OLEH:
LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019
BAB I PENDAHULUAN
Adapun tujuan dari praktikum Gametogenesis ini adalah untuk mengetahui proses yang
terjadi pada spermatogenesis dan oogenesis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Sel gamet terdiri dari
gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis dan gamet betina (ovum) yang
dihasilkan di ovarium. Terdapat dua jenis proses pembelahan sel yaitu mitosis dan
meiosis. Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet melalui pembelahan meiosis
(Adnan, 2010).
Gametogenesis merupakan proses pembentukan gonad (sel kelamin).
Gametogenesis terbagi atas spermatogenesis dan oogenesis, dimana spermatogenesis
adalah proses pembentukan gamet jantan berupa spermatozoa yang terjadi pada testis
khususnya ‘tubulus seminiferus”, sedangkan oogenesis adalah proses pembentukan gamet
betina berupa ovum yang berlangsung pada ovarium. Secara umum tahap perkembangan
pembentukan gamet jantang dan betina (Gametogenesis) terbagi atas tiga tahapan, yaitu
periode perbanyakan, tumbuh dan pematangan. (Djuhanda, 1981).
Periode perbanyakan / proliferasi, pada fase ini primordium dari sel-sel yang
bermigrasi ke gonad melakukan beberapa kali pembelahan untuk membentuk
spermatogonia dan ooginia. Periode tumbuh, sebagian spermatogenesis dan oogenesis
terus melakuka pembelahan, sebagian laki mengalami fase tumbuh, dimana ukuran dari
sel bertambah besar dai uuran semula dan DNA dari kromosom menjadi dua kali semula.
Sel yang telah mengalami fase tumbuh ini disebut gametosit primer dan berada pada
stadium profase dari pembelahan meiosis. Periode pemasakan, fase dimana gametosit
primer mengalami dua kali pembelahan. Meiosis pertama menghasilkan gametosit
sekunder, sedangkan meiosis kedua menghasilkan gamet yang bersifat haploid. Denga
kata lain dapat dikatakan tujuan utama dari fase pemasakan ini yaitu agar individu baru
yang akan berkembang dari sel telur yang sudah diuai akan mempunyai kromosom yang
sama jumlahnya dengan kromosom induk. Gamet yang haploid ini disebut dengan
ootid/ovum dan spermatid. (Gani, 1989).
Gamet merupakan produk akhir dari gametogenesis yang berlangsung di dalam
gonad (testis atau ovarium). Gamet yang merupakan hasil spermatogenesis disebut
sperma, sedangkan gamet yang merupakan produk dari oogenesis disebut ovum. Gamet
berfungsi sebagai pembawa informasi genetik dari kedua parental kepada keturunannya.
Gamet jantan disebut spermatozoid dan gamet betina yaitu sel telur. Spermatozoa
diproduksi di dalam tubulus seminiferus. Spermatosit vertebrata terdiri atas bagian kepala,
leher, bagian tengah dan ekor yang merupakan flagel yang panjang (Fried, 2009).
Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium menjadi sel yang
lebih besar disebut spermatosit primer. Sel-sel ini membelah menjadi dua spermatosit
sekunder yang sama besar yang kemudian mengalami pembelahan meiosis menjadi empat
spermatid yang sama besar pula. Spermatid ini yaitu sebuah sel bundar dengan sebagian
besar protoplasma merupakan gamet dewasa dengan sejumlah kromosom haploid. Suatu
proses pertumbuhan dan diferensiasi yang rumit, tetapi bukan merupakan pembelahan sel,
mengubah spermatid menjadi sperma yang fungsional (Sumarnin, 2006).
Spermatogenesis dikontrol oleh hormon steroid seks, yaitu tostesteron. Tostesteron
disintesis oleh sel-sel intertisial testis atau sel-sel leydig. Sel-sel leydig terdapat diantara
tubulus seminiferus testis. Tostesteron berdifusi ke dalam tubulus seminiferus, ia
merangsang spermatogenesis. Produksi testosteron oleh sel leydig diatur oleh hormone
gonadotropin, yaitu luiteinizing hormone (LH) sering pula dinamakan Inteticial Cell
Simulating Hormone (ICSH) (Sumarnin, 2006).
Pada beberapa hewan vertebrata, spermatogonia terletak di bagian dalam dinding
tubulus atau dekat lamina basalis. Dalam perkembangannya, sel-sel speratogonia bergerak
menuju lumen tubuls seminiferus sehingga terbentuk sperma. Pada proses poliferasi atau
perbanyakan sel spermatogonia, sepermatogonia tipe A menghasilkan stem cell, sebagai
spermatogonium cadangan yang sedang istirahat. Adapun tipe spermatogonium A lainnya
melanjutkan pembelahan, sehingga secara berturut-turut menghasilakan spermatogonium
intermediet, spermatogonium tipe B dan spermatosit primer yang sedang istirahat.
Spermatogonia tipe B lebih besar daripada tipe A. Spermatogonia tipe mengalami
perubahan yang disebut dengan spermatosit primer. Spermatosit primer siap mengalami
proses selanjutnya yaitumeiosis I dan meiosis II (Karlinah, 2015).
Spermatogenesis merupakan perbanyakan sel spermatogonia secara mitosis. Proses
ini disebut juga poliferasi mitosis (mitocic poliforation) masuknya spermatogonia yang
sedang istirahat kedalam fase aktif menandai meiosis dan tidak semua spermatogonia aktif
berpoliferasi, tetapi diantaranya tetap sebagai spermatogonia yang sedang istirahat, dan
dapat aktif lagi dalam waktu tertentu. Selama pembelahan mitosis, satu dari anakan sel (
spermatogonia tipe A) tidak membelah dan tidak mengalami diferensisasi , tetapi sel ini
tetap sebagai spermatogonia tipe A dan berfungsi sebagai sel cangan ( stem cell). Setiap
kalimitosisis dihasilkan stem cell, dengan adanya stem cell ini, maka persediaan
spermatogonia dan tubulus tetsis tetap ada. Hal ini menjadi salah satu
perbedaan anatara spermatogenesis dan oogenesis. Pada proses oogenesis tidak terdapat
stem cell sebagai persediaan (Tenzer, 2009).
Oogenesis merupakan proses pematangan ovum di dalam ovarium. Pengaruh
Hormon dalam Oogenesis yaitu kelenjar hipofisis menghasilkan hormone FSH yang
merangsang pertumbuhan sel-sel folikel di sekeliling ovum. Ovum yang matang
diselubungi oleh sel-sel folikel yang disebut Folikel de Graaf, Folikel de Graaf
menghasilkan hormon estrogen. Hormon estrogen merangsang kelenjar hipofisis untuk
mensekresikan hormon LH, hormon LH merangsang terjadinya ovulasi. Selanjutnya
folikel yang sudah kosong dirangsang oleh LH untuk menjadi badan kuning atau korpus
luteum. Korpus luteum kemudian menghasilkan hormon progresteron yang berfungsi
menghambat sekresi FSH dan LH. Kemudian korpus luteum mengecil dan hilang,
sehingga akhirnya tidak membentuk progesteron lagi, akibatnya FSH mulai terbentuk
kembali, proses oogenesis mulai kembali (Novia, 2011).
Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
Kemudian oosit primer mengalami meiosis I, yang akan menghasilkan oosit sekunder
dan badan polar I (polosit primer). Selanjutnya oosit sekunder meneruskan tahap meiosis
II dan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel yang lebih kecil badan
polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan
polar kedua, akhirnya ada 3 badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum
dan oogenesis setiap satu oogonium (Gani, 1989).
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat bedah, bak bedah, object glass, cover
glass, mikroskop, petridish, kaca arloji, dan tisu. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu
satu ekor Mus musculus, dua pasang Fejervarya sp., dan tiga pasang Valanga sp.
Disiapkan hewan uji yang akan diisolasi gonadnya. Dimasukkan hewan uji ke dalam
killing bottle. Dilakukan pembedahan terhadap hewan uji dan diisolasi masing-masing
gonadnya (testis dan ovarium). Gonad jantan diletakkan di atas kaca arloji dan dicacah.
Ditambahkan larutan NaCl 0,9% secukupnya. Diletakkan hasil cacahan testis di atas
object glass dan ditutup dengan cover glass. Diamati di bawah mikroskop. Gonad betina
diletakkan di atas petridish dan dibandingkan mesing-masing gonad betina hewan yang
dibawa.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Oogenesis merupakan awal dari proses ovulasi. Oogenesis adalah proses pembentukan
ovum di dalam ovarium dan didalam ovarium terdapat oogonium atau sel indung telur.
Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal
: oogonium). Hal ini sesuai dengan pendapat Sukra (2010) bahwa pembentukan sel telur
dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari. Setelah semua oogonia yang
bersifat diploid telah selesai dibentuk kemudian siap untuk memasuki tahap pembelahan.
Semula oogonia membelah secara mitosisis menghasilkan oosit primer. Pada
perkembangan selanjutnya, semua oosit primer membelah secara meiosis, tetapi hanya
sampai fase profase. Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder akan mengalami pembelahan
meiosis II. Pada saat itu , oosit sekunder akan membelah menjadi dau sel, yaitu satu sel
berukuran normal yang disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan
kutub sekunder. Badan kutub tersebut bergabujg dengan badan kutub sekunder lainnya
yang berasal dari pembelahan sebelumnya sehingga ditemukan dua badan kutub sekunder.
Ootid mengalami perkembangan lebih jauh menjadi ovum matang, sedangkan ketiga
badan kutub mengalami degenerasi (hancur).
4.2 Testis Mus musculus
Pada pratikum yang sudah diamati bagian-bagian dari testis tidak tampak jelas sehingga
susah dibedakan. Hal ini bisa karena preparat yang sudah tidak bagus lagi,
seharusnya akan tampak perbedaan struktur sesuai dengan pendapat Gani (1989) anatara
sel leydig, sel sertoli, membran basal, tubules semeniferus, spermatosit primer,
spermatosit sekunder dan juga spermatogonium dimana itu semua adalah tingkatan-
tingkatan dari proses spermatogenesis dan sel sertoli berfungsi sebagai sumber nutrisi
serta sel leydig yang juga mempunyai fungsi dan tugasnya tersendiri. Selain menghasilkan
spermatozoa, testis juga menghasilkan testosteron. Didalam testis beratus-ratus tubulus
seminiferus, yang terpisah menjadi lobus-lous (lobulus) oleh septa (Septula). Selanjutnya
lobulus-lobulus itu bermuara pada saluran yang disebut Vasa efferentia yang terletak di
dalam testis. Pematangan spermatozoa terjadi di dalam tubulus seminiferus.
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum gametogenesis ini, adalah :
1. Terdapat tahapan dalam oogenesis, sel germa berkembang di dalam folikel – folikel
telur, dengan tingkatan: Folikel primordial; Folikel tumbuh: Folikel
primordial, Folikel sekunder, Folikel tersier; Folikel matang (folikel deegraf).
2. Terdapat tingkatan perkembangan sel germa dalam tubulus seminiferus adalah
Spermatogonium, Spermatosit I, Spermatosit II, Spermatid, Spermatozoid
3.2 Saran
Saran dari praktikum gametogenesis ini yaitu, sebelum melakukan praktikum sebaiknya
kita harus tahu dulu bagaimana cara kerja dan harus memeriksa segala peralatan yang
akan digunakan, lebih cermat lagi dalam mengisolasi gamet pada hewan uji, serta lebih
teliti dalam pembuatan preparat agar hasil yang didapatkan jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Tenzer, Amy. 2009. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II . Malang. Jurusan Biologi
UM
Ville, Walker, dan Barnes. 2010. Zoology umum edisi keenam jilid 1. Jakarta: Erlangga