Disusun oleh:
Kudis (Scabiosis)
Penyakit kudis disebabkan oleh kutu parasit Sarcoptis scabiei yang
menimbulkan gatal-gatal di kepala, hidung, kaki bahkan bisa menjalar ke
seluruh tubuh. Gejalanya, kulit yang terkena kutu kudis akan tampak
kemerah-merahan disertai gatal yang menyiksa. Kudis pada kelinci dapat
disebabkan oleh sanitasi kandang yang kurang diperhatikan, cuaca yang
sedang banyak hujan, kurangnya ventilasi udara, dan populasi kelinci dalam
suatu kandang yang terlalu padat. Budiantono (2004) menyatakan bahwa
kejadian scabies pada kelinci tersebar luas di seluruh Indonesia, kejadian
terutama terjadi pada keadaan kandang yang kotor dan kekurangan pakan.
Kudis pada kelinci dapat menyebar dengan mudah, terutama pada kandang
kelompok yang memiliki populasi kelinci dan gerak aktif yang tinggi. Laksono
et al. (2018) menyatakan bahwa kudis biasa ditemukan pada tingkat
keparahan sedang, karena pada tingkat keparahan ringan, kudis sulit
dideteksi.
Pasteurellosis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida yang dapat
menyebabkan infeksi pernafasan, radang paru-paru, infeksi telinga, sinusitis
dan lainnya. Penularan oleh bakteri ini bisa dengan kontak langsung atau
melalui udara yang sudah terkontaminasi. Gejala yang nampak apabila
kelinci menderita penyakit ini diantaranya adalah kelinci bersin-bersin dan
batuk-batuk, terlihat cairan seperti ingus di hidung kelinci, radang pada
hidung kelinci serta mata kelinci mengeluarkan cairan dan disertai radang.
Kuhnert et al. (2000) menyatakan bahwa Pasteurella multocida adalah
bakteri yang menyebabkan infeksi pernafasan pada kambing, kucing, dan
kelinci, merupakan bakteri Gram-negatif, dan hidup secara parasitik di
nasofaring.
Koksidiosis
Penyakit ini disebabkan oleh kuman parasit yang menyerang usus
atau hati kelinci. Koksidiosis pada anak kelinci bisa menyebabkan kematian.
Gejala penyakit ini diantaranya nafsu makan kelinci berkurang, mencret,
berat badan berkurang, lemas, bulu kasar dan badan tampak kurus.
Koksidiosis disebabkan oleh infeksi Eimeria spp, dan banyak menyerang
kelinci pada umur prasapih (Mailafia et al., 2010). Bakteri Emeria spp.
termasuk tipe bakteri yang sulit ditanggulangi, karena menunjukkan retensi
terhadap antibiotik dan daur hidupnya cepat. Pemberian antibiotik dengan
kadar yang kurang hanya akan memperparah penyakit ini.
Pasteurellosis
Penangan pasteurellosis adalah dengan mengisolasi kelinci yang sakit
ke dalam kandang yang lebih luas yang lancar sirkulasi udaranya. Kemudian
kelinci disuntik dengan obat-obatan seperti oxylin, sulfa strong atau penicilin.
Akan tetapi, tidak semua obat dapat mengobati pasteurellosis, Wulandari et
al. (2013) menyatakan bahwa terdapat kasus retensi antibiotik tipe
vancomisin, klindamisin, streptomisin, kanamisin, dan gentamisin terhadap
Pasteurellosis multocida, sehingga bakteri tersebut terus hidup dan
menjangkiti inangnya.
Koksidiosis
Koksidiosis bisa diobati dengan 0,5% sulfakuinoksalin pada campuran
air minum selama 30 hari. Bisa juga menggunakan amprolium 30-250 mg/Kg
pakan. Namun, penyakit ini bisa tumbuh lagi meskipun sebelumnya sudah
dilakukan penyembuhan. Iskandar (2008) menyatakan bahwa upaya
penanganan koksidiosis dengan pemberian obat oral hanyalah langkah
pencegahan, karena hanya dapat diberikan pada saat permulaan atau gejala
klinis awal, apabila sudah tahap tinggi, maka pemberian obat tidak efektif
lagi.
Diare
Cara mengatasi penyakit ini adalah dengan mengganti pakan hijau-
hijauan basah dengan pakan pelet yang kusus untuk kelinci. Pemberian air
minum juga dapat dilakukan dengan penambahan antibiotik oral sehingga
bakteri dalam kelinci dapat dimatikan. Qisthon (2012) menyatakan bahwa
penggantian hijauan segar dengan jerami dapat menurunkan penyakit diare
pada kelinci.
Rabbit Haemorrhagic Disease Virus
RHDV dalam dapat ditangani dengan pemberian obat dan vaksinasi.
Schwensow (2014) menyatakan bahwa pemberian obat pada RHDV hanya
untuk meredakan penyakitnya, hal yang harus dilakukan adalah pencegahan
berupa vaksinasi yang dilakukan sebelum ternak memasuki usia lepas sapih.
Pemberian vaksinasi dapat dilakukan secara oral atau injeksi.
3. Upaya Pencegahan
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pembuatan kandang yang
memenuhi syarat. Syarat-syarat tersebut antara lain, kandang terbuat dari
bahan yang kuat, namun tidak ada bagian yang tajam sehingga berpotensi
melukai kelinci dan memberi jalan masuk terhadap bakteri dan parasit. Lantai
kandang terbuat dari kawan, tidak mudah rusak apabila terkena feses dan
urin, dan tersedia penampungan kotoran agar mudah dibersihkan demi
menjaga sanitasi. Pengadaan kandang juga harus diperhatikan, bahwa ketika
ada kelinci yang sakit, dapat langsung diletakkan dalam kandang isolasi.
Suhu lingkungan tentu harus dijaga, akan tetapi, melihat dari tingginya
kelembaban dan suhu di Indonesia, setidaknya hal ini dapat ditoleransi.