PERKEMBANGAN HEWAN
GAMETOGENESIS
OLEH :
Universitas Sriwijaya
Spermatogenesis dapat didefinisikan sebagai suatu proses pembentukan
spermatozoa (sel gamet jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang
terletak di testes. Spermatogenesis merupakan proses perkembangan sel germinal
(immature) melalui pembelahan, diferensiasi dan meiosis untuk menghasilkan
spermatid berekor yang bersifat haploid atau (n) yang sudah mengalami proses
maturasi atau pematangan membentuk spermatozoa (Jessica et al., 2022).
Oogenesis merupakan proses pembentukan sel kelamin betina atau gamet
betina yang disebut sel telur atau ovum. Oogenesis terjadi di dalam ovarium.
Ovarium sel induk telur terdapat sel yang disebut oogonium akan tumbuh besar
sebagai oosit promer sebelum membelah secara meiosis. Meiosis I pada oosit
primer menghasilkan 2 sel dengan komponen sitoplasmik yang berbeda yaitu
Oosit sekunder dan badan kutub primer (Tetsuya et al., 2020).
Oosit sekunder dan badan kutub primer mengalami pembelahan meiosis
thap II. Oosit sekunder menghasilkan dua sel yang berbeda. Satu sel yang besar
disebut ootid yang akan berkembang menjadi ovum. Sedangkan sel yang kecil
disebut badan kutub. Sementara itu, badan kutub hasil meiosis I juga membelah
menjadi dua bada kutub sekunder. Jadi, hasil akhir oogenesis adalah satu ovum
(sel telur) yang fungsional dan tiga badan kutub yang mengelami degenerasi.
Berdasarkan cara terbentuknya telur ada 2 macam yaitu sel telur soliter dan sel
telur kompleks. Macam – macam sel telur berdasarkan asal selaput sel telur yaitu
selaput sel telur primer, sekunder dan tersier (Swevers, 2019).
Fase meiosis II pada proses oogenesis terbentuk apabila terjadi fertilisasi.
Oogonium mengalami pembelahan mitosis menjadi oosit primer saat perempuan
mengalami pubertas, oosit primer melanjutkan tahapan fase meiosis I menjadi sel
diploid. Ukuran besar menjadi oosit sekunder, ukuran kecil menjadi badan polar,
bersifat haploid. Terjadi fertilisasi, oosit sekunder ke fase meiosis II. Tidak terjadi
fertilisasi, maka oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Satu oogonium akan
menghasilkan satu ovum fungsional dan dua badan polar (Li et al., 2020).
Universitas Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gametogenesis
Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan meliputi dua fase yaitu fase
embrionik dan pasca embrionik. Sebelum masuk fase embrionik, terjadi
penyatuan gamet jantan dan betina yang dikenal dengan sebutan fertilisasi. Sel
gamet mampu melakukan fertilisasi, sel gamet mengalami suatu perkembangan
disebut dengan gametogenesis atau pembentukan gamet (Aseptianova, 2016).
Gametogenesis dapat didefinisikan sebagai dimana terjadinya suatu proses
pembentukan sel gamet atau sel kelamin pada suatu makhluk hidup. Dapat pula
diartikan sebagai suatu proses yang mengubah plasma germinal menjadi sel-sel
kelamin yang sangat terspesialisasi sehingga mampu melaukan fertilisasi untuk
menghasilkan individu baru. Pada jantan proses ini disebut spermatogenesis yang
akan menghasilkan spermatozoa dan pada betina disebut oogenesis yang akan
menghasilkan ovum. Oogenesis merupakan proses pembentukan sel gamet betina
(ovum) di dalam ovarium. Oosit yang masih immature atau yang masih kecil
tumbuh dan mencapai ukuran akhir di dalam ovari yang kemudian oosit akan
matang dan siap untuk dibuahi (Saitou dan Katsuhiko, 2021).
Pembentukan gamet pada hewan jantan disebut dengan spermatogenesis.
Proses ini berlangsung di dalam tubulus seminiferus. Proses spermatogenesis
terdiri dari empat tahap, yaitu fase pertama proliferasi dimana sejak pra lahir
sampai beberapa waktu sesudah fetus dilahirkan fase kedua tumbuh dimana
spermatogonium aktif membagi diri secara mitosis, spermatogonium akan tumbuh
menjadi spermatosit primer (Swevers, 2019).
Fase ketiga pembentukan gamet disebut dengan fase masak dimana
pembelahan meiosis sehingga spermatosit primer berubah menjadi spermatosit
sekunder yang jumlah kromosomnya hanya setengah dari spermatosit primer,
dilanjutkan dengan pembelahan spermatosit sekunder secara meiosis menjadi
spermatid dan fase terakhir transformasi (metamorfosa) dimana spermatid
berubah menjadi spermatozoa. Hasil akhir dari proses spermatogenesis pada
hewaan jantan akan menjadi 4 buah sel spermatozoa (Fang et al., 2022).
Universitas Sriwijaya
2.2. Macam-macam Gametogenesis
2.2.1. Spermatogenesis
Spermatogenesis dapat didefinisikan sebagai suatu proses pembentukan
spermatozoa (sel gamet jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang
terletak di testes. Spermatogenesis merupakan proses perkembangan sel germinal
(immature) melalui pembelahan, diferensiasi dan meiosis untuk menghasilkan
spermatid berekor yang bersifat haploid atau (n) yang sudah mengalami proses
maturasi atau pematangan membentuk spermatozoa (Adrienne et al., 2022).
Hormon-Hormon dalam proses spermatogenensis antara lain yaitu terdapat
hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang bekerja sebagai pendukung
metabolisme pematangan sel primordial berkembang menjadi sel spermatid,
menjaga kapasitas spermatogenesis, dan mendukung aktivitas testosteron dalam
proses spermatogenesis. Estrogen berperan sebagai hormon proapoptosis pada
proses spermatogenesis, yang mana dalam testis terdapat dua jenis reseptor
estrogen reseptor ESR1 (Erα) dan ESR2 atau Erβ (Saitou dan Katsuhiko, 2021).
Kadar estrogen yang berlebih pada hewan jantan dapat pula mengganggu
peoses reproduksi dan proses pematangan sel sperma. Kekurangan estrogen dapat
pula mengakibatkan gangguan atrofi pada testis dan cedera sel sertoli, estradiol
(estrogen alami paling poten) juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan
testosteran agar tidak berlebih sekaligus memperkuat tight junction sehingga
memengaruhi proses pematangan spermatogenesis (Fang et al., 2022).
2.2.2. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan sel kelamin betina disebut sel
telur atau ovum. Terjadi di dalam ovarium. Ovarium sel induk telur disebut
oogonium tumbuh besar sebagai oosit promer sebelum membelah secara meiosis.
Meiosis I pada oosit primer menghasilkan 2 sel dengan komponen sitoplasmik
yang berbeda yaitu Oosit sekunder dan badan kutub primer (Li et al., 2020).
Hormon yang berperan penting dalam proses oogenesis, yaitu hormon FSH
yang merangsang pertumbuhan sel-sel folikel. Hormon LH (Luteinizing hormone)
yang merangsang proses ovulasi atau pengeluaran sel telur. Hormon estrogen
menimbulkan karakter kelamin sekunder. Hormon progesteron yang berfungsi
menebalkan dinding endometrium atau dinding rahim (Tetsuya et al., 2019).
Universitas Sriwijaya
BAB III
METODE PENELITIAN
Universitas Sriwijaya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai
berikut :
4.1.1. Spermatogenesis
2. Spermatogenesis 1. Spermatogonium
2. Spermatosit
primer
3. Meiosis 1
4. Spermatosit
sekunder
5. Meiosis 2
6. Spermatid
7. Spermatozoa
Universitas Sriwijaya
4.1.2. Oogenesis
2. Oogenesis 1. Oogonium
2. Oosit primer
3. Meiosis 1
4. Oosit sekunder
5. Oosit sekunder
6. Meiosis 2
7. Ootid
8. Badan Polar
9. Ovum
Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Setelah dilakukan analisa dan pengamatan pada ovum hasil inseminasi
buatan terfertilisasi didalam abdomen katak betina didapatkan hasil praktikum
gametogenesis yang telah terbentuk didalamnya. Menurut Swevers (2019),
menyatakan bahwa perkembangan hewan meliputi dua fase yaitu fase embrionik
dan pasca embrionik. Penyatuan gamet jantan dan betina dikenal dengan sebutan
fertilisasi. Sel gamet mengalami perkembangan disebut dengan gametogenesis.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil
bahwa terdapat keberhasilan pada proses inseminasi buatan yang dilakukan pada
katak betina sehingga menghasilkan proses gametogenesis sel gamet betina atau
sel ovum yang dimana proses tersebut biasa disebut sebagai proses oogenesis.
Menurut Saitou dan Katsuhiko (2021), menyatakan bahwa proses pembentukan
sel kelamin betina disebut ovum. Terjadi di dalam ovarium. Ovarium sel induk
telur disebut oogonium tumbuh besar sebagai oosit promer sebelum membelah
secara meiosis. Meiosis I pada oosit primer menghasilkan 2 sel dengan komponen
sitoplasmik yang berbeda yaitu oosit sekunder dan badan kutub primer.
Setelah dilakukan analisa dan pengamatan yang telah dilakukan,
didapatkan hasil bahwa terdapat keberhasilan pada proses inseminasi buatan yang
dilakukan pada katak betina sehingga menghasilkan proses gametogenesis sel
gamet jantan atau sel sperma yang dimana proses tersebut biasa disebut sebagai
proses spermatogenesis. Menurut Duleavy et al. (2019), menyatakan bahwa
proses perkembangan sel germinal sperma melalui pembelahan, diferensiasi dan
meiosis untuk menghasilkan spermatid berekor bersifat haploid (n) mengalami
proses maturasi membentuk spermatozoa.
Proses gametogenesis terbagi kedalam empat fase yang diawali dengan
asal usul bakal sel kelamin, perbanyakan sel germinal, pembelahan sel germinal,
dan diakhiri dengan tahap pematangan diferensiasi. Menurut Fang et al. (2022),
menyatakan bahwa gametogenesis dibagi menjadi empat macam tahapan antara
lain asal usul bakal sel kelamin dan migrasinya masuk ke dalam gonad,
perbanyakan sel germinal di dalam gonad dengan cara mitosis, pembelahan sel
germinal dengan cara meiosis, dan tahap pematangan serta diferensiasi. Tahap
pematangan dan diferensiasi merupakan tahap akhir dari gametogenesis.
Universitas Sriwijaya
Terdapat tiga fase mekanisme terjadinya proses oogenesis pada hewan
betina yang diawali dengan fase mitosis, fase meiosis I, dan diakhiri dengan fase
meiosis II. Menurut Adrienne et al. (2019), menyatakan bahwa oogonium
mengalami pembelahan mitosis menjadi oosit primer menuju fase meiosis I
membelah diri menjadi sel diploid. Ukuran besar menjadi oosit sekunder, ukuran
kecil menjadi badan polar. Terjadi fertilisasi, oosit sekunder ke fase meiosis II,
tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder mengalami degenerasi.
Hormon yang mempengaruhi proses oogenesis antara lain yaitu, hormon
FSH (Follicle Stimulating Hormone), hormon LH (Luteinizing Hormone), hormon
estrogen, dan hormon progesteron. Menurut Swevers (2019), menyatakan bahwa
hormon FSH merangsang pertumbuhan sel-sel folikel. Hormon LH merangsang
proses ovulasi. Hormon estrogen menimbulkan karakter kelamin. Hormon
progesteron menebalkan dinding endometrium.
Terdapat dua fase mekanisme terjadinya proses spermatogenesis pada
hewan jantan yang diawali setelah hewan jantan lahir dan diakhiri subsekuen
tahapan berurutan secara permanen terjadi pada hewan jantan setelah dewasa.
Menurut Jessica et al. (2019), menyatakan bahwa fase pertama ditandai dengan
penampakan sekuensial dari tubulus seminiferus berhubungan dengan tiap tahap
sel germinal. Fase kedua ditandai dengan adanya semua tahapan sel germinal
mulai dari stem cell dan spermatogonium hingga spermatozoa yang telah matur.
Hormon yang mempengaruhi proses spermatogenesis antara lain yaitu,
hormon FSH, dan hormon estrogen. Menurut Aseptianova (2016), menyatakan
bahwa hormon estrogen berperan sebagai hormon proapoptosis pada proses
spermatogenesis, yang mana dalam testis terdapat dua jenis reseptor estrogen
yaitu reseptor ESR1 (Erα) dan ESR2 (Erβ).
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu mekanisme
proses gametogenesis pada hewan yaitu pada praktikan yang sulit membedakan
bagian hipofisa katak jantan. Menurut Li et al. (2020), menyatakan bahwa
hipofisa katak jantan biasanya akan mudah dikenali karena waananya yang
berbeda dari warna otak, kemerah-merahan atau kuning. Hipofisa katak yang telah
disimpan dalam rentan waktu yang sangat lama, kelapan atau telah terdedah di
udara terbuka akan kehilangan potensinya.
Universitas Sriwijaya
BAB V
KESIMPULAN
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Adrienne, N. S., Haley, A., Gabriel, M., Lei, L., dan Saher, S. H. (2019).
Gametogenesis: A Journey from Inception to Conception. Journal of
Current Topics in Developmental Biology. 13(2): 257-310.
Duleavy, E. M. J., Moira, K. O. B., Peter, G. S., dan Liza, O. D. (2019). The
Cytoskeleton in Spermatogenesis. Journal of Reproduction. 157(2): 53-72.
Fang, F., Philip, J. L., Ninuo, X., Lei, L., Lei, D., dan Renee, A. R. P. (2022).
Transcriptional Control of Human Gametogenesis. Journal of Human
Reproduction Update. 28(3): 313-345.
Jessica, Y. C., Debra, J. W., dan Jeremy, P. W. (2019). Function of Cyclins and
CDKs in Mammalian Gametogenesis. Journal of Biology Reproduction.
101(3): 591-601.
Li, H., Xingyuan, X., Jie, Z., Mohammad, I. Z., Chunlin, W. Yuting, L., Wei L.,
Feng, P. Tianqing, M., Kai, Z., Liquan, Z., Shiliang, S., Liang, L., Qian, L.,
dan Chengliang, X. (2020). Impaired Spermatogenesis in Covid-19 Patients.
Journal of EClinical Medicine. 2(8):34-42.
Tetsuya, H., Shohei, Y., Tomokazu, K., Asuka, H., Keiji, N., Takashima, A.,
Takayuki, K., dan Frederic, B. (2019). Building New Insights in Plant
Gametogenesis from an Evolutionary Perspective. Journal of Nature Plants.
5(7): 663-669.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN JURNAL INTERNATIONAL
Universitas Sriwijaya