DOSEN PEMBIMBING
Oleh:
LUTFIANA ULVA
60700119060
KELAS B
ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jenis kelamin pada Aves penting diketahui untuk berbagai tujuan terutama
pengendalian rasio jenis kelamin dan pemasangan jantan dan betina dalam satu
terlebih ketika burung belum mencapai dewasa kelamin. Hal ini menyebabkan
burung-burung tersebut.
diantaranya: (a) pengamatan tingkah laku, (b) adanya brooding patch, (c)
laparoscopy, dan (e) pemeriksaan kromosom jenis kelamin. Metode pertama dan
kedua dapat diterapkan secara umum hanya pada musim kawin, dan analisis
musim kawin (ketika gonad mengecil) dan karena ukuran tubuh Aves yang relatif
dilakukan berdasar perbedaan morfologi seperti ukuran tubuh dan warna bulu.
Teknik ini menemui kendala karena beragamnya karakter morfologi burung akibat
perbedaan geografis dan perbedaan antar spesies burung. Kendala lain yaitu
banyaknya spesies burung yang bersifat monomorfik, yaitu memiliki kemiripan
karakter morfologi antara jantan dan betinanya. Spesies yang dimorfik sekalipun,
hanya memiliki sedikit perbedaan yang dapat diamati. Penentuan jenis kelamin
Secara umum, determinasi jenis kelamin pada Aves cukup sulit sebelum
dewasa. Namun, pada jenis-jenis monomorfik hal ini sulit dilakukan meskipun
telah melewati masa pubertas. Beberapa jenis Aves seperti ayam, kalkun, itik,
angsa, burung hantu dan burung paruh bengkok sulit untuk diidentifikasi jenis
kelaminnya secara morfologis (Griffiths dan Tiwari, 1995; Griffiths et al., 1998).
kelompok taksonomi tidak semudah seperti pada manusia. Beberapa cara yang
dapat digunakan untuk membedakan jenis kelamin pada burung monomorfik ini
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Unggas.
BAB II
PEMBAHASAN
Penentuan jenis kelamin dari telur yang baru menetas (ayam, burung
puyuh dan itik umur 1 hari) merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting,
terutama unggas yang dipelihara dengan tujuan sebagai penghasil telur konsumsi.
Hal ini karena keberadaan unggas jantan tidak di perlukan, karena unggas tanpa
pejantan dapat bertelur. Kemampuan untuk menentukan jenis kelamin ini sangat
diperoleh ratio jantan dan betina adalah 50 : 50. Jadi dengan kondisi tersebut, para
peternak tradisional perlu cara membedakan jenis kelamin pada unggas salah
Sexing yaitu tindakan khusus untuk menentukan jenis kelamin unggas saat
baru menetas atau baru umur 1 hari. Ada beberapa metode yang sering digunakan
a. Auto Sexing
pemuliabiakan tertentu sehingga jenis kelamin ayam yang di hasilkan segera dapat
di ketahui dengan pengamatan langsung, misalnya melihat warna bulu dan cepat
lambatnya pertumbuhan bulu sayap umur sehari. Penentuan jenis kelamin dengan
metode ini hanya terbatas pada perkawinan tertentu dan tidak dapat di pakai untuk
setiap bangsa ayam. Cara penentuan jenis kelamin ini banyak di kembangkan oleh
para pembibitan ayam niaga petelur karena praktis, mudah dilakukan,
pertumbuhan bulu sayap pada ayam umur sehari hasil perkawinan bangsa ayam
tertentu.
Apabila bulu bulu pada ujung sayap memperlihatkan panjang bulu yang
SAMA antara bulu primer & sekunder, maka DOC tersebut adalah
JANTAN.
Apabila bulu bulu pada ujung sayap memperlihatkan panjang bulu yang
TIDAK SAMA antara bulu primer & sekunder, maka DOC tersebut adalah
BETINA.
mengetahui ada tidaknya alat kelamin jantan. Alat kelamin jantan dapat diketahui
dengan adanya bintik sebesar biji beras di cloaca bagian atas. Sedangkan pada
ayam betina bintik tersebut tidak ada. Cara membuka cloaca tersebut adalah
sebagai berikut:
3. Ibu jari kiri pada cloaca sehingga bagian kiri lubang cloaca tertutup.
4. Letakkan jari telunjuk tangan pada cloaca setelah itu tekankan sedikit
kearah atas.
6. Ketika jari itu (ibu jari tangan kanan, ibu jari tangan kiri dan telunjuk
7. Bila ada alat tersebut berarti ayam jantan dan sebaliknya. Penentuan jenis
Penentuan jenis kelamin ayam dengan alat chick tester ini dapat melihat
alat kelamin jantan dan betina. Berikut ini adalah cara kerja chick tester :
makan.
3. Untuk membedakan jenis kelamin jantan atau betina maka didalam chick
dengan melihat adanya alat kelamin jantan dengan metode vent method dapat pula
dilakukan dengan menggunakan alat chick tester. Selain itu dapat pula dilakukan
Penentuan jenis kelamin pada burung puyuh dapat dilakukan setelah umur
21 hari. Pada umur tersebut burung puyuh sudah mencapai dewasa kelamin
sehingga jenis kelamin dibedakan dengan adanya tanda – tanda sexual sekunder.
Buruh puyuh jantan mempunyai bulu dada berwarna merah bata dan polos. Satu
lebar bulu sayap yang berwarna merah bata dan polos dapat dipastikan bahwa
burung puyuh tersebut adalah jantan. Sedangkan warna bulu dibagian tubuh yang
lain berwarna abu-abu, coklat atau putih dengan ujung bulu berwarna gelap
(bintik hitam). Untuk burung puyuh betina semua berwarna abu-abu, coklat atau
putih dengan ujung bulu berwarna lebih gelap atau hitam termasuk bulu dibagian
dada. Selain itu burung puyuh jantan akan mengeluarkan suara (berkokok) dan
diatas cloaca terdapat benjolan berwarna merah (kelenjar bau), sedangkan burung
puyuh betina tidak bersuara dan tidak ada benjolan diatas cloaca. Pada
pertumbuhan yang baik jenis kelamin burung puyuh dapat diketahui dengan
ayam saat baru menetas atau baru umur 1 hari. Banyak pertanyaan dari teman-
teman peternak yang di tujukan pada saya gimana caranya melakukan Sexing.
Kalau saya tanggapi satu persatu, saya rasa malah kurang efektif, jika bisa saya
jawab di blog atau grup FB yang akhirnya bisa di baca dan di pelajari khayalak
ramai, saya rasa lebih bijaksana. Oke ndak usah banyak ngecap yang hanya asal,
menguntungkan dari segi profit. Jantan atau betina yang bisa dipisahkan umur
ayam/DOC betina menjadi dara. Umumnya perbandingan jantan dan betina : 50%
; 50%, hal ini penting bagi usaha peternakan yang khusus menghasilkan telur
konsumsi, sebab yang di pelihara DOC betina saja. Begitupun buat usaha
kebutuhan. Di samping itu, breeder bisa menjual DOC SEXING khusus betina
dengan nilai profit berlipat. Tentu saja ini diperlukan keahliaan khusus, dan
pelaksana Sexing itu. Keahliaan ini hanya dapat dimiliki seseorang apabila
fisiknya cukup baik ampuh, terutama ketajaman daya penglihatan matanya dan
individu dari species burung menggunakan ukuran sederhana dari ukuran tubuh.
Perbandingan ukuran jantan dan betina dikenal dengan paired t-tes dan
analisisregresi logistik. Pada tingkat populasi, jenis kelamin tumpang tindih dalam
puyuh jantan dan puyuh betina hanya dengan melihat warna bulu (down/feather
colour). Warna burung betina pada bagian leher dan dada bagian atas warnanya
lebih terang serta terdapat totol-totol cokelat tua, sedangkan puyuh jantan bulu
mudah mengidentifikasi jenis kelamin puyuh setelah tiga minggu, karena warna
bulu pada puyuh jantan sangat jelas terlihat perubahannya. Perubahan warna bulu
dada hanya terjadi pada burung puyuh jantan, tidak terlihat pada burung puyuh
betina. Cara lain yang dapat dilakukan untuk identifikasi jenis kelamin pada
puyuh adalah dengan melihat ukuran tubuh, dimana ukuran tubuh puyuh betina
Pemilihan jenis kelamin atau sexing pada itik. Metode penentuan jenis
kelamin ada dua macam, yaitu dengan memegang anak itik (hand sexing) dan
b. Ekor itik terletak diantara jari kelingking dan dua jari lainnya.
c. Ibu jari dan telunjuk tangan digunakan untuk membuka kloaka dengan
d. Bila didalam kloaka tampak tonjolan sebesar jarum atau mirip akar
berwarna coklat keabu-abuan berarti anak itik itu adalah jantan, sebaliknya
merahan.
Kurang aktif
2. Teknik PCR
kromosom Z) (Ellegren, 2001). Terdapat dua gen yang diketahui terdapat pada
kromosom W, yaitu CHD-W dan ATP synthesis α-sub unit (ATP5AW). Kedua
gen tersebut berada pada bagian nonrekombinan kromosom W. Bagian homolog
dari kedua gen tersebut (yaitu CHD-Z dan ATP5AZ) terdapat pada kromosom Z
(Cerit dan Avanus, 2007). Gen merupakan penanda yang paling akurat untuk
identifikasi jenis kelamin karena gen terbuat dari DNA fungsional dan berubah
sangat lambat. Gen CHD pada kromosom Z dan W dapat dijadikan penanda yang
paling umum digunakan untuk identifikasi jenis kelamin pada Aves (Dubiec dan
Zagalska-Neubauer, 2006).
terdiri dari dua intron yang berlokasi diantara fragmen-fragmen yang berubah
jenis kelamin yang dirancang untuk membatasi fragmen gen dalam intron. Hal ini
Oleh sebab itu, jantan diidentifikasi dengan satu pita dan betina diidentifikasi
dengan dua pita dalam gel (Gambar 2), dengan beberapa pengecualian (Dubiec
Gambar. Penentuan Jenis Kelamin pada Aves: (1) dan (3) Jantan, (2) dan
(4) Betina
b. Sumber DNA Total
Teknik PCR memerlukan suatu DNA cetakan (DNA template) yang akan
diperbanyak secara in vitro. DNA terdapat pada semua makhluk hidup mulai dari
tanaman. DNA terdapat di dalam sel dan di dalam inti sel. DNA yang terdapat di
dalam sel dapat berupa DNA mitokondria, DNA kloroplas (pada tumbuhan) atau
terdapat di dalam inti sel disebut juga sebagai DNA inti. Keseluruhan DNA yang
(Muladno, 2002).
Sel terdapat di semua bagian tubuh makhluk hidup, sehingga DNA dapat
diekstrak dari segala macam organ tubuh (Muladno, 2002). Sumber DNA pada
Aves secara umum dapat diperoleh dari darah. Darah dalam jumlah sedikit dapat
dikumpulkan dengan mengambil darah pada bagian vena lengan atau sayap
(tergantung spesies dan umur Aves) (Dubiec dan Zagalska-Neubauer, 2006). DNA
juga dapat diperoleh melalui isolasi dari bulu burung, karena koleksi sampel bulu
menimbulkan rasa sakit yang lebih sedikit daripada pengambilan darah. Selain itu,
biaya yang dibutuhkan lebih murah dan dapat mengurangi risiko kontaminasi
(Cerit dan Avanus, 2007). Ekstraksi DNA dari fosil, spesimen museum, sampel
forensik, rambut atau bulu dan feses biasanya lebih sulit dilakukan (Taberlet et al.,
1996).
Ekstraksi dan purifikasi DNA pada prinsipnya adalah suatu cara atau
metode untuk memisahkan DNA total dari komponen sel lainnya (Sulandari dan
Zein, 2003). Isolasi DNA dari organisme eukariote (seperti hewan, manusia dan
protein dan RNA, dan pemurnian DNA. Secara kimiawi penghancuran sel
(etilendiamin tetraasetat) dan SDS (sodium dodesil sulfat). Protein dan RNA
Kualitas dan jumlah DNA yang diperoleh dapat bervariasi tergantung asal
jumlah DNA dapat dilakukan dengan alat spektrofotometer atau dengan melihat
kualitas DNA.
(Muladno, 2002). Molekul DNA dikatakan murni apabila rasio kedua nilai
menggandakan jumlah molekul DNA secara in vitro. Proses ini berjalan dengan
pada DNA template yang berukuran pendek, yaitu sekitar 18-24 pasang basa.
Primer akan menempel pada DNA cetakan di tempat spesifik. Enzim polimerase
merupakan enzim yang dapat mencetak urutan DNA baru. Hasil PCR dapat
langsung divisualisasikan dengan elektroforesis atau dapat digunakan untuk
analisis lebih lanjut (Williams, 2005). PCR diaplikasikan dalam diagnosis dan
teknik PCR terdiri dari denaturasi, annealing, dan ekstensi. Denaturasi awal
selama tiga menit untuk meyakinkan bahwa molekul DNA yang ditargetkan ingin
berubah dari untai ganda menjadi untai tunggal. Suhu kemudian diturunkan
menjadi 50 oC sampai 60 oC. Pada kisaran suhu ini akan terjadi annealing atau
molekul DNA baru dari ujung 3’ masing-masing primer ke ujung 5’. Sintesa
molekul DNA baru ini terjadi pada suhu 72 oC. Proses ini disebut dengan
2002).
karena kesederhanaan teknis dan waktu yang di tawarkan serta dapat di terapkan
Innis etal, 1990) . Dengan menggunakan metode PCR ini lebih fleksibel dan dapat
lambat dan melelahkan karena memerlukan jumah DNA yang relatif besar serta
PENUTUP
A. Kesimpulan
pendekatan, diantaranya: (a) pengamatan tingkah laku, (b) ada tidaknya brooding
Metode pertama dan kedua dapat diterapkan secara umum hanya pada musim
kawin, dan analisis morfometrik dapat menimbulkan bias. Selain kelima metode
untuk membedakan jenis kelamin unggas dari pertumbuhan bulu, warna bulu, dan
warna kerabang telur. Ayam jantan akan memiliki frekuensi alel pertumbuhan
Isyana. 2012. Skripsi. Penentuan Jenis Kelamin Pada Kelas Aves Menggunakan
Yustisianti. 2014. Skripsi. Identifikasi Gen CHDZ Dan CHDW Berbasis Bulu