Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN


GAMETOGENESIS

OLEH:
NAMA : NABILLAH HAZIMAH
NO. BP : 171423009
KELOMPOK : 3A
ANGGOTA KELOMPOK : 1. DEWI SUCITRA (1710421017)
2. SYIFA ULIA (1710421025)
3. YOSECA AULIA (1710423025)
4. FIRMAN SYUKRI (1710423028)
ASISTEN : M. ALDI GUSMAN

LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2018
BAB I PENDAHULUAN

Gametogenesis (gamet = sel kelamin, genesis = kelahiran, pembentukan ) adalah


proses terbentuknya gamet (sel kelamin), baik gamet jantan maupun gamet betina.
Gametogenesis merupakan suatu cara untuk mempersiapkan sel kelamin yang berguna
untuk perkembangbiakkan makhlik hidup secara seksual. Peristiwa gametogenesi
yang juga merupakan proses pembelahan meisosis terjadi pada organ reproduksi
heawan atau tumbuhan. Hasil gametogenesis adalah sel-sel kelamin jantan dan betina
yang siap mengadakan pembuahan (melebur menjadi satu), dan kelak menjadi
makhluk hidup yang baru. (Diah, 2006)
Gametogenesis merupakan konversi sel-sel benih menjadi gamet pria dan
gamet wanita. Dalam persiapan untuk pembuahan, sel beih pria maupun wania
mengalami sejumlah perubahan yang melibatkan kromosom maupun sitoplasma,
dengan tujuan untuk mengurangi jumlah kromosom dari jumlah diploid (46 pada sel
somatik) menjadi jumlah haploid (23 pada sel gamet) dan mengubah bentuk sel-sel
benih sebagai persiapan untuk pembuahan. (Nelly karlimah, 2015).
Spermatogenesis berlangsung di dalam testis, tepatnya pada dinding tubulus
seminiferus. Proses tersebut berlangsung mulai dari dinding tepi sampai ke lumen
tubulus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus tersusun atas dua komponen utama
yaitu sel somatic berupa sel-sel sertoli dan sel germa. Proses dari pembentukan sel
kelamin atau yang biasa disebut gametogenesis ini melibatkan dua tipe pembentukan
gamet yaitu spermatogenesis dan oogenesis. Dimana spermatogenesis (pada hewan
jantan) berlangsung pada gonad(testis) dan hasilnya adalah sperma, sedangkan
oogenesis (pada hewan betina) berlangsung pada gonad(ovarium) dan hasilnya adalah
ovum. (Campbell, 2010).
Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Sel gamet
terdiri dari gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis dan gamet betina
(ovum) yang dihasilkan di ovarium. Terdapat dua jenis proses pembelahan sel yaitu
mitosis dan meiosis. Mitosisyaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan tetapi
tidak terjadi reduksi kromosom, contohnya yaitu apabila ada sel tubuh kita yang rusak
maka akan terjadi proses penggantian dengan sel baru melalui proses pembelahan
mitosis. Sedangkan pembelahan meiosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2
anakan dengan adanya reduksi kromosom, contohnya yaitu pembelahan sel kelamin
atau gamet sebagai sarana utama dalam proses reproduksi manusia. Pada pembelahan
mitosis menghasilkan sel baru yang jumlah kromosomnya sama persis dengan sel
induk yang bersifat diploid (2n) yaitu 23 pasang / 46 kromosom. Sedangkan pada
meiosis jumlah kromosom pada sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom.
Gametogenesis terdiri dari 4 tahapan yaitu perbanyakan, pertumbuhan, pematangan,
dan perubahan bentuk. Gametogenesis dibagi menjadi dua yaitu spermatogenesis
untuk jantan dan oogenesis untuk betina. (Balinsky, 1976)
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium.
Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia
(tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam
kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia fetus,
semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap memasuki tahap
pembelahan. Semula oogonia membelah secara mitosis menghasilkan oosit primer.
Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer membelah secara meiosis,
tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan meiosis tersebut berhenti hingga bayi
dilahirkan. Ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer dan
mengalami kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas,
oosit melanjutkan pembelahan meiosis I. Hasil pembelahan tersebut berupa dua sel
haploid, satu sel yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil
yang disebut badan kutub primer (Carlson, 1988).
Hal yang melatarbelakangi diadakannya praktikum perkembangan hewan
mengenai gametogenesis ini ialah kurangnya pengetahuan pratikan tentang
spermatogenesis dari hewan jantan dan oogenesis dari hewan betina yang diujikan.
Oleh karena itu, praktikum perkembangan hewan diperlukan adanya pengamatan
perbedaan dari spermatogenesis dan oogenesis.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui proses yang terjadi
spermatogenesis dan oogenesis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gametogenesis merupakan proses pembentukan gamet (sel kelamin) yang terjadi


melalui pembelahan meiosis. Gametogenesis berlangsung pada sel kelamin dalam alat
perkembang biakan. Gametogenesis meliputi spermatogenesis (pembentukan
spermatozoa atau sperma) dan Oogenesis (pembentukan ovum). Spermatogenesis
merupakal peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang
masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara
berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh
hormone gonadtotropin dan testosterone (Wahyu, 1990).
Spermatogenesis terjadi di testis. Didalam testis terdapat tublus seminiferus.
Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada jaringan
epithelium terdapat sel – sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi member
nutrisi pada spermatozoa. Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig
yang mengsekresikan hormone testosterone yang berperan pada proses
spermatogenesis (Guyton, 2006).
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu
Spermatocytogenesis, Meiois Spermatosit I, dan tahapan Spermiogenesis.
Spermatocytogenesis merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali
yang akan menjadi spermatosit primer. Tahapan Meiois Spermatosit I (primer)
menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis
I yang kemudian diikuti dengan meiosis II. Tahapan Spermiogenesis Merupakan
transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase
tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa
masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita “X”
(Tenzer, 2003).
Pada masa pubertas, spermatogonia membelah diri secara mitosis sehingga
menghasilkan lebih banyak spermatogonia. Pada manusia, spermatogonia
mengandung 23 pasang kromosom atau 46 kromosom (diploid). Beberapa
spermatogonia membelah diri kembali, sedangkan lainnya berkembang menjadi
spermatosit primer yang juga mengandung kromosom sebanyak 46 kromosom. Sel –
sel spermatosit primer tersebut kemudian membelah secara meiosis nebjadi dua
spermatosit sekunder yang jumlah kromosomnya menjadi setengahnya (23kromosom
haploid). Selanjutnya spermatosit sekunder membelah lagi secara meiosis menjadi
empat spermatid. Jadi, spermatid.jadi, spermatosit primer mengalami pembelahan
meiosis I yang menghasilkan dua spermatosit sekunder. Selama pembelahan meiosis
II, kedua spermatosit sekunder membelah lagi menghasilkan empat spermatid.
Selanjutnya spermatid berdiferensi menjadi sel kelamin dewasa(masak) yang disebut
spermatozoa atau sperma. Ini juga memiliki23 kromosom (haploid) (Toelihere, 1981).
Pada manusia proses spermatogenesis berlangsung setiap hari. Siklus
spermatogenesis berlangsung rata – rata 74 hari. Artinya , perkembangan sel
spermatogonia menjadi spermatozoa matang memerlukan waktu rata – rata 74 hari.
Sementara itu pemasakan spermatosit menjadi sperma memerlukan waktu dua
hari.proses pemasakan spermatosit menjadi sperma dinamakan spermatogenesis dan
terjadi didalam epidemis. Pada pria dewasa normal, proses spermatogenesis terus
berlangsung sepanjang hidup, walaupun kualitas dan kauntitasnya makin menurun
dengan bertambahnya usia (Toelihere, 1981).
Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah dan ekor
(flagelata. Kepala sperma mengandung nucleus. Bagian ujung kepala ini mengandung
akrosom yang menghasilkan enzim yang berfungsi untuk menembus lapisan – lapisan
sel telur pada waktu fertilisasi. Bagian tengah sperma mengandung mitokondria yang
menghasilkan ATP sebagai sumber energy untuk pergerakan sperma. Ekor sperma
berfungsi sebagai alat gerak (Scanlon, 2003).
Oogonium yang merupakan prekursor dari ovum tertutup dalam folikel di
ovarium. Oogonium berubah menjadi oosit primer, yang memiliki 46 kromosom.
Oosit primer melakukan meiosis , yang menghasilkan dua sel anak yang ukurannya
tidak sama. Sel anak yang lebih besar adalah oosit sekunder yang bersifat haploid.
Ukurannya dapat mencapai ribuan kali lebih besar dari yang lain karena berisi lebih
banyak sitoplasma dari oosit primer. Sel anak yang lebih kecil disebut badan polar
pertama yang kemudian membelah lagi. Oosit sekunder meninggalkan folikel ovarium
menuju tuba Fallopi. Apabila oosit sekunder difertilisasi, maka akan mengalami
pembelahan meiosis yang kedua . begitu pula dengan badan polar pertama membelah
menjadi dua badan polar kedua yang akhirnya mengalami degenerasi. Namun apabila
tidak terjadi fertilisasi, menstruasi dengan cepat akan terjadi dan siklus oogenesis
diulang kembali. Selama pemebelahan meiosis kedua, oosit sekunder menjadi bersifat
haploid dengan 23 kromosom dan selanjutnya disebut dengan ootid. Ketika inti
nukleus sperma dan ovum siap melebur menjadi satu, saat itu juga ootid kemudian
mencapai perkembangan finalnya menjadi ovum yang matang. Kedua sel haploid
(sperma dan ovum) bersatu membentuk sel zygot yang bersifat dipoid (2n) (Sherwood,
2011).
Oogenesis merupakan proses pembentukann ovum di dalam ovarium. Tidak
seperti spermatogenesis yang dapat menghasilkan jutaan sperma dalam waktu yang
bersamaan, oogenesis hanya mampu menghasilkan satu ovum matang sekali waktu.
Proses oogenensis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu Hormon FSH (Follicle
Stimulating Hormone), berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel.
Hormon LH (Luteinizing Hormone), berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu
proses pengeluaran sel ovum). Hormon estrogen, berfungsi menimbulkan sifat
kelamin sekunder. Hormon progesteron, berfungsi juga untuk menebalkan dinding
endometrium (Scanlon, 2003).
Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon FSH yang merangsang pertumbuhan
sel-sel folikel di sekeliling ovum. Ovum yang matang diselubungi oleh sel-sel folikel
yang disebut Folikel de Graaf, Folikel de Graaf menghasilkan hormon estrogen.
Hormon estrogen merangsang kelenjar hipofisis untuk mensekresikan hormon LH,
hormon LH merangsang terjadinya ovulasi. Selanjutnya folikel yang sudah kosong
dirangsang oleh LH untuk menjadi badan kuning atau korpus luteum. Korpus luteum
kemudian menghasilkan hormon progresteron yang berfungsi menghambat sekresi
FSH dan LH. Kemudian korpus luteum mengecil dan hilang, sehingga akhirnya tidak
membentuk progesteron lagi, akibatnya FSH mulai terbentuk kembali, proses
oogenesis mulai kembali (Wahyu, 1990).
Ovum memiliki beberapa lapisan pelindung, antara lain Membrane vitellin
yaitu lapisan transparan dibagian dalam ovum. Zona pellusida, yaitu lapisan pelindung
ovum yang tebal dan terletak dibagian tengah. Terdiri dari protein dan mengandung
rangsang (reseptor) untuk spermatozoa. Corona radiata, yaitu merupakan sel-sel
granulose yang melekat disisi luar dan merupakan mantel terluar ovum yang paling
tebal (Guyton, 2006).
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Perkembangan Hewan Gametogenesis ini dilaksanakan pada hari Rabu, 20


Februari 2019 Laboratorium Teaching II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini diantaranya alat bedah, bak bedah,
object glass, cover glass, petridish, kaca arloji, dan mikroskop. Adapun bahan yang
digunakan antara lain satu ekor Mus musculus jantan, dua pasang Fejervarya sp., tiga
pasang Valanga sp., dan NaCl 0,9%.

3.3 Cara Kerja

Disiapkan hewan uji yang akan diisolasi gonadnya. Masukkan hewan uji ke dalam
killing bottle. Lakukan pembedaan terhadap hewan uji dan isolasi masing-masing
gonadnya (testis dan ovarium). Gonad jantan diletakkan di atas kaca arloji dan dicacah.
Ditambahkan Larutan NaCl 0,9% secukupnya. Diletakkan hasil cacahan testis di atas
object glass dan tutup dengan cover glass. Diamati di bawah mikroskop. Gonad betina
di letakkan di atas petridish dan dibandingkan masing-masing gonad betina hewan
yang dibawa.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Spermatogenesis
4.1.1 Sperma Mus musculus

Gambar 1. Sperma Mus musculus


Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan, didapatkan sperma dari Mus musculus. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Campbell et al (2003) yang menyatakan bahwa gonad
jantan, atau testes (tunggal, testis), terdiri dari banyak saluran yang melilit-lilit yang
dikelilingi oleh beberapa lapis jaringan ikat. Saluran tersebut adalah tubula seminiferus
(seminiferous tubule), tempat sperma terbentuk. Sel-sel Leydig (Leydig cell) yang
terbesar di antara tubula seminiferus menghasilkan testosterone dan androgen lain,
yang merupakan hormone seks jantan. Pengamatan testis dilakukan dengan
mengamati anatomi, kemudian mengamati histology sayatan testis. Testis mencit
berada di sebelah dalam sejajar dengan hemipenis dengan posisi di sebelah dorsal.
Fungsi testis pada mencit sama dengan penis manusia, yaitu memproduksi sel sperma.
Secara anatomi, testis ini berdiameter 0,5 cm, berwarna putih dan menggembung sperti
kantung berisi udara.
4.1.2 Sperma Fejevarya sp.

Gambar 2. Sperma Fejevarya sp. (Sumber: Kelompok 7B)


Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan, didapatkan sperma Fejervarya sp. seperti
pada gambar diatas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sadler (2010), yang menyatakan
bahwa organ reproduksi pada katak jantan merupakan sepasang testis yang berbentuk
oval dan berwarna kuning keputih-putihan. Testis tersebut terletak disebelah atas
ginjal yang digantungkan oleh mesorsium. Sperma yang dihasilkan testis berjumlah
sepasang dan nantinya akan disalurkan ke dalam vas deferens, yang selanjutnya akan
bermuara di kloaka. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan
membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara).
Spermatogenesis pada katak, tidak jauh berbeda dengan spermtogenesis pada
hewan vertebrata lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada susunan tubulus
seminiferus. Setelah spermatogonia dibentuk, spermatogonia akan menjadi
spermatosit primer yang kemudian bergerak ke tubulus seminiferus. Pada fase ini
terjadi duplikasi DNA, kemudian mengalami meiosis I dan menghasilkan 2
spermatosit sekunder yang haploid. Spermatid (n) terbentuk setelah spermatosit
sekunder mengalami meiosis II. Selama proses spermiogenesis, ekor pada spermatid
mulai terbentuk. Jika semua bagian pada sperma telah terbentuk maka sel tersebut
telah menjadi spermatozoa (Sadler, 2010).
4.1.3 Sperma Valanga sp.

Gambar 3. Sperma Valanga sp.


Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan, didapatkan sperma Valanga sp. seperti
pada gambar diatas. Sperma matang yang keluar dari testis melewati saluran pendek
(vas efferentia) dan mengumpul di ruang penyimpan (vesikula seminalis, Gambar 3D).
Saluran yang sama (vas deferens) mengarah keluar dari vesikula seminalis, bergabung
satu sama lain di sekitar pertengahan tubuh, dan membentuk saluran ejakulasi
(ejaculatory duct) tunggal yang mengarah keluar dari tubuh melalui organ kelamin
jantan (aedeagus). Satu atau lebih pasangan kelenjar aksesori (accessory glands)
biasanya berhubungan dengan sistem reproduksi jantan, yaitu organ-organ sekretori
yang terhubung dengan sistem reproduksi melalui saluran pendek - beberapa mungkin
menempel dekat testis atau vesikula seminalis, yang lainnya mungkin berhubungan
dengan saluran ejakulasi (Jumar, 2000).
4.2 Oogenesis
4.2.1 Ovarium Fejervarya sp.

Gambar 4. Ovarium Fejervarya sp.


Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan, didapatkan ovarium pada katak Fejervarya
sp. yang berentuk bulat-bulat hitam. Organ reproduksi katak betina terdiri atas
sepasang ovarium yang terdapat pada bagian belakang rongga tubuh diikat oleh
penggantungnya yang disebut mesovarium. Katak betina ketika musim kawin pada
ovarium terpadat, ovum yang masak akan menuju ke saluran yang disebut oviduct.
Bagian posterior oviduct membesar membentuk uterus. Selanjutnya telur dikeluarkan
melalui cloaca keluar dari tubuh. Katak sendiri terjadi fertilisasi eksternal (pembuahan
di luar tubuh) dan pada musim kawin terjadi isyarat kawin oleh katak jantan dan katak
betina. Perkawinan dilakukan dengan cara katak jantan menempel di atas punggung
katak betina, lalu keduanya menyemprotkan sel–sel gamet ke luar tubuh (Zug, 1993).
4.2.2 Ovarium Valanga sp.

Gambar 5. Ovarium Valanga sp.


Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan, didapatkan ovarium Valanga sp. seperti
pada gambar diatas. Pada belalang terdapat sepasang ovarium. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Jumar (2000), yang menyatakan bahwa sistem reproduksi betina terdiri
atas sepasang ovarium. Setiap ovarium terbagi menjadi unit-unit fungsional (ovariol)
di mana telur dihasilkan. Satu ovarium dapat mengandung puluhan ovariol, umumnya
sejajar satu sama lain. Telur matang meninggalkan ovarium melalui saluran telur
lateral (lateral oviducts). Pada sekitar pertengahan tubuh, saluran telur lateral ini
bergabung untuk membentuk common oviduct yang membuka ke ruang alat kelamin
yang disebut bursa copulatrix. Kelenjar aksesori betina (accessory glands) memasok
pelumas untuk sistem reproduksi dan mengeluarkan kulit telur kaya protein (chorion)
yang mengelilingi seluruh telur. Kelenjar ini biasanya dihubungkan dengan saluran
kecil ke saluran telur umum atau bursa copulatrix (Jumar, 2000).
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum gametogenesis ini adalah:

1. Terdapat tahapan dalam oogenesis, sel germa berkembang di dalam folikel –


folikel telur, dengan tingkatan: Folikel primordial; Folikel tumbuh: Folikel
primordial, Folikel sekunder, Folikel tersier; Folikel matang (folikel deegraf).
2. Terdapat tingkatan perkembangan sel germa dalam tubulus seminiferus adalah
Spermatogonium, Spermatosit I, Spermatosit II, Spermatid, Spermatozoid

5.2 Saran

Saran dari praktikum gametogenesis ini yaitu, sebelum melakukan praktikum


sebaiknya kita harus tahu dulu bagaimana cara kerja dan harus memeriksa segala
peralatan yang akan digunakan, lebih cermat lagi dalam mengisolasi gamet pada
hewan uji, serta lebih teliti dalam pembuatan preparat agar hasil yang didapatkan jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Balinsky. (1976). An Introduction to Embryology Fourth Edition. W.B. Saunders


Company: Philadelphia.
Campbell, N.A, J.B. Reece and L.G. Mitchell. 2003. Biologi. Alih Bahasa : L. Rahayu,
E.I.M Adil, N Anita, Andri, W.F Wibowo, W. Manalu. Penerbit Erlangga.
Jakarta
Campbell, Reece, dan Mitchel. 2010. Biologi Edisi 5 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Carlson, Bruce M. (1988). Patten's Foundations of Embryology Fifth Edition. Mc
Graw-Hill Book Company: New York.
Guyton & Hall. 2006. Textbook of Medical Physiology. Philadelphia. Elsevier
Saunders.
Jumar, 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta.
Sadler, T. W. 2010. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10. Alih Bahasa dr. Brahm
U. Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Scanlon & Sanders. 2003. Essential of Anatomy and Physiology. Philadelphia : F. A.
Davis Company.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Hewan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tenzer, A. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang. Jurusan Biologi
UM.
Wahyu, H. 1990. Diktat Asistensi Anatomi Hewan-Zoologi. Yogyakarta. Jurusan
Zoologi UGM.
Toelihere, Mozes. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung : Penerbit
Angkasa.
Zug, G. R. 1993. Herpetolology: an Introduction Biology of Ampibians and Reptiles.
London: Academic Press.

Anda mungkin juga menyukai