Anda di halaman 1dari 12

FEED ADDITIVE

Definisi Feed Additive

Feed additive merupakan bahan pakan tambahan yang diberikan kepada ternak melalui
pencampuran pakan ternak. Bahan tersebut merupakan pakan pelengkap yang bukan zat
makanan. Penambahan feed additive dalam pakan bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan
ternak yang optimal.Feed additive ada dua jenis yaitu feed additive alami dan sintetis (Wahju,
2004).
Menurut Ravindran (2012), feed additive dapat digolongkan menjadi dua macam,
yaitu nutritive feed additive dan non nutritive feed additive. Nutritive feed additive ditambahkan ke
dalam ransum untuk melengkapi atau meningkatkan kandungan nutrien ransum, misalnya
suplemen vitamin, mineral, dan asam amino. Non nutritive feed additive tidak mempengaruhi
kandungan nutrien ransum, kegunaannya tergantung pada jenisnya, antara lain untuk
meningkatkan palatabilitas (flavoring / pemberi rasa, colorant / pewarna), pengawet pakan
(antioksidan), penghambat mikroorganisme patogen dan meningkatkan kecernaan nutrien
(antibiotik, probiotik, prebiotik), anti jamur, membantu pencernaan sehingga meningkatkan
kecernaan nutrien (acidifier, enzim).
Jenis-jenis Feed Additive

Feed additive yang bersifat nutritif antara lain adalah suplemen mineral, yang
mencakup major mineral dan trace mineral. Mineral dapat berasal dari bahan organik, misalnya
batu kapur (limestone), grit cangkang kerang, grit cangkang telur. Mineral organik tidak boleh
digunakan melebihi 3% dalam ransum. Mineral dapat juga berasal dari bahan anorganik,

misalnya dikalsium fosfat, garam dapur (NaCl),defluorinated phosphate, trikalsium fosfat, sodium
bikarbonat (Na2CO3) dalam bentuk baking soda dengan dosis 0,2 0,3% dalam ransum. Trace
mineral seperti Cu, Zn, Fe, Mn, Co dibutuhkan hanya sedikit, yaitu 0,01% dalam ransum.
Suplemen mineral dibutuhkan sebanyak 0,05% dalam ransum. Asam amino esensial (L-lisin, DLmetionin,

L-treonin,

L-triptofan)

dapat

ditambahkan

dalam

ransum

untuk

memenuhi

keseimbangan asam amino (Ravindran, 2012).


Penggunaan non nutritive feed additive umumnya tidak lebih dari 0,05% dari ransum.
Jenis-jenisnya antara lain yaitu pengikat pellet (bentonit, hemiselulosa, guar meal); pemberi
aroma/ flavoring agent; enzim (xylanase, -glukanase, fitase); antibiotika; anti jamur (natrium
propionat, asam propionat, gentian violet, nistatin); koksidiostat untuk mencegah koksidiosis
(amprolium, bithionol, polystat, zoalin, nitrofurazon, furazolidon); anti cacing (piperazin,
phenothiazin, dichlorophen); antioksidan (ethoxyquin, BHT, BHA) untuk mencegah ketengikan
oksidatif dari lemak yang merusak vitamin A, E, dan D; pewarna (karotenoid) untuk
meningkatkan pigmentasi pada ayam broiler dan kuning telur; serta bahan-bahan pemicu
metabolisme (zat thyroaktif) seperti kasein dan iodium (Wahju, 2004).
Sebagai bahan pengganti antibiotik, digunakan bahan-bahan aditif pakan seperti
probiotik, prebiotik, asam organik, herbal, dan protein antimikrobial. Probiotik digunakan untuk
meningkatkan

populasi

bakteri

menguntungkan

dalam

saluran

pencernaan

seperti lactobacilli dan streptococci. Prebiotik seperti FOS (frukto oligosakarida) dan MOS
(mannan oligosakarida) digunakan untuk mencegah penempelan dan pertumbuhan bakteri
patogen di saluran pencernaan, sebagai nutrien bagi bakteri menguntungkan. Asam organik
seperti asam propionat dan asam format digunakan sebagai acidifier, yaitu menurunkan pH
saluran pencernaan sehingga merangsang aktivitas enzim pencernaan dan mencegah
pertumbuhan mikroorganisme patogen. Herbal seperti rempah-rempah, minyak esensial, ekstrak
tumbuhan, madu dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen, meningkatkan
imunitas, merangsang aktivitas enzim pencernaan. Protein antimikrobial seperti lisozim, laktasin
F, laktoferrin, -laktalbumin dapat mencegah pertumbuhan mikroba patogen (Ravindran, 2012).
ANTIBIOTIK

Fungsi Antibiotik
Antibiotik banyak digunakan sebagai growth promoter dalam pakan ternak di seluruh
dunia untuk memacu pertumbuhan ternak agar dapat tumbuh lebih besar dan dalam waktu yang
lebih cepat serta untuk mencegah terjadinya infeksi (Mitchell et al., 1998). Beberapa antibiotika
yang banyak dipakai sebagai growth promoter antara lain dari golongan tetracyclin, penicillin,
macrolida, lincomysin dan virginiamycin (Angulo et al., 2004). Antibiotik dapat membantu
mengefektifkan penggunaan nutrien pada tingkat yang sangat terbatas, misalnya vitamin atau
asam amino karena antibiotik mencegah kerusakan yang ditimbulkan mikroorganisme. Antibiotik
mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan amoniak yang berlebihan
atau hasil sisa yang beracun dan mengandung nitrogen

dalam usus. Antibiotik dapat

memperbaiki ketersediaan atau absorbsi nutrien tertentu, misalnya kalium, fosfor, magnesium.
Antibiotik dapat memperbaiki konsumsi pakan atau air. Antibiotik dapat mencegah dan
mengobati penyakit pada saluran usus (Wahju, 2004).
Mekanisme kerja antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan masih belum diketahui secara
pasti. Ada indikasi yang menunjukkan bahwa aktivitas dari antibiotik sebagai pemacu
pertumbuhan dipengaruhi oleh efek antibakterial antibiotika. Ada beberapa teori yang
menjelaskan mekanisme kerja dari antibiotik yaitu: antibiotika membantu menjaga nutrisi dari
destruksi bakteri, antibiotika membantu meningkatkan absorpsi nutrisi karena membuat barier
dinding dari usus halus menjadi tipis, antibiotika dapat menurunkan produksi toksin dari bakteri
saluran pencernaan dan menurunkan kejadian infeksi saluran pencernaan subklinik (Feihgner
dan Dashkevics, 1987). Prinsip kerja antibiotika yaitu dengan mencegah pembentukan dinding
sel bakteri dan sintesis protein bakteri;

mengganggu sintesis DNA, RNA, nukleotida bakteri;

mengganggu fungsi membran plasma dan organel sel bakteri; mengganggu metabolisme dari
sel bakteri.

Efek Samping Antibiotik

Indrawani

(1987)

dalam

penelitiannya

menyatakan

bahwa

pemberian feed

additive Oksitetrasiklin dan Spiramycin selama 8 minggu akan meninggalkan residu di dalam hati
dan daging ayam yang lebih besar dibanding dengan jika pemberian feed additive hanya 4
minggu. Residu antibiotik bila termakan konsumen dapat menimbulkan reaksi alergi dan
keracunan serta perkembangan kuman yang resisten terhadap antibiotik (Kusumaningsih et al.,
1996). Antibiotik di dalam tubuh ayam akan dimetabolisir dan diekskresi keluar tubuh, sehingga
bila dilakukan penghentian pemberian antibiotik sebagai feed additive, maka kadar residu di
dalam jaringan tubuh ayam diharapkan akan menurun. Pemakaian antibiotik dalam bidang
peternakan perlu diperhatikan waktu hentinya pemberian antibiotik tersebut, yaitu jarak antara
pemberian antibiotik terakhir sampai dengan produk ternak tersebut (daging, telur dan susu)
boleh dikonsumsi manusia (Kusumaningsih et al., 1996).
Bacitracin terutama bersifat bakterisidal terhadap kuman Gram positip, termasuk
Staphyllococcus

resisten

Penicillin.

Bacitracin

dikatakan

tidak

mudah

menimbulkan

hipersensitifitas (Brooks et al., 1996). Setelah pemberian Bacitracin pada hewan secara
parenteral, Bacitracin akan ditemukan di dalam urine, ginjal, darah, empedu, paru-paru, sumsum
tulang, kulit, otot, otot jantung, hati, limpa, cairan cerebrospinal dan otak (Wilson dan Schild,
1961). Menurut Foye (1974), penggunaan Bacitracin di dalam pakan ternak terutama ternak babi
dan ayam adalah dalam bentuk Zinc bacitracin. Peneraan residu antibiotik pada produk akhir
ternak dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain secara tidak langsung (dilusi
sensitivitas kuman) dengan bantuan spektrofotometer. Untuk menghindari adanya residu
antibiotik Zinc bacitracin, pemberian feed additive Zinc bacitracin sebaiknya dihentikan 13 hari
sebelum ayam dipotong.

Salah satu efek penggunaan antibiotik yang berbahaya yaitu resistensi antibiotika.
Resistensi bakteri terhadap antibiotik menyebabkan terjadinya penyakit yang sangat serius
berupa

kegagalan

pengobatan

terhadap

infeksi

gastrointestinal

yang

disebabkan

oleh Campylobacter dan Salmonella (Neiman et al., 2003). Beberapa foodborne bakteri (bakteri
yang

berasal

dari

bahan

pangan

yang

terkontaminasi)

sepertiSalmonella, Campylobacter, Enterococci, dan Escherichia coli yang resisten terhadap


antibiotika telah terbukti dapat mentransfer gen resisten ke manusia melalui rantai makanan atau
secara kontak langsung (Van Den Bogaard et al., 2000). Resistensi sel bakteri adalah suatu sifat
tidak terganggunya kehidupan sel mikroorganisme oleh antimikroba (Ganiswara et al., 1995).
Sifat ini merupakan suatu mekanisme alamiah bakteri untuk bertahan hidup. Mekanisme
terjadinya resistensi antibiotik mencakup tiga tahapan, yaitualteration target (gangguan pada
target), replacement target (penggantian target), perubahan transportasi sel, serta inaktivasi
antibiotik (Hawkey, 1998).
Uni Eropa telah melarang penggunaan antibiotik sebagai feed additve sejak Januari 2006
yang meliputi : avilamycin untuk ayam broiler dan babi; monensin-sodium untuk sapi;
salinomycin-sodium untuk babi; flavomycin untuk ayam broiler, babi, dan sapi (Cervantes, 2007).
PROBIOTIK

Definisi Probiotik
Secara umum probiotik didefinisikan sebagai mikroba hidup yang digunakan sebagai
pakan imbuhan dan dapat menguntungkan inangnya dengan meningkatkan keseimbangan
mikrobial pencernaannya (Fuller, 1992). Menurut McDonald et al. (2002) probiotik didefinisikan
sebagai makanan tambahan berupa mikroba hidup baik bakteri maupun kapang yang
mempunyai pengaruh menguntungkan pada hewan inang dengan memperbaiki mikroba dalam
saluran pencernaan.
3.2.

Cara Kerja Probiotik

Konsep tentang probiotik didasarkan pada terbentuknya kolonisasi mikroba yang


menguntungkan yang masuk ke dalam saluran pencernaan, mencegah perkembangan bakteri
pathogen, netralisasi racun pada saluran pencernaan, mengatur aktivitas enzim bakteri tertentu
dan menguatkan pengaruh substansi yang merangsang sintesis antibodi pada sistem kekebalan
(Cruywagen et al., 1996).
Probiotik bukan bertindak sebagai nutrien esensial dimana tidak ada dosis respon, tetapi
hanya ada level batas pemakaian. Cara kerja probiotik terutama melalui modifikasi populasi
bakteri usus dan efektivitasnya tergantung atas status mikroba pada satu kelompok ternak dan
pada individu ternak. Dengan demikian, dapat dimengerti jika efek yang terjadi mempunyai
variasi yang tinggi. Perbedaan cara kerja daristrain probiotik sejauh ini belum dipahami, tetapi
metabolit bakteri yang dihasilkan seperti asam organik khususnya pada bakteri asam laktat yang
dapat menurunkan pH atau juga peroksida dan bakteriosin diperkirakan bertanggung jawab atas
sifat antagonis terhadap bakteri patogen Gram positif sepertiSalmonella. Beberapa probiotik
diketahui dapat menghasilkan enzim pencernaan seperti amilase, protease dan lipase yang
dapat meningkatkan konsentrasi enzim pencernaan pada saluran pencernaan inang sehingga

dapat meningkatkan perombakan nutrien. Terdapat beberapa mekanisme respon probiotik yaitu
meliputi produksi bahan penghambat secara langsung, penurunan pH luminal melalui produksi
asam lemak terbang rantai pendek, kompetisi terhadap nutrien dan tempat pelekatan pada
dinding usus, interaksi bakterial (CE), resistensi kolonisasi contohnya Lactobacilli vs bakteri
patogen, merubah respon imun, dan mengatur ekspresi gen colonocyte (Fooks dan Gibson,
2002; Steer et al., 2000).
Satu dari alasan penggunaan probiotik yaitu untuk menstabilkan mikroflora pencernaan
dan berkompetisi dengan bakteri patogen, dengan demikian strain probiotik harus mencapai
usus dalam keadaan hidup dalam jumlah yang cukup. Secara umum, ada beberapa karakteristik
dan kriteria keamanan yang harus dimiliki oleh probiotik yaitu : nontoksik dan nonpatogenik;
mempunyai identifikasi taksonomi yang jelas; dapat hidup dalam spesies target; dapat bertahan,
berkolonisasi dan bermetabolisme secara aktif dalam target yg ditunjukkan dengan ketahanan
terhadap cairan pencernaan dan empedu, persisten dalam saluran pencernaan, menempel pada
ephitelium atau mucus, berkompetisi dengan mikroflora inang; memproduksi senyawa
antimikrobial; antagonis terhadap patogen; dapat merubah respon imun; tidak berubah dan stabil
pada waktu proses penyimpanan dan lapangan; bertahan hidup pada populasi yang tinggi;
mempunyai sifat organoleptik yang baik (Gaggia et al., 2010).
Jenis Probiotik
Bakteri yang umum digunakan sebagai probiotik yaitu Lactobacillus dan Bifidobacteria,
kedua jenis bakteri ini dapat mempengaruhi peningkatan kesehatan karena dapat menstimulasi
respon imun dan menghambat patogen. Satu faktor kunci dalam seleksi starter probiotik yang
baik yaitu kemampuannya untuk
bertahan dalam lingkungan asam pada produk akhir fermentasi secara in vitro dan kondisi buruk
dalam saluran pencernaan atau in vivo. Ketahanan probiotik pada kondisi in vitro dapat
dipengaruhi oleh pembentukan metabolit oleh starter seperti asam laktat, asam asetat, hidrogen
peroksida dan bakteriosin (Saarela et al., 2000).
Berbagai jenis mikroorganisme yang digunakan sebagai probiotik diisolasi dari isi usus
pencernaan, mulut, dan kotoran ternak atau manusia. Pada saat ini, mikroorganisme yang
banyak

digunakan

sebagai

probiotik

yaitu strain

Lactobacillus, Bifidobacterium, Bacillus spp., Streptococcus, yeast dan Saccharomyces


cereviceae. Mikroorganisme tersebut harus non-patogen, Gram positif, strain yang spesifik,

anti E. coli, tahan terhadap cairan empedu, hidup, melekat pada mukosa usus, dan minimal
mengandung 30 x 109 cfu/g (Pal et al., 2006; Salminen et al., 1996).
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, G.F., J.S. Butel, L.N. Ornston, E. Jawetz, J.L. Melnick, E.A. Adelberg, 1996. Mikrobiologi
Kedokteran. Edisi 20. EGC. Jakarta.
Cervantes, H. 2007. Antibiotic Feed Additives: Politics and Science. Phibro Animal Health,Watkinsville,
Georgia, USA.
Cruywagen, C. W., I. Jordan and L. Venter. 1996. Effect of Lactobacillus acidophillus supplementation of
milk replacer on preweaning of calves. J. Dairy Science. 79 : 483-486.
Feighner, S. D. dan M. P. Dashkevicz. 1987. Subtherapeutic levels of antibiotics in poultry feeds and
their effects on weight gain, feed efficiency, and bacterial cholyltaurine hydrolase activity. Appl.
Environ. Microbiol. 53:331-336.
Fooks, L.J. dan G.R. Gibson. 2002. In-vitro investigation of the effect of probiotics and prebiotics on
selected human intestinal pathogens. FEMS Microbiol. Ecol. 39: 67 75.
Foye, W.O., 1974. Principles of Medical Chemistry. Second Edition. Lea and Febriger.
Fuller, R. 1992. The importance of Lactobacillus in maintaining normal microbial balance in the crop.
British Poultry Sci. 18:85.
Gaggia, F., P. Mattarelli dan B. Biavati. 2010. Probiotic and prebiotics in animal feeding for safe food
production. Intl. J. Food Microbiol. 14: 515 528.
Ganiswara, S.G., R. Setiabudy, dan F.D. Suyatno, 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Editor
Purwantiasrtuti dan Nafrialdi. Universitas Indonesia. Jakarta.
Hawkey P.M. 1998. The origins and molecular basis of antibiotic resistance. Biology Molecular Journal 1;
317(7159) :657-660.
Indrawani, I.M., 1987. Kajian Terhadap Beberapa Antibiotika Sebagai Feed Additive Dalam Ransum
Ayam Broiler. Tesis. FPS. UGM. Yogyakarta.
Kusumaningsih, A., T.B. Murdiati, S. Bahri, 1996. Pengetahuan peternak tentang waktu henti obat dan
hubungannya dengan residu antibiotika pada susu. Media Kedokteran Hewan , FKH. Universitas
Airlangga, Surabaya. 12:260-267.
McDonald, P.,A.R.Edwards, J.F.D. Greenhalgh and C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. Ashford
Colour Press Ltd., Gosport, British.

Pal, A., L. Ray dan P. Chattophadhyay. 2006. Purification and immobilization of an Aspergillus
terreusxylanase: Use of continuous fluidized column reactor. Ind. J. Biotechnol. 5: 163 168.
Saarela, M., G. Mogensen, R. Fonde, J. Matto and T.M. SANDHOLM. 2000. Probiotic bacteria: Safety,
functional and technological properties. J. Biotechnol. 84: 197 215.
Salminen, S., E. Isolauri dan E. Salminen. 1996. Clinical uses of probiotics for stabilizing the gut mucosal
barrier: Successful strains and future challenges. Antonie van Leeuwenhoek 70: 347 358.
Steer, T., H. Carpenter, K. Tuohy, G.R. Gibson dan T.E. Steer. 2000. Perspectives on the role of the
human gut microbiota and its modulation by pro- and prebiotics. Nutr. Res. Rev. 13: 229 254.
Van Den Bogaard, A.E., N. Bruinsma, dan E.E. Stobberingh. 2000. The effect of banning avopracin on
VRE carriage in the Netherlands (five abattoirs) and Sweden. J. Antimicrob.Chemother. 46 (1):
146-148.
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wilson and Schild, 1961. Applied Pharmacology. Tenth Edition. Little Brown Company-Boston.

FeeD AddiTive
Additive adalah susunan bahan atau kombinasi bahan tertentu yang sengaja ditambahkan ke
dalam ransum pakan ternak untuk menaikkan nilai gizi pakan guna memenuhi kebutuhan khusus
atau imbuhan yang umum digunakan dalam meramu pakan ternak. Murwani et al., (2002)
menyatakan bahwa additive adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan
tujuan untuk meningkatkan produktifitas ternak maupun kualitas produksi. Sedangkan menurut
Murtidjo (1993), additive adalah imbuhan yang umum digunakan dalam meramu pakan ternak.
Penambahan bahan biasanya hanya dalam jumlah yang sedikit, misalnya additive bahan
konsentrat, additive bahan suplemen dan additive bahan premix. Maksud dari penambahan
adalah untuk merangsang pertumbuhan atau merangsang produksi. Macam-macam additive
antara lain antibiotika, hormon, arsenikal, sulfaktan, dan transquilizer.
Feed additive merupakan bahan makanan pelengkap yang dipakai sebagai sumber
penyedia vitamin-vitamin, mineral-mineral dan atau juga antibiotika (Anggorodi, 1985). Fungsi
feed additive adalah untuk menambah vitamin-vitamin, mineral dan antibiotika dalam ransum,
menjaga dan mempertahankan kesehatan tubuh terhadap serangan penyakit dan pengaruh
stress, merangsang pertumbuhan badan (pertumbuhan daging menjadi baik) dan menambah
nafsu makan, meningkatkan produksi daging maupun telur.
Macam ragam pakan additive antara lain additive pada bahan pakan (contohnya agensia
antioksidan, agensia cita rasa), additive untuk manipulasi pencernaan dan absorpsi nutrien
(contohnya buffer, enzim), additive untuk kesehatan ternak (contohnya obat cacing), additive
melalui hormonal (contohnya hormon pertumbuhan, hormon reproduksi), additive untuk
meningkatkan kualitas produk (contohnya agensi pewarna, agensi antiradikal).
Berbagai macam feed additive yang bersifat non nutritive menurut Wahyu (1997) antara
lain: (1) Makanan tambahan pelengkap untuk memperbaiki tekstur dan kekuatan pakan pellet;
(2) Flavoring agent yaitu zat pemberi bau enak yang dipergunakan untuk meningkatkan
palatabilitas pakan; (3) enzim-enzim yang memperbaiki daya cerna di bawah kondisi tertentu;
(4) Antibiotika, senyawa-senyawa arsen dan nitrofurans dipergunakan pada tingkat rendah
untuk melindungi pakan dari serangan perusakan oleh mikroorganisme dan mencegah timbulnya
keracunan yang disebabkan oleh mikroflora dalam usus; (5) Antibiotika yang mempunyai
spektrum luas (broad spectrum) dan daya absorpsi yang baik ditambahkan ke dalam pakan
untuk memerangi penyakit khusus; (6) Senyawa-senyawa kimia tertentu dipergunakan untuk
meningkatkan daya penyembuhan dari antibiotika terhadap penyakit; (7) Obat-obat pencegah
cacing dalam saluran pencernaan; (8) Antioksidan untuk mencegah kerusakan asam-asam lemak
yang tidak jenuh dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak karena proses peroksidasi; (9)
sumber-sumber karotenoid ditambahkan dalam pakan untuk memperbaiki pigmentasi dari
broiler dan kuning telur dan (10) Hormon-hormon yang digunakan untuk memperbaiki
metabolisme ayam.
Ransum ayam broiler dan ayam petelur disusun sedemikian rupa sehingga mengandung
konsentrasi zat-zat makanan maksimum yang dapat diperoleh dengan harga layak untuk
pertumbuhan, produksi dan efisiensi penggunaan ransum maksimum. Untuk menjamin zat-zat

makanan tersebut ditelan, dicerna, dilindungi dari kerusakan, diserap dan diangkut dari sel-sel
tubuh, maka pelengkap makanan tak bergizi tertentu atau yang disebut additive dimasukkan ke
dalam ransum sebagai tambahan sampai terjadi suatu konsentrasi optimum dan keseimbangan
zat-zat makanan (Rasyaf, 1994).
Contoh Feed additive yang digunakan untuk ayam broiler antara lain adalah Broiler Weight.
Adapun keistimewaan dari bahan ini antara lain adalah: (1) Tidak mengandung antibiotika dan
senyawa arsen sehingga dapat diberikan setiap hari tanpa menimbulkan efek samping; (2)
Memperbaiki konversi pakan sehingga mempercepat pertambahan berat badan dalam waktu
singkat; (3) Tidak mempengaruhi aroma atau cita rasa daging ayam broiler atau pedaging dan
(4) Mencegah penyakit defisiensi vitamin (penyakit karena kekurangan vitamin).

Anda mungkin juga menyukai