DISUSUN OLEH :
TINGKAT : 2A
KELOMPOK 2 :
WA SAMLIA RUMALUTUR
RESTI DJUMAT
ALDIANSAH SEHWAKY
ORELYA B NANLOHI
SASKILA DAENG
SENDY SOHILAIT
LIBERTHY TUAPETEL
CHIRISTIN PATTIWAELAPIA
AMBON
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jamur (fungi) -
banyak orang juga menyebut cendawan.Kajian dalam mikologi antara lain meliputi taksonomi jamur,
fisiologi jamur, bioteknologi jamur, budidaya jamur (mushroom culture). Mikologi berasal dari kata ‘
mykes’ yang berarti Myceane yaitu salah satu kelompok mushroom ( jamur mikro ) dan dari kata
logos yang berarti ilmu.Jadi bisa dikatakan mikologi adalah ilmu yang mepelajari tentang jamur dan
pemanfaatnya dalam kehidupan sehari – hari oleh manusia.
Traumatik adalah hal sering dikaitkan dengan tekanan emosional dan psikologis yang besar,
biasanya karena kejadian yang sangat disayangkan atau pengalaman yang berkaitan dengan
kekerasan. Namun, dalam konteks ini, yang dimaksud dengan “trauma” adalah trauma sebagai
penyakit atau trauma pada fisik seseorang.
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang bisa disbabkan oleh trauma
benda tajam atau tumpu, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan
(sjamsuhidajat & wim de jong, 2005).
A. Cladophialophora Carrionii
Cladophialophora carrionii adalah jamur melanisasi dalam genus Cladophialophora yang
berhubungan dengan bahan tanaman yang membusuk seperti kaktus dan kayu. Ini adalah salah satu
spesies Cladophialophora yang paling sering terlibat dalam penyakit manusia. Cladophialophora
carrionii adalah agen penyebab chromoblastomycosis, infeksi subkutan yang terjadi di daerah sub-
tropis seperti Madagaskar, Australia dan barat laut Venezuela. Penularan terjadi melalui implantasi
traumatis bahan tanaman yang dijajah oleh C. carrionii, terutama menginfeksi pekerja pedesaan.
Ketika C. carrionii menginfeksi inangnya, ia berubah dari keadaan miselium menjadi keadaan
muriform untuk lebih mentolerir kondisi ekstrim dalam tubuh inang.
B. Habitat
Infeksi oleh C. carrionii biasanya muncul setelah inokulasi traumatis bahan yang dijajah oleh
jamur. Kebanyakan infeksi dilaporkan dari daerah pertanian pedesaan yang kering.
Cladophialophora carrionii bersifat saprotrofik, terjadi terutama pada bahan tanaman yang membusuk
seperti kayu di mana ia menghasilkan enzim yang memungkinkannya memanfaatkan lignin sebagai
sumber nutrisi. Cladophialophora carrionii juga ditemukan di pohon pinus, tiang pagar kayu putih
(yang sering digunakan dalam pertanian untuk melindungi tanaman), tanah dan duri kaktus mati
dimana nutrisinya berasal dari karbohidrat, mineral dan vitamin dalam jaringan tanaman.
C. Morfologi
Cladophialophora carrionii adalah bagian dari kelompok jamur melanisasi, juga dikenal
sebagai "ragi hitam" karena bentuk miseliumnya berwarna hijau tua dan konidia memiliki pigmen
coklat. Koloni tumbuh dengan kecepatan sedang pada agar dekstrosa Sabouraud. Konidia C.
carrionii adalah spora berbentuk oval uniseluler yang dapat dibedakan karena adanya dua bekas luka
berpigmen ringan. Panjang konidia bervariasi (1,5-3,0 × 2,0-7,5 µm). Konidiofornya yang panjang
mirip dengan genus Cladosporium, yang berasal dari kata Latin "clado", yang berarti bercabang.
Genus Cladophialophora dibedakan dari Cladosporium karena selain rantai konidia, anggota genus
Cladophialophora juga menghasilkan phialides. Cladophialophora carrionii adalah patogen dimorfik
yang mengubah keadaan dari bentuk miselium menjadi muriform, seperti ragi setelah menyerang
inangnya. Sel muriform berwarna coklat keemasan karena deposisi melanin dan memiliki dinding sel
yang tebal.
D. Pertumbuhan dan reproduksi
Seperti banyak ragi hitam lainnya, C. carrionii sensitif terhadap suhu di atas 37 ° C. Hal ini
dapat dibedakan dalam kultur dengan adanya enzim urease yang menghidrolisis urea dan
ketidakmampuannya untuk mencairkan gelatin. Mengubah suhu atau tingkat mikronutrien seperti
kalsium dan fosfat mempengaruhi apakah C. carrionii dalam keadaan miselium atau muriform. Jamur
berubah menjadi sel muriform dalam kondisi suhu antara 25 ° C sampai 37 ° C, 0,1 mM Ca2 +, dan
pH 2,5. Ini menghasilkan banyak konidia dalam rantai lurus dan panjang yang keluar dari hifa,
dengan konidia termuda terjauh dari hifa. Tidak ada keadaan seksual yang diketahui untuk C.
carrionii.
F. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan secara mikroskopi
a. Prinsip
Larutan KOH 10% atau 20% akan melisiskan kulit, kuku dan rambut sehingga bila
mengandung jamur, dibawah mikroskop akan terlihat hypha dan atau spora.
b. Tujuan
Menemukan adanya hypha dan atau spora pada kuli pada kulit, kuku dan rambut
c. Persiapan pasien Tidak diperlukan
d. Pengambilan spesimen, pembuatan dan pengiriman sediaan
Pengambilan specimen
1) Alat
Skalpel
Pinset
Alkohol 70%
Kapas
Kertas/wadah yang bersih
2) Lokasi
Kulit: Bagian tepi kelainan kulit
Kuku: kuku yang mengalami penebalan
Rambut : rambut rapuh dan berwarna agak pucat. Pada rambut terdapat
benjolan. Daerah sekitar rambut menunjukkan kelainan kulit. Misalnya
bersisik, botak dan lain-lain.
3) Cara pengambilan
Kerokan kulit
a. Bersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas alkohol 70% untuk
menghilangkan lemak, debu dan kotoran lainnya.
b. Keroklah bagian yang aktif dengan skalpel dengan arah dari atas
kebawah (cara memegang skalpel harus miring membentuk sudut 45o
ke atas)
c. Letakkan hasil kerokan kulit pada kertas atau wadah
Kerokan/ guntingan kuku
a. Bersihkan kuku yang sakit dengan kapas alkohol 70% dengan maksud
seperti diatas.
b. Kerokalah bagian kuku yang sakit pada bagian permukaan dan bagian
bawah kuku yang sakit, bila perlu kuku tersebut digunting.
c. Letakkan kuku tersebut pada kertas/ wadah yang bersih.
Rambut
a. Rambut yang sakit dicabut dengan pinset.
b. Letakkan rambut tersebut pada kertas/ wadah yang bersih.
Pembuatan sediaan
1. Alat
Kaca objek
Kaca penutup
Lampu spiritus
Pinset
2. Reagen
Larutan KOH 10% untuk kulit dan kuku
Larutan KOH 20% untuk rambut
3. Cara pembuatan sediaan
Teteskan 1-2 tetes larutan KOH 10% pada kaca objek.
Letakkan bahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan
menggunakan pinset yang sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan
KOH tersebut. Kemudian tutup dengan kaca penutup.
Biarkan ±15 menit atau dihangatkan diatas nyala api selama beberapa
detik untuk mempercepat proses lisis.
4. Pengiriman specimen
Wadah Amplop yang bersih.
Cara pengiriman
a. Bungkus spesimen yang telah diletakkan pada kertas/wadah yang
bersih dan kering.
b. Kemudian masukkan kedalam amplop.
c. Tulis identitas pasien diatasnya : nama dan umur pasien, tanggal
pengambilan.
d. Kemudian masukkan lagi kedalam amplop yang lebih besar dan
tebal. Lalu rekatkan.
e. Spesimen siap dikirim.
5. Cara pemeriksaan
Alat
Mikroskop
Cara Periksa sediaan dibawah mikroskop
Mula-mula dengan perbesaran objektif 10 X kemudian dengan
pembesaran 40 X untuk mencari adanya hypha dan atau spora.
6. Hasil
Positif : bila ditemukan adanya hypha dan atau spora
Negatif : bila tidak ditemukan adanya hypha dan atau spora
7. Catatan
Untuk pengiriman spesimen, jangan pakai wadah berupa botol bertutup karet
karena spesimen didalamnya akan tetap basah sehingga bakteri serta jamur
saprofit akan tumbuh lebih cepat dan menutupi jamur yang akan diperiksa
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Mikologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jamur (fungi) -
banyak orang juga menyebut cendawan.Kajian dalam mikologi antara lain meliputi taksonomi jamur,
fisiologi jamur, bioteknologi jamur, budidaya jamur (mushroom culture). Traumatik adalah hal sering
dikaitkan dengan tekanan emosional dan psikologis yang besar, biasanya karena kejadian yang sangat
disayangkan atau pengalaman yang berkaitan dengan kekerasan. Namun, dalam konteks ini, yang
dimaksud dengan “trauma” adalah trauma sebagai penyakit atau trauma pada fisik seseorang.
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang bisa disbabkan oleh trauma benda
tajam atau tumpu, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.
Lesi adalah istilah kedokteran untuk merujuk pada keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh. Hal
ini dapat terjadi karena proses beberapa penyakit seperti trauma fisik, kimiawi, dan elektris; infeksi,
masalah metabolisme, dan otoimun.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Cladosporium