Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PENYAKIT BAKTERIAL DAN MIKAL

Isolasi dan Identifikasi Sampel Kerokan Kulit Pada Kucing Dengan


Dermatophytosis

15 November – 6 Desember 2018

Dosen Pengampu: Ita Krissanti, drh., M.Si.

Disusun Oleh :

Vera Alfiani 130210160012

Meliana Puti Fatimah 130210160035

Arvia Nisrina Praditha 130210160039

Audri Dwi Gumirang 130210160044

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Dasar Teori


Dermatofitosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur
Dermatofita yang menyerang jaringan berkeratin seperti pada stratum
korneum kulit, rambut, dan kuku / tanduk hewan. Jamur Dermatofita mampu
membentuk molekul yang berikatan dengan keratin dan memanfaatkanya
sebagai sumber nutrisi (Budimulya 2007).
Dermatofita mampu menginfeksi hampir ada semua hewan, umumnya
hewan domestik, seperti hewan ternak,anjing, kucing, hamster,
kelinci,mamalia, dan burung. Dermatofitosis tergolong penyakit yang
zoonosis yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia maupun sebaliknya.
Penularannya dapat secara langsung, seperti adanya kontak langsung dengan
kulit atau bulu yang terkena ringworm, maupun secara tidak langsung, yaitu
melalui spora dalam lingkungan tempat tinggal hewan. hewan yang menderita
dermatofitosis akan mmengalami penurunan sistem kekebalan tubuh (Feline
2005).
Ringworm (dermatophyte) berasl dari gabungan kata ring dan worm,
worm karena diduga penyebabnya adalah cacing dan ring karena gejalanya
dimulai dengan adanya peradangan pada permukaan kulit yang bila dibiarkan
akan meluas membentuk lingakaran seperti cincin. Dermatofita
(dermatophyte) merupakan jenis kapang yang menyebabkan
kerusakan pada jaringan kulit karena menggunakan zat keratin yang terdapat
di permukaan kulit untuk pertumbuhannya (Palupi, 1997). Ringworm sering
disebabkan oleh kapang jenis Trichophyton sp. dan Microsporum sp. Daerah
tropis dengan kelembaban tinggi seperti Indonesia merupakan daerah yang
cocok bagi tumbuhnya berbagai jenis jamur (Pohan 2007).
Gejala yang sering terlihat pada kucing yang menderita
dermatofitosis,yaitu adanya kerusakan disertai kerontokan bulu di seluruh
muka,hidung, dan telinga. Perubahan yang tampak pada kulit berupa
lingkaran atau cincin dengan batas jelas dan umumnya dijumpai di daerah
leher,muka, kaki, dan perut bagian bawah.Keudian akan terbentuk keropeng
dan kerak yang pada bagian tengah biasanya kurang aktif. Pertumbuhan aktif
akan menyebabkan bulu menjadi rapuh, mudah patah, rontok, dan kulit agatal
(Riza 2009).

1.2. Tujuan
1.2.1. Mengetahui cara mengisolasi kapang dari sampel kerokan kulit
1.2.2. Mengetahui cara identifikasi kapang yang ada pada kerokan kulit
1.2.3. Mengetahui jenis kapang yang ada pada kucing yang diguga
dermatophytosis
1.2.4. Mengetahui karakteristik kapang yang teridentifikasi dari sampel
kerokan kulit

1.3. Alat dan Bahan


1.3.1. Alat
Alat yang digunakan selama praktikum mengenai dermatophytosis
antara lain cawan petri, object glass, cover glass, scalpel dan blade,
mikroskop, kapas, ose, pipa U, selotip, kertas saring dan spirtus.
1.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan selama praktikum mengenai dermatophytosis
antara lain sampel kerokan kulit, media SDA, KOH 10%, Alkohol, dan
LPCB.

1.4. Prosedur
1.4.1. Pengambilan Sampel Kerokan Kulit
Kucing yang diduga terkena dermatophytosis diambil kerokan kulitnya
di bagian yang dicurigai (biasanya seperti kerak). Kerokan kulit
diambil menggunakan blade. Kerokan tidak perlu terlalu dalam karena
kapang dermatophyta hanya menginfeksi bagian keratin kulit saja,
berbeda dengan investasi tungau yang sampai ke lapisan dalam kulitt.
Selanjutnya sampel kerokan kulit ditampung di dalam cawan petri.
1.4.2. Pemeriksaan Dengan Mikroskop dan Isolasi Pada Media SDA
Setelah sampel kerokan kulit didapatkan, sampel tersebut diidentifikasi
dengan mikroskop. Sampel kerokan kulit diambil dan ditaruh di atas
object glass selanjutnya diberi KOH 10% dan ditutup dengan cover
glass. Preparat ditunggu selama 15 menit atau bisa langsung difiksasi
di atas api. Setelah itu baulah diamati.
Jika preparat sudah diamati dan terlihat bahwa kapang yang ditemukan
pada sampel kerokan kulit tersebut adalah kapang dermatofita, sampel
kerokan kulit di tanam di dalam media SDA. Kultur pada media ini
membutuhkan waktu selama 2 minggu untuk inkubasi pada suhu 37°C.
sampai terlihat adanya makrokonidia.
1.4.3. Pemeriksaan Isolat Dengan Mikroskop
Setelah diinkubasi selama 2 minggu, isolate kapang pada media SDA
diamati dengan mikroskop. Pertama ambil selotip dan tautkan pada
ujung-ujung cawan petri dan selanjutnya ditempelkan pada isolate
kapang (usahakan yang lebih di tengah). Lalu siapkan object glass
yang sudah ditetesi LPCB. Selotip yang sudah ada isolate kapangnya
segera ditempelkan pada object glass tersebut dan selanjutnya diamati
di bawah mikroskop.
1.4.4. Pembuatan Slide Culture Menurut Riddle
Selanjutnya isolate kapang pada media SDA di ambil untuk
penanaman pada slide culture riddle. Disiapkan media agar berbentuk
persegi ukuran 1 cm x 1 cm x 1 cm dan diletakkan di atas object glass
yang disimpan dalam cawan petri yang seudah berisi pipa U dan kertas
saring yang sudah dibasahkan. Selanjutnya diambil isolate kapang
sedikit menggunakan ose jarum dan tempelkan pada sisi-sisi agar
sedikit ke atas dan bagian atas ditutup dengan cover glass. Selanjutnya
diinkubasi selama satu minggu dalam incubator bersuhu 37°C.
1.4.5. Pemeriksaan Hasil Slide Culture Riddle Dengan Mikroskop
Setelah diinkubasi selama satu minggu, isolate kapang diambil dan
diperiksa di bawah mikroskop untuk mengetahui apakah kapang yang
ditumbuhkan sama dengan kapang sebelumnya yang sudah
diidentifikasi. Identifikasi kali ini dengan membuat preparat yang
diberi pewarnaan dengan LPCB. Prosedur yang dilakukan yaitu
dengan mengambil cover glass yang sudah ditempelkan di atas agar
persegi lalu diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi LBCB
dan selanjutnya diamati.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Pemeriksaan Natif

Pada praktikum ini, dilakukan pengerokan kulit kucing yang diduga


menderita dermatofitosis. Dilakukan pemeriksaan sampel secara mikroskopis
langsung terhadap adanya elemen jamur (hifa dan makrokonidia) dengan
ditetesi KOH 10% yang didiamkan selama 15 menit lalu dilihat di bawah
mikroskop.

Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial disebabkan


oleh dermatofita yang memiliki kemampuan untuk melekat pada keratin dan
menggunakannya sebagai sumber nutrisi, dengan menyerang jaringan
berkeratin, seperti stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku
(Verma, 2008).

Pemeriksaan natif dilakukan untuk memastikan apakah sediaan yang


diambil dari kucing merupakan jamur yang termasuk ke dalam dermatofita
yaitu genus Epidermophyton, Microsporum dan Trychopyton. Yang
selanjutnya akan diisolasikan pada media DSA untuk menumbuhkan koloni
fungi.

2.2. Isolasi Pada Media DSA

Sampel dari kerokan kulit kucing selanjutkan diisolasi pada media DSA
yang merupakan media selektif untuk pertumbuhan fungi. Setelah sampel
berhasil diinokulasikan, selanjutnya akan dilakukan tahap inkubasi. Pada
tahap inkubasi dapat disimpan pada suhu ruang yang merupakan suhu
optimum untuk pertumbuhan kapang dan dibiarkan selama dua minggu
sambil terus diamati pertumbuhannya pada minggu terakhir sebelum
dilakukan pengataman pada koloni fungi.
2.3. Pengamatan Makroskopis Koloni Fungi

Gambar 1. Bentuk koloni dari bagian atas.

Gambar 2. Bentuk koloni dari bagian bawah.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, koloni kapang yang


ditumbuhkan pada media DSA ini menunjukkan warna koloni yang bagian
permukaannya putih dengan bagian bawah berwarna kuning. Topografi dari
kapang ini antara lain form-nya filamentous, margin filiform, dan elevasi
yang flat. Selain itu, jika dilihat dari waktu inkubasi serta koloni yang tumbuh,
maka dapat dikatakan kapang ini memiliki kecepatan pertumbuhan yang
lambat.

2.4 Pengamatan Mikroskopis dengan Natif PENGAMATAN


MIKROSKOPIS DENGAN NATIF

Dalam melakukan uji pengamatan dermatophyta dilakukan dengan mengunakan


media glass objek dalam melakukan proses pengujian di lakukan pada glaas objek
yang telah di tetesih oleh KOH 2% yang kemudian di tutup selama 15 menit,
setelah di tunggu selama 15 menit kemudian isolat di amati dengan mengunakan
mikroskop pada pembersaran 40x10. Oleh karena itu dermatophyta sendiri adalah
infeksi yang di sebabkan oleh cendawan pada bagian kutan, yang mengandung
keratin, di indonesia ada 2 jenis kapang yang menjadi penyebab terjadi nya
dermatophyta , yaitu trichopyton sp dan microsporum sp, dalam penyebaran nya
di indonesia dapat menyerang pada sekelompok hewan anjing dan kucing, dalam
pembiakan nya dilakukan dengan secara aseksual , dalam gambaran mikroskopis
kultur nya berbentuk spindle, berdinding kasar dan tebal. Pada kucing yang
menderita dermatophyta akan dapat di lihat dari perubahan warna menjadi coklat
pada makrokondia.

SLIDE CULTURE RIDDLE

Dalam pengamtan ini di lakukan dengan penyiapan cawan petri kemudian di


masukan kertas sari pada cawan petri, kemudian di letakan nya batang V , lalu di
letakan nya objek glass pada atas batang V. Lalu di sterilisasi mengunakan
autoclave. Kemudian teteskan griselrol selama 10% dengan takarang 10 ml. Jamur
pada umum nya berkembang biak secara vegetatif dan general dengan berbagai
macam spora, pertumbuhan nya dapat di lihat dengan penampakan yang
berselaput putih seperti tumpukan kapas yang dengan warna semula berwarna
putih tapi ketika sudah tumbuh akan menghasil kan warna yang berbeda beda
sesuai dengan jenis jamur.

PENNGAMATAN MIKROSKOPIS CULTURE RIDDLE

Pada pengamatan culture riddle di lakukan untuk mengamati morfologi secara


jelas dengan melakukan cara saboraud dextrose dengan di potong berbentuk
kubus dan di letakan pada tengah objek glass dan di lakukan ikubasi selama 7x24
jam , kemudian dilakukan pewarnaan LPCB dan di lakukan pengamatan dengan
mikroskop, pada hasil pengamatan terlihat hasil yang menunjukan banyak nya
hifa yang bersepat panjang yang berbentuk batang.

Dalam pengamatan ini di lakukan dengan cara culture riddle karaena lebih mudah
dalam menentukan diagnosis pada hewan yang positif terpapar atau pun negatif.
Daftar Pustaka

Febriyanti, Riya., Aryani, L.I., Febriani, Eriska. Isolasi Kapang


Dermatophyta Penyebab Dermatofitosis. Diakses pada 12 Desember
2018.https://www.academia.edu/35323106/ISOLASI_KAPANG_DER
MATOPHYTA_PENYEBAB_DERMATOFITOSIS_Isolation_and_Ide
ntification_of_Dermatophytosis_Mold

Anda mungkin juga menyukai