Anda di halaman 1dari 1

Kelebihan Kawin Alami

Pada perkawinan alami pejantan melakukan tahap-tahap percumbuan, dimulai dengan


mencium flank betina secara tiba-tiba, mengangkat bagian belakang betina, menggertakkan gigi
hingga keluar buih dari mulut. Pejantan tersebut akan memisahkan betina-betina yang tidak
birahi dan mulai menaiki betina yang menunjukkan gejala birahi. Dengan perkawinan alami ini,
peternak tidak perlu memeriksa gejala birahi hewan betina satu persatu, cukup mengamati
tingkah laku penjantan ini. Selain itu, sistem kawin alami tidak membutuhkan pengeluaran biaya
yang besar dan tidak membutuhkan banyak tenaga kerja. [1]

Kekurangan Kawin Alami


Kawin alami hanya dapat dilakukan apabila pejantan dan betina bertemu dengan
demikian jantan superior yang ada di luar negeri tidak dapat dengan mudah dikawinkan secara
alami dengan betina lokal. Selain itu, kawin alami dapat melukai pejantan maupun betina,
tanggal perkawinan kurang dapat diprediksi, resiko akibat perkawinan secara berlebihan, dan
secara umum tingkat kebuntingan yang rendah. [1]

Kelebihan Kawin Buatan


Inseminasi Buatan (IB) pada ternak dikenal dapat meningkatkan produksi ternak secara
efisien. Dibandingkan dengan kawin buatan, IB sangat berguna untuk memasukkan gen superior
ke dalam betina, sehingga dapat meningkatkan potensi genetic. Apabila pejantan bibit diisolasi
dan dijaga kesehatannya, maka IB dapat mencegah penyebaran penyakit menular seperti
Bucellosis, Tuberculosis, dan Leptospirosis. Selain itu, dengan teknik IB seekor pejantan dapat
mengawini lebih banyak betina dalam sekali ejakulasi dan dapat mengatasi masalah ukuran
tubuh yang tidak memungkinkan dalam pengawinan secara alami (Eusebio, 1980). Sebagai
contoh seekor babi jantan unggul, dengan IB dapat dipakai untuk melayani 2000 ekor betina per
tahun dengan keturunan 20.000 ekor. Manfaat lain yang diperoleh dari inseminasi buatan adalah
hemat biaya. [2]

Kekurangan Kawin Buatan


Secara umum kelemahan dari teknik IB adalah jika tidak dilakukan dengan benar, maka
akan menurunkan efisiensi reproduksi sehingga dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara
terlatih dan terampil. [12

Referensi:
[1] Hastusi, dkk. 2008. Kajian Sosial Ekonomi Pelaksanaan Inseminasi Buatan Sapi Potong di
Kabupaten Kebumen. Jurnal Mediagro Vol. 4 No. 2 Halaman 1-12.
[2] Susilawati, Trinil. 2013. Pedoman Inseminasi Buatan pada Ternak. Malang: UB Press.

Anda mungkin juga menyukai