Anda di halaman 1dari 2

1.

Program P2P merupakan upaya pembangunan kesehatan dalam menurunkan angka


kesakitan,kematian dan kecacatan.
Beban penyakit di Indonesia (sumber : IHME 2010) menunjukan :

1990 2000 2010

- Cedera : 7% - Cedera : 8% - Cedera : 9%

- P.menular : 56% - P.menular : 43% - P.menular : 33%

- P.t.menular : 37% - P.t.menular : 49% - P.t.menular : 58%

Indonesia menghadapi berbagai masalah penyakit yakni Triple Burden ialah tiga
beban penyakit dimana dari data tersebut menunjukan bahwa masih tingginya
penyakit menular, tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak
menular dan munculnya penyakit baru.
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya pendekatan yang promotif dan
preventif yang sangat efektif untuk menjawab berbagai tantangan kesehatan.
P2P dilakukan dengan penerapan paradigma sehat melalui pendekatan keluarga dan
germas sebagai acuan dalam melakukan evaluasi dan intervensi lanjut.
Dalam upaya P2P, pendekatan keluarga dan germas diarahkan pada upaya TO
DETECT (deteksi), TO PROVENT (mencegah), TO RESPONSE (merespon) dn
penerapan 12 indikator keluarga sehat.
2. Peran SIK dalam program gizi sangat penting terumata khusunya dari segi pendataan
mengenai gambaran kesehatan Indonesia seperti Kurang Energi Kronis pada WUS =
20,97 dan Bumil Anemia = 37,1%. Sehingga data tersebut disajikan puskesmas
sebagai penyelenggara upaya kesehatan tingkat pertama menjadi informasi yang dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan, baik untuk manajemen pasien, unit dan
sistem kesehatan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada
pelayanan gizi di puskesmas. Pelayanan gizi termasuk dalam pelayanan essensial
puskesmas (PERMENKES No.75 Tahun 2014).
Masalah gizi yang sering terjadi pada WUS (Wanita Usia Subur) adalah kekurangan
energi kronis hingga menyebabkan anemia. Pada WUS atau ibu hamil yang menderita
anemia dapat mengalami penurunan kesegaran jasmani dan beresiko melahirkan bayi
dengan berat badan bayi rendah.
Untuk pencegahan dan penanggulangan anemia pada WUS maupun ibu hamil maka
dilakukan pemberian tablet tambah darah.
Dalam pemeliharaan kesehatan yakni pencegahan dan penanggulangan gangguan
kesehatan khususnya masalah gizi, maka pelayanan gizi di puskesmas memerlukan
pelayanan yang bermutu agar menghasilkan status gizi yang optimal dan
mempercepat proses penyembuhan pasien. Untuk itu perlu acuan untuk mencapai
tujuan dan pelayanan gizi di puskesmas yakni asesmen gizi, diagnosis gizi, intervensi
gizi, dan monitoring&evaluasi gizi.
3. Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik,
kimia, biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit dan atau gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh faktor resiko lingkungan seperti sanitasi dan perilaku buruk
serta air minum yang tidak aman.
Sanitasi dan perilaku buruk serta air minum yang tidak aman menjadi penyebab 88%
kematian anak akibat diare diseluruh dunia (Ringkasan Kajian Unicef
Indonesia,Oktober 2012).
Diare merupakan salah satu dampak paling umum akibat malnutrisi dan
mengakibatkan stunting (gagal tumbuh anak).
Pelayanan kesehatan lingkungan dalam upaya pencegahan penyakit yakni diare akibat
sanitasi yang buruk, maka diterapkan STBM (sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
yang merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui
pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan dan strategi STBM yaitu
peningkatan kebutuhan, peningkatan penyediaan dan penciptaan lingkungan yang
kondusif untuk mendapatkan pemicuan perubahan perilaku, pemasaran sanitasi dan
regulasi, advokasi, fasilitasi. Serta, menerapkan 5 pilar STBM (Stop BABS, CTPS,
PAMMRT, pengelolaan sampah dan pengeloaan limbah).
4. n

Anda mungkin juga menyukai