DIAGNOSA
Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Total Kasus Mandiri Koasistensi Interna Hewan Kecil. Pada
kepada:
1. Ady Kurnianto, drh. M.Si, Junianto W.A.P, drh., M.Si dan Dian Ayu K. S, drh., M.Vet
2. Teman-teman sekelompok dan semua pihak yang secara tidak langsung membantu
Penulis menyadari bahwa masih diperlukan banyak masukan dalam penyusunan makalah
ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Kesejahteraan masyarakat yang baik dapat ditandai dengan tingkat kebutuhan tersier yang
juga ikut meningkat. Salah satu kebutuhan tersier masyarakat perkotaan yang menjadi tren saat
ini adalah meningkatnya daya tarik terhadap pemeliharaan hewan kesayangan. Tampilan serta
tingkah laku tingkah laku anjing dan kucing yang menyenangkan bagi pemilik merupakan alasan
utama hewan tersebut banyak dipilih sebagai hewan kesayangan (Rodiah, 2001; Saryoko dan
Putri, 2016).
Tren pemeliharaan anjing dan kucing yang meningkat di masyarakat berbanding lurus pada
laporan kejadian penyakit pada anjing dan kucing yang juga turut meningkat, baik penyakit
infeksius maupun non infeksius. Salah satu penyakit non infeksius tersebut adalah
Dermatomicosis pada kucing maupun anjing. . Dermatofit adalah kumpulan jamur yang mampu
membentuk molekul yang berikatan dengan keratin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi
untuk kolonisasi. (Kurniati dan Cita, 2008). Penanganan penyakit ini terbilang cukup sulit karena
sering terjadi reinfeksi dan membutuhkan waktu dan biaya yang tinggi dalam penangannya.
Apabila salah mendiagnosa maka penyakit kulit ini bisa terdiagnosa sebagai penyakit kulit biasa.
Patogenesis dermatopitosis tergantung pada faktor lingkungan. Jamur dermatopitosis ini dapat
berkembang pada iklim yang daerahnya tropis dengan kelembapan tinggi. Kucing yang bulu
tebal dan panjang menjadi predileksi yang cocok bagi tumbuh jamur (Adzima dkk, 2013).
meningkat di daerah pedalaman dengan variasi penyakit yang berbeda. Angka kejadian
dermatomikosis yang terjadi di rumah sakit pendidikan bervariasi antara 2,93-27,6%, angka ini
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui secara praktik dan teori mengenai
etiologi, gejala klinis, temuan dalam pemeriksaan klinis, teknik diagnosa, prognosa, dan terapi
2.1 DERMATOMIKOSIS
2.1.1 Definisi
Dernatomikosis adalah adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh fungi /jamur
dermatofit. Jamur yang termasuk sebagai jamur dermatofit antara lain adalah mycrosporum,
trtrichophyton, epidermophyton. Jamur/ Fungi yang paling sering adalah Mycrosporum canis.
Penyakit dermatomikosis ini dapat menular dari hewan ke ke hewan lainnya. Penularan dapat
ditularkan kerena kontak dengan kulit yang terinfeksi dan elemen / peralatan hewan seperti sisir,
Dalam penelitian Sajuthi Cucu K (2004), keturunan kucing yang mempunyai masalah
dermatomikosis secara genetic (walaupun tidak terlihat secara klinis) selalu memilik titer
antibody tinggi terhadap antigen mycrosporum canis demikian pula adanya perbedaan respon
limphosit, blastogenesisnya jika dibandingkan dengan kucing-kucing yang sudah sembuh dari
penyakit dermatomikosis.
Faktor-faktor predisposisi kucing yang mudah terkena infeksi jamur dermatofit ini anatar
lain :
2.2 Patofisiologis
Jamur dermatofit memiliki beberapa enzim seperti keratinolik protease dan lipas yang
berperan sebagai factor virulensi yang mempermudah perlekatan dan invasi pada kulit,
rambut, dan juga menggunkaan keratin sebagai sumber nutrisis untuk bertahan hidup.
Langkah awal pada infeksi dermatofita adalah perlekatan pada keratin yang diikuti
dengan invasi dan pertumbuhan elemen miselium. Pada ahap awal perlekatan, dermatofita
melakukan perlekatan dari artrokonidia (spora aseksual yang dibentuk dari hifa
berhasil terjadi, spora mulai tumbuh dan mempersipkan diri untuk tahapan berikutnya yaitu
Infeksi Mycrosporum canis dikaikan dengan alopecia dalam kasus tinea capitis
patogenisnya. Dermatomikosis menginvasi rambut dan epitel tanduk. Jamur akan merusak
rambut dan menggangu keratinisasi kulit normal secara klinis bulu rontok , timbul kerak
sehingga dapat juga terinfeksi dengan kuman lain. Gejala klinis lainnya anatara lain (Kurniati,
Cita R. 1990):
a. Gatal
b. Bulu rontok
c. Kerak-kerak kemerahan sampai lecet dan dapat berkembang di daerah wajah,
telinga, kaki depan, ekor dan sebagian badan dipenuhi dengan kerak
e. Hyperpigmentasi,
2.1.5 Penularan
apabila salah satu kucing sudah didiagnosa penyakit dermatomikosis maka kucing tersebut
harus diisolasi dan dan semua alat makan dan tempat pup harus disendirikan. Hal ini
dikarenakan penularan melalui kontak langsung melalui kulit ataupun peralatan yang sering
2.1.6 Diagnosa
Uji klinis dan munculnya lesi zoonotik dapat dijadikan sebagai diagnostic utama
namun pengobatan tidak dapat dilakukan tanpa diagnostik yang lain. Tes secara mikroskopik
dengan cairan KOH dapat mengetahui adanya spora pada rambut dan rontoknya , akan tetapi
banyak kesalahan pada teknik ini. Tes dengan menyinari lesi pada kulit dengan UV dapat
digunakan, bila hasilnya positif maka akan terlihat fluoresens berwarna hijau.
Pada kebanyakan kasus, kucing yang terinfeksi secara sponta dapat sembuh dari
Dermatomikosis dalam waktu 3 bulan. Walaupun begitu, pengobatan harus segera dilakukan
walaupun tidak terlalu penting akan tetapi tujuan dari memotong adalah agar tidak
memperburuk lesi dan mekanisme penyebaran spora jamur. Hal pemotongan rambut ini lebih
dikuatkan lagi dikarenakn sesuai dengan faktor prediposisi dermatophitosis yang sering
Pengobatan dengan terapi topical, terapi ini berfungsi untuk mrnghilangkan spora
jamur dari lingkungan. Dari smeua terapi topical, kapur sulfur merupakan terapi topical yang
sangat cepat dan pengganti sampo yang khusus sampo yang mengobati jamur yang
Selain terapi topical yang digunakan adalah terapi sistemik. Pilihan terapi sistemik
yang diberikan adalah griseovulvin. Griseovulvin merupakan obat keras sehingga tidak dapat
digunakan pada kucing bunting. Efek samping dari obat ini yaitu deperesi, ataxia, anemia dan
depresi sumsum tulang belakang (apabila dermatophytosis ini disertai dengan infeksi FelV.
Obat alternative lainya yang dapat digunakan adalah ketoconazole (5-10 mg/kg PO q 24 h)
atau dapat pula dipilih itacomazole (100 mg/kg PO q 24 h). Pengobatan harus berlanjut paling
tidak 4-6 minggu dan tidak boleh berhenti sampai jamur tidak tumbuh lagi, agar pertumbuhan
yang berada di sekitar lingkungan. Terapi lingkungan yang diberikan dengan cara
3.1 Materi
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan kucing yang mengalami dermatomikosis adalah
timbangan, thermometer, dan spuit
Bahan yang digunakan untuk terapi kucing yang mengalami dermatomikosis adalah
ivermectin, b komplek, grisovulvin dan Nutriplus gell.
3.2 Metode
Meode pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosa adalah dengan mengisi ambulatoir
secara lengkap, kucing dibawa keruang periksa, selanjutnya ditimbang dan diukur suhu tubuh
nya.
BAB IV
Alamat : Rungkut
STATUS PRESENT
4. Temperatur : 38 0C
8. Pernafasan : Bronkial
Konsistensi :-
Natif :-
Centrifuge :-
Lain-lain :-
Reaksi :-
Protein :-
Sedimen :-
Lain-lain :-
Sifat :-
Kadar Hb :-
Prep apus :-
Lain-lain :-
D. USG :-
E. RONTGENT :-
F. EKG :-
G. FAAL ORGAN :-
H. KULIT :-
I. ALERGI :-
J. LAIN-LAIN :-
Pengobatan :
1. inj ivermectin
3. Grisovulvin
4. Nutriplus gell
Pemeriksaan Hematologi Kucing Kepin Setelah Terapi
4.2 Pembahasan
peningkatan Monosit. Monosit merupakan bentuk leukosit (sel darah putih) yang berbeda dari
granulosit karena susunan morfologi intinya dan sifat sitoplasmanya yang relatif agranular. Pada
peradangan akut, monosit pada waktu yang kira-kira sama dengan neutrofil mulai bermigrasi
tetapi jumlahnya lebih sedikit dan dengan kecepatan yang lambat. Sel yang sama, jika berada di
dalam darah disebut monosit, jika terdapat dalam eksudat disebut makrofag. Sistem monosit-
makrofag (dikenal juga dengan istilah retikuloendotelial) berfungsi penting untuk membersihkan
darah, limfe dan ruangruang interstisial dari benda asing, dengan demikian merupakan fungsi
pertahanan yang penting. Tidak hanya itu, makrofag juga melepas faktor pertumbuhan dan
substansi lain yang mengawali dan mempercepat pembentukan jaringan granulasi pada luka
bersama fibroblas, memproduksi growth factor yang berperan pada reepitelisasi dan
pembentukan kapiler baru (angiogenesis) (Price SA dan Wilson LM, 2006). Peningkatan
monosit dapat disebabkan karena adanya infeksi pada kucing Kepin yang sudah bersifat kronis.
Peran monosit/makrofag ternyata tidak hanya terbatas pada fagositosis benda-benda asing yang
masuk kedalam tubuh. Namun monosit/makrofag ternyata menjadi kunci pada proses fibrosis
dan angiogenesis. Fibrosis penting agar jaringan dapat pulih dan bertahan terhadap lingkungan
luar tubuh. Angiogenesis juga penting karena tanpa adanya pembuluh darah baru nutrisi tidak
dapat diperoleh oleh jaringan sehingga jaringan akan mengalami kematian. Lebih jauh lagi,
ternyata monosit/makrofag turut berperan dalam perkembangan dan metastasis sel kangker
Kucing bernama Kepin berjenis kelamin jantan, umur 5 tahun dengan berat badan 5,5 .
Ditemukan lesi menyerupai keropeng di bawah mulut. Dengan kondisi tubuh gemuk dan
ekspresi muka ceria, suhu tubuh 380C. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan
Dermatomikosis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh fungi /jamur dermatofit.
Jamur yang termasuk sebagai jamur dermatofit antara lain adalah mycrosporum, trtrichophyton,
epidermophyton. Pada umumnya kasus dermatophitosis pada kucing ini disebabkan oleh jamur
Mycrosporum canis, Mycrosporum gypseum dan Tricophyton., akan yang paling sering adalah
Mycrosporum canis. Penyakit dermatomikosis ini dapat menular dari hewan ke hewan lainnya.
Penularan dapat ditularkan kerena kontak dengan kulit yang terinfeksi dan elemen / peralatan
hewan seperti sisir, kandang tempat pakan minum (Sajuthi Cucu K, 2004).
Mycrosporum canis adalah fungi yang lebih menyerang ke kucing .Mycrosporum canis
membentuk koloni putih, berbulu halus dengan tekstur Mycrosporum canisberbeda dengan
Mycrosporum lainnya dikarenakan beberapa strain Mycrosporum canis ini tidak menghasilkan
pigmen berwarna kuning sama sekali , hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan koloni yang
lambat dan membentuk mikrokonidia yang tidak berkembang. Mycrosporum canis mereproduki
secara aseksua dengan membentuk makrokonidia yang asimetris berbentuk bulat dan memiliki
Mycrosporum canis menghasilkan infeksi pada kulit kepala dan sebagian atau keseluruh
tubuh yang menciptakan lesi yang dapat mengakibatkan inflasmasi yang terkait dnegan dengan
kerontokan rambut. Infeksi oelh spesies ini sering dapat dideteksi secara klinis menggunakan
lampu wood, yang menyebabkan jaringan yang terinfeksi menjadi hijau terang., akan tetapi harus
ada tindakan diagnose lainnya. Pertumbuhan koloni Mycrosporum canis sangat cepat pada suhu
25˚C.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tanda klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (hematologi) kucing
Kepin didiagnosa Dermatomikosis. Dengan diberi tindakan terapi yang diberikan untuk kucing
Kepin pada penanganan Dermatomikosis adalah injeksi ivermectin, inj B.kompleks, Grisovulvin
5.2 Saran
Kucing penderita Dermatomikosis diharapkan menjaga kebersihan kandang dengan di
DAFTAR PUSTAKA
Halodokter. www.halodokterter.artikelobat.2016