Jika tumbuh kontaminan dalam media
karena sterilisasi tidak baik, maka harus dibuat media baru. Wadah yang
digunakan untuk uji sterilitas harus dibuang karena terjadinya dehidrasi
setelah inkubasi 48 jam dalam inkubator. Jika didapatkan lebih dari dua
koloni pada setiap plat, buang seluruh batch tersebut.

3) Pertumbuhan Media
Kemampuan media untuk mendukung pertumbuhan organisme
dilihat dari inokulasi media dengan isolat stock kultur. Kesalahan pemantapan
mutu yang sering terjadi adalah penggunaan inokulum yang padat akan
menyesatkan. Dalam spesies organisme mungkin lebih fastidious/rewel atau
dalam jumlah yang sangat sedikit, sehingga media tidak bisa mendukung
pertumbuhannya. Untuk melakukan tes sebaiknya digunakan suspensi
inokulum yang diencerkan.

4) Respon Biokimia Media


Tujuan menginokulasi media untuk melihat reaksi spesifik, misal
fermentasi atau produksi H2S atau gas digunakan satu spesies saja yang akan
memproduksi reaksi yang diharapkan.

5) Media Selektif
Media Selektif tidak hanya digunakan untuk mendukung
pertumbuhan organisme tetapi juga untuk menghambat pertumbuhan
organisme lain. Sebaiknya inokulasi tmedia dengan kedua kelompok
organisme. Untuk melihat efek hambatan digunakan inokulum yang padat.
Jika media dapat menghambat pertumbuhan inokulum yang padat berarti
akan dapat menghambat pertumbuhan organisme dalam spesimen yang hanya
sedikit (WHO,2007).

2. Pemantapan Mutu Cat


Cat yang digunakan semuanya harus dilakukan pemantapan mutu, untuk
melihat kemampuannya membedakan organisme positip dan negatip, semua data
dicatat. Pemantapan mutu ini dilakukan tiap minggu juga tiap
menggunakan/membuat/mencampur cat baru.

3. Uji Sensitivitas Antibiotik


Uji Sensitivitas Antibiotik telah menjadi langkah yang penting untuk
menangani penyakit infeksi dan memantau resistensi antimikroba pada berbagai jenis
patogen. Pemilihan antibiotik harus mempertimbangkan profil sensitivitas patogen,
farmakologi antibiotik, kepentingan terapi dan harganya (WHO,2007; CLSI, 2010)

a. Uji Sensitivitas Antibiotik Rutin


Uji Sensitivitas harus dilakukan untuk dua tujuan utama , yaitu :
1) Membantu klinisi memilih antimikroba terbaik untuk masing-masing
pasien
2) Mengumpulkan informasi epidemiologi tentang mikroorganisme yang
resisten dalam komunitas, untuk kepentingn kesehatan masyarakat.
b. Uji Sensitivitas sebagai Pedoman Terapi
Uji Sensitivitas tidak boleh dilakukan terhadap kontaminan atau
kontaminan atau komensal dari flora normal, atau organisme lain yang tidak
berhubungan dengan penyebab proses infeksi. Uji Sensitivitas dilakukan hanya
pada organisme dari kultur yang benar-benar dipertimbangkan sebagai penyebab
infeksi. Organisme harus diidentifikasi karena tidak semua mikroorganisme dari
pasien dengan infeksi memerlukan antibiogram. Uji Sensitivitas Antibiotik Rutin
tidak dinjurkan jika organisme penyebab merupakan spesies yang diperrkirakan
sensitip terhadap.
c. Uji Sensitivitas sebagai alat epidemiologi
Uji Sensitivitas Rutin pada patogen-patogen utama (mis: Salmonella
typhi, shigella) sangat berguna sebagai bagian program surveilans infeksi saluran
cerna. Hal ini penting untuk memberi informasi kepada klinisi adanya strain
resisten ( S.typhi resisten pada chloramphenicol, shigella resisten terhadap
co.trimoxazole dan ampicillin dan mengindikasi perlunya ada perubahan standar
terapi. Surveilans berkesimnambungan dari hasil uji sensitivitas rutin merupakan
sumber informasi luar biasa utuk prevalensi staphylococcus yang resisten dan
basil gram negatif yang mungkin bertanggung jawab terhadap terjadinya infeksi
silang rumah sakit. Laporan pola resistensi dari strain umum secara periodik
merupakan bantuan tak ternilai untuk kebijakan penggunaan antibiotik dirumah
sakit dengan pembatasan atau rotasi obat-obat life saving , seperti aminoglycoside
dan cephalosporin.

d. Pemilihan Obat
Pemilihan obat untuk antibiogram rutin didasarkan atas pertimbangan
spektrum antibakterial dari obat, farmakokinetik, toksisitas, efikasi dan
ketersediaannya dan juga harganya.

e. Prinsip Umum Uji Sensitivitas Antimikroba


1) Metode Dilusi
Untuk memperkirakan secara kuantitatif aktivitas antibiotik,
pengenceran antibiotik dalam broth atau media agar dan kemudian di
inokulasi dengan organisme yang akan diuji. Konsentrasi terendah yang
mencegah pertumbuhan setelah inkubasi semalam disebut minimum inhibitory
concentration (MIC).
2) Metode Difusi
Cakram kertas yang akan diisi antimikroba dosis tertentu
diletakkan pada media agar yang sudah dinokulasi dengan organisme yang
akan diuji. Metode yang direkomendasi oleh NCCLS/CLSI adalah modifikasi
metode Kirby-Bauer.
Modifikasi Metode Kirby-Bauer
Reagen: Agar Mueller-Hinton
a) Agar Mueller-Hinton dibuat dari bahan dasar kering sesuai petunjuk
pabrik. Jangan memasak media terlalu lama.
b) Dinginkan media C dan tuang kedalam cawan petri, biarkan dingin,
dengan ketebalan 4 mm. Cawan Petri dengan diameter 9cm memerlukan
25mL media. 0 45- 50
c) Setelah agar mengeras, untuk segera digunakan keringkan cawan selama
10-30 menit pada C dengan meletakkannya dalam inkubator dengan posisi
tegak. 0 36
d) Media yang belum akan digunakan disimpan dalam kantong plastik
tertutup dimasukkan dalam refregerator, akan bertahan sampai 2 minggu.
(Anatonim, 2007; Aurora, 2004; WHO, 2007; CLSI, 2009)

f. Cakram Antibiotik
Stok cakram antibiotik harus disimpan pada suhu C. Cakram antibiotik
yang akan digunakan bisa disimpan dalam refregirator sampai 1 bulan. Sebelum
digunakan cakram harus dibiarkan 1 jam dalam suhu kamar untuk penyesuaian
suhu. 0 -20

g. Standar Turbiditas
Tuangkan 0,6 mL larutan Ba chloride dihydrat 1% (10g/L) kedalam gelas
ukur dan jadikan 100mL dengan 1% (10mL/L asam sulfat, simpan dalan tempat
gelap pada suhu kamar (sampai 6 bulan), tutup rapat, untuk menghindarkan
terjadinya penguapan.
Definisi resisten dan sensitif. Hasil uji sensitivitas yang dilaporkan kepada
klinisi adalah klasifikasi dari mikroorganisme dengan dua atau lebih kategori
sensitivitas. Sistem yang paling sederhana hanya membagi dua kategori sensitif
dan resisten. Walaupun secara epidemologi dan statistik memberi banyak
kemudahan, tetapi sangat tidak fleksibel untuk klinis. Oleh karenanya yang sering
digunakan adalah kategori klasifikasi, yaitu : sensitif, intermediate, resisten
1) Sensitif: organisme dikatakan sensitif terhadap suatu obat ketika penyebab
infeksi berespon terhadap terapi dengan obat ini sesuai dosis yang
direkomendasikan.
2) Intermediate: mencangkup dua situasi. Dapat diaplikasikan pada strain yang
‘moderately susceptible’ terhadap antibiotik yang bisa digunakan dengan
dosis yang lebih tinggi karena toksisitasnya rendah atau antibiotik
terkonsentrasi pada fokus infeksi (misal: urine). Jaga diaplikasikan pada
strain yang sensitif terhadap antibiotik lebih toksis yang tidak dapat
digunakan dengan dosis tinggi. Pada situasi ini kategori ini berperan sebagai
buffer zona antara sensitif dan resisten.
3) Resisten: organisme tidak berespon terhadap obat yang diberikan, baik dosis
ataupun lokal infeksi.

h. Perlunya pemantapan mutu dalam uji sensitivitas


Hasil akhir uji difusi cakram dipengaruhi beberapa variabel. Beberpa
faktor mudah dikontrol, diantaranya densitas inokulum dan suhu inkubasi, namun
laboratorium sering tidak tahu komposisi pasti dari media komersial atau variasi
kualitas antar batch dan tidak dapat diketahui pasti isi antimikroba dari cakram.
Oleh karenanya hasil uji harus selalu dimonitor dengan program pemantapan
mutu.
Presisi dan akurasi dari uji harus dikontrol dengan menggunakan strain
kontrol yang diketahui sensitivitasnya terhadap obat antimikroba. Quality control
strain ini diuji dengan prosedur yang sama. Ukuran zona organisme kontrol harus
masuk dalam range diameter standart (Tabel 5). Jika hasilnya diluar range
tersebut harus diterima sebagai bukti adanya kesalahan teknis dalam uji atau
reagen bermasalah. Masing-masing reagen dan langkah-langkah tes harus
diinvestigasi sampai ditemukan kesalahan (WHO.2007).

4. Strain standart
Program pemantapan mutu harus menggunakan standard reference strain bakteri
yang diuji bersama kultur klinis, yang dilakukan tiap minggu atau 5 batch dari tes,
atau tiap batch baru dari agar Mueler Hinton atau batch baru dari cakram. Strain
standar minimal :
a. Staphylococcus aureus (ATCC 25923)
b. Escherichia coli (ATCC 25922)
c. Pseudomonas auruginosa (ATCC 27853)
Untuk kultur harian tumbuhkan dalam nutrient agar miring dan simpan dalam
refrigator, subkultur kedalam agar miring 2 minggu sekali.

D. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam uji sensitivitas antibiotik :


1. Cakram antibiotik yang digunakan diameter 6 mm
2. Isi Cakram antibiotik benar
3. Persedian Cakram antibiotik disimpan suhu -20oC
4. Digunakan media Mueler Hinton untuk menentukan sensitivitas antibiotik
5. Digunakan kontrol kultur yang baik
6. Digunakan metode standar
7. Cakram antibiotik diletakkan 1 jam pada suhu kamar sebelum digunakan
8. Incubasi 16-18 jam suhu 35oC sebelum dilaporkan
9. Beri jarak antar cakram antibiotik untuk menghindari zona hambatan yang
bertumpuk.
10. Pastikan cakram antibiotik menempel dengan baik pada media inokulasi
11. Ukur zona hambatan dengan tepat
12. Interpretasikan ukuran zona hambatan sesuai standar
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
pemantapan mutu adalah upaya mengukuhkan hasil mengidentifikasi, memantau,
menilai dan memperbaiki praktek yang terkait perawatan kesehatan. Pemeriksaan
pemantapan mutu mikrobiologi berbeda jika dibandingkan dengan pemeriksaan
pemantapan mutu kimia atau hematologi. Sebab bahan pembanding atau pemantauan
(control) yang digunakan antara lain mikroorganisme yang hidup yang tidak dapat
diletakan disembarang tempat. Salah satu cara agar pemeriksaan dapat diandalkan yaitu
dengan memantapkan mutu dalam (internal) maupun luar (external), terutama untuk
laboratorium sebaiknya dilakukan dengan cara dalam (internal).
Laboratorium mikrobiologi harus melakukan pemantapan mutu untuk
memastikan akurasi, realiabilitas dan reprodusibilitas dari bermacam tes yang digunakan
dalam isolasi, identifikasi dan uji sensitifitas antimikroba terhadap mikroorganisme.
Pemantapan mutu yang harus dilakukan dalam laboratorium mikrobiologi antara lain :
1. Pemantapan mutu media
2. Pemantapan mutu cat
3. Uji Sensitivitas Antibiotik
4. Strain Standart
5. Pemantapan mutu Alat
pengendalian Mutu Mikrobiologi Klinik terdiri dari tiga tahapan kegiatan yang
mempengaruhi hasil uji laboratorium. 1) Tahapan Preanalitik kegiatan: Permintaan
pemeriksaan, Penulisan permintaan pemeriksaan, Persiapan pasien, Pengambilan
spesimen , Identifikasi spesimen, Transportasi specimen. 2) Tahap Analitik: Pemeriksaan
spesimen ( ID /AST). 3) Tahap Pasca Analitik: Penulisan hasil, Interpretasi hasil,
Penyampaian hasil, Tindakan yang diambil berdasarkan hasil. Tercapainya hasil yang
berkualitas dapat terganggu atau rusak pada tahapan mana saja dalam proses pemeriksaan
laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

 Maria tuntun siregar dkk, 2018. Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik (TLM),
Kendali Mutu. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Di akses. 16 oktober
2021. http://bppsdmk.kemkes.go.id
 Prihatini , 2018. Pengendalian Mutu Bidang Mikrobiologi Klinik, INDONESIAN
JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND LABORATORY. Diakses 16 oktober 2021.
https://www.researchgate.net

Anda mungkin juga menyukai