Abstract
Purpose: This study aimed to analyze the association of environmental
hygiene and personal hygiene of cat owners with dermatomycosis in Klaten.
Dikirim: 30 Maret 2017
Diterbitkan: 1 Mei 2017
Methods: This research was an observational analytic epidemiological study,
with a case-control design involving 60 cat owners. Results: Bivariate
analysis showed that health knowledge, environmental hygiene and cat
onclusion: Lack of
owner hygiene were associated with dermatomycosis. C
knowledge, healthy behavior and sanitation of cat owners increased the risk
of contracting dermatomycosis. Cat owners are encouraged to behave
healthy and always maintain environmental sanitation and try to prevent
disease transmission.
1
Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan dan Kedokteran Sosial, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
(Email:drh.anastascia@gmail.com)
2
Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
3
Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada
233
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 5 Tahun 2017
diakibatkan Microsporum canis (1,2). analitik observasional, dengan rancangan studi kasus
kontrol. Studi kasus kontrol dimulai dengan
Penyakit kulit di Indonesia pada umumnya lebih
menentukan status penyakit, lalu melihat ke belakang
banyak disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, parasit,
apakah kejadian penyakit berhubungan dengan
dan penyakit dasar alergi. Berbeda dengan negara
paparan (8).
Barat yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
Populasi penelitian adalah 361 pemilik kucing yang
degeneratif. iklim, kebiasaan dan lingkungan juga
berkunjung di Klinik Hewan ABC Klaten pada
memberikan perbedaan dalam gambaran klinis
November 2015 sampai dengan November 2016.
penyakit kulit (3).
Populasi dalam penelitian ini adalah 361 orang.
Koloni jamur dermatofitosis merupakan pencetus
Jumlah populasi dibagi menjadi kelompok kasus
timbulnya penyakit jamur kulit. Selanjutnya
(pemilik kucing yang mengalami dermatomikosis)
pertumbuhan jamur bergantung pada faktor
dibandingkan dan kelompok kontrol (pemilik kucing
predisposisinya, seperti: suhu udara yang tinggi,
yang tidak mengalami dermatomikosis). Sampel pada
kelembaban udara yang tinggi, pH kulit setempat,
penelitian ini adalah 30 pemilik kucing yang pernah
trauma, kegemukan, lama kontak, genetik, dan
mengalami dermatomikosis dan 30 pemilik kucing
lingkungan sosial ekonomi yang buruk (4).
yang tidak pernah mengalami dermatomikosis sebagai
Jumlah kasus dermatomikosis di Indonesia belum
kontrol.
diketahui secara pasti. Penelitian di Denpasar
Kriteria inklusi sampel kelompok kasus dan kontrol
menyatakan bahwa dermatomikosis menempati
yaitu pemilik kucing yang pernah mengalami derma-
urutan kedua setelah dermatitis, dengan estimasi
tomikosis dan mengobati kucingnya di Klinik Hewan
jumlah kasus dengan di kota-kota besar di Indonesia.
ABC Klaten; pemilik kucing yang kucingnya mem-
Angka kasus akan meningkat di daerah pedalaman
punyai rekam medis lengkap; pemilik kucing yang
dengan variasi penyakit yang berbeda. Angka kejadian
memelihara 2-5 ekor kucing di rumahnya; pemilik
dermatomikosis yang terjadi di rumah sakit
kucing yang kucingnya tidak dikandangkan; pemilik
pendidikan bervariasi antara 2,93-27,6%, angka ini
kucing berusia antara 20 tahun sampai 45 tahun; dan
belum merupakan kejadian populasi di Indonesia (4).
pemilik kucing ras Persia. Sedangkan untuk kriteria
Data Profil Kesehatan Indonesia 2008 menunjukkan
eksklusi yaitu pemilik kucing tanpa data rekam medis
bahwa terdapat 64.557 pasien baru yang mengalami
dan pemilik kucing yang tidak bersedia menjadi
penyakit kulit dan jaringan subkutan (5). Penyakit
responden hingga penelitian selesai.
kulit dan jaringan subkutan menjadi peringkat ketiga
dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di
rumah sakit se-Indonesia berdasarkan jumlah
HASIL
kunjungan yaitu sebesar 192.414 yang 122.076 Tabel 1 menunjukkan umur responden yang diteliti
kunjungan diantaranya merupakan kasus baru (6). Hal antara 20-50 tahun. Dari 60 responden, yang paling
ini menunjukkan bahwa penyakit kulit masih dominan banyak berada pada kelompok umur 20-29 tahun yaitu
terjadi di Indonesia. sebanyak 46 responden (76,67%) sedangkan yang
Data epidemiologi menunjukan bahwa penyakit paling sedikit pada kelompok umur 40-50 tahun yaitu
kulit karena jamur (dermatomikosis) superfisial sebanyak 1 responden (1,67%). Distribusi responden
merupakan penyakit kulit yang banyak dijumpai pada berdasarkan jenis kelamin Tabel 1 menunjukkan dari
masyarakat, baik di pedesaan maupun perkotaan, 60 responden terdapat sebanyak 34 responden
tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di perempuan (56,67%) dan 26 responden laki-laki
negara maju. Meskipun tidak fatal, penyakit ini bersifat (43,33%). Jumlah kucing dalam Tabel 1 dibagi menjadi
kronik dan kambuhan, serta tidak jarang 4 kelompok; pemilik 2 ekor kucing, 3 ekor kucing, 4
234
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 5 Tahun 2017
ekor kucing, dan 5 ekor kucing. Tabel 1 menunjukkan Pseudo R2 diperoleh 0,5196 yang berarti bahwa
bahwa responden pada umumnya paling banyak 2 pengaruh faktor-faktor yang berkaitan dengan
ekor sebanyak 27 responden (45%) dan paling sedikit 5 penyakit dermatomikosis sebesar 51,96% dan 49,04%
ekor sebanyak 9 responden (15%). dipengaruhi oleh faktor lainnya.
235
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 5 Tahun 2017
236