Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gametogenesis

a. Pengertian Gametogenesis

Gametogenesis adalah proses dimana suatu organisme membuat gamet sel-sel yang
digunakan dalam mereproduksi seksual. Setiap gamet mengandung setengah bahan genetic
dari organisme induk. Ketika menyatu dengan gamet lain, itu menciptakan satu set lengkap
DNA. Penyatuan dari dua gamet ini dapat berkembang menjadi organisme baru dalam
serangkaian penggandaan dan pembagian. Dari organisme paus biru sampai pohn almond
terlibat dalam gametogenesis sehingga mereka dapat memproduksi.

Organisme betina menghasilkan telur atau oositdalam proses yang dikenal sebagai
oogenesis, sementara organisme laki-laki menghasilkan sperma dalam spermatogenesis.
Kedua proses mengandalkan meiosis, teknik pembelahan sel yang berakhir dengan empat sel
yang mengandung setengah DNA dari sel induk. Sel-sel tersebut dikenal sebagai haploid,
berbeda dengan sel induk diploid mereka yangberisi satu set lengkap DNA.

b. Proses Gametogenesis
Proses dimulai dari gonad, organ khusus digunakan untuk gametogenesis. Sel-sel
yang unik didalam gonad dikenal sebagai sel germina menyebarkan diri dengan meiosis.
Pertama sel-sel terbelah menjadi dua, menciptakan dua sel yang lebih kecil dari setengah
DNA dari sel induk. Masing-masing sel anak berduplikat pada akhir meiosis empat sel
haploid diproduksidan sel-sel ini dapattumbuh menjadi gamet dan menyuburkan atau dibuahi,
tergantung padaapakah mereka sperma atau oosit.
Sel-sel germinal terus memperbarui pasokan sperma untuk menjaga organisme inang
subur. Pada wanita, gametogenesis merupakan proses yang agak lebih rumit. Beberapa
pekerjaan yang terjadi sebelum kelahiran Karena tubuh membangun pasokan oosit yang
belum matang yang diadakan dalam keadaan statis. Setelah organisme mencapai
kematanagan seksual, oosit individu matang satu persatu. Fertilisasi diperlukan untuk
menyelesaikan proses pematangan. Pada manusia dan beberapa hewan lain, hal-hal yang
tidak dibuahi secara periodik menumpahkan bersama dengan lapisan rahim. Proses
pembentukan sel kelamin disebut gametogenesis yang dibedakan menjadi dua yaitu,
spermatogenesis dan oogenesis.
Keterangan gambar

a. Mitosis, tujuan pembelahan sel adalah proses regenerasi sel. Hasil akhir adalah
dua sel anak dengan identic dengan jumlah kromosom yang sama dengan sel
induk.
b. Meiosis, tujuan pembelahan sel adalah proses pengurangan kromososm. Terjadi di
oorgan reproduksi, hasil akhir adalah 4 sel anak dengansetengah jumlah
kromosom atau haploid (2n).

2.2 Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal : spermatozoon)


yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis tepatnya di tubulus seminiferus. Sel
spermatozoa, disingkat sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati
sebuah proses kompleks.Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan
melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus
yang kemudian disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar
sel germinal yang disebut spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga
lapis luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-
tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.

a. Proses Spermatogenesis

Proses pembentukan dan pemasakan sperma dinamakan spermatogenesis.


Spermatogenesis terjado di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel
epitelderminal melalui proses pembuahan dan diferensisasi sel, yang bertuhjuan untuk
membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus terususun dari jaringan ikat dan jaringan
epitelium germinal (Jaringan Epitelium Benih) yang berfungsi saat spermatogenesis.
Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis. Satu testis
umumnya mengandung sekitar dua ratus lima puluh tubulus testis. Tubulus seminiferus
terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinalyang disebut spermatogonia
(Spermatogonium=tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel
epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus menerus membelah untuk memperbanyak
diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasimelalui tahap-tahap perkembangan tertentu
untuk pembentukan sperma.

Pada tubulus seminiferus terdapaat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium,


sertoli, dan sel leydig. Sel sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel
leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testoteron. Proses
pembentukan spermatozoa di pengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar
hipofisis yaitu LH merangsang leydig untuk menghasilkan hormon testoteron. Pada masa
pubertas, testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.

FSH merangsang sel setoli menghasilkam ABP (Androgen Binding Protein) yang
akan memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan
spermatosit menjadi spermatozoa dosebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam
epididimis dan membutuhkan waktu selama dua hari.

b. Proses Spermatogenesis :

Tahap pembentukan spermatozoa di bagi menjadi tiga tahap yaitu :

1. Spermatocytogenesisi
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi
spermatosit primer.

Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi


(membelahdengan cara mitosis). Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dai sel sertoli dan
berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau
mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang
disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel ini akhirnya menjadi
spermatosit primer yang masih bersifat diploid.

Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti sel nya dan
mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit
sekunder.

2. Tahapan Meiosis
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera
mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid).
Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat buah
spermatid yang haploid juga.

Sitokinosis pada meiosis I dan meiosis II ternyata tidak membagi sel benih yang
lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat sutu jembatan (interceluler bridge).
Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.

3. Tahapan Spermiognesis
Merupakan tranformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu
fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir merupakan berupa
empat spermatozoa masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki
bentuk seperti sel-sel apitel. Namun, setelah spermatid memanjang menjadi sperma, akan
terlihat bentuk yang tersidi dari kepala dan ekor.

Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP tersosteron tidak diperlukan lagi, sel
sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar
menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang di hasilkan
oleh kelejar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa bersama
cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau sel mani. Pada waktu
ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300-400 juta sel spermatozoa.

c. Tahap tahap Spermatogenesis

Penjelasan skema tahap spermatogenesis:

1. Pada dinding tubulus seminiferus telah ada calon sperma


(spermatogonium/spermatogonia) yang berjumlah ribuan.
2. Setiap spermatogonia melakukan pembelahan mitosis kemudian mengakhiri sel
somatiknya membentuk spermatosit prier yang siap miosis.
3. Spermatosit primer (2n) melakukan pembelahan meiosis pertama membentuk 2
spermatosit sekunder (n).
4. Tiap spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan 2
spermatid yang bersifat haploid.
5. Keempat spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid
yang semua fungsional, yang berbeda dengan oogenesis yang hanya 1 yang
fungsional.
6. Sperma yang matang akan menuju epididimis, kemudian ke vas deferens-vesicula-
seminalis-urethra dan berakhir dengan ejakulasi.
d. Faktor faktor yang Mempengaruhi Spermatogenesis

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi spermatogenesis sehingga bisa terjadi kemandulan:

1. Peningkatan suhu didalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat panas yang
berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya pergerakan
sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal di dalam semen. Pembentukan
sperma yang paling efisien adalah pada suhu 33,5C (lebih rendah dari suhu tubuh. Testis
bisa tetap berada pada suhu tersebut karena terletakdi dalam skrotum yang berada diluar
rongga tubuh.
2. Factor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian mari juana atau obat-
obatan (misalnya simetidin, spinorolakton, dan mitrofurantoin).
3. Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens bias
menyebabkan azoospermia (tidak terbentuk sperma sama sekali).
4. Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada kemandulan
pria. Varikokel adalah varises didalam skrotum. Varikokel bias menghalangi pengaliran
darah dari testis dan mengurangi lajunpembentuan sperma.
e. Hormon yang Berperan Dalam Proses Pembentukan Spermatozoa

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang


dihasilkan kelenjar hipofisi yaitu :

a. LH (Luteinizing Hormone)
LH merupakan hormone yang merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormone
testoteron. Pada masa pubertas, androgen/ testoteron memacu tumbuhnya sifat
kelamin sekunder.
b. FSH (Folicle Stimulating Hormone)
FSH merupakan hormon merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen
Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses
spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa dosebut
spermatogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan
waktu selama 2 hari.
c. Hormon Testosteron
Hormone testosterone (androgen) merupakan hormone yang dihasilkan oleh testis.
Homon ini berfungsi merangsang perkembangan organ seks primer. Pada saat embrio
dan mendorong spermatogenesis. Selain itu, mempengaruhi perkembangan alat
reproduksi dan ciri kelamin sekunder, seperti tumbuh kumis, dan dada menjadi
bidang.
f. Kecacatan Pada Spermatogenesis
1. Nondisjunction
Pada sindrom klinefelter terjadi gagal berpisah (non-disjunction) oleh kromosom seks
pria dan wanita. Sehingga kromosom XY yang nantinya menyatu dengan X dari
wanita dalam proses pembuahan sehingga menjadi bentuk abnormal 47, XXY. Selain
itu juga dapat terjadi pada saat kromosom wanita menyumbangkan kromosom XX
dan pria menyumbangkan Y.
2. Spermatozoa berkepala dua
Beberapa antibiotik umum seperti penisilin dan tetrasiklin dapat menekan
pembentukan sperma. Radiasi, timbal, pestisida tertentu, ganja, tembakau, dan alcohol
berlebihan dapat menyebabkan produksi sperma yang abnormal (berkepala dua ,
beberapa ekor)

3. Oligospermia
Oligosperma adalah suatu keadaan dimana sel sperma berkurang dalam cairan semen.
Paling sering disebabkan oleh varikokel, diet terlalu ketat, merokok, minum alcohol,
menggunakan obat obat psikotropika dan sebagainya.
4. azoospermia
Azoospermia adalah tidak adanya spermatozoa pada cairan semen. 1 5 azoospermia
dtemukan 10% dari kasus infertilitas pria. Azoospermia terjadi Karena adanya
obstruksi saluran reproduksi vas deferens (azoospermia obstruksi) atau adanya
kegagalan testis memproduksi spermatozoa.

2.3 Oogenesis

Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis
dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium).
Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dla ovari
fetus perempuan. Pada akhir buln ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah
selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara
mitosis menghaslkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer
membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan miosis tersebut
berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkn 2 juta oosit
primer mengalami kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas,
oosit melanjutkan pembelahan miosis 1. Hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid,
satu sel yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan
kutub primer.

Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami
pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu
satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan
polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya
yang berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub
sekunder. Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan
ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum.

A.PROSES OVULASI

Ovulasi adalah peristiwa dilepaskannya ovum atau sel telur yang sudah matang dari
ovarium.Proses ovulasi terjadi apabila alat kelamin betina sudah mencapai dewasa
kelamin.Ovulasi terjadi dalam siklus yang teratur yaitu satu kali siklus (daur menstruasi
).Pada manusia biasanya terjadi kira-kira 14 hari atau biasanya satu hari sebelum menstruasi
berikutnya terjadi.

Pada setiap terjadinya proses ovulasi,jumlah sel telur yang diovulasikan tergantung
pada jenis hewan.Pada manusia hanya satu sel telur matang yang diovulasikan.Pada jenis
hewan unipara,biasanya jumlah sel telur yang di ovulasikan satu atau dua buah sel telur.Pada
hewan multipara,sel telur yang diovulasikan lebih dari dua,bahkan pada babi bias mencapai
10-25 sel telur.

Ovulasi dapat dibedakan menjadi 2 macam :

1.Ovulasi spontan adalah ovulasi yang tejadi tanpa rangsangan seperti pada mamalia

2.Ovulasi dirangsang adalah ovulasi yang terjadi apabila ada rangsangan misalnya
dirangsang dengan kopulasi dan menggosok-gosok badan ke hewan jantan,dirangsang dengan
bulu ayam pada vagina,dilakukan pada ayam dan tikus.

Proses ovulasi terjadi disebabkan tahap-tahap perubahan ovarium selama siklus estrus
yang kita sebut dengan siklus ovarium.

Perubahan-perubahan tersebut meliputi :

a. Selama tidak ada aktifitas seksual atau diestrus di dalam ovarium terliahat folikel-
folikel kecil (primer)
b. sebelum estrus folikel-folikel primer tersebut akan membesar telapi pada akhirnya
hanya satu yang berisi ovum matang.Yang lainnya mengalami degenerasi dan
menjadi atretik.
c. folikel yang berisi ovum matang ini akan pecah dan sel telur akan dilepaskan yang
disebut ovulasi. Saat ini disebut estrus.
d. bila terjadi fertilisasi maka corpus luteum akan dipertahankan maka siklus berhenti
sampai kelahiran.
e. sedangkan bila ovum tidak dibuahi corpus luteum berdegenerasi kemudian folikel
akan tumbuh kembali dan siklus akan berulang.

Selain itu ovulasi juga dipengaruhi oleh pengaruh hormun hormonal yaitu dibawah pengaruh
FSH dan LH.

Setiap bulan sebuah telur dilepaskan dari saluran tuba wanita.Telur inilah yang dapat
membuat seorang wanita hamil.Proses ini sangat penting bagi seorang wanita yang berpikir
untuk memiliki keluarga.Interaksi antara otak dan ovarium memulai proses ini.Hipotalamus
adalah bagian dari otak yang menghasilkan hormon yang disebut GnRH (gonadotropin
releasing hormone).Hormon dikirim ke kelenjar pituitari untuk mengatakan bahwa tubuh siap
untuk masuk ke siklus ovulasi. Hipofisis kemudian menyampaikan utusan bahwa ovarium
boleh pergi ke depan dan melepaskan telur.

Jika wanita berada di bawah tekanan atau GnRH cukup sedikit dikirim oleh
hipotalamus.Dengan demikian menunjukkan kurang memadainya dilangsungkan kehamilan,
otak tahu bahwa tubuh tidak akan mampu menahan tekanan untuk impantasi bayi.

Proses - Ovulasi siklus

Gambar : proses ovulasi


Kelenjar hipofisis mengirim pesan ke ovarium untuk melepaskan telur.Telur dalam
folikel menghasilkan estrogen.Peningkatan tingkat estrogen kelenjar hipofisis kawan-kawan
karib yang siap untuk siklus ovulasi.

Setelah hiposis terpicu oleh peningkatan tingkat estrogen, LH dilepaskan dalam jumlah besar.
Lonjakan LH ini seperti disebut adalah isyarat untuk folikel untuk melepaskan telur.Sekitar
12 atau 24 jam setelah rilis LH terjadi ovulasi. Dengan pengukuran tingkat LH kita dapat
mendeteksi ovulasi

Setelah ovulasi folikel berubah menjadi corpous luteum, semacam kista.Progesteron


dilepaskan oleh corpous luteum ini, yang sangat penting untuk mempersiapkan rahim untuk
memelihara telur untuk pembuahan. Hormon ini juga bertanggung jawab untuk gejala PMS
seperti rasa nyeri payudara, retensi air, sakit punggung, kemurungan dll

Pembuahan telur dimulai setelah itu disimpan di dinding rahim. Kemudian


menghasilkan human Chorionic Gonadotropin (hCG). Mengukur tes kehamilan dengan hCG
ini. Ovarium terus memproduksi progesteron jika hCG ada.Jika tidak ada maka ovarium
berhenti memproduksi progesteron 9-11 hari setelah ovulasi.Penurunan tingkat progesteron
kemudian mengarah kepada penumpahan lapisan rahim mengumumkan menstruasi.Dengan
demikian, semua, penurunan kadar hormon dan menstruasi akan membawa Anda ke siklus
ovulasi lagi.

Variasi dalam siklus berbeda dari wanita.Beberapa mungkin mengalami siklus


folikular atau proliferasi sel yang sangat pendek.Dan dalam beberapa hal dapat menjadi
sangat lama.Bahkan bervariasi dari bulan ke bulan.Namun kerangka waktu dari saat telur
dilepaskan dari indung telur ke waktu menstruasi tepat 14 hari untuk semua wanita.Ini adalah
waktu yang dibutuhkan oleh corpous luteum untuk memproduksi progesteron seperti
menunggu untuk melihat apakah telur dibuahi untuk membawa kehidupan baru.

Bagian akhir dari siklus, dari waktu telur dilepaskan dari ovarium ke awal menstruasi, adalah
tepat 14 hari di semua wanita.Itu berapa lama luteum menghasilkan progesteron corpous
sementara menunggu untuk melihat apakah telur telah dibuahi dan jika hidup baru telah
dimulai.
Namun, aktivitas otot saluran genitalia wanita tampaknya tidak esensial untuk sebagian
sperma akan tersimpan di kripti serviks, kemudian bergerak relatif lambat membentuk
gelombang kedua melalui mukus serviks dan mencapai dari uterina beberapa hari setelah
ejakulasi. Suatu kemoakratan, mungkin terdapat di cairan folikel atau dibebaskan dari
folikel, menuntun sperma ke ovum.

Kapasitansi

Sperma yang diejakulasikan tidak langsung mampu membuahi oosit. In vitro, mungkin
terdapat penundaan beberapa jam sebelum sperma yang belum siap ini dapat membuahi
oosit. Namun, in vivo(dan pada sperma yang diambil dari uterus) efek enzim wanita dan
konsentrasi garam yang tinggi disekresi uterus atas pengaruh estrogen akan mempercepat
penyiapan sperma. Perubahan biokimia dan fungsi yang dialami oleh sperma di uterus dan
tuba uterina ini dikenal sebagai kapasitansi. Perubahan tersebut mencakup hilangnya lapisan
glikoprotein dari membran plasma sperma dan reorganisasi molekul permukaan
sperma(DeLamirande, Lederc, & Gagnon, 1997). dan biokimiawi mencakup peningkatan
pH intrasel konsentrasi kalsium. Modifikasi ini mengubah saluran ion di membran sehingga
terjadi fluks transmembran ion, yang memicu hiperaktivasi sperma. Metabolisme sperma
berubah dari oksidatif menjadi glikolitik. Gerakan ekor sperma hiper- aktif berubah menjadi
gerakan mirip pecut sehingga sperma terdorong kuat ke depan, bergerak dari ismus tuba
uterina ke ampula(Mbizvo, 1995). Gerakan kepala ke lateral yang menguat menimbulkan
gerakan membor, yang membantu akses ke oosit. Ekor juga berperan dalam pergerakan
sperma di dalam oosit(Van Blerkom et al, 1995)

Akses ke oosit

Sawar pertama yang mencegah akses sperma ke oosit adalah lapisan luar sel kumulus,
korona radiata, yang terbenam di dalam matriks antarsel yang terdiri atas karbohidrat,
protein, dan asam hialuronat. Hialuronidase, yang dikeluarkan dari akrosom sperma,
menguraikan matriks asam hialuronat antara sel folikel sehingga sperma dapat melewati zona
pelusida. Gerakan berenang yang hiperaktif sperma membantu penetrasi korona radiata.
Pembebasan gradual sperma dari reservoar di mukus serviks serta pengaktifan sperma di
dekat oosit memiliki arti bahwa batas waktu pembuahan diperpanjang.

Pengikatan ke zona pelusida


Oosit dikelilingi oleh zona pelusida, yang ketebalannya sekitar 14-15 um. Zona ini adalah
matriks ekstrasel yang terdiri atas glikoprotein bersulfat yang dihasilkan oleh oosit sedang
tumbuh. Zona ini permeabel bagi sebagian virus, imunoglobulin, dan enzim. Sebelum
ovulasi, tonjolan sitoplasma dari sel korona radiata menembus zona pelusida sehingga dapat
terjadi komunikasi dan penyaluran makanan ke oosit melalui taut celah. Saat tonjolan ini
ditarik sebagai respons terhadap lonjakan LH, terbentuk celah di zona pelusida yang
memudahkan akses bagi penetrasi sperma sehingga fertilisasi menjadi lebih mudah (Familiari
et al, vesi 1992). Zona pelusida berfungsi sebagai sawar yang ke d memungkinkan sperma
spesies yang sama menembus sehi sampai oosit. Zona pelusida bersifat antigenik: antibodi
antizona pelusida mungkin merupakan penyebab pada sebagian kasus infertilitas. Komposisi
zona pelusida berubah seiring dengan reaksi korteks setelah pembuahan sehingga dapat
dicegah terjadinya polispermia, tetapi memungkinkan sekresi tuba uterina mencapai oosit
pada tahap awal pembelahan sel. Zona pelusida juga berperan dalam kimia mencegah
blastokista dari implantasi prematur di tuba uterina sebelum mencapai uterus. Terdapat
kemungkinan bahwa suatu zona pelusida yang terlalu tebal menyebabkan membran masalah
dalam penetasan blastokista dan implantasi selanjutnya. Sperma melekat ke reseptor di
permukaan zona pelussida, membuat jalan menembus membran plasma oosit melalui proses
pencernaan. Molekul komplementer di zona pelusida dan membran plasma sperma
berinteraksi yang mungkinkan interaksi antara kedua gamet.Reseptorsperma di zona pelusida
adalah glikoprotein yang dikenal sebagai perma molekul ZP3 (Tulsiani, Yoshida-Komiya, &
Araki, 1997). Struktur reseptor ini bervariasi antara spesies, yang mungkin membantu
mencegah pembuahan oosit oleh sperma dari spesies yang berbeda. Walaupun terdapat
pengenalan telur sperma spesifik-spesies, sperma beberapa spesies mamalia dapat
berinteraksi dengan reseptor ZP3 spesies lain walaupun tidak diikuti oleh pembuahan. Ini
adalah dasar pemeriksaan penetrasi telur hamster karena kemampuan sperma manusia
menembus zona pelusida diperiksa dengan oosit hamster. Interaksi dengan zona pelusida
tampaknya berlangsung dalam dua tahap(Wasserman, 1987). Pertama, sperma yang telah
mengalami kapasitansi melekat secara longgar dan reversibel ke permukaan zoba pelusida.
Kemudian, sperma berikatan secara lebih kuat dan irreversible ke zona pellusida.
Banyakbsperma yang berikatan dengan zona pelusida, tetapi biasanya hanya satu yang
menembus dan menyatu dengan membran plasma oosit.

Reaksi akrosom
Setelah mengikat zona pelusida, sperma mengalami reaksi akrosom. Hal ini dipicu oleh
peningkatan konsentrasi kalsium intrasel setelah pengikatan ke reseptor ZP3. Namun, hal ini
juga dapat dipicu oleh cairan folikel dan progesteron (Brucker& Lipford, 1995). Membran
oosit bagian luar menyatu dengan membran plasma yang menutupi sperma. Terjadi
pelepasan vesikel kecil tonjolan mengandung enzim akrosom kemudian membebaskan
isinya. Membran akrosom bagian dalam kemudian makanan menjadi pembungkus kepala
sperma. Akrosin, suatu enzim yang tetap terikat ke membran akrosom bagian dalam
membuat terowongan melalui proses pencernaan menembus zona pellusida, dan enzim
akrosom dibebaskan vesikel. Gerakan maju mendadak sperma mendorong ke depan
menembus zona pelusida dan ruang perivitelina sehingga kepala sperma berkontak dengan
membran vitelina(permukaan) oosit. Penetrasi melalui zona pelusida bagian memerlukan
sperma yang hiperaktif dan lisis zona pelusida.

Fusi gamet
Reaksi akrosom memicu perubahan dalam membran sperma yang memmungkinkan
terjadinya fusi. Molekul perekat yang di membran sperma dan oosit penting terdapat sperma
dalam fusi sperma Kepala tertarik ke dalam mikrovili oosit di permukaan selubung oosit.
Membran plasma sperma kemudian menyatu ke dalam membran oosit. Pada tikus,
dibuktikan bahwa lapisan filamen aktin di regio korteks oosit juga mungkin berperan dalam
penyatuan kepala sperma. Fusi membran s dengan membran vitelina oosit berlangsung
sekitar 10 sampai 20 menit. Pembuahan pada manusia, ekor sperma tetap motil dan menyatu
ke dalam oosit(Payne et al, 1997) Diperkirakan setiap mitokondria ayah yang masukke
dalam oosit akan dikeluarkan secara selek(Kaneda et al, 1995). igot dan mudi yang
terbentuk hanya memiliki mitokondria ibu(Gyllensten et al, 1991); oosit tampaknya
kehilangan DNA mitokondria seiring dengan peningkatan usia ibu, suatu faktor yang
mungkin penting dalam kesuburan. Selain komponen inti sel pria, sperma yang melakukan
ikut serta dalam pembentukan sentriol dan pusat organisasi mikrotubulus, tempat gelendong
mitosis pertama akan terbentuk(van Blerkom et al, 1995).

2.1 Fertilisasi/konsepsi
Fertilisasi didefenisikan sebagai pertemuan antara sperma dan sel telur yang
menandai awal kehamilan. Peristiwa ini merupakan rangkaian kejadian yang meliputi
pembentukan gamet (sel telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur), pengabungan gamet dan
implantasi embrio didalamuterus.
Konsepsi/ fertilisasi/pembuahan adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani
dengan sel telur dituba fallopi(rustam mochtar,1998:18). Sedangkan menurut
(manuaba,1998:99) konsepsi/fertilisasi/pembuahan adalah pertemuan inti ovum dengan inti
spermatozoa dan membentuk zigot. Jadi Fertilisasi adalah proses peleburan/ penyatuan antara
satu sel sperma dengan satu sel telur (ovum) yang sudah matang dan membentuk zigot yang
umumnya terjadi pada sepertiga dari panjang saluran telur yaitu di ampulla tuba fallopi.
Bagian ini adalah bagian terluas dari saluran telur dan terletak dekat dengan ovarium.

Untuk terjadinya setiap kehamilan harus ada:

1.Ovum (sel telur) terdapat nukleus, mengandung vitelus, zona pelusida, korona radiata,
siap dibuahi setelah 12 jam.
Ovum merupakan sel terbesar pada badan manusia. Setiap bulan satu ovum atau
kadang-kadang lebih menjadi matur, denan sebuah penjamu mengelilingi sel pendukung.Saat
ovulasi, ovum keluar dari folikel ovarium yang pecah. Ovum tidak dapat berjalan sendiri.
Kadar estrogen yang tinggi meningkatkan gerakan tuba uterina, sehingga silia tuba tersebut
dapat menangkap ovum dan menggerakkannya sepanjang tuba menuju ringga rahim.
Ada dua lapisan pelindung yang melindungi ovum. Lapisan pertama berupa
membran tebal tidak berbentuk, yang disebut zona pellusida.lingkaran luar yang disebut
korona radiata,terdiri dari sel-sel oval yang dipersatukan oleh asam hialuronat. Ovum
dianggap subur selama 24 jam setelah ovulasi. Apabila tidak difertilisasi oleh sperma, ovum
berdegenerasi dan direabsorpsi.
Pada waktu ovulasi sel telur yang telah masak dilepaskan dari ovarium. Dengan
gerakan seperti menyapu oleh fimbria tuba uterina, ia ditangkap infundibulum. Selanjutnya ia
masuk kedalam ampulae sebagai hasil gerakan silia dan kontraksi otot. Sebuah ovum
mungkin ditangkap /masuk kedalam infundibulum tuba yang berlawanan. Keadaan ini
disebut migrasi eksterna.ovum biasanya dibuahi dalam 12 jam setelah ovulasi dan akan
mati dalam 12 jam bila tidak segera dibuahi.
2. Spermatozoa
Spermatozoa terdiri 3 bagian yaitu:
a. Kaput(kepala) yang mengandung bahah nukleus.
b. Ekor berguna untuk bergerak
c. Bagian silindrik, menghubungkan kepala dan ekor.
Pada saat coitus kira-kira 3-5 cc semen ditumpahkan kedalam fornik posterior,
dengan jumlah spermatozoa sekitar 200-500 juta. Dengan gerakan ekotrnya sperma masuk
kedalam kanalis servialis. Di dalam rongga uterus dn tuba gerakan sperma terutama disebab
kan oleh kontraksi otot-otot pada organ tersebut. Sperma tozoa ,kira-kira 1 jam setelah coitus.
Ampula tuba merupakan tempat terjadinya fertilisasi. Hanta beberapa ratus sperma yang bisa
mencapai tempat ini. Sebagian besar mati sebagai akibat keasaman vagina, sebagian lagi
hilang/ mati dalam perjalanan. Sperma dapat bertahan dalam saluran reproduksi wanita
sampai empat hari.
3. Pembuahan(konsepsi=fertilisasi)
4. Nidasi(implantasi)
5. plasentasi
6. Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.
2.2 Jenis-Jenis Fertilisasi
Fertilisasi mempunyai beberapa cara yang umum didapati pada makhluk hidup, yaitu :
1. Fertilisasi eksternal (khas pada hewan-hewan akuatik): gamet-gametnya dikeluarkan
dari dalam tubuhnya sebelum fertilisasi.
2. Fertilisasi internal (khas untuk adaptasi dengan kehidupan di darat): sperma
dimasukkan ke dalam daerah reproduksi betina yang kemudian disusul dengan
fertilisasi. Setelah pembuahan, telur itu membentuk membran fertilisasi untuk
merintangi pemasukan sperma lebih lanjut.Kadang-kadang sperma itu diperlukan
hanya untuk mengaktivasi telur (Anonymous, 2008).
2.3 Proses Fertilisasi
Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dalam
saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu
diingat bahwa pada saat sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu
menbuahi oosit. Mereka harus mengalami kapasitasi dan reaksi akrosom.
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita, yang
pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu itu, suatu selubung glikoprotein
dari protein-protein plasma semen dibuang dari selaput plasma, yang membungkus daerah
akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang mengalami kapasitasi yang dapat melewati sel
korona dan mengalami reaksi akrosom.
Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pellusida dan diinduksi oleh
protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan
untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa tripsin.
Pada fertilisasi mencakup 3 fase:
1. penembusan korona radiata
2. penembusan zona pelusida
3. fusi oosit dan membrane sel sperma
fase 1 : penembusan korona radiata
Kehamilan terjadi didahului fertilisasi atau konsepsi yaitu penyatuan sebuah sel telur
dengan sebuah sperma yang berarti pula terjadi penyatuan materi genetik dari ovum seorang
wanita dengan materi genetik dari sperma seorang pria.
Fertilisasi terjadi pada saat wanita dalam periode masa subur yaitu setelah terjadi
ovulasi dan oosit sekunder bergerak disepanjang tuba falopii menuju uterus. Dari 200-300
juta spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita, hanya 300-500 yang
mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk pembuahan, dan
diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan membuahi untuk
menembus sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sebagian yang tertinggal di vagina
akanterseleksi oleh asam vagina dan hanya beberapa ratus ribu sperma yang dapat mencapai
uterus. Dengan bantuan kontraksi otot uterus, sperma akan menyebar diseluruh permukaan
uterus. Sebagian dari sperma ini terseleksi kembali oleh sel darah putih di dalam uterus
hingga akhirnya hanya tinggal beberapa ribu bahkan hanya beberapa ratus yang berhasil
mencapai tuba falopii untuk bertemu dengan ovum.
Sperma harus menembus korona radiata dan zona pelusida yang membungkus oosit
sekunder.Baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan zat tertentu
yang saling mendukung sehingga sperma dapat menembus pembungkus oosit sekunder.
Pada sperma, bagian akrosom sperma mengeluarkan:

1. hialuroidase, suatu enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona
radiata.
2. akrosin, suatu enzim protease yang dapat menghancurkan senyawa glukoprotein pada
zona pelusida.
3. antifertilizin, antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit
sekunder.

Sedangkan oosit sekunder mengeluarkan fertilizin, yang tersusun dari senyawa


glikoprotein. Fertilizin berfungsi:

1. mengaktifkan sperma agar bergerak cepat.


2. menarik sperma secara kemotaksis positif.
3. mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.

Fase 2 : penembusan zona pelusida


Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur yang
mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom.
Pelepasan enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga
akan bertemu dengan membrane plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika
kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim
lisosom dari granul-granul korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Pada gilirannya,
enzim-enzim ini menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk
menghambat penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat tempat reseptor bagi
spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa
menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang menembus oosit.
Bila sebuah sperma telah menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian
kortek oosit akan mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak
dapat ditembus oleh sperma lain. Adanya penetrasi sperma juga akan merangsang
penyelesaian meiosis 2 sehingga dihasilkan sebuah ovum yang fungsional dan tiga buah
polosit degeneratif.

Fertilisasi berlangsung di dalam tuba falopii

Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti nukleus pada kepala sperma
akan membesar dan ekor sperma akan mengalami degenerasi, kemudian terjadi penyatuan
inti sperma yang mengandung kromosom haploid dan ovum yang haploid sehingga terbentuk
zigot yang mengandung kromosom diploid atau 46 buah kromosom.
Terjadi penyatuan sperma dan ovum

Fase 3 : penyatuan oosit dan membrane sel sperma


Kurang lebih 24 jam setelah fertilisasi, zigot mengalami proses pembelahan
(cleavage) menjadi morula dan selanjutnya menjadi blastula. Mula-mula zigot membelah
menjadi beberapa buah sel dengan ukuran sama berbentuk bulat menyerupai buah arbei yang
disebut morula. Morula terus membelah hingga membentuk rongga yang disebut blastocoel,
pada fase ini embrio disebut blastula. Blastula akan menempel dan terimplantasi pada
endometrium. Sel-sel bagian dalam blastula akan berkembang menjadi embrio yang terdiri
atas tiga lapis jaringan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Ketiga lapis jaringan
tersebut akan mengalami organogenesis atau berkembang menjadi berbagai macam organ.

Pembelahan zigot

Segera setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma
sel tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang menbungkus kepala akrosom telah hilang
pada saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan
selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma. Pada manusia, baik kepala dan ekor
spermatozoa memasuki sitoplasma oosit, tetapi selaput plasma tertingal di permukaan oosit.
Segera setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan 3 cara
yang berbeda :
1. reaksi kortikal dan zona : sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit.
a. selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lain
b. zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah
penambatan dan penetrasi sperma dengan cara ini terjadinya polispermi dapat dicegah.
2. melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan
meiosis keduanya segera setelah spermatozoa masuk. Salah satu dari sel anaknya hamper
tidak mendapatkan sitoplasma dan dikenal sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya
adalah oosit definitive. Kromosomnya (22+X) tersusun di dalam sebuah inti vesikuler yang
dikenal sebagai pronukleus wanita.
3. penggiatan metabolic sel telur. Factor penggiat diperkirakan dibawa oleh
spermatozoa. Penggiatan setelah penyatuan diperkirakan untuk mengulangi kembali peristiwa
permulaan seluler dan molekuler yang berhubungan dengan awal embriogenesis.

Saat fusi antara sel membran sperma dengan sel telur sudah terjadi maka terjadi 3
peristiwa penting pada oosit :

1. Depolarisasi membran sel telur sehingga terjadi blokade primer terhadap


polispermia ( spermatozoa lain tak dapat masuk kedalam sel telur ). Hanya satu pronukelus
pria yang dapat berfusi dengan pronukleus wanita dan menjaga keadaan diploid dari zygote.
2. Reaksi kortikal. Menyebabkan zona pellucida menjadi keras sehingga
mencegah sperma lain untuk berikatan dengan zona pellucida. Terjadi blokade sekunder
terhadap polispermia.
3. Pembelahan meiosis II pada sel telur. Badan polar II terbentuk dan
dikeluarkan dari sel telur sehingga memastikan bahwa pronukelus wanita bersifat haploid.
Sekali lagi , hal ini akan menjaga agar zygote tetap diploid. Kegagalan untuk menjaga sifat
diploid pada hasis konsepsi sering menyebabkan kegagalan proses kehamilan.

Hasil utama konsepsi/fertilisasi/ pembuahan:


1. pengembalian menjadi jumlah kromosom diploid lagi, separuh dari ayah dan
separuhnya dari ibu. Olah karena itu, zigot mengandung kombinasi kromosom baru yang
berbeda dari kedua orang tuanya.
2. Pewarisan sifat-sifat (separu sifat ibu dan separuh sifat ayah)
3. Ini disebabkan karena zigot mengandung separuh sifat ibunya dan separuh
ayahnya.
a. Penentuan jenis kelamin
b. Jenis kelamin ditentukan diawal terjadinya pembuahan. Pada manusia struktur
(46, xy) adalah wanita, sedangkan (46,xx) adalah laki-laki.
c. Permulaan pembelahan segmentasi(cleavage)
d. Segera setelah terjadinya pembuahan, zigot dalam 8-14 jam akan memulai
pembelahan segmentai pertama, yang disusul dengan pembelahan-pembelahan selanjutnya
dengan kecepatan tiap 10-12 jam.
Berikut ini gambaran detil proses pembuahan, yaitu:
Sel telur dikeluarkan dari permukaan ovarium sekitar hari ke 14 dari siklus
haid. Sel telur ini ditangkap oleh ujung saluran telur (tuba Fallopii) yang berbentuk corong,
kemudian berjalan di dalam tuba karena adanya kontraksi otot.
Fertilisasi atau pembuahan oleh satu sperma umumnya terjadi pada sepertiga
dari panjang saluran telur.
Sel yang sudah dibuahi akan membelah diri dalam 24 jam.
Pembelahan berulang-ulang akan membentuk bola sel yang disebut zigot.
Zigot terus membelah diri selama berjalan di dalam saluran.
Di dalam bola sel terbentuk rongga kecil berisi cairan yang disebut blastosit.
Blastosit sampai di rongga rahim.
Implantasi terjadi sekitar hari ke 6, biasanya bagian atas rahim di sisi ovarium
mengeluarkan sel telur. Pada hari ke 10, embrio sudah tertanam erat. Masa embrionik ini
dimulai sejak momen ini sampai minggu ke-8. Setelah minggu kedelapan, embrio disebut
sebagai janin.

Setelah berada dalam sel telur, sitoplasma sperma bercampur dengan sitoplasma sel
telur dan membran inti (nukleus) sperma pecah. Membran yang baru terbentuk di sekeliling
kromatin sperma membentuk pronukelus pria. Membran inti oosit yang baru juga terbentuk
di sekeliling pronukleus wanita. Sekitar 24 jam setelah fertilisasi, kromosom memisahkan diri
dan terjadilah pembelahan sel pertama.

Hal penting dalam proses fertilisasi:


1.Penyatuan spermatozoa dan oosit II untuk membentuk sel diploid zigot
2.Fertilisasi terjadi di ampula tuba
3.Ovum mengerluarkan zat gynogamon yang terdiri dari fertilizin
4.Spermatozoa mengeluarkan zat androgamon
5. Kapasitasi di sperma pengkondisian sperma dan akrosomnya untuk menembus
membran sel
6.Reaksi akrosom
Sperma melepas enzim untuk mencerna sel corona radiata dari zona pelusida untuk
menembus oosit
7.Fusi pronukleus
Sperma yang menembus oosit kehilangan flagelum dan membran nukleusnya sehingga
pronukleus betina dan jantan bersatu, DNA nya bereplikasi dan kromosomnya berbaris
pada bidang ekuator serta pembuahan mitosis pertama langsung terjadi.
2.4 IMPLANTASI / nidasi
Nidasi adalah peristiwa tertanamnya/ bersarangnya sel telur yang telah
dibuahi(fertilized egg) kedalam endometrium, Atau Implantasi adalah masuknya atau
tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium terjadi pada hari ke 6 (blastula). sel telur
yang telah dibuahi(zigot)akan segera membelah dirimembentuk bola padat terdiri atas sel sel
anak yang lebih kecil yang disebut blastomer. Pada hari ketiga, bola tersebut terdiri atas 16
sel blastomer dan disebut morula.pada hari ke 4hasil konsepsi mencapai stadium blastula
disebut blastokista (blastocyst),.
Dua stuktur penting didalam blastula adalah:
1. Lapisan luarnyang disebut trofoblas, yang akan menjadi plasenta.
2. Embrioblas (inner cell mass) yang kelak akan menjadi janin.

Beberapa jam setelah pembuahan terjadi mulailah pembuahan zigot. Hal ini dapat
terjadi karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat amino dan enzim. Hasil konsepsi
berada dalam stadium morula,selanjutnya hasil konsepsi diteruskan kearah kavum uteri oleh
arus serta getaran silia pada permukaan sel tuba dan kontraksi tuba. Dalam kavum uteri hasil
konsepsi mencapai stadium blastula.Pada hari ke 4 blastula masuk kedalam endometrium dan
pada hari ke 6 menempel pada endometrium. Pada hari ke 10 seluruh blastula(blastokis)
sudah terbenam dalam endometrium dan dengan demikian nidasi sudah selesai. Nidasi terjadi
mungkn karena trofoblast mempunyai daya untuk menghancurkan sel-sel endmetrium.
Hancuran endometrium dipergunakan sebagai bahan makanan oleh telur. Tempat nidasi
biasanya pada dinding depan dan dinding belakang didaerah fundus uteri. Selaput janin
terdiri atas korion, amnion, kantung kuning telur, alantois. Bagian korion fili tetap
berkembang yang kelak akan menjadi plasenta. Plasenta, selain terdiri dari komponen janin
juga tyerdiri dari komponen maternal yang disebut desidua (desidua basalis). Setelah
implantasi, endometrium disebut desidua. Desidua yang terdapat antar sel telur dan dinding
rahim disebut desidua basalis. Bagian yang menutup blastosis atau desidua yang terdapat
antara telur dan cavum uteri ialah desidua kapsularis dan bagian yang melapisi sisa uterus
adalah desidua vera.

Desidua dibagi menjadi dua daerah, yaitu:


1. desidua basalis, terletak diantara hasil konsepsi dengan dinding uterus
2. desidua capsularis, terletak diantara hasil konsepsi dengan cavum uteri
3. desidua parietalis/Vera, terletak meliputi/mengelilingi dinding uterus yang lain.

Pembuluh darah endometrium pecah dan sebagian wanita akan mengalami


perdarahan perdarahan ringan akibat implantasi (bercak darah atau perdarahan ringan pada
saat seharusnya terjadi menstruasi berikutnya). Vili korion yang berbentuk seperti jari,
terbentuk diluar trofoblas dan menyusup masuk kedalam daerah yang mengandung banyak
pembuluh darah dan mendapat oksigen dan gizi dari aliran darah ibu serta membuang
karbondioksida dan produk sisa kedalam darah ibu.
Faktor-faktor yang diperlukan agar proses implantasi berlangsung dengan baik
1. Leukemia inhibiting factor , suatu sitokin
2. Integrin , interaksi antar sel
3. Transforming growth factor beta , stimulasi pembentukan sinsitium dan
menghambat invasi trofoblas.

DAFTAR PUSTAKA
Cambridde, 1998. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia dan Sistem Reproduksi.
Jakarta : EGC
Manuaba ,ida,bagus,GDE.1999. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta:
arcan
Prawiruharjo,sarcuono.1999. Ilmu kebidanan edisi 5.jakarta:EGC
http://saputraatjeh.blogspot.co.id/2015/03/makalah-fertilisasi.html

Anda mungkin juga menyukai