Anda di halaman 1dari 8

Latar Belakang

Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Dapat pula
diartikan sebagai suatu proses yang mengubah plasma germinal menjadi sel-sel kelamin
yang sangat terspesialisasi sehingga mampu melakukan fertilisasi untuk menghasilkan
individu baru. Pada hewan jantan peroses ini disebut seperatogenesis, yang akan
menghasilkan sepermatozoa.pada hewan betina disebut oogenesia yang menghasilakan sel
telur(ovum) (Endri, 2014).
Sel-sel germinal pada awal dari testis embrionik membelah dan berdiferensiasi
kedalam sel-sel punca yang membelah secara mitosis sehingga membentuk
sepermatogonium, yang nantinya menghasilkan spermatosist, juga mealui mitosias. Setiap
sepermatosit memunculkan empat sepermatid melalui pembelahan sel miosis yang
mengandung jumlah kromosom dari diploid menjadi haploid. Sepermatid mengalami
perubahan ektensif dalam bentuk dan organisasi sel sehingga berdiferensiasi menjadi
sperma (campbell, 2008).
Pada hewan jantan, proses gametogenesis disebut dengan spermatogenesis, yang akan
menghasilkan sperma. Spermatocyt primer mengalami pembelahan reduksi atau
pembelahan meiosis, yang menghasilkan spermacyt sekunder yang
haploid. Spermatocyt sekunder membelah dan menghasilkan spermatid yang kemudian
akan berkembang menjadi spermatozoa. Seperti halnya pada hewan jantan, oogenesis
berlangsung pada gonad betina. Sebagian besar proses oogenesis terjadi pada masa embrio,
yaitu sampai pada stadium oosit I, selanjutnya berlangsung pada korteks ovarium hewan
dewasa. Dengan demikian oosit I mengalami istirahat yang panjang. Perkembangan sel
kelamin dalam ovarium membutuhkan sel pembantu yang disebut folikel telur. Pada
mamalia pembentukan folikel telur dapat diikuti pada korteks ovarium (Setiawan, 2002).
Pada masa pubertas, spermatogenesis berlanjut, dimana spermatogonia berpropelisasi
menghasilkan mangkin banyak spermatogonia, yng masing masing mengndung 23 pasang
kromosom atau diploid. Beberapa sepermatogonia merdifrensiasi menjadi seperma perimer
yang juga diploid. Sel-sel sepermatosit perimer tersebut kemudian membelah secara iosis
menjadi dua sepermatosit sekunder dengan jumlah keromosom menjadi setengah yaitu 23
kromosom atau haploid. Selanjutnya sprmatid sekunder membelah lagi secara miosis
menjadi empat sepermatid. Keempat sepermatit itu memasuki ujung sel-sel sertoli untuk
mematangkan diri menjadi spermatozoa yang menrupan tahap ahir dari pembentukan
sperma.tahap-tahap ini bermuls dsri dinding dslsm duktus seminiferus menuju kearah
lumen mengandung sel spermatogonia, spermtosit primer, spermatosit sekunder,
sprmatid,serta spermatozoa (Ferial, 20013).
Organ utama dari sistem reproduksi betina adalah ovarium, tuba fallopii, uterus, dan
vagina. Reproduksi dimulai dengan perkembangan ovum di dalam ovarium, kemudian ovum
keluar kerongga abdomen di tiap pertengahan siklus. Ovum masuk keuterus melalui tuba
fallopii. Selanjutnya tiap oosit II yang menyelesaikan meiosis II akan manghasilkan satu
ovum atau sel telur (haploid, monad) yang mendapat hampir semua sitoplasma, sedangkan
yang satu lagi disebut badan polar II (haploid, monad)(Irfanuddin, 2000).
Nasib badan polar I ada yang berdegenerasi sesbelum meiosis II, tetapi ada juga yang
membelah menjadi dua badan polar (haploid, monad). Akhirnya semua badan polar akan
mengalami degenerasi, sementara ovum akan dilepaskan dari ovarium, peristiwa ini disebut
dengan ovulasi. Beberapa sepermatogonia merdifrensiasi menjadi seperma perimer yang
juga diploid. Pada organ reproduksi utama laki-laki adalah sepasang testis. Testis terdiri dari
tubulus seminiferus yang berbentuk tabung berkelok-kelok seperti tumpukan benang di
dalam kantong. Sperma yang terbentuk akan diteruskan ke epididimis. Selanjutnya tiap
oosit II yang menyelesaikan meiosis II akan manghasilkan satu ovum (Slamet, 2000).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari proses perkembangan sel kelamin jantan
(spermatogenesis) dan hal-hal yang berhubungan dengan spermatozoon, serta jaringan
reproduksi betina (oogenesis), dan hal-hal yang berhubungan dengan sel telur pada mencit,
tikus, dan ayam, serta untuk mengetahui perkembangan sel telur dan membandingkan
perkembangan sel telur mencit dan sel telur ayam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Oogenesis dimulai di dalam emberio prempuan dengan produsi oogenium dari sel-sel
punca primordial. Oogonium membelah secara mitosis untuk membentuk sel-sel memulai
miosis, namun mnghentikan proses tersebut pada fase profase I. oosit primer ini yang
terkandung dalampolikel kecil( rongga yang dilapisi oleh sel pelindung), menunda
perkembangan sebelum melahitkan. Di ulai pada saat pubertas, hormone perangsangg
folikel(FSH) secara priodik merangsang kelompok kecil folikel untuk melanjutkan
perkembangan dan pertumbuhan, biasanya hanya satu folikel yang mateng setiap bulan,
dengan oosit primernya menuntaskan miosis I. pembelahan miosis kedua dilanjutkan
namun berhenti pada metaphase (Campbell, 2008).
Proses spermatogenesis akan berjalan baik bila suhu berada di sekitar 2 – 4 oC lebih
rendah dari suhu tubuh. Spermatozoa tidak akan terbentuk jika testis berada dalam rongga
abdomen. Oleh karena itu, setelah minggu ke-8 kehidupan embrional terjadi desensus
testikulorum (testis turun dari rongga abdomen ke skrotum). Di dalam skrotum temperatur
testis di atur agar tetap sekitar 32-35oC. Suhu darah yang menuju ke testis didinginkan
di pleksus pampiniformis melalui mekanisme counter current heat exchange. Selain itu,
suhu testis juga diatur oleh muskulus Dartos dan muskulus kremaster yang akan
berkontraksi bila suhu lingkungan lebih rendah, sehingga testis lebih mendekat ke rongga
abdomen. Demikian juga sebaliknya (Irfanuddin, 2004).
Gametogenesis merupakan proses perubahan bakal sel kelamin menjadi sel kelamin.
Bakal sel kelamin maupun gamet merupakan plasma germinal (germ plasm) suatu individu
yang berfungsi sebagai pembawa sifat herediter, sedangkan kelompok sel-sel tubuh atau
somatoplasma dengan fungsi yang sangat bervariasi dianggab sebagai pelindung dan
pemberi nutrisi bagi plasma germinal. Bakal sel kelamin berasal dari luar gonad, melalui
proses migrasi bakal sel kelamin memasuki gonad (Slamet, 2002).
Gametogenesis melibatkan perangkat kontrol hormon dasar yang sama pada laki-laki
dan prempuan. Dalam mengkaji sirkuit-sirkuit hormonal ini, kita akan memulai dengan
system yang lebih sederhana, yang ditemukan pada laki-laki. Telah lama diduga bahwa
perempuan dan sebagian besar mamalia yang lain dilahirkan denagan oosit primer yang
akan mereka miliki sepanjang hayat. Akan tetapi, tahun 2004, para peneliti melaporkan
bahwa, oogonium yang memperbanyak diriterdapat didalam ovarium mencit dewasa dan
dapat berkembang menjadi oosit. Para saintis kini mencari sel yang seupa dalam ovarium
manusia. Ada kemungkinan bahwa ada penurunan kesuburan besar-besaran ayang terjadi
pada manua akibat dari habisnya oogonium, selain dari kehancuran dari oosit yang menua
pada usia (Campbell, 2008).
Gametogenesis terjadi pralahir, diawali dengan proliferasi bakal sel kelamin menjadi
sejumlah sel spermatogonia pada fetus jantan dan oogonia pada fetus betina. Sejak individu
yang bersangkutan mencapai usia dewasa kelamin, gametogenesis diteruskan ke tahap
pertumbuhan dan tahap pendewasaan, menghasilkan hasil akhir berupa spermatozoa pada
individu jantan dan sel telur pada individu betina. Sejak individu lahir sampai mencapai usia
usia dewasa kelamin, gametogenesis berhenti atau istirahat. Proses produksi sel kelamin
jantan atau spermatozoa disebut dengan spermatogenesis. Spermatogenesis terdiri atas
empat tahap, yaitu prolifersi, tumbuh, menjadi dewasa, dan tahap transformasi
(metamorfose), yaitu pembuahan dari spermatid menjadi spermatozoa. Proses perubahan
bentuk dari spermatid menjadi spermatozoa disebut dengan spermiogenesis (Sukra, 2000).
Spermatogenesis merupakan proses peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif
bermitosis, melalui proses reduksi kromatin dan perubahan struktur menjadi sperma yang
fungsional. Proses spermatogenesis terjadi di dalam lumen tubulus seminiferus,
dikendalikan oleh hormon gonadotropin dan testosteron, sejak usia pubertas dan
berlangsung seumur hidup (Slamet, 2000).
Testis memproduksi sekitar 500 juta sperma per hari. Setiap proses spermatogenesis
memerlukan waktu sekitar 70 hari. Sperma dapat bertahan hidup di dalam saluran genital
selama 42 hari. Jika berada pada semen yang normal, sperma dapat hidup di dalam organ
tubuh betina yang bersuhu normal selama 24-72 jam. Pada suhu yang lebih rendah, sperma
dapat disimpan selama beberapa minggu. Sperma dapat bertahan sampai lebih dari 1 tahun
bila disimpan pada suhu -100oC (Irfanuddin, 2004).
Dalam proses oogenesis, oogonia hasil proliferasi berjumlah beberapa puluh sampai
ratusan ribu, makin lama makin berkurang sampai bisa habis. Hal ini disebabkan karena
selain berkembang menjadi ovari, ada oogonia yang musnah sebelum hewan menjadi
dewasa, dan dari tahap tumbuh sampai tahap pendewasaan ada yang gagal menjadi ova.
Oleh karena itu pada waktu memeriksa sayatan histologis ovarium di bawah mikroskop,
adakalnya di jumpai bentuk-bentuk folikel yang bentuknya tidak teratur, yang disebut
dengan folikel atretik (Sukra, 2000).
Oogenesis bervariasi sesuai dengan cara reproduksi suatu spesies hewan. Hewan yang
melakukan fertilisasi diluar tubuh, jumlah telur yang dilepaskan berkisar antara ratusan
sampai ratusan ribu telur. Sebaliknya hewan yang melakukan fertilisasi internal, produksi
telur lebih sedikit, umunya hanya satu sampai beberapa dan jarang samapi 15 telur dalam
setiap masa bertelur. Variasi telur dalam hal ukuran, berkaitan dengan perkembangan calon
individu baru, setelah telur difertilisasi, akan terjadi di dalam atau di luar tubuh induknya.
Sejak memasuki masa reproduksi, secara periodik satu atau sejumlah oosit I yang ditahan
pada tahap diploten akan melanjutkan meiosis I (Slamet, 2000).
Selanjutnya tiap oosit II yang menyelesaikan meiosis II akan manghasilkan satu ovum
atau sel telur (haploid, monad) yang mendapat hampir semua sitoplasma, sedangkan yang
satu lagi disebut badan polar II (haploid, monad). Nasib badan polar I ada yang
berdegenerasi sesbelum meiosis II, tetapi ada juga yang membelah menjadi dua badan polar
(haploid, monad). Akhirnya semua badan polar akan mengalami degenerasi, sementara
ovum akan dilepaskan dari ovarium, peristiwa ini disebut dengan ovulasi
(Slamet, 2000).
Sel telur atau ovum dapat dibedakan menurut jumlah kuning telurnya (yolk),
tersebarnya kuning telur yang ada di dalam sitoplasma. Menurut jumlah kuning telurnya,
telur dibedakan atas tiga jenis, yaitu : sel telur oligolesital, yaitu sel telur yang jumlah kuning
telurnya sedikit, contohnya sel telur pada mamalia. Sel telur mesolesital, yaitu sel telur yang
jumlah kuning telurnya sedang, contohnya sel telur pada amfibia. Sel telur polilesital, yaitu
sel telur yang jumlah kuning telurnya banyak, contohnya sel telur pada unggas. Sedangkan
menurut letak tersebarnya kuning telur, sel telur dibedakan atas tiga jenis, yaitu : sel telur
isolesital, yaitu sel telur yang kuning telurnya sedikit dan tersebar merata di dalam
sitoplasma, contohnya pada mamalia. Sel telur sentrolesital, yaitu sel telur yang kuning
telurnya mengumpul di bagian tengah di dalam sitoplasma (Irfanudin, 2004).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 15 september 2014 pukul 13.30
sampai dengan 16.00 WIB. Bertempat di laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop dan bahan yang digunakan
adalah preparat ovarium dan testis Gallus gallus dan preparat ovarium Mus muculus.

3.3. Cara Kerja

3.3.1. Spermatogenesis
Diletakkan preparat irisan melintang testis mencit diletakkan di bawah mikroskop,
dimulai dengan perbesaran lemah, kemudian ke perbesaran kuat. Digambar penampang
tubulus seminiferus yang berisi macam-macam tingkatan perkembangan sel kelamin jantan
dan kemudian diberi keterangan sejelas-jelasnya. Dicatat perbesaran mikroskop yang
digunakan.

3.3.1. Oogenesis
Di letakkan preparat irisan melintang ovarium ayam dan mencit putih di bawah
mikroskop, dimulai dengan perbesaran lemah, kemudian ke perbesaran kuat. Digambar
penampang ovarium yang berisi macam-macam tingkatan perkembangan sel kelamin betina
dan kemudian diberi keterangan sejelas-jelasnya. Dibedakan antara tingkatan oogenesis
pada ovarium ayam dan mencit. Dicatat perbesaran mikroskop yang digunakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka
didapatkan beberapakesimpulan sebagai berikut:
A. Ovarium Mus musculus

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus muculus
Keterangan :
1. folikel
2. sitoplasma
3. modula
4. karpus uterum

B. Testis Mus musculus

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus muculus
Keterangan :
1. Sel epitel
2. nukleus
3. sitoplasma

C. Ovarium Ratus ratus


Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Ratus
Spesies : Ratus ratus
Keterangan :
4. Membran basalis
5. Zona polisida

4.2. Pembahasan
Pada penampang ovarium ayam (Gallus gallus), dapat dilihat adanya oogonium yang
berukuran kecil dan biasanya bergerombol, menurut Setiawan (2002)menyatakan
bahwa, dikelilingi oleh sel-sel folikel selapis, pada inti sentral sering terdapat gambaran
kromatin, dan sitoplasmanya homogen; oocyt dalam pertumbuhan mempunyai ukuran yang
besar dengan inti yang besar dan eksentrik, dibagian tepi terdapat ooplasma cortecal, di
bagian sentral tampak gelembung-gelembung minyak atau lemak, zona radiata tampak
sebagai garis-garis radier, membrana vitellina tampak garis jecil yang tebal, sel-sel folikel
terdapat pada daerah yang terpulas jelas, dan thecca folikuli merupakan serabut-serabut.
Fase pada tubulus seminiferus cukup lama menurut (Oakberg, 1956)menyatakan
bahwa, Spermatogenesis yang terjadi pada tubulus seminiferus mencit berlangsung selama
35 hari dengan empat kali siklus epitel seminiferus. Satu kali siklus epitel seminiferus
berlangsung selama 207±6 jam. Pada mencit (Mus musculus), epitel germinal tubulus
seminiferus merupakan tempat berlangsungnya spermiogenesis yang terbagi dalam 12
stadium, yaitu stadium I sampai dengan stadium XII. Pembagian stadium didasarkan atas
perkembangan akrosom selama proses spermatogenesis
Pada penampang ovarium mencit (Mus muculus), dapat dilihat adanya folikel primer
yang berukuran kecil dan terletak dalam korteks, menurut Setiawan (2002)menyatakan
bahwa, dolapisi oleh sel-sel folikel yang pipih selapis, mempunyai oogonium yang kecil
dengan inti sentral mempunyai gambaran kromatin; folikel dalam pertumbuhan mempunyai
ukuran yang lebih besar, pada bagian luar terdapat theca folliculi externa dan interna, mulai
terjadi antrum folliculi, mempunyai oocyt yang telah membesar denga sitoplasma yang
banyak dan inti sentral dengan gambaran kromatin; folikel de Graff mempunyai ukuran
besar yang maksimum dan dekat dengan permukaan ovarium, terdapat theca folliculi
eksterna dan interna.
Sepermatogenesis pada mencit hampir sama dengan manusia menurut (Gilbert, 1985)
menyatakan bahwa, Spermatogenesis pada mencit menyerupai proses yang terjadi pada
manusia maupun hewan lainnya dan berlangsung dalam tiga tahap. Diawali fase
spermatogenesis dari pembelahan spermatogonia yang terjadi beberapa kali sehingga
menghasilkan spermatogonia tipe A2, A3 dan A4. Spermatogonia A4 kemudian mengalami
pembelahan menghasilkan spermatogonia intermediat yang kemudian akan membelah lagi
untuk menghasilkan spermatogonium B. Spermatogonium B selanjutnya mengalami mitosis
sehingga terbentuk spematosit primer dan berada pada fase istirahat pada tahap
preleptoten.
Pada spermatogenesis, spermatogonia, sel-sel germinativum primitif yang terletak di
samping lamina basalis tubulus seminiferus, berkembang menjadi spermatosit
primer. Menurut Ganong (2003) menyatakan bahwa, Proses ini dimulai pada saat akil
baligh. Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis, sehingga jumlah kromosomnya
berkurang. Dalam proses dua tahap ini, sel-sel tersebut membelah menjadi spermatosit
sekunder, lalu menjadi spermatid, yang mengandung jumlah kromosom haploid. Spermatid
berkembang menjadi spermatozoa (sperma). Sewaktu sebuah spermatogonium membelah
dan menjadi matang.
Ada beberapa macam tahap meiosis Menurut,(Johnson and Everitt, 1990) menyatakan
bahwa, Tahap berikutnya adalah meiosis yang terdiri dari dua tahap, yaitu meiosis I dan
meiosis II dimana masing-masing mengalami fase profase, metafase, anafase dan telofase.
Profase pada meiosis I yang meliputi leptoten, zigoten, pakiten, diploten dan diakinesis.
Meiosis I berakhir dengan terbentuknya spermatosit sekunder dan kemudian memasuki
meiosis II dan pembelahan berlanjut untuk membentuk.
Menurut Bascom dan Ostereud (1952) dalam Sukra (2000) yang memeriksa sayatan
berurut, panjang tubulus seniniferus babi mencapai 3.200 meter. Hal ini tidak
mengherankan mengingat spermatozoa yang dikeluarkan pada setiap ejakulasi jumlahnya
miliaran. Jika memeriksa satu sayatan melintang tubulus seminiferus testis dibawah
mikroskop terlihat beberapa macam sel yang letaknya berderet.
Spermiogenesis pada mencit terdiri dari 16 tingkat Menurut, (Johnson and Everitt, 1990)
menyatakan bahwa, Selanjutnya diakhiri tahap spermiogenesis yang merupakan
transformasi spermatid dari bentuk yang bulat menjadi spermatozoa dengan kepala, leher
dan ekor. Spermiogenesis pada mencit terdiri dari 16 tingkat yang secara umum
diklasifikasikan menjadi empat fase, yaitu fase golgi, fase cap, fase akrosom dan fase
maturasi.

BAB V
KESIMPULAN

Dari praktikum yang dilaksanakan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai
berikut:
1. Pada penampang ovarium mencit (Mus muculus), dapat dilihat adanya folikel primer yang
berukuran kecil dan terletak dalam korteks, dilapisi oleh sel-sel folikel yang pipih selapis,
mempunyai oogonium yang kecil dengan inti sentral mempunyai gambaran kromatin.
2. Pada penampang ovarium mencit (Mus muculus), terlihat bagian-bagian luar kedalam
berupa epithelium germinativum, cortex ovarii yang terdapat folikel, dan stroma
ovarii yang terdapat jaringan ikat.
3. Pada penampang tubulus seminiferus, dapat dijumpai sel-sel kelamin pada berbagai
stadium, dengan urutan letak dari membrana basalis hingga ke lumen berupa:
spermatogonium, spermatocyt primer, spermatocyt sekunder, dan spermatozoa.
4. Spermatogenesis terjadi di dalam dinding tubulus seminiferus testis, sedangkan oogenesis
berlangsung pada gonad betina (Ovarium).
5. Oosit sebagai suatu sel mempunyai membran plasma, ooplasma, dan inti. Oosit melakukan
sintesis berbagai senyawa dan di simpan di dalam ooplasmanya, sehingga terbentuk suatu
pola organisasi di dalam sel telur, yang disebt dengan polaritas telur

DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta.
Irfanuddin 2004. Fisiologi Sistem Reproduksi. FK UNSRI: Inderalaya.
Neil A. Campbell.2004. Biologi Edisi Ke III. Erlangga: Jakarta
Rohen, Lǖtjen – Drecoll. 2001. Atlas Foto Anatomi Struktur dan Fungsi Tubuh
Manusia. EGC: Jakarta.

Slamet, Adeng, Santoso, Lucia Maria, Riyanto. 2000. Perkembangan Hewan. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan UNSRI: Inderalaya.

Sukra, Yuhara. 1999. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio : Benih Masa Depan. DIRJEN.
Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai