Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TEPUNG DARAH

Dosen Pengampu :

Anas Qurniawan, S.Pt., M.Si.

Oleh:

KELOMPOK III

RAHMATIAH A. (60700119050)

ALIFIYAH NURSHAFA NABILA (60700119044)

LUTFIANA ULVA (60700119060)

DHINI INDAH PRATIWI (60700119045)

MUHAMMAD FATRIA MUSLIM (60700119038)

ARWAN SYAHBANDI (60700119063)

ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Tepung

Darah” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

pada mata kuliah Ilmu dan teknologi hasil ternak. Selain itu, makalah ini juga

bertujuan untuk menambah wawasan tentang tepung darah bagi para pembaca dan

juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Anas Qurniawan, S.Pt., M.Si.

selaku dosen mata kuliah ilmu dan teknologi hasil ternak yang telah memberikan

tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan

bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi

sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi

kesempurnaan makalah ini.

Gowa, 27 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 4

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4

B. Rumusan masalah ................................................................................................... 5

C. Tujuan ..................................................................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 7

A. Definisi Tepung Darah............................................................................................ 7

B. Proses Pembuatan Tepung Darah ........................................................................... 8

C. Hasil Produk.......................................................................................................... 16

D. Industri Luar Negeri Dan Industri Nasional.......................................................... 19

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 23

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 23

B. Saran ..................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Darah merupakan hasil limbah dari pemotongan ternak sapi atau kerbau

yang dapat diolah menjadi tepung darah. Menurut komposisinya 80% darah terdiri

atas air. Darah terdiri atas plasma darah dan sel darah yang hanya dapat

dipisahkan melalui proses sentrifugasi. Plasma darah menempati 60-70% dari

total volume darah. Plasma darah kaya akan senyawa protein dengan penyusun

utama berupa albumin, globulin dan fibrinogen (Jamila, 2012). Kandungan darah

segar yaitu bahan kering 20,20%, protein dalam bahan kering 95,70%, abu 4,10%,

lemak 0,20%, kalsium 0,89%, fosfor 0,25% (Yuniza, 2011).

Hasil ikutan ternak merupakan limbah yang ketersediaannya sangat

berlimpah dan perlu dimanfaatkan sehingga menjadi ramah lingkungan. Tepung

darah merupakan hasil ikutan ternak yang memiliki potensi untuk dijadikan bahan

pakan sumber protein penyusun ransum ternak karena memiliki kandungan

protein yang tinggi yaitu sekitar 80-85%.

Protein tepung darah kurang dapat dimanfaatkan ternak karena didalam

proses pembuatannya menggunakan suhu tinggi, sehingga sebagian asam amino

menjadi rusak dan kurang dapat dimanfaatkan. Selain dari itu, kandungan asam

amino yang mengandung sulfur (metionin, sistin dan sistein) juga tidak bisa

dimanfaatkan serta kandungan kalsium (Ca) dan fosfor (P) tepung darah juga

rendah (Wizna dkk, 2014).


Apabila darah tersebut dibiarkan terbuang maka dapat mencemari

lingkungan dan menjadi media tumbuh bakteri patogen penyebab penyakit

zoonosis. Untuk memanfaatkan darah yang merupakan limbah, maka harus diolah

terlebih dahulu yaitu dicampur dengan dedak padi sebagai absorben agar

mempercepat pengeringan dan dilakukan fermentasi menggunakan bakteri

Bacillus amyloliquefaciens sebagai inokulum. Bacillus amyloliquefaciens dapat

menghasilkan beberapa enzim seperti α-amylase, α-acetolactase decarboxylase,

βglucanase, hemicellulase, maltogenic amylase, urease, protease, xilanase,

khitinase dan enzim fitase serta enzim ekstraseluler selulase dan hemiselulase

(Wizna et al., 2007).

Selama ini limbah darah di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dibuang

percuma dan pemanfaatannya tidak dilakukan secara maksimal. Padahal dengan

pengolahan yang benar akan dihasilkan pakan ternak tambahan yang dapat

dimanfaatkan oleh ternak. Salah satu pengelolahannya yatu dibuat menjadi tepung

darah. Tepung darah merupakan hasil pengolahan dari darah yang telah

dikeringkan sehingga membentuk tepung.

B. Rumusan masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah ini

adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud tepung darah?

2. Bagaimana proses pembuatan tepung darah?

3. Apa saja hasil produk tepung darah?

4. Bagaimana industri tepung darah di luar negeri dan nasional?


C. Tujuan
Adapun beberapa tujuan yang akan di bahas pada makalah ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari tepung darah

2. Untuk mengetahui proses pembuatan tepung darah

3. Untuk mengetahui hasil produk tepung darah

4. Untuk mengetahui industri tepung darah di luar negeri dan nasional


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Tepung Darah

Darah merupakan hasil ikutan ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai

sumber protein bagi ternak. Darah dapat dimanfaatkan dalam bahan pakan ternak

dalam bentuk tepung darah. Menurut Padmono (2005), tepung darah merupakan

bahan pakan ternak yang berasal dari darah segar (sapi, kerbau, kambing dan

domba) yang diperoleh dari Rumah Potong Hewan (RPH). Tepung darah telah

dilaporkan mengandung protein sekitar 80-85%, variasi dari kandungan tepung

darah tersebut disebabkan perbedaan dalam metode pembuatan tepung darah.

Rasyaf (1994) menyatakan bahwa tepung darah merupakan bahan ransum

yang berasal dari limbah pemotongan hewan yang mengandung protein kasar

sebesar 80%, lemak 1,6%, serat kasar 1%, tetapi miskin kalium dan phospor.

Darah sangat sulit untuk dikeringkan dan merupakan medium yang bagus untuk

pertumbuhan mikroba karena kandungan air yang tinggi (Donkoh et al., 1999).

Kandungan air darah segar sekitar 80% dan kandungan air tepung darah sekitar

16,5% (Setiowati et al., 2014).

Tepung darah kaya akan asam amino lysine, arginine, methionine, cystine,

dan leucine tetapi sangat miskin asam amino isoleusine dan mengandung glycine

lebih rendah dibandingkan dengan tepung ikan (NRC, 1994). Odukwe dan Njoku

(1987) menyatakan tepung darah kaya akan asam amino lysine. Walaupun

demikian ada pembatas religius dan dampak kesehatan. Baik buruknya tepung

darah yang digunakan tergantung pada bagaimana bahan itu diperoleh dari rumah
potong hewan. Kelemahan dari tepung darah yaitu tingkat palabitasnya kurang,

daya cernanya rendah. Tepung darah miskin isoleucin dan rendah kalsium dan

fosfor, juga apabila dipakai lebih dari 5% akan menimbulkan efek bau darah pada

ternak. Sulit saat pengeringan (out door) dan hasilnya sering terkontaminasi

sehingga tidak baik untuk kesehatan ternak.

Menurut Kurniasih (2011), tepung darah juga memiliki kecernaan yang

rendah karena memiliki karakteristik yang cenderung lebih liat dan keras yang

diduga mengandung serat-serat fibrinogen (komponen utama dari protein dalam

gumpalan darah) sehingga dapat menghambat kecernaan bahan pakan lain dan

berdampak pada penurunan produksi.

B. Proses Pembuatan Tepung Darah

Tepung darah merupakan salah satu bahan pakan alternatif sebagai sumber

protein, tetapi pemanfaatannya dalam ransum sangat terbatas sehingga perlu

pengolahan untuk meningkatkan pemanfaatannya. Sebelum membuat tepung

darah dari ternak, sebaiknya perhatikan darah yang digunakan berasal dari ternak

yang sehat dan juga tidak mengalami gangguan. Hal ini dikarenakan jika

menggunakan ternak yang sakit dan mengalami gangguan, maka ternak yang

mengkonsumsinya akan tertular dengan penyakit yang diderita ternak yang

diambil darahnya. Berbagai pengolahan telah dilakukan untuk meningkatkan

pemanfaatan tepung darah dalam ransum ternak yaitu dengan cara pengeringan,

penyerapan/pencampuran dan fermentasi.


1. Pengeringan

Metode pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara

pengeringan biasa atau melalui pemanasan (vat drying) dan menguapkan air

dengan suhu rendah (freeze drying) (Setiowati et al., 2014). Pengolahan darah

dengan cara pengeringan ini biasanya dilakukan dengan cara perebusan terlebih

dahulu sebelum darah dikeringkan. Perebusan darah ini dapat menyebabkan

terdenaturasinya protein, hal ini dikarena perebusan memerlukan suhu yang tinggi

yaitu sekitar 80-100oC. Denaturasi protein mengakibatkan turunnya kelarutan,

peningkatan viskositas, hilangnya aktifitas biologi dan protein mudah diserang

enzim proteolitik (Oktavia, 2007).

Denaturasi juga menyebabkan protein kehilangan karakteristik struktural

dan beberapa kandungan senyawa di dalamnya, namun struktur utama protein

seperti C, H, O dan N tidak akan berubah (Stoker, 2010). Denaturasi yang

diakibat oleh perlakuan panas pada protein menyebabkan molekul - molekul yang

menyusun protein bergerak dengan sangat cepat sehingga sifat protein yaitu

hidrofobik menjadi terbuka. Akibatnya, semakin panas, molekul akan bergerak

semakin cepat dan memutus ikatan hidrogen di dalamnya (Vladimir, 2007).

Khawaja et al. (2007) melakukan pengolahan tepung darah dengan cara

pengeringan dimana darah terlebih dulu direbus dengan suhu 100oC selama 45

menit untuk mengurangi kadar air dan bakteri patogen. Setelah direbus kemudian

dikeringkan di oven dengan suhu 55oC selama 6 hari dan kemudian digiling.

Produk tepung darah yang dihasilkan oleh Khawaja hanya dapat dimanfatkan

sebagai bahan pakan penyusun ransum broiler sebesar 3%. Setiowati et al. (2014)
juga telah melakukan pengolahan darah sapi menjadi tepung darah dengan metode

pengeringan. Darah segar direbus selama 20 menit dengan suhu 80oC dan diaduk

rata, kemudian dijemur dibawah sinar matahari dengan ketebalan ± 1 cm selama

16 jam, lalu di oven dengan suhu 60oC selama 2-3 hari dan terakhir digiling

hingga menjadi tepung.

Banyak penelitian yang telah dilakukan menunjukkan perlakuan panas

dalam pengolahan bahan pakan sumber protein dapat mengalami penurunan

kualitas protein dan menurunkan kecernaan. Penurunan kecernaan asam amino

lysine dan histidine yang disebabkan oleh panas yang tinggi telah dilaporkan

Zhang dan Parsons (1994). Penurunan kecernaan lysine ini dikarenakan

pembentukan reaksi maillard yang terjadi selama proses pemanasan

(Hurrel,1990). Lysine adalah asam amino esensial yang memiliki gugus amin

yang mudah bereaksi dengan gugus karbonil dari gula pereduksi (Nursten, 2005),

sehingga pada saat reaksi Maillard terjadi maka ketersediaan lysine berkurang

(Pahm et al., 2008). Meskipun kehilangan gula lebih besar dibandingkan

kehilangan asam amino (Adrian et al., 1962), tetapi reaksi Maillard dapat

menurunan kualitas protein (Adrian, 1974).

Diagram pembuatan tepung darah dengan metode pengeringan, sebagai

berikut :
Pembuatan tepung darah melalui pengeringan biasa atau pemasakan ini

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pemasakan darah

yang sudah di dapatkan dan di pilih di Rumah Pemotongan Hewan (RPH)

atau tempat pemotongan hewan lainnya, dengan suhu masak 80 derajat

celcius selama kurang lebih 2 jam.

b. Kemudian jika darah sudah mengental, letakan pada wadah atau loyang

dengan ketebalan 2-5 cm.

c. Lalu darah yang sudah diletakan dalam loyang atau wadah lakukan

pengeringan di bawah sinar matahari selama 3-5 hari atau dapat juga

menggunakan oven dengan suhu panas 80-90 derajat celcius.

d. Selanjutnya darah yang sudah kering dapat dilakukan pengilingan hingga

halus dan dikeringkan kembali dengan suhu 60 derajat celcius selama 1-2

jam.

e. Lalu lakukan pengayakan dengan ayakan yang halus hingga hampir

menyerupai tepung pada umumnya.


f. Lalu siap untuk diaplikasikan dengan mencampurkan bahan pakan ternak

dengan tepung darah dari ternak.

Pengolahan tepung darah dengan cara pengeringan memiliki beberapa

kendala di dalam proses pengolahannya yaitu pada proses perebusan darah yang

memerlukan sugu tinggi sekitar 80-100oC yang dapat menyebabkan protein

mengalami denaturasi. Pengolahan dengan metode pengeringan juga memiliki

kelemahan pada proses pengeringan yang memerlukan waktu yang lama yaitu

sekitar 3- 6 hari, hal ini dikarenakan kandungan air tepung darah yang tinggi.

2. Penyerapan (Pencampuran)

Metode pengolahan dengan cara penyerapan (pencampuran) merupakan

pengolahan yang dilakukan dengan mencampurkan darah dengan limbah

pertanian atau dengan limbah hasil ikutan ternak. Sonaiya (1988) menyarankan

menggunakan limbah tanaman atau limbah industri pertanian sebagai bahan

absorban (penyerap) untuk tepung darah agar meningkatkan luas permukaan

sehingga cepat dalam proses pengeringan.

Makinde dan Sonaiya (2011) melakukan pengolahan tepung darah dengan

metode penyerapan (pencampuran). Limbah jagung dicampur dengan darah segar

(darah dicegah dari pembekuan selama 6 jam dengan menggunakan 18 g

garam/liter darah. Perbandingan limbah jagung dan darah sebesar 1:1 (w/w),

kemudian campuran limbah jagung dan darah dikeringkan dengan sinar matahari

selama 3-4 jam, dicampur lagi dengan darah (5:4 w/w) dan digiling dalam bentuk

tepung setelah kering. Penggunaan campuran limbah jagung dan darah ini dalam

ransum ayam broiler dapat digunakan sebesar 15% untuk broiler starter dan
finisher. Makinde dan Sonaiya (2007, 2010) telah melaporkan prosedur sederhana

dalam mengoptimalisasi pencampuran limbah tanaman dan darah, dimana

prosedur pencampuran ini dapat mempercepat proses pengeringan darah dengan

sinar matahari (<4 hari), meningkatkan protein kasar dari limbah jagung dan dapat

mengurangi pencemaran lingkungan dari limbah Rumah Potong Hewan (RPH).

Odunsi (2003) telah melakukan pencampuran darah sapi dengan cairan

rumen untuk menggantikan bungkil kacang tanah dan tepung ikan dalam ransum

ayam petelur. Darah segar dan cairan rumen ditimbang dengan rasio perbandingan

1:1, kemudian dicampurkan dan direbus selama 90 menit sambil diaduk agar

tercampur merata. Selanjutnya campuran darah dan cairan rumen dijemur di

bawah sinar matahari sampai kandungan airnya mencapai 15%, kemudian

digiling. Pada penelitian ini, penggunaan campuran darah dan cairan rumen

sebagai bahan pakan tidak mendukung sepenuhnya dalam meningkatkan performa

jika dibandingkan dengan ransum yang tanpa pemberian tepung darah.

Penambahan campuran darah dan cairan rumen dalam menggantikan tepung ikan

memberikan respon performa yang lebih bagus daripada menggantikan bungkil

kacang tanah. Penambahan tepung darah dan atau cairan rumen telah dilaporkan

(Donkoh et al., 1999; Abubakar dan Yusuph, 1991) dapat memberikan bau yang

buruk terhadap ransum sehingga mengurangi palatabilitas yang mengakibatkan

penurunan konsumsi dan selanjutnya menurunkan performa broiler (Dongmo et

al., 2000; Emmanuel, 1978).


Onyimongi dan Ugwu (2007) melakukan pencampuran kulit singkong

dengan darah sapi dengan perbandingan 1:1; 1:2; 1:3; 2:1; dan 3:1 untuk

menggantikan 50% bungkil kedelai. Darah sapi segar dan kulit singkong

ditimbang sesuai dengan perbandingan pencampuran, kemudian dicampurkan dan

diaduk hingga merata. Campuran di rebus selama 30 menit pada suhu 75-80oC

dan dijemur.

Kandungan protein kasar meningkat dengan semakin tingginya komposisi

darah, sementara kandungan protein menurun dengan perbandingan komposisi

kulit singkong yang tinggi. Kecenderungan peningkatan protein tersebut

dikarenakan tepung darah memiliki protein yang tinggi. Komponen serat kasar

menurun dengan peningkatan fraksi tepung darah, dan sebaliknya jika

peningkatan fraksi kulit singkong maka komponen serat kasar meningkat. Dari

percobaan yang dilakukan Onyimongi dan Ugwu pakan broiler starter yang

mengandung berbagai variasi perbandingan kulit singkong dengan darah sapi

efektif meningkatkan pertumbuhan broiler, namun dari analisis ekonominya

perbandingan campuran kulit singkong dan darah sapi 1:3 memberikan

keuntungan ekonomi yang optimum.

Pengolahan tepung darah menggunakan metode penyerapan

(pencampuran) lebih baik dibandingkan dengan pengolahan tepung darah

menggunakan metode pengeringan, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya

pemanfaatan tepung darah sampai 15% dalam ransum unggas yang diolah dengan

metode penyerapan. Pengolahan tepung darah dengan cara penyerapan ini juga

dapat mempercepat proses pengeringan yang dapat mempersingkat waktu


pembuatan tepung darah dan juga dapat meningkatkan kualitas nutrisi dari limbah

pertanian yang digunakan sebagai bahan penyerap darah.

3. Fermentasi

Pengolahan tepung darah dengan metode fermentasi biasanya dilakukan

dengan menyerapkan atau mencampurkan darah dengan limbah pertanian atau

limbah rumah potong hewan dengan menggunakan mikroorganisme sebagai

inokulum dan difermentasi sesuai dengan keadaan optimal yang dapat

meningkatkan aktivitas mikroba.

Fermentasi membutuhkan biaya yang sedikit dan dapat meningkatkan

bioavailability nutrisi dengan meningkatkan kecernaan nutrisi ternak (Esonu et al.,

2011). Esonu et al. (2011) melakukan fermentasi campuran darah sapi dengan

cairan rumen yang dicampur dengan perbandingan 1:3 dan kemudian dilanjuti

dengan fermentasi selama 4 hari. Kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari

3-4 hari tergantung intensitas sinar matahari. Fermentasi campuran darah sapi dan

cairan rumen dibumbui dengan bubuk kari untuk menutupi bau tak sedap.

Campuran digiling hingga menjadi bentuk tepung dan dicampurkan dalam ransum

sebesar 5, 10, 15 dan 20%.

Pembuatan tepung darah melalui fermentasi ini dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut.

a. Menyiapkan tepung darah yang masih segar dan sudah dilakukan

pemilihan di tempat pemotongan, kemudian tambahkan molases (air tebu)

sebanyak 20 persen.
b. Lakukan penyimpanan kedap udara atau membungkusnya dengan rapat

selama 1-2 minggu.

c. Kemudian lakukan pengeringan dengan bantuan sinar matahari selama 3 -

5 hari atau menggunakan bantuan oven.

d. Lalu darah yang sudah kering dapat dilakukan penggilingan hingga halus

dan dikeringkan kembali dengan sinar matahari atau oven dengan suhu 60

derajat celcius.

e. Setelah itu, lakukan pengayakan halus hingga menjadi tepung darah .

f. Jika selesai lakukan pengemasan dan bisa langsung diaplikasikan untuk

pakan campuran ternak.

1 Hasil Produk

1. Pupuk organik

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman, hewan atau

manusia seperti, pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos yang berbentuk cair

maupun padat. Pupuk organik bersifat bulky dengan kandungan hara makro dan

mikro rendah sehingga diperlukan dalam jumlah banyak (Suriadikarta dan

Setyorini, 2005).

Pupuk organik merupakan pupuk yang berperan meningkatkan aktifitas

biologi, kimia, dan fisik tanah sehingga tanah menjadi subur dan baik untuk

pertumbuhan tanaman (Lianis, dkk., 2017). Pupuk organik yang baik dapat dilihat

dari beberapa hal yaitu, N harus berada dalam bentuk persenyawaan organik, tidak

meninggalkan sisa asam organik di dalam tanah dan mempunyai persenyawaan C

yang tinggi (Capah, 2006).


Pupuk organik mempunyai banyak manfaat apabila diaplikasikan dalam

pemupukan lahan tanaman pertanian yaitu, berperan memobilisasi atau

menjembatani unsur hara yang sudah ada di dalam tanah, sehingga mampu

membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh akar tanaman, melepaskan

unsur hara tanah secara perlahan dan kontinu, menjaga kelembaban tanah dan

mengurangi tekanan atau tegangan struktur tanah pada akar tanaman,

meningkatkan struktur tanah, mencegah terjadinya erosi lapisan atas tanah dan

menjaga tingkat kesuburan tanah (Budi dan Sari, 2015).

Pemupukan yang baik dan benar harus memperhatikan waktu, jumlah,

serta cara pemberian yang tepat dan seimbang. Pemberian pupuk

anorganik yang berlebihan akan merusak kondisi fisik, kimia dan biologi

tanah serta memacu datangnya pattogen dan menurunkan daya tahan

tanaman dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Oleh karena

itu perlu upaya perbaikan agar penggunaan pupuk dapat dilakukan

seefisien mungkin dan ramah lingkungan (Siregar, 2009).

Upaya yang dapat dilakukan yakni dengan penggunaan pupuk

organik, pupuk organik merupakan pupuk yang berperan meningkatkan

aktifitas biologi, kimia, dan fisik tanah sehingga tanah menjadi subur dan

baik untuk pertumbuhan tanaman. Salah satu pupuk organik yang dapat

digunakan untuk membantu pertumbuhan tanaman yakni tepung darah

sapi, tepung darah sapi mengandung unsur hara yang tinggi yakni nitrogen

12,18%, P2O5 28%, K2O 0,15% dan C-organik 19,01%, dengan unsur hara
yang dimiliki tepung darah sapi diharapkan mampu untuk memenuhi

kebutuhan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman.

Proses pengolahan apabila tidak dilakukan dengan hati hati akan

menyebabkan menurunnya keadaan nutrien suatu bahan. Pemanasan tinggi selama

proses pengeringan dapat mengakibatkan menurunnya bioavailabilitas asam

amino tertentu, terutama lisin. Treatment panas yang dibutuhkan untuk

pemanasan dan pengeringan bahan dapat mengakibatkan perubahan protein atau

kerusakan struktur asam amino serta nutrien lain melalui proses oksidasi ikatan

sulfhidril (-SH) menjadi ikatan disulfida (S-S) (Kurniasih, 2011).

2. Pakan

Tepung darah merupakan alternatif bahan pakan yang berasal dari darah

yang segar dan bersih yang biasanya diperoleh dari Rumah Pemotongan Hewan

(RPH). Penggunaan darah sebagai bahan pakan ternak juga bisa mengurangi

pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh darah yang belum termanfaatkan.

Tepung darah adalah salah satu sumber protein yang berpotensi bagi

pakan ikan dan ternak (Bureau 2000; Tacon 2005). Tepung darah memiliki

kadar protein sangat tinggi yaitu sekitar 85%- 92%. Penggunaannya

bersamaan dengan beberapa bahan lain yang bersifat saling melengkapi akan

dapat meningkatkan kualitas nutrisi dan performa pertumbuhan ternak

maupun ikan.

Beberapa sifat tepung darah yang dianggap kurang menguntungkan adalah

teksturnya yang ringan dan mudah menggumpal jika disimpan lama dalam

keadaan lembab. Sifat higroskopisnya membuat nutrien tepung darah mudah


larut dan tercuci dalam air (apabila diberikan pada jenis krustase yang suka

membiarkan pakan selama berjam-jam). Sedangkan warna tepung darah yang

gelap dianggap menguntungkan, karena ada anggapan bahwa warna pakan

yang gelap berhubungan dengan tingginya kualitas pakan dan kandungan

proteinnya.

Penggunaan tepung darah didalam pakan harus hati-hati karena terdapat

asam amino esensial yaitu isoleusin, metionin dan arginin yang jumlahnya sangat

sedikit sehingga jika kekurangan salah satu asam amino dapat menurunkan

produktivitas ternak. Menurut Kurniasih (2011), tepung darah juga memiliki

kecernaan yang rendah karena memiliki karakteristik yang cenderung lebih liat

dan keras yang diduga mengandung serat-serat fibrinogen (komponen utama dari

protein dalam gumpalan darah) sehingga dapat menghambat kecernaan bahan

pakan lain dan berdampak pada penurunan produksi.

2 Industri Luar Negeri Dan Industri Nasional

1. Industri luar negeri

Bentuk kering dari darah hewan yang dikumpulkan dari pemotongan

beberapa jenis ternak seperti sapi, babi, ayam, dan lain-lain dalam kondisi tertentu

yang dikenal sebagai tepung darah. Tepung darah dianggap sebagai sumber

protein, zat besi dan nitrogen yang kaya dan digunakan untuk melengkapi

makanan makanan berdasarkan biji-bijian sereal, sisa-sisa tanaman dan hijauan.

Tepung darah memberikan keunggulan dibandingkan protein nabati dan bahan

pakan lainnya karena profil nutrisinya yang kaya dan keefektifan biaya. Selain

digunakan dalam industri pakan, tepung darah juga digunakan sebagai pupuk
alami dan organik untuk mendorong pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu,

dengan lonjakan permintaan produk pakan sehat ditambah dengan peningkatan

fokus pada kelestarian lingkungan dan perlindungan tanaman, pasar tepung darah

diperkirakan akan meningkat selama periode perkiraan.

China berkontribusi pada pangsa pasar makanan darah Asia Pasifik

terbesar. Cina adalah salah satu produsen dan konsumen produk hewani terbesar

di Asia Pasifik. Diharapkan pasar untuk makanan darah dapat mengalami

pertumbuhan karena ekspansi dan pembentukan kemampuan manufaktur oleh

produsen utama di tahun-tahun mendatang. Selain itu, sesuai dengan Organisasi

Pangan dan Pertanian (FAO), permintaan produk ternak di dalam negeri telah

meningkat secara substansial yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan

pasar. Selain itu, permintaan protein hewani meningkat di dalam negeri sehingga

dapat meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan hewan. Hal ini diharapkan

berdampak positif terhadap pertumbuhan pertumbuhan pasar tepung darah di

China.

Pertumbuhan industri pakan unggas Pakan unggas, sebagai salah satu

aplikasi tepung darah, merupakan bahan pakan yang digunakan untuk unggas

unggas, termasuk kalkun, ayam, bebek, dan unggas domestik lainnya. Bahan

pakan tersebut merupakan nutrisi dasar yang dibutuhkan hewan unggas untuk

tumbuh kembangnya, dan meliputi mineral esensial, vitamin, karbohidrat, protein,

dan air. Selain itu, protein dianggap sebagai sumber energi utama bagi unggas

unggas. Meningkatnya investasi di pabrik pakan unggas, rumah unggas dan rumah

potong hewan telah mendorong pertumbuhan pasar pakan unggas. Di antara


bahan pakan lainnya, tepung darah merupakan bahan pakan penting yang utama

digunakan dalam pakan unggas. Tepung darah pada pakan unggas dianggap

sebagai pengganti pakan yang hemat biaya dan bahan dengan kinerja terbaik

dibandingkan dengan bentuk bahan pakan lainnya. Selain itu, tepung darah juga

meningkatkan daya cerna pepsin dan, oleh karena itu, digunakan sebagai protein

tambahan bersama dengan bahan pakan yang berasal dari tumbuhan. Dengan

demikian, meningkatnya permintaan unggas dari berbagai negara di dunia telah

menjadi faktor yang berkontribusi pada bangkit dan berkembangnya pasar tepung

darah. Adapun beberapa perusahaan tepung darah di luar negeri yaitu :

• Allanasons Pvt. Ltd.

• APC Company, Inc.

• Apelsa Guadalajara, SA de CV.

• Ridley Corporation Limited

• Sanimax

• Terramar Chile SpA

• Valley Proteins, Inc.

• FASA Group

2. Industri Nasional

Penyediaan pakan ternak yang berkualitas merupakan salah satu faktor

penentu keberhasilan industri peternakan dan menjadi komponen terbesar dalam

kegiatan usaha tersebut, yaitu 50-70% (Katayane et al. 2014). Beski et al. (2015)

menyatakan bahwa komponen protein mempunyai peran yang penting dalam

suatu formula pakan ternak karena terlibat dalam pembentukan jaringan tubuh dan
terlibat aktif dalam metabolisme vital seperti enzim, hormon, antibodi dan lain

sebagainya. Di negara-negara berkembang, sumber protein untuk formula pakan

umumnya bertumpu pada protein hewani dan nabati, seperti bungkil kedelai,

tepung ikan, tepung darah atau tanaman leguminosa. Namun demikian, protein

adalah komponen pakan paling mahal dibandingkan dengan yang lainnya.

Akibatnya, secara ekonomi, pemenuhan sumber protein cukup membebani biaya

produksi.

Indonesia sebagai salah satu negara pengimpor tepung darahdampak

negatif akibat kenaikan harga komoditas tersebut. Fahmi et al. (2007)

menyebutkan bahwa Indonesia menganggarkan kurang lebih US$ 200 juta per

tahun untuk mengimpor tepung darah. Sejatinya darah buangan itu masih

memiliki nilai ekonomi yang lumayan tinggi. Bukan untuk dikonsumsi tetapi

setelah diolah menjadi tepung darah dan terdapat pula industri di indonesia juga

menjadikan tepung darah sebagai sumber pakan ternak atau pun pupuk tanaman.

Pasalnya selain sebagai sumber protein yang amat bagus untuk penggemukan,

kandungan nitrogen alami cukup tinggi sehingga bermanfaat sebagai pupuk

organik.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tepung darah merupakan bahan pakan ternak yang berasal dari darah

segar (sapi, kerbau, kambing dan domba) yang diperoleh dari Rumah Potong

Hewan (RPH). Tepung darah mengandung protein kasar sebesar 80%, lemak

1,6%, serat kasar 1%, tetapi miskin kalium dan phospor.

2. Berbagai pengolahan telah dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan

tepung darah dalam ransum ternak yaitu dengan cara pengeringan,

penyerapan/pencampuran dan fermentasi. Sebelum membuat tepung darah dari

ternak, sebaiknya perhatikan darah yang digunakan berasal dari ternak yang sehat

dan juga tidak mengalami gangguan. Hal ini dikarenakan jika menggunakan

ternak yang sakit dan mengalami gangguan, maka ternak yang mengkonsumsinya

akan tertular dengan penyakit yang diderita ternak yang diambil darahnya.

3. Adapun hasil produk dari tepung darah yaitu pupuk organik yang

merupakan pupuk yang berperan meningkatkan aktifitas biologi, kimia, dan fisik

tanah sehingga tanah menjadi subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman dan

salah satu pupuk organik yang dapat digunakan untuk membantu

pertumbuhan tanaman yakni tepung darah. Dan hasil produk lainnya yaitu

pakan, dimana tepung darah adalah salah satu sumber protein yang berpotensi

bagi pakan ikan dan ternak

4. Tepung darah juga banyak dikelola pada industri-industri nasional dan luar

negeri.
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat

banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki

makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang

membangun dari para pembaca.


DAFTAR PUSTAKA

April. 2016. Jurnal. Black Soldier Fly (Hermetia illucens) sebagai Sumber Protein

Alternatif untuk Pakan Ternak. Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor.

Bogor.

Hana. 2019. Skripsi. Pemanfaatan Tepung Darah Ayam Sebagai Pupuk Untuk

Pertumbuhan Tanaman Jagung ( Zea Mays L. ) Pada Tanah Ultisol

Galang. Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara. Medan.

Joni. 2017. Jurnal. Respon Tanaman Kedelai (Glycine Max (L.) Merril) Yang

Diberi Tepung Darah Sapi. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Riau. Riau.

Neltje. 2013. Jurnal. Pengaruh Penggunaan Tepung Darah Hasil Proses Enzimatik

Dan Fermentasi Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan.

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Sulawesi Selatan.

Makassar.

Ramadhan. 2015. Jurnal. Metode Pengolahan Darah sebagai Pakan Unggas:

Review. Fakultas Peternakan, Universitas Andalas. Sumatera Barat.

https://www.businessmarketinsights.com/reports/asia-pacific-blood-meal-market,

diakses pada tanggal 25 Desember 2020 pukul 21.05.

https://www.mordorintelligence.com/industry-reports/blood-meal-market, diakses

pada tanggal 25 Desember 2020 pukul 21.30.

http://info-usaha.blogspot.com/2007/10/prospek-cerah-dari-tepung-

darah.html?m=1, diakses pada tanggal 26 Desember 2020 pukul 22.30.


http://fredikurniawan.com/cara-membuat-tepung-darah-dari-ternak/, diakses pada

tanggal 26 Desember 2020 Pukul 09.22.

http://kaltim.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=ar

ticle&id=314&Itemid=59, diakses pada tanggal 26 Desember 2020 Pukul

11.10.

https://docplayer.info/35218551-Potensi-tepung-darah-sebagai-sumber-protein-

pakan-ikan-alternatif.html, diakses pada tanggal 27 Desember 2020 Pukul

00.52.

Anda mungkin juga menyukai