Anda di halaman 1dari 3

Oogenesis

Oogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan sel telur atau ovum. Proses oogenesis terjadi
di dalam ovarium.

Siklus oogenesis dimulai sejak bayi masih berada di dalam kandungan, ketika organ kelamin sudah
terbentuk. Ovum merupakan gamet pada wanita yang digunakan untuk proses reproduksi seksual
sehingga dihasilkan sebuah individu baru melalui proses pembuahan (fertilisasi) dengan sel sperma.

Proses oogenesis ini juga terjadi pada semua jenis spesies yang bereproduksi dengan secara generatif
yang mencakup semua proses belum matangnya sel telur. Sementara untuk proses pematangan dari sel
telur ini akan melewati 5 tahap untuk mamalia diantaranya

1. proses Oogonium,
2. proses oosit primer,
3. proses oosit sekunder,
4. proses ootid, serta
5. ovum.

Proses oogenesis

Adapun Oogonium, merupakan sel induk yang asalnya itu dari telur yang terdapat pada sel folikel pada
ovarium. Sel-sel oogonium bersifat diploid (2n) yang selanjutnya akan mengalami pembelahan secara
mitosis menjadi oosit primer yang juga bersifat haploid (2n). Proses oogonium tersebut juga mengalami
pembelahan mitosis sehingga berubah jadi oosit primer serta mempunyai 46 kromosom. Pada saat itu
oosit primer juga akan melakukan meiosis sehingga kemudian menghasilkan 2 sel anak itu dengan
ukuran sama.

Kemudian sel anak yang ukurannya itu lebih besar ialah oosit sekunder yang mempunyai sifat haploid.
Ukuran oosit sekunder ini memang lebih besar dibandingkan dengan ukuran oosit primer, sebab oosit
sekunder tersebut memiliki banyak sekali sitoplasma.

Proses berikutnya ialah sel anak yang berukuran lebih kecil yang disebut dengan sebutan badan polar
pertama serta setelah itu dapat membelah diri lagi.

Kemudian oosit sekunder tersebut meninggalkan tuba ovarium dan menuju pada tuba fallopi. Bila oosit
sekunder itu sudah atau telah dibuahi oleh sel sperma, kemudian hal itu akan terjadi pembelahan
meiosis kedua. Begitu juga dengan badan polar yang pertama itu akan membelah dua badan polar
kedua, sehingga pada proses itu akan mengalami suatu degenerasi. Tetapi bila tidak terjadi fertilasi,
dengan begitu dengan secara cepat akan terjadi menstruasi dan juga siklus oogenesisi akan di ulang lagi.

Pada saat pembelahan meiosis kedua, bagian oosit sekunder tersebut bakal berubah sifat dan jadi
haploid yang punya 23 kromosom atau disebut juga sebagai ootid. oosit sekunder membelah menjadi
dua sel, sel yang berukuran besar di namakan ootid, sementara sel berukuran kecil dinamakan badan
kutub sekunder.

Secara bersamaan, badan kutub primer juga membelah menjadi dua. Oleh karenanya, fase meiosis II
menghasilkan satu ootid dan tiga badan kutub sekunder.
Kemudian, satu ootid yang dihasilkan tersebut berkembang menjadi sel telur (ovum) yang matang.
kejadian dari keluarnya sel telur tersebut bisa atau dapat disebut dengan sebutan ovulasi. Sementara
itu, badan kutub hancur atau palosit (mengalami kematian).

Hormon-hormon reproduksi yang berpengaruh terhadap proses oogenesis adalah sebagai berikut.

1. Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone); berfungsi untuk merangsang terjadinya ovulasi
(proses pengeluaran sel telur atau ovum).
2. Hormon LH (Luteinizing Hormone); berfungsi sebagai merangsang ovulasi (proses pengeluaran
sel telur).
3. Hormon Estrogen; berfungsi untuk membantu pematangan folikel dan merangsang
pertumbuhan alat kelamin sekunder.
4. Hormon Progesteron, berfungsi untuk menebalkan dinding endometrium yang berperan dalam
peluruhan ovum (menstruasi).

Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses gametogenesis pada pria dengan cara pembelahan meiosis dan
mitosis. Spermatogenesis pada sperma biasa terjadi di tubulus semeniferus/testis. Sedangkan
tempat menyimpan sperma sementara, terletak di epididimis.

1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi
spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan
reproduksi
(membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan
berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau
mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang
disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi
spermatosit primer yang masih bersifat diploid Spermatosit primer mengandung kromosom
diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua
sel anak, yaitu spermatosit sekunder.

2. Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera
mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid).
Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat buah
spermatid yang haploid juga. Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih
yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge).
Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.

3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase
golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa
(sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti
selsel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk
yang terdiri dari kepala dan ekor.

Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam proses Spermatogenesis


Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, diantaranya:
a. Kelenjer hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle Stimulating Hormon /
FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon / LH).
b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas,
androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan
memacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis.
d. Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada
spermatogenesis.

Oogenesis dan spermatogenesis


Berdasarkan penjelasan singkat sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa spermatogenesis dan
oogenesis merupakan dua proses yang berbeda. Satu terjadi pada pria dan yang lain terjadi
pada wanita.

Perbedaan Spermatogenesis dan Oogenesis


Secara garis besar, spermatogenesis dan oogenesis bisa dibedakan menjadi:

Spermatogenesis Oogenesis
Proses pembentukan sel sperma Proses pembentukan sel telur
Terjadi di dalam indung telur (ovarium)
Terjadi di dalam testis pria
wanita
Dimulai ketika wanita masih janin di
dalam kandungan ibunya, berhenti
Berlangsung dari pubertas hingga akhir
sejenak saat bayi dan masa kanak-
usia
kanak, kemudian dimulai lagi setelah
masa pubertas
Masa pertumbuhannya pendek Masa pertumbuhannya Panjang

Anda mungkin juga menyukai