Anda di halaman 1dari 29

A.

Gametogenesis
Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel
kelamin. Sel gamet terdiri dari gamet jantan (spermatozoa) yang
dihasilkan di testis dan gamet betina (ovum) yang dihasilkan
diovarium. Terdapat dua jenis proses pembelahan sel yaitu mitosis
dan meiosis. Mitosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2
anakan tetapi tidak terjadi reduksi kromosom contoh apabila ada sel
tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan
sel baru melalui proses pembelahan mitosis, sedangkan pembelahan
meiosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan dengan
adanya reduksi kromosom, contohnya pembelahan sel kelamin atau
gamet sebagai gen utama dalam proses reproduksi manusia. Pada
pembelahan mitosis menghasilkan sel baru yang jumlah
kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat diploid (2n)
yaitu 23 pasang / 46 kromosom, sedangkan pada meiosis jumlah
kromosom pada sel baruhanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom.
Gametogenesis terdiri 4 tahap, perbanyakan, pertumbuhan,
pematangan dan perubahan bentuk. Gametogenesis adaduayaitu
spermatogenesis dan oogenesis.

B. SPERMATOGENESIS
Spermatogenesis adalah proses pembentukan dan
pemasakan spermatozoa. Spermatogenesis terjadi di tubulus
seminiferus. Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke
sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan
struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis
berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone
gonadtotropin dan testosterone.
Spermatogenesis terjadi di testis. Di dalam testis terdapat
tublus seminiferus.Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel
dan jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat sel – sel
spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi member nutrisi pada
spermatozoa. Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat pula sel
leydig yang mengsekresikan hormone testosterone yang berperan pada
proses spermatogenesis.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal
melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk
membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus
seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus
seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal
(jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat
spermatogenesis.Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di
dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya
mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari
sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang
disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia
terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus
seminiferus.Spermatogonia terus-menerus membelah untuk
memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi
melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa
atau spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi
memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di
antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
Tahap Spermatogenesis :
1. Spermatogonium
Merupakan tahap pertama pada spermatogenesis yang dihasilkan
oleh testis. Spermatogoium terbentuk dari 46 kromosom dan 2N
kromatid.
2. Spermatosit Primer
Merupakan mitosis dari spermatogonium. Pada tahap ini tidak terjadi
pembelahan. Spermatosit primer terbentuk dari 46 kromosom dan
4N kromatid.
3. Spermatosit Sekunder
Merupakan meiosis dari spermatosit primer. Pada tahap ini terjadi
pembelahan secara meiosis. Spermatosit sekunder terbentuk dari 23
kromosom dan 1N kromatid.
4. Spermatid
Merupakan meiosis dari spermatosit sekunder. Pada tahap ini terjadi
pembelahan secara meiosis yang kedua. Spermatid terbentuk dari
23 kromosom dan 1N kromatid.
5. Sperma
Merupakan diferensiasi atau pematangan dari spermatid. Pada tahap
ini terjadi diferensiasi. Sperma terbentuk dari 23 kromosom dan 1N
kromatid dan merupakan tahap sperma yang telah matang dan siap
dikeluarkan.

Sperma diproduksi di testis, organ reproduksi pria. Pria mudai


memproduksi sperma saat pubertas (kurang lebih usia 15 tahun), dan
sebagian besar pria mempunyai sperma dewasa sampai usia tua.
Sperma diproduksi sebanyak 300 juta per hari, dan mampu bertahan
hidup selama 48 jam setelah ditempatkan di dalam vagina sang wanita.
Rata-rata volume air mani untuk setiap ejakulasi adalah 2.5 sampai 6
ml, dan rata-rata jumlah sperma yang diejakulasikan adalah 40-100 juta
permili.
Gambar II. Sperma

Struktur sperma matang terdiri dari :


1. Kepala
Pada bagian ini sperma mengandung suau lapisan tipis
sitoplasma dan sebuah inti berbentuk lonjong dan dan hampi
mengisi seluruh bagian dari kepala sperma. Bagian depan
disebut acrosom( memiliki enzim hydrolytic yang terdiri
dariacrosin dan hyaluronidase yang dibutuhkan saat fertilisasi )
dan bagian belakang dinamakan sentriol. Serta bagian ini juga
mempuyai inti sel yang mempuyai arati pentin dalam masalah
reproduksi.
2. Leher
Daerah ini merupakan bagian yang genting dan
mengndung sentriol depan dan bagian depan filament poros.
3. Badan
Bagian badan dari sperma mengandung filament poros
mitochondria dan sentriol belakang berbentuk cincin, sehingga
sering disebut bagian badan ini sebagai tenaga pusat sperma
karena mitokondria memiliki enzim yang menggerakkan asam
trikakboksilat dan transport electron serta fosfolirasi oksidatif,
yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP.
4. Ekor
Ekor sperma memeiliki 2 bagian : bagian utama dan bagian
ujung. Ekor ini mengandung banyak sekali filament poros
/ flagellum tetapi sedikit mengandung sitoplasma.terdapat 2
sentriol terletak di bagian tengah dari. Fibril-fibril yang seperti
cilia tersebar dalam ekor dan dikelilingi oleh cincin yang terdiri
dari 9 pasangan fibril perifer. Fibril ini berfungsi menimbulkan
gerakan ekor sperma.
Gambar III. Jalur Sperma

Berikut adalah penjelasan mengenai jalur sperma yang telah


matang : Dari testis kiri dan kanan, sperma bergerak ke dalam
epididimis (suatu saluran berbentuk gulungan yang terletak di puncak
testis menuju ke testis belakang bagian bawah) dan disimpan di dalam
epididimis sampai saat terjadinya ejakulasi .Jadi epididimis ini agar
sperma menjadi matang / mature sehingga siap bergerak ke vas
deferens .Dari epididimis, sperma bergerak ke vas deferens dan
duktus ejakulatorius. Di dalam duktus ejakulatorius, cairan yang
dihasilkan oleh vesikula seminalis , kelenjar prostata dan bulbo uretra
ditambahkan pada sperma sehinngga sperma dinamai dengan semen
( benih), yang kemudian mengalir menuju ke uretra dan dikeluarkan
ketika ejakulasi.

 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


SPERMATOGENESIS:
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi spermatogenesis
sehingga bisa terjadi kemandulan:
1. Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan
atau akibat panas yang berlebihan bisa menyebabkan
berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya pergerakan sperma
dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal di dalam
semen.Pembentukan sperma yang paling efsisien adalah pada
suhu 33,5° (lebih rendah dari suhu tubuh). Testis bisa tetap
berada pada suhu tersebut karena terletak di dalam skrotum
(kantung zakar) yang berada diluar rongga tubuh.
2. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah
pemakaian marijuana atau obat-obatan (misalnya simetidin,
spironolakton dan nitrofurantoin).
3. Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya
vas deferens (kiri dan kanan) bisa menyebabkan azospermia
(tidak terbentuk sperma sama sekali.
4. Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering
ditemukan pada kemandulan pria. Varikokel adalah varises
(pelebaran vena) di dalam skrotum.Varikokel bisa menghalangi
pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan
sperma.
 HORMON YANG BERPERAN DALM PROSES PEMBENTUKAN
SPERMATOZOA

Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk


spermatozoa atau spermatogonium Spermatozoa adalah sel seks
pria atau gamet yang membuahi sel telur wanita atau ovum pada
organisme yang bereproduksi secara seksual, termasuk semua
hewan dan beberapa tanaman. Tidak seperti kebanyakan sel-sel
yang membentuk organisme multiseluler, spermatozoa terdiri dari
kepala dan setidaknya satu flagela atau ekor, yang memungkinkan
mereka untuk bergerak secara independen. Kepala mengandung
sedikit sitoplasma dibandingkan dengan sel lain dan membawa
kromosom sangat padat dalam inti. Seperti semua sel-sel kelamin,
sel sperma haploid, hanya mengandung setengah jumlah
kromosom khas spesies. Jumlah total spermatozoa : 40 juta
spermatozoa per ejakulasi atau lebih, sel Sertoli, dan sel
Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa
sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus
berfungsi menghasilkan testosteron.

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja


beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:
1) LH (Luteinizing Hormone)
LH (Luteinizing Hormone) merupakan hormon yang merangsang
sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa
pubertas, androgen / testosteron memacu tumbuhnya sifat
kelamin sekunder.

2) FSH (Folicle Stimulating Hormone)


FSH (Folicle Stimulating Hormone) merupakan hormon
merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen
Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk
memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan
spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis.
Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan
waktu selama 2 hari.

3) Hormon Testosteron
Hormon testosteron (androgen) merupakan hormon yang
dihasilkan oleh testis Hormon ini berfungsi merangsang
perkembangan organ Seks primer pada saat embrio dan
mendorong spermatogenesis. Selain itu, mempengaruhi
perkembangan alat reproduksi danciri kelamin sekunder, seperti
tumbuh bulu dan kumis, dan dada menjadi bidang.

 KECACATAN PADA SPERMATOGENESIS


a. Nondisjunction
Misalnya pada SyndromTurner. Penyebab kelainan sindrom
turner iniadalah tidak mendapatkan kromosom Y; terjadi
karenaada nondisjunction pada spermatogenesis sehingga
sperma yang dihasilkan adalah sperma XY dan sperma O.
Sperma O (tidak mempunyai kromosom kelamin) kemudian
membuahi ovum X, maka terbentuklah individu 44 A + X.‡
b. Sperma berkepala dua
Ancaman lingkungan dapat mengubah proses pembentukan
sperma normal. Sebagai contoh, beberapa antibiotik umum
seperti penisilin dan tetrasiklin dapat menekan pembentukan
sperma. Radiasi, timbal, pestisida tertentu, ganja, tembakau, dan
alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan produksi sperma
yang abnormal (dua berkepala, dll beberapa ekor).
c. Sperma tanpa akrosom
d. Oligospermia
Oligospermia adalah suatu keadaan dimana sel sperma
berkurang dalam cairan semen . Paling sering oligospermia
disebabkan oleh karena varicocele , diet yang terlalu ketat ,
merokok , minum alkohol , menggunakan obat-obat psikotropika
, menggunakan pakaian dalam yang terlalu ketat , stress , terlalu
sering melakukan hubungan seksual sehingga kuaalitas sperma
kurang baik (normalnya seminggu 1-2 kali terutama pada saat
wanita sedang masa subur ) , hindari menggunakan pelumas
pada saat berhubungan karena dapat mempengaruhi kondisi
sperma .‡
e. Azoospermia
Azoospermia adalah tidak adanya spermatozoa pada cairan
ejakulasi (semen). 1-5 Azoospermia ditemukan dalam 10% dari
kasus infertilitas pria.1,3,4 Azoospermia terjadi karena adanya
obstruksi saluran reproduksi / vas deferens (azoospermia
obstruksi) atau adanya kegagalan testis memproduksi
spermatozoa (azoospermianon-obstruksi).

C. OOGENESIS
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam
ovarium. Tidak seperti spermatogenesis yang dapat menghasilkan
jutaan sperma dalam waktu yang bersamaan, oogenesis hanya mampu
menghasilkan satu ovum matang sekali waktu. Oogenesis dimulai
dengan pembentukkan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia. Terjadi
dalam organ reproduksi betina yaitu ovarium.
Mekanisme oogenesis sangat berbeda dengan
spermatogenesis, walaupun memiliki persamaan dalam proses meiosis.
Diantara kelahiran dan masa pubertas, sel-sel telur dalam hal ini oosit
membesar dan folikel disekitarnya tumbuh. Selanjutnya oosit primer
mereplikasi DNA dan memasuki profase meiosis I dan tidak
berkembang lebih lanjut jika tidak diaktifkan oleh hormon FSH (Follicle
stimulating hormone).
Seperti halnya pada spermatogenesis, oogenesis pun memiliki
tahap, diantaranya:
1. Proliferasi (perbanyakan)
Tahap perbanyakan belangsung secara berulang-ulang.
Gametogonium membelah menjadi 2, 2 menjadi 4, 4 menjadi 8 dan
seterusnya. Sel benih primordial berdiferensiasi menjadi oogonium,
lalu mengalami proliferasi untuk membentuk oosit primer, siap
memasuki periode tumbuh. Padamamalia masa proliferasi terjadi
dalam kandungan induk.
2. Pertumbuhan
Pada pertumbuhan, oogonium akan tumbuh membesar menjadi
oogonium I. Pertumbuhan sangat memegang peranan penting,
karena sebagian besar dari substansi telur digunakan dalam
perkembangan selanjutnya. Diferensiasi juga terdapat pada periode
tumbuh.
3. Pematangan
Pada proses ini terdapat 2 kali pembelahan meiosis. Setelah
terjadi fase pertumbuhan, oogonium I mengalami tahap pematangan,
yang berlangsung secara meiosis. Akhir meiosis I terbentuk
oogonium II dan akhir meiosis II terbentuk ootid.
4. Perubahan bentuk
Ootid dalam fase terkhir akan mengalami perubahan bentuk
(transformasi)menjadi gamet. Pada mamalia, selesai meiosis I pada
betina, terbentuk oosit II dan satu polosit. Polosit jauh lebih kecil dari
oosit, karena sitoplasma sedikit sekali. Akhir dari meiosis II akan
terbentuk satu ootid dan satu polosit II. Sementara itu polosit I
membelah pula menjadi dua, tapi jarang terjadi karena
berdegenerasi lebih awal. Tiga polosit tersebut akan berdegenerasi
lalu diserap kembali oleh tubuh. Jadi pada betina oosit tumbuh
menjadi 1 ovum.

 PROSES TERJADINYA OOGENESIS


Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di
dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia =
jamak) atau sel indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46
kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan
memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam
kandungan, yaitu pada saat bayi berumur 5 bulan dalam
kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit
primer akan membelah secara meiosis. Namun meiosis tahap
pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi
perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami
pubertas. Oosit primer tersebut adalam keadaan istirahat (dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap
ovariumnya mengandung sekitar satu juta oosir primer. Saat
mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200
ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami
degenerasi selama pertumbuhannya.
Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan
mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer
melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami
meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya.
Sel oosit pertama merupakan oosit yang berukuran normal (besar)
yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih
kecil disebut badan polar pertama (polosit primer).
Selanjutnya, oosit sekunder melanjutkan tahap meiosis II
(meiosis kedua). Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak
langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti
sampai terjadinya ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit
sekunder akan mengalami degenerasi dan luruh bersama dinding
rahim, dimana kejadian ini disebut dengan menstruasi. Namun jika
ada sperma yang masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder
akan dilanjutkan kembali. Akhirnya meiosis II pada oosit sekunder
akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel
yang kecil disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan
polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar. Akhirnya,
ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan berkembang
menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit dalam oogonium berada dalam suatu folikel telur.
Folikel telur atau disingkat folikel merupakan sel pembungkus
penuh cairan yang mengelilingi ovum. Folikel berfungsi
menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami
perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit
sekunder hinggan terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama
kali untuk menyelubingi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada
oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel
sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder folikel sekunder
berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel
tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang).
Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah
menjadi korpus luteum. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka korpus
luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
Gambar IV.Proses Oogenesis

 HORMON YANG BERPERAN DALAM OOGENESIS


Pada wanita usia reproduksi terjadi siklus menstruasi oleh
aktifnya aksis hipothalamus-hipofisis-ovarium. Hipothalamus
menghasilkan hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone)
yang menstimulasi hipofisis mensekresi hormon FSH (follicle
stimulating hormone) dan LH (lutinuezing hormone). FSH dan LH
menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga terjadi
sekresi hormon estrogen dan progesteron. LH merangsang korpus
luteum untuk menghasilkan hormon progesteron dan meransang
ovulasi. Pada masa pubertas, progesteron memacu tumbuhnya
sifat kelamin sekunder. FSH merangsang ovulasi dan meransang
folikel untuk membentuk estrogen, memacu perkembangan
folikel. Hormon prolaktin merangsang produksi susu.
Mekanisme umpan balik positif dan negatif aksis
hipothalamus hipofisis ovarium.Tingginya kadar FSH dan LH akan
menghambat sekresi hormon GnRH oleh hipothalamus. Sedangkan
peningkatan kadar estrogen dan progesteron dapat menstimulasi
(positif feedback, pada fase folikuler) maupun menghambat
(inhibitory/negatif feedback, pada saat fase luteal) sekresi FSH dan
LH di hipofisis atau GnRH di hipothalamus.
Berikut ini rincian hormon yang berperan dalam
oogenesis:
1. Hormon FSH (follicle stimulating hormone)
Berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel
2. Hormon LH (leutinizing hormone)
Berfungsi merangsang terjadinya ovulasi
3. Hormon Esterogen
Berfungsi menimbulkan sifat kelamin sekunder
4. Hormon Progesteron
Berfungsi untuk menebalkan dinding endometrium.

D. Proses pembentukan telur dan tipe-tipe telur


Proses Pembentukan telur ayam:
 Terbentuknya telur dimulai dengan terbentuknya kuning telur
didalam ovarium,
 Ovum yang telah matang akan dilepaskan oleh ovarium dan
ditangkap oleh Infundibulum, Kuning telur berada dibagian ini
selama 15-30 menit tanpa adanya penambahan unsur lain
 Dari infundibulum kemudian masuk ke bagian Magnum, disini
albumen telur disekresikan. Proses ini memakan waktu sekitar 3
jam
 Selanjutnya masuk ke bagian Isthmus, disini telur dibungkus oleh 2
buah selaput tipis (membran sel). Proses ini memakan waktu
sekitar 1,5 jam
 Setelah membran sel terbentuk, kemudian masuk kedalam Uterus,
disini kerabang telur terbentuk. Proses ini memakan waktu sekitar
20-21 jam
 Selanjutnya telur masuk kedalam vagina, disini hanya beberapa
menit saja dan kemudian dikeluarkan melalui kloaka.
Proses pembentukan telur ayam membutuhkan waktu sekitar 25 - 26
jam. Maka dari itu ayam tidak akan mampu bertelur lebih dari 1 butir /
hari.

Pembentukan telur yang normal, memerlukan waktu berkisar antara 25-


26 jam, terdiri atas berbagai tahapan sebagai berikut:

TahapI:Ovarium
Terbentuknya telur dimulai dengan terbentuknya kuning telur didalam
ovarium. Sel telur yang dihasilkan didalam ovarium ini jumlahnya
mencapai ribuan dalam berbagai ukuran, diantaranya 4 buah besar dan
1 buah paling besar. Sel telur yang paling besar berwarna keputihan,
disebut folikel. Folikel sebagai sel telur yang sudah dewassa tersebut
kemudian dilepas secara berurutan.

TahapII:Infundibulum
Kuning telur yang dilepaskan ovarium diterima oleh infundibulum.
Didalam infundibulum, kuning telur tinggal selama 15 menit saja, tanpa
adanya penambahan unsur lain.

TahapIII:Magnum
Pada saat kuning telur berada didalam magnum, terjadi penambahan
unsur lain, berupa putih telur yang terdiri atas 88% air dan 11% protein.
Didalam magnum, kuning telur tinggal selama 3 jam.
TahapIV:Isthmus
Didalam Isthmus, telur dibungkus 2 buah selaput tipis. Telur tinggal
didalam isthmus selama kurang lebih 1,25 jam.

TahapV:Uterus
Telur yang tinggal didalam uterus selama 20-21 jam. Didalam uterus
inilah telur disempurnakan, hingga mendapat cairan putih yang tipis
melalui membran secara difusi dan terbungkus oleh bahan keras yang
disebut kerabang.

TahapVI:Kloaka
Telur yang sudah sempurna, dikeluarkan melalui kloaka. Rongga udara
telur terbentuk diluar tubuh ayam, yakni 1-2 jam setelah telur tersebut
dikeluarkan. Hal ini terjadi karena adanya perubahan temperatur.

Berdasarkann banyaknya yolk (kuning telur), maka sel telur


dibagi menjadi beberapa tipe sebagai berikut :
1. Polyechithal, pada polyechital terdapat banyak yolk yang tertimbun
pada salah satu area (unggas dan reptil) kemudian perkembangan
zigot didalam sel telur akan lepas dari induk.

2. Mesolecithal adalah telur dengan kandungan yolk yang sedang, dan


biasanya terkonsentrasi pada kutub vegetatif. Tipe pembelahannya
adalah holoblastik, pola pembelahannya adalah radial, blastula
bulat, rongga blastula kecil, dan lebih konsentrasi ke kutub anima.
Dijumpai pada amphibia dan ikan paru-paru.

3. Isolechital atau oligolecgital adalah telur dengan kandungan yolk


sedikit dan menyebar. Tipe pembelahannya adalah holoblastik,
artinya blastomer-blastomer hasil pembelahan terpisah secara
sempurna. Pola pembelahan terdiri atas :
a. Radia, dijumpai di echinodermata dan amphioxus
b. Bilateral, dijumpai pada ascidian
c. Spiral, dijumpai pada molusca
d. Rotasional, dijumpai pada mamalia

4. Telolechital adalah telur yang memiliki kandungan yolk yang banyak.


Tipe pembelahannya adalah meroblastik, yaitu blastomer-blastomer
hasil pembelahan tidak terpisah secara sempurna. Blastula berbentu
cakram, rongga blastula terbentuk antara epiblas dan hipoblas.
Dijumpai pada ikan, reptil, burung

5. Centrolechital adalah telur dengan kandungan yolk terpusat pada


bagian tengah telur. Tipe pembelahan adalah meroblastik, pola
pembelahan adalah superfisial, blastula berbentuk bundar hingga
silindris, rongga blastula tidak ada. Dijumpai pada serangga dan
arthropoda lainnya.

E. Siklus estrus pada hewan


Pada hewan betina sekali pubertas telah tercapai dan musim
reproduksi telah dimulai, estrus akan terjadi pada hewan betina yang
tidak bunting menurut suatu siklus yang teratur dan khas. Estrus atau
birahi adalah periode atau waktu hewan betina siap menerima pejantan
untuk melakukan perkawinan.
Siklus birahi merupakan interval antara timbulnya satu periode
birahi ke permulaan periode birahi berikutnya. Saluran reproduksi
hewan betina akan mengalami perubahan-perubahan pada interval-
interval tersebut. Siklus estrus dikontrol secara langsung oleh hormon-
hormon ovarium dan secara tidak langsung oleh hormon-hormon
adenohipofise.
Berdasarkan frekuensi terjadinya siklus estrus, hewan dibedakan
menjadi tiga golongan. Golongan pertama,hewan monoestrus yaitu
hewan yang hanya satu kali mengalami periode estrus per tahun,
contohnya beruang, srigala, dan kebanyakan hewan liar.
Golongan kedua, hewan poliestrus yaitu hewan-hewan yang
memperlihatkan estrus secara periodik sepanjang tahun, contohnya
sapi, kambing, babi, kerbau dan lain-lain. Golongan ketiga, hewan
poliestrus bermusim yaitu hewan-hewan yang menampakkan siklus
estrus periodik hanya selama musim tertentu dalam satu tahun,
contohnya domba yang hidup di negara dengan empat musim.
Siklus birahi umumnya dibagi atas 4 fase yaitu : proestrus,
diestrus, metestrus dan diestrus. Pembagian yang lain berdasarkan
perkembangan folikel dan pengaruh hormon maka siklus estrus
dibedakan menjadi fase folikuler atau estrogenik yang meliputi
proestrus dan estrus, serta fase luteal atau progestational yang terdiri
atas metestrus/postestrus dan diestrus. Lama berbagai periode siklus
estrus pada beberapa hewan tercantum pada Tabel. Secara umum,
siklus birahi pada babi, sapi, dan kuda berkisar antara 20—21 hari,
sedangkan pada domba 16—17 hari.\
 Proestrus
Proestrus merupakan periode sebelum hewan mengalami estrus yaitu
periode pada saat folikel de Graff sedang tumbuh akibat pengaruh FSH
dan menghasilkan estradiol dengan jumlah yang semakin bertambah.
Sistem reproduksi melakukan persiapan-persiapan untuk melepaskan
ovum dari ovarium. Folikel atau folikel-folikel (tergantung spesiesnya)
mengalami pertumbuhan yang cepat selama 2 atau 3 hari, kemudian
membesar akibat meningkatnya cairan folikuler yang berisi hormon
estrogenik. Estrogen yang diserap oleh pembuluh darah dari folikel
akan merangsang saluran reproduksi untuk mengalami perubahan-
perubahan. Sel-sel dan lapisan bersilia pada tuba falopii
pertumbuhannya meningkat, mukosa uteri mengalami vaskularisasi,
epitel vagina mengalami penebalan dan terjadi vaskularisasi, serta
serviks mengalami elaksasi secara gradual. Banyak terjadi sekresi
mukus yang tebal dan berlendir dari sel-sel goblet seriks, vagina bagian
anterior, dan kelenjar-kelenjar uterus. Pada sapi dan kuda terjadi
perubahan dari mukus yang lengket dan kering menjadi mukus kental
seperti susu, dan pada akhir proestrus berubah lagi menjadi mukus
yang terang, transparan, dan menggantung pada vulva. Corpus luteum
dari periode sebelumnya mengalami vakuolisasi, degenerasi, dan
pengecilan secara cepat. Pada anjing kenaikan vaskulariasi pada
endometrium ditandai dengan pendarahan. Cervix mengalami relaxasi
gradual dan semakin banyak mensekresikan mukus yang tebal. Pada
akhir periode proestrus hewan betina menunjukkan perhatiannya pada
hewan jantan. Pada periode ini, sekresi estrogen ke dalam urin
meninggi dan mulai terjadi penurunan konsentrasi progesteron dalam
darah. Corpus luteum dari periode terdahulu mengalami vakuolisasi
degenerasi dan pengecilan secara cepat.
 Estrus
Estrus merupakan periode yang ditandai oleh keinginan kelamin dan
penerimaan pejantan oleh hewan betina. Selama periode estrus,
umumnya betina akan mencari dan menerima pejantan untuk kopulasi.
Folikel de Graff menjadi matang dan membesar, estradiol yang
dihasilkan folikel de Graff akan menyebabkan perubahan-perubahan
pada saluran reproduksi yang maksimal. Selama atau segera setelah
periode ini terjadi ovulasi akibat penurunan FSH dan meningkatka LH
dalam darah. Pada periode ini, tuba falopii mengalami perubahan yaitu
menegang, berkontraksi, epitelnya matang, cilianya aktif, dan sektesi
cairan bertambah. Ujung oviduk yang berfimbria merapat ke folikel de
Graff untuk menangkap ovum matang. Uterus akan berereksi, tegang,
dan pada beberapa spesies akan mengalami oedematus. Suplai darah
meningkat, mukosa tumbuh dengan cepat dan lendir disekresikan.
Serviks mengendor, agak oedematus, dan sekresi cairanya meningkat.
Mukosa vagina sangat menebal, sekerinya bertambah, epitel yang
berkornifikasi tanggal. Vulva mengendor dan oedematus pada semua
spesies, pada babi sangat jelas. Pada sapi terdapat leleran yang
bening dan transparan seperti seutas tali menggantung pada vulva.
Pada akhir estrus terjadi peningkatan leukosit yang bermigrasi ke
lumen uterus.
 Metestrus
Metestrus merupakan periode segera setelah estrus, ditandai
dengan pertumbuhan cepat korpus luteum yang berasal dari sel-sel
granulosa yang telah pecah di bawah pengaruh LH. Metestrus
sebagian besar berada di bawah pengaruh hormon progesteron
yang dihasilkan korpus luteum. Kehadiran progesteron akan
menghambat sekresi FSH sehingga tidak terjadi pematangan folikel
dan estrus tidak terjadi. Uterus akan mengadakan persiapan
seperlunya untuk menerima dan memberi makan pada embrio.
Pada sapi, selama bagian permulaan metestrus, epitelium pada
karunkula uterus sangat hiperemis dan terjadi hemorrhagia pada
kapiler. Hal ini disebut dengan pendarahan metestrus atau
perdarahan proestrus yang tidak sama dengan menstruasi pada
primata yang terjadi selama menurunnya progesteron. Dan
disebabkan oleh tanggalnya lapisan superfisial pada endometrium.
Sekresi mukus menurun dan diikuti pertumbuhan yang cepat dari
kelenjar-kelenjar endometrium. Menjelang pertengahan sampai
akhir matestrus uterus menjadi agak lunak dan karena
pengendoran otot uterus. Apabila kebuntingan tidak terjadi, uterus
dan saluran reproduksi selebihnya beregresi ke keadaan kurang
aktif yang sama sebelum proestrus yang disebut diestrus.
 Diestrus
Diestrus merupakan fase terakhir dan terlama dalam siklus estrus
ternak-ternak mamalia. Korpus luteum menjadi matang dan
pengaruh progesteron menjadi dominan. Endometrium menebal,
kelenjar uterina membesar, dan otot uterus menunjukkan
peningkatan perkembangan. Perubahan ini ditunjukkan untuk
mensuplai zat-zat makanan bagi embrio bila terjadi kebuntingan.
Kondisi ini akan terus berlangsung selama masa kebuntingan dan
korpus luteum akan dipertahankan sampai akhir masa kebuntingan.
Serviks menutup rapat untuk mencegah benda-benda asing
memasuki lumen uterus, mukosa vagina menjadi pucat, serta
lendirnya mulai kabur dan lengket. Apbila tidak terjadi kebuntingan,
maka endometrium dan kelenjar-kelenjarnya beratrofi atau
berregresi keukuan semula. Folikel-folikel mulai berkembang dan
akhirnya kembali ke fase proestrus. Pada beberapa spesies yang
tidak termasuk golongan poliestrus atau poliestrus bermusim,
setelah periode diestrus akan diikuti anestrus. Anestrus yang
normal akan diikuti oleh proestrus. Secara fisiologis, aneastrus
ditandai oleh ovarium dan saluran kelamin yang tenang dan tidak
berfungsi. Anestrus fisiologis dapat diobservasi pada negara-
negara yang mempunyai 4 musim, yaitu musim semi dan panas
pada domba serta selama musim dingin pada kuda. Selama
anestrus, uterus kecil dan kendor, mukosa vagina pucat, lendirnya
jarang dan lengket, serta serviks tertutup rapat dengan mukosa
yang pucat. Aktivitas folikuler dapat terjadi dan ovum dapat
berkembang tetapi tidak terjadi pematangan folikel dan ovulasi.
 Anestrus
Anestrus yang fisiologik umumnya ditandai oleh ovarium dan
saluran kelamin yang tenang dan tidak berfungsi. Anestrus yang
normal diikuti oleh proestrus. Ditandai oleh corpus luteum yang
matang, uterus kecil dan mengendor, dan lendir vagina jarang dan
lengket
F. Gambar organ reproduksi Hewan
a. ikan
b. Amphibia

c. Aves
d. Reptil

e. Mamalia
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2009. Gamet. Biologi FMIPA UNM


Anonim. 2004. Fisiologi Reproduksi Ternak I. Bag. Reproduksi dan
Kebidanan. FKH. UGM. Yogyakarta.
Junaidi., A. 2001. Reproduksi dan Obstetri Pada Anjing. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
TUGAS INDIVIDU

PERKEMBANGAN HEWAN

OLEH :

ELLA ELVIANA RAHMAN

A1J1 16 083

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018

Anda mungkin juga menyukai