Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PERKEMBANGAN HEWAN
SISTEM REPRODUKSI BETINA

NAMA : HERNI ERNASARI


NIM : 08041282126052
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN : HABIBURRAHMAN

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA HEWAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Universitas Sriwijaya
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reproduksi adalah suatu proses penting untuk keberlangsungan hidup. Hal ini
merupakan suatu konsekuensi logis yang dikarenakan reproduksi merupakan satu-
satunya cara untuk menjaga kelestarian makhluk hidup. Sebagai sebuah sistem,
reproduksi dapat menggambarkan suatu tahapan yang kompleks mulai dari tingkatan
seluler hingga ke tingkatan organisme. Umumnya reproduksi dapat terjadi melalui
proses fertilisasi atau peleburan antara sel kelamin jantan dan sel kelamin betina yang
akhirnya akan menghasilkan generasi baru. Namun, ada juga yang terbentuknya
generasi baru tanpa melalui peleburan sel kelamin (Ardian, 2021).
Siklus reproduksi dapat disebut juga dengan siklus estrus yaitu suatu periode
secara psikologis yang dapat bersedia menerima pejantan untuk berkopulasi. Siklus
ini hanya dilakukan oleh mamalia bukan primata yang tidak menstruasi. Sistem pada
hewan harus mengahasilkan gamet dari kedua jenis kelamin parental karena beraneka
ragam. Ada sistem organ yang paling sederhana yang tidak mempunyai gonad yang
jelas sampai dengan sistem reproduksi yang paling kompleks seperti pada kingdom
hewan yang mempunyai banyak kumpulan saluran dan kelenjar aksesoris (Campbell,
et al.,2003).
Reproduksi manusia bermula dari pertemuan antara sel jantan (Spermatozoa)
dengan sel telur (Ovum). Pada setiap sel telur masuk yang memiliki ukuran sebesar
tanda titik ini jatuh melalui salurannya menuju kepada rahim. Dalam perjalanan
tersebut kemungkinan akan ada pertemuan antara ovum dengan spermatozoa.
Karakter dari Spermatozoa ialah berlomba-lomba untuk dapat memasuki sel telur
dengan cara menembus pelindung sel benih wanita atau disebut korona radiata.
Selanjutnya, menembus pelindung kedua yaitu zona pellusida. Apabila berhasil, dia
akan menempel kuat dan menembus dengan cepat masuk ke dalam sel telur untuk
mencapai inti, terjadilah suatu proses pembuahan (Sukada, 2019).

Universitas Sriwijaya
Alat kelamin/genitalia betina terdiri atas: genitalia primer dan genitalia sekunder.
Genitalia primer adalah ovarium/indung telur sedangkan genitalia sekunder terdiri
atas genitalia dalam/interna dan genitalia luar/eksterna/vulva/pudendum. Genitalia
dalam terdiri atas saluran-saluran dan kelenjar-kelenjar. Salurannya adalah oviduk/
tuba falopii, uterus/rahim dengan serviks/mulut rahimnya, dan vagina sedangkan
kelenjarnya adalah lendir dan susu. Genitalia luar terdiri atas mons pubis, labia
mayora, labia minora, klitoris/kelentit, vestibula, orifisium uretra, mulut vagina,
perineum. Genitalia luar terutama berfungsi pada waktu hubungan seksual. Batas
antara genitalia dalam dan luar terdapat selaput dara/hymen berupa membran
bervaskular yang mudah mengalami perobekan (Partodihardjo, S. 1980).
Estrogen merupakan hormon seks steroid yang berperan penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan seksual sekunder betina, seperti kelenjar mammae
dan organ reproduksi yang lain. Hormon estrogen yang digunakan merupakan
hormon sintetik berupa etinyl estradiol. Estradiol merupakan bentuk hormon estrogen
yang paling poten dan dijumpai dengan jumlah yang cukup tinggi dalam tubuh
(Dellman dan Brown, 1992).
Hewan betina/induk mempunyai tugas memproduksi sel kelamin yang sangat
penting untuk mengawali kehidupan turunan yang baru dan menyediakan tempat
beserta lingkungannya untuk perkembangan individu baru, dimulai dari waktu
pembuahan ovum dan memeliharanya selama awal kehidupannya. Tugas ini
dilaksanakan oleh organ reproduksi primer dan sekunder. Organ reproduksi primer
yaitu ovarium. Ovarium menghasilkan ova (sel telur) dan hormon-hormon kelamin
betina. Organ reproduksi sekunder atau saluran reproduksi terdiri dari oviduk, uterus,
serviks, vagina, dan vulva. Fungsi organ-organ reproduksi sekunder adalah
menerima, menyalurkan, dan menyatukan sel-sel kelamin jantan dan betina; memberi
lingkungan; memberi makan; melahirkan individu baru.

1.2 Tujuan Praktikum

Universitas Sriwijaya
Praktikum ini bertujuan untuk menjelaskan organ dan alat reproduksi betina
serta mengetahui factor lingkungan yang berpengaruh terhadap reproduksi betina.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Reproduksi Betina


Reproduksi merupakan suatu proses memperbanyak keturunan untuk
melestarikan serta mempertahankan kehidupan makhluk hidup. Pada setiap makhluk
hidup memiliki kemampuan reproduksi yang berbeda-beda, ada yang dapat
menghasilkan satu individu dalam satu kali bereproduksi dan ada yang harus
menunggu dalam jangka waktu yang lama. Tetapi, ada juga makhluk hidup yang
dapat bereproduksi dengan menghasilkan banyak anak dalam jangka waktu yang
relatif dekat sehingga dapat meningkatkan jumlah populasi pada makhluk hidup di
dalam suatu daerah khususnya manusia (Susetyarini et al., 2020).

2.2. Organ Reproduksi Betina


2.2.1. Ovarium
Ovarium merupakan alat kelamin betina yang bertanggungjawab atas
deferisiensi dan pelepasan oosit matang untuk fertilisasi dan perkembangbiakan.
Ovarium terdiri dari bagian dalam yaitu medulla dan bagian luar yaitu cortex. Pada
bagian medulla dari ovarium terdiri dari jaringan ikat fibro elastik dan sistem saraf
serta pembuluh darah dan limfe. Pada cortex terdiri atas sel epitel yang berbentuk
kubus yang juga disebut sebagai epitel kecambah atau germinal epithelium yang pada
waktu permulaan masa perkembangan embrio akan berubah menjadi oosit primer.
Jaringan ikat pada bagian cortex mengandung banyak fibrolast, beberapa kolagen dan
serabut serta serabut retikuler, buluh-buluh darah, lymfe, syaraf dan serabut-serabut
otot polos (Aulia et al., 2017).

2.2.2. Tuba Falopii

Universitas Sriwijaya
Tuba falopii merupakan salah satu saluran reproduksi betina yang berukuran
kecil, berliku-liku dan bertekstur kenyal serta terdapat sepasang. Tuba falopii
merupakan saluran penghubung antara ovarium dan uterus. Tuba falopii terikat pada
penggantung yang bisa disebut sebagai mesoalphinx dan dibagi menjadi tiga bagian
yaitu infundibulum dengan isthmus, fibriae dan ampula. Pangkal dari tuba falopii
terdapat fimbrae yang berbentuk corong dan berfungsi untuk menangkap ovum yang
telah diovulasi. Tuba falopii ditutupi oleh peritonium dimana pada bagian bawah
peritonium terdapat lapisan berotot yang terdiri atas serabut longitudinal dan
melingkar. Pada ujung lubang tuba falopii menghadap ke peritonium sehingga
terbentuk jalan dari vagina (Rika et al., 2015).

2.2.3. Uterus
Uterus atau disebut rahim adalah rongga pertemuan dari dua saluran tuba
falopii pada bagian kiri dan kanan. Uterus memiliki bentuk seperti buah pir terbalik.
Pada bagian leher bawah dari uterus ialah serviks atau leher rahim. Dinding rahim
tersusun oleh perimetrium atau lapisan terluar, miometrium lapisan tengah serta
lapisan endometrium atau lapisan terdalam. Endometrium tersusun oleh dua lapisan
yaitu lapisan stratum fungsionalis dan stratum basalis. Uterus memiliki fungsi sebagai
tempat menempelnya janin hingga tumbuh menjadi besar sampai melahirkan. Pada
kehidupan janin ditopang oleh plasenta. Plasenta akan mencukupi kebutuhan janin
yang berupa oksigen dan makanan diperoleh dari ibunya (Isnaeni, 2019).

2.2.4. Vagina
Vagina merupakan bagian saluran reproduksi betina yang memiliki bentuk
memanjang dari mulut serviks dibagian luar atau portio vaginalis cervicis yang
sampai tepat didepan (cranial) dari muara uretra. Vagina terbagi menjadi dua bagian
antara lain vestibulum merupakan bagian yang mengarah ke luar dan berhubungan
dengan vulva dan portio vaginalis cervicis merupakan bagian yang arahnya ke
sebelah serviks. Batas dari dua bagian tersebut tepat pada munculnya muara uretra.

Universitas Sriwijaya
Antara kedua bagan tersebut terdapat selaput tipis yang merupakan sebuah sekat,
disebut sebagai hymen (Tita dan Ismudioni, 2014).

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Perkembangan Hewan dilaksanakan di hari Jum’at tanggal 12
September 2022 pukul 10.00 sampai 12.00 WIB di Laboratorium Biosistematika
Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki, buku kerja,
gunting bedah, dan mikroskop. Sedangkan untuk bahan yang digunakan adalah Mus
musculus betina dan preparat awetan.

3.3. Cara Kerja


Langkah pertama yang dilakukan adalah alat dan bahan disiapkan terlebih
dahulu di atas baki bedah, bunuh mencit dengan dislokasi atau dengan cara anestesi.
Bedah mencit kemudian bagian organ-organ reproduksi mencit diamati. Selanjutnya
untuk mengamati preparat awatan terlebih dahulu mikroskop disiapkan. Setelah
mikroskop siap, preparat awetan diletakkan pada mikroskop dan diamati bagian-
bagiannya. Setelah diamati bagian-bagian tersebut digambar di buku kerja.

Universitas Sriwijaya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:

4.2 PEMBAHASAN

Pada pengamatan mencit betina dapat dilihat bagian-bagiannya yang


terdiri dari ginjal, oviduk, ovarium, tubafallopi, uterus, rectum, kandung kemih,dan
bursa lemak. Pada mencit, uterusnya termasuk uterus tipe dupleks dan sebagai tempat
perkembangan fetus. Pada organ reproduksi sekunder yang terdiri dari oviduk,
uterus, serviks, vagina, dan vulva ini memiliki fungsi tersendiri. Menurut Melia, et
al., (2016), organ reproduksi sekunder berfungsi untuk menerima, menyalurkan, dan
menyatukan sel-sel kelamin jantan dan betina, memberi makan janin serta melahirkan
individu baru.

Oviduk merupakan tempat jalannya sel telur dari ovarium menuju uterus.
Uterus terdiri atas sepasang yang terletak di kiri dan kanan. Berfungsi sebagai alat
transportasi sperma ke dalam tuba, pembentuk plasenta serta tempat
perkembangan embrio dan kelahiran mencit Ovarium berfungsi sebagai tempat
perkembangan sel telur. Tuba fallopi letaknya di bawah ovarium. Ovarium,terletak
berdekatan dengan saluran telur dan berfungsi untuk mengahasilkan ovum.
Menurut Fradson (1992), ovarium berfungsi untuk menghasilkan sel telur, hormon
estrogen dan progesteron yang berperan dalam kehamilan serta hormon FSH dan LH
untuk membantu pembentukan sel telur di ovarium.

Infudibulum, sebagai tempat terbentuknya kalaza. Oviduct, merupakan


saluran yang berkelok-kelok yang berfungsi sebagai saluran telur. Uterus,
sebagai saluran telur dan merupakan pelebaran dari oviduk. Vagina,

Universitas Sriwijaya
merupakan organ hewan betina dan sebagai jalan keluar anak. Vulva yang
berupa tonjolan pada bagian luar vagina yang merupakan organ genetalis eksterna.
Menurut Adnan (2008) Ovarium terdiri atas daerah medulla yang mengandung
pembuluh darah dan sedikit jaringan ikat longgar,dan daerah korteks mengandung
folikel-folikel yang mengandung oosit. Permukaan ovarium dibatasi oleh selapis
epitel pipih disebut sel germinitivum, yang dibawahnya stroma membentuk
lapisan padat disebut tunika albugenia. Ovarium mendapat pendarahan dari
arteriovarika cabang dari aorta
Berbeda dengan organ testis, ovarium terdapat di dalam cavum abdominalis.
Ovarium mempunyai 2 fungsi, sebagai organ eksokrin yang menghasilkan sel telur
dan sebagai organ endokrin yang mensekresikan hormon estrogen dan progesteron.
Menurut Purnama dan Santi (2017), pada sapi dan domba, ovarium berbentuk oval,
namun pada kuda berbentuk seperti ginjal karena ada fossa ovulatorus yakni suatu
legokan pada pinggir ovarium. Umumnya ovarium kanan lebih besar karena secara
fisiologik lebih aktif daripada ovarium kiri.

Berdasarkan preparat histologi, ovarium mencit dapat dibedakan menjadi dua


daerah yang berbeda menjadi dua daerah yang berbeda komposisi dasarnya. Bagian
dalam disebut medula terdiri atas jaringan ikat fibrosa longgar yang mengandung
pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf. Stroma pada bagian ini mengandung
berkas serat otot polos. Koterks merupakan nama untuk bagian luar ovarium.
Menurut Mahoney et al (1998) pada daerah yang merupakan tempat dijumpainya
folikel dalam berbagai tingkat perkembangan, terdiri dari stroma padat. Stroma
berbentuk atas jalinan serat retikulin dan sel berbentuk gelendong yang tersusun
berpusar tidak teratur yang disebut fibrolas.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :

Universitas Sriwijaya
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan
beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Organ reproduksi sekunder atau saluran reproduksi terdiri dari oviduk,
uterus, serviks, vagina, dan vulva.
2. Organ reproduksi betina terdiri dari ovarium, oviduk, uterus, dan saluran
reproduksi lainnya, dimana alat reproduksi eksternal berfungsi sebagai alat
kopulasi dan alat reproduksi internal berfungsi sebagai alat ovulasi.
3. Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan oleh hormon-hormon
gondaotropin/steroid.
4. Fertilisasi mengakibatkan progesteron tetap tinggi dengan dipertahankannya
korpus luteum (tidak berdegenerasi).
5. Organ reproduksi primer yaitu ovarium yang berfungsi menghasilkan ova
(sel telur) dan hormon-hormon kelamin betina.

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, R., A. Triani, dan W. Juliarti. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan
Perkembangan. Yogyakarta : Deepublish.

Universitas Sriwijaya
Ardian. 2021. Ensiklopedi Anatomi Tubuh Manusia : Sistem Pernafasan, Sistem
Reproduksi, dan Siklus Hidup. Yogyakarta : Hikam Pustaka.
Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchell, L.G. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.

Damayanti, T., dan Ismudioni. 2014. Ilmu Reproduksi Ternak. Surabaya : Airlangga
University Press.

Dellmann, H.D. dan E.M. Brown, 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II. Third
Edition. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Alih bahasa: R. Hartono.
Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi Keempat. Yogyakarta: Gadjah
Madah University Press.

Hunter, RH., 2009, Buku fisiologi dan teknik reproduksi ini mengupas berbagai
aspek fisiologi reproduksi hewan betina, ITB Bandung.
Isnaeni, W. 2019. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : PT. Kanisius.

Melia, J., Agil, M., Supriatna, I., dan Amrozi, A. (2016). Anatomi dan Gambaran
Ultrasound Organ Reproduksi Siklus Estrus pada Kuda Gayo Betina (Anatomy
and Ultrasound Imaging of Reproductive Organs of Gayo Mares During Estrous
Cycle). Jurnal Kedokteran Hewan-Indonesian Journal of Veterinary Sciences.
10(2): 103-108.

Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara.


Purnamasari, dan R. Santi, D.R. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya: Program Studi
Arsitektur UIN Sunan Ampel.

Puspita, A., T. Susilawati, M.N. Ihsan., dan S. Wahyuningsih. 2017. Fisiologi


Reproduksi Ternak (Dasar Manajemen Reproduksi). Malang : UB Press.

Sukada, K. 2019. Gametogenesis, Oogenesis, dan Spermatogenesis. Fakultas


Peternakan : Universitas Udayana.

Susetyarini, R.E. Latifa, dan R. Zaenab. 2020. Embriologi dan Reproduksi Hewan.
Malang : UMM Press.

Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai