Anda di halaman 1dari 12

Nama : Siti Sarahdeaz Fazzaura Putri

NIM : 04112681721006

Sel Sperma

Pada kebanyakan spesies, hanya ada dua jenis gamet, dan keduanya
sangat berbeda. Telur adalah salah satu sel terbesar dalam organisme, sementara
sperma (spermatozoon, spermatozoa jamak) seringkali paling kecil. Telur dan
sperma dioptimalkan dengan cara yang berlawanan untuk penyebaran gen yang
mereka bawa. Telur nonmotil dan membantu kelangsungan hidup gen ibu dengan
menyediakan persediaan bahan baku untuk pertumbuhan dan perkembangan yang
besar, bersama dengan pembungkus pelindung yang efektif. Sebaliknya, sperma
dioptimalkan untuk menyebarkan gen paternal: biasanya sangat motil dan efisien
dalam hal kecepatan. Persaingan antara sperma sangat ketat, dan sebagian besar
gagal dalam misi mereka: dari miliaran sperma yang dikeluarkan selama masa
reproduksi seorang pria manusia, hanya sedikit yang berhasil menyuburkan sel
telur (Alberts, 2002).

I. Struktur Sperma

Sperma khas adalah sel yang "stripped-own", dilengkapi dengan flagel


yang kuat untuk mendorongnya melalui media berair tapi tidak mengandung
organel sitoplasma seperti ribosom, retikulum endoplasma, atau aparatus Golgi,
yang tidak diperlukan untuk tugas mengirimkan DNA ke telur. Sperma,
bagaimanapun, mengandung banyak mitokondria yang ditempatkan secara
strategis di tempat yang paling efisien untuk menghasilkan flagela. Sperma
biasanya terdiri dari dua daerah berbeda secara morfologis dan fungsional yang
dikelilingi oleh membran plasma tunggal: ekor, yang mendorong sperma ke dalam
telur dan membantu membilas melalui lapisan telur, dan kepala, yang
mengandung inti haploid kental (Gambar 1) (Alberts, 2002). DNA di dalam
nukleus sangat padat, sehingga volumenya diminimalkan untuk transportasi, dan
transkripsi dimatikan. Kromosom dari banyak sperma telah mengeluarkan histone
sel somatik dan dikemas dengan protein sederhana dan sangat positif yang disebut
protamines.

Sel-sel sperma memiliki struktur yang khusus.Spermatozoa ( sperma) yang


normal memiliki kepala dan ekor, di mana kepala mengandung materi genetik
DNA, dan ekor yang merupakan alat pergerakan sperma. Sperma yang matang
memiliki kepala dengan bentuk lonjong dan datar serta memiliki ekor
bergelombang yang berguna mendorong sperma memasuki air mani. Kepala
sperma mengandung inti yang memiliki kromosom dan juga memiliki struktur
yang disebut akrosom. Akrosom mampu menembus lapisan jelly yang
mengelilingi telur dan membuahinya bila perlu.

Gambar 1. Sperma Manusia. Sumber: Alberts, 2002.

Struktur spermatozoa tersebut terlihat mempunyai bentuk mirip seperti


kecebong (anak katak yang baru menetas), terdapat bagian kepala dan ekor, dapat
terlihat bahwa sel-sel sperma memiliki struktur sebagai berikut.
Gambar 2. Struktur sperma manusia. Sumber: Alberts, 2002.

1) Kepala

Pada bagian ini terdapat inti sel. Bagian kepala dilengkapi dengan suatu bagian
yang disebut dengan akrosom, yaitu bagian ujung kepala sperma yang berbentuk
agak runcing dan menghasilkan enzim hialuronidase yang berfungsi untuk
menembus lapisan korona radiata dinding sel telur dan enzim akrosin yang
berfungsi menembus zona pelusida. Pada beberapa sperma, reaksi ini juga
mengekspos atau melepaskan protein spesifik yang membantu mengikat sperma
dengan erat ke lapisan telur. Ketika sperma menembus telur, isi vesikel dilepaskan
dengan cara eksositosis dalam reaksi akrosom. Di bagian kepala ini terdapat 22
kromosom tubuh dan 1 kromosom kelamin yaitu kromosom X atau Y, kromosom
X untuk membentuk bayi berkelamin perempuan, sedangkan kromosom Y untuk
membentuk bayi berkelamin laki-laki. Kromosom kelamin laki-laki inilah
nantinya yang akan menentukan jenis kelamin pada seorang bayi.

2) Bagian Tengah-Ekor

Bagian tengah mengandung mitokondria yang berfungsi untuk


pembentukan energi. Energi tersebut berfungsi untuk pergerakan dan kehidupan
sel sperma. Bahan bakar dalam pembentukan energi ini adalah fruktosa.Di dalam
mitokondria ini, terdapat 11 buah mikrotubulus, serta mempunyai ATP-ase untuk
menghidrolisis (mengolah ATP sebagai bahan utama sumber energi).

Gambar 3. Gambaran fungsional Mitokondria Sperma.


Sumber: Srivastava, 2016.
(A)Pengembangan gradien proton ke pasangan transpor elektron ke oksigen untuk
membentuk air di mitokondria menghasilkan produksi ATP oleh ATP synthase.
Perkembangan potensi membran mitokondria (IMM) dari IMM dapat dirasakan oleh
probe potensiometrik (probe neon, Flu Pr) seperti JC-1 yang menyebar melalui membran
plasma dan OMM dan terakumulasi dalam IMM. Sementara beberapa probe
potensiometrik hanya berpendar saat diselingi IMM, yang lainnya mengalami fluoresen
setelah berinteraksi dengan radikal yang dihasilkan oleh mitokondria yang mengubahnya
menjadi fluoresensi. Karena potensi membran negatifnya, mitokondria menumpuk kation
lipofilik. Begitu mitokondria kehilangan integritasnya, gradien proton membran hilang
dan sitokrom C (CytC) diperlukan untuk rantai transpor elektron berdifusi keluar. Dengan
aliran keluar CytC dari IMS dan radikal bebas dari mitokondria, aktivitas pernafasan
mitokondria berhenti dan probe potensiometrik tidak mengenali IMM dan tidak ada
fluoresensi yang dihasilkan..

Bagian ekor lebih panjang, bersifat motil atau banyak bergerak berbentuk
flagella (alat gerak pada mikroorganisme) yang berbentuk sitoskeleton serta
memiliki ukuran yang panjang sekitar 50 mikrometer. Ukuran panjang dari ekor
sel sperma ini sangat menentukan sebuah kecepatan dari selsperma. Rata-rata, sel
sperma dapat bergerak dengan kecepatan 30 inci/jam. Fungsinya adalah untuk alat
pergerakan sperma sehingga dapat mencapai sel telur. Pergerakan sel ini maju
didorong oleh bagian ekor dengan pergerakan menyerupai sirip belakang ikan.
Gambar 4. Potongan Lintang Flagel. Sumber: Alberts, 2002.

Flagela memiliki sembilan mikrotubulus yang berjalan di sepanjangnya,


serta sepasang mikrotubulus yang berjalan di tengah-tengah ekor, sejumlah
mikrotubulus kolektif tersebut disebut aksonema yang terletak di pusat ekor.
Aksonema digunakan sebagai mekanisme utama kekuatan pergerakan sperma.
Motilitas sperma adalah hasil dari tindakan geser dari mikrotubulus di aksonemae
yang menciptakan gerakan bolak-balik pada ekor. Ekor digerakkan dengan
menggunakan enzim dengan membelah ATP yang disebut silia dynein. Protein
motor dynein menggunakan energi hidrolisis ATP untuk meluncur pada
mikrotubulus. ATP dihasilkan oleh mitokondria yang sangat khusus di bagian
anterior dari ekor sperma (bagian tengah).

II. Proses Pembentukan Spermatozoa (Spermatogenesis)

Spermatogenesis merupakan proses pembentukan dan pematangan


spermatozoa (sel benih pria). Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan
spermatogonium menjadi sel yang lebih besar disebut spermatosit primer. Sel-sel
ini membelah secara mitosis menjadi dua spermatosit sekunder yang sama besar,
kemudian mengalami pembelahan meiosis menjadi empat spermatid yang sama
besar. Spermatid adalah sebuah sel bundar dengan sejumlah besar protoplasma
dan merupakan gamet dewasa dengan sejumlah kromosom haploid. Proses ini
berlangsung dalam testis (buah zakar) dan lamanya sekitar 72 hari. Proses
spermatogenesis sangat bergantung pada mekanisme hormonal tubuh.

Sperma diproduksi oleh organ yang bernama testis dalam kantung zakar.
Hal ini menyebabkan testis terasa lebih dingin dibandingkan anggota tubuh
lainnya. Pembentukan sperma berjalan lambat pada suhu normal, tapi terus-
menerus terjadi pada suhu yang lebih rendah dalam kantung
zakar.Padatubulusseminiferus testis terdapat sel-sel induk spermatozoa atau
spermatogonium. Selain itu juga terdapat sel Sertoli yang berfungsi memberi
makan spermatozoa juga sel Leydig yang terdapat di antara tubulusseminiferus.
Sel Leydig berfungsi menghasilkan testosteron.

Spermatogonium berkembang menjadi sel spermatosit primer. Sel


spermatosit primer bermiosis menghasilkan spermatosit sekunder. Spermatosit
sekunder membelah lagi menghasilkan spermatid. Spermatid
berdeferensiasimenjadi spermatozoa masak. Bila spermatogenesis sudah selesai,
maka ABP (Androgen Binding Protein) testosteron tidak diperlukan lagi, sel
Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada
hiposis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.

Kemudian spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan


cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan
kelenjar Cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut
dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat
mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa. Pada laki-laki, spermatogenesis
terjadi seumur hidup dan pelepasan spermatozoa dapat terjadi setiap saat.

Pada akhir proses, terjadi pertumbuhan dan perkembangan atau diferensiasi


yang rumit, tetapi bukan pembelahan sel, yaitu mengubah spermatid menjadi
sperma yang fungsional. Nukleus mengecil dan menjadi kepala sperma,
sedangkan sebagian besar sitoplasma dibuang. Sperma ini mengandung enzim
yang memegang peranan dalam menembus membran sel telur
Gambar 5. Proses Pembentukan Sperma. Sumber: Alberts, 2002.

. Spermatogenesis terjadi secara di semua bagian tubulus seminiferus. Di


setiap satu bagian tubulus, berbagai tahapan tersebut berlangsung secara
berurutan. Pada bagian tubulus yang berdekatan, sel cenderung berada dalam satu
tahapan lebih maju atau lebih dini. Pada manusia, perkembangan spermatogonium
menjadi sperma matang membutuhkan waktu 16 hari. Spermatogenesis
dipengaruhi oleh hormon gonadotropin, Follicle Stimulating
Hormone (FSH), Luteinizing hormone (LH), dan hormon testosteron.
Gambar . Potongan Lintang Tubulus Seminiferus. Sumber: Alberts, 2002.
(A) Semua tahapan spermatogenesis berkembang berhubungan dengan sel Sertoli. Sel
besar ini meluas dari lamina basal ke lumen tubulus seminiferus; mereka diperlukan
untuk kelangsungan hidup sel kuman dan analog dengan sel folikel di ovarium.
Spermatogenesis juga bergantung pada testosteron yang disekresikan oleh sel Leydig,
terletak di antara tubulus seminiferus. (B) Beberapa sel ini memperbaharui diri
spermatogonia sel induk, sedangkan yang lainnya adalah spermatogonia yang matang;
Setelah sejumlah divisi mitosis, spermatogonia yang jatuh tempo berhenti membelah
mitosis dan memasukkan meiosis menjadi spermatosit primer. Akhirnya, sperma
dilepaskan ke lumen.. Dibutuhkan sekitar 24 hari untuk spermatosit untuk menyelesaikan
meiosis menjadi spermatid dan 5 minggu lagi agar spermatid berkembang menjadi
sperma. Sperma mengalami pematangan lebih lanjut dan menjadi motil di epididimis;
Baru saat itulah mereka benar-benar matang sperma.

Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sperma diproduksi oleh tubulus


seminiferus. Hal yang mengagumkan dari kerja tubulus seminiferus ini adalah
mampu memproduksi sperma setiap hari sekitar 100 juta spermatozoa. Jumlah
yang normal spermatozoa berkisar antara 35 – 200 juta, tetapi mungkin pada
seseorang hanya memproduksi kurang dari 20 juta, maka orang tersebut dapat
dikatakan kurang subur. Biasanya faktor usia sangat berpengaruh terhadap
produksi sperma. Seorang laki-laki yang berusia lebih dari 55 tahun produksi
spermanya berangsur-angsur menurun. Pada usia di atas 90 tahun, seseorang akan
kehilangan tingkat kesuburan.
Selain usia, faktor lain yang mengurangi kesuburan adalah frekuensi
melakukan hubungan kelamin. Seseorang yang sering melakukan hubungan
kelamin akan berkurang kesuburannya. Hal ini disebabkan karena sperma belum
sempat dewasa sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Berkebalikan dengan hal
itu, apabila sperma tidak pernah dikeluarkan maka spermatozoa yang telah tua
akan mati lalu diserap oleh tubuh.

III. Hormon yang Mempengaruhi Pembentukan Sperma

Pembentukan sperma dipengaruhi oleh hormon FSH (Folicel Stimulating


Hormone) dan LH (Lutenizing Hormone). Pembentukan FSH dan LH
dikendalikan oleh hormon gonadotropinyaitu hormon yang disekresikan oleh
kelenjar hipothalamus dari otak. Proses spermatogenesis juga dibantu oleh
hormon testosteron. Sperma yang sudah terbentuk di dalam testis seperti pada
proses di atas, kemudian akan disalurkan ke bagian epididimis dan kemudian ke
vas deferens, dan bercampur dengan sekret dari kelenjar prostat dan cowperi. Dari
tempat itu kemudian dikeluarkan melalui uretra yang terdapat di dalam penis.
Seperti yang sudah Anda ketahui, bahwa uretra juga merupakan saluran kencing
sehingga mungkin akan timbul pertanyaan, dapatkah sperma ini keluar bersamaan
air kencing? Jika hal ini terjadi maka spermatozoa akan mati karena air kencing
bersifat asam, sehingga hal ini tidak pernah terjadi. Ada pengaturan oleh saraf-
saraf uretra untuk pembagian kedua tugas ini. Ketika seorang laki-laki dan
seorang wanita bersenggama (melakukan hubungan seksual) maka saraf akan
mengontrol katup uretra agar tidak terbuka. Bahkan, sebelum terjadi ejakulasi,
cairan basa dari kelenjar cowperi akan menetralkan sisa-sisa air kencing yang
terdapat di dalam saluran tersebut.

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa


hormon. Hormon-hormon tersebut adalah sebagai berikut:
1) Testosteron

Testosteron adalah hormon yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan seks


sekunder pria seperti pertumbuhan rambut di wajah (kumis dan jenggot),
pertambahan massa otot, dan perubahan suara. Hormon ini diproduksi di testis,
yaitu di sel Leydig. Produksinya dipengaruhi oleh FSH (Follicle Stimulating
Hormone), yang dihasilkan oleh hipofisis. Hormon ini penting bagi tahap
pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan
meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder. Hormon ini berfungsi
merangsang perkembangan organ seks primer pada saat embrio, mempengaruhi
perkembangan alat reproduksi dan ciri kelamin sekunder serta mendorong
spermatogenesis.

2) Luteinizing Hormone/LH

Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. Fungsi LH adalah


merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa
pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. Pada
pria, awal pubertas antara usia 13 sampai 15 tahun terjadi peningkatan tinggi dan
berat badan yang relatif cepat bersamaan dengan pertambahan lingkar bahu dan
pertambahan panjang penis dan testis. Rambut pubis dan kumis serta jenggot
mulai tumbuh. Pada masa ini, pria akan mengalami mimpi basah.

3) Follicle Stimulating Hormone/FSH

Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. FSH berfungsi untuk
merangsang sel Sertoli menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan
memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses
pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis.
Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2
hari.
4) Estrogen

Estrogen dibentuk oleh sel-sel Sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel Sertoli
juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan
estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus.
Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.

5) Hormon Pertumbuhan

Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur metabolisme testis. Hormon


pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada
spermatogenesis.

6) Hormon Gonadotropin

Hormon gonadotropin dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon ini berfungsi untuk


merangsang kelenjar hipofisa bagian depan (anterior) agar mengeluarkan hormon
FSH dan LH.
DAFTAR PUSTAKA

Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J. (2002) Molecular Biology of the Cell 4th
Edition. New York: Garland Science.

Birkhead, T., Hosken, D., Pitnick, S. (2008). Sperm Biology 1st Edition.
Academic Press.

Birkhead, T., Møller, A. (1998). Sperm Competition and Sexual Selection 1st
Edition. Academic Press.

Srivastava N. (2016). Mitochondrion: Features, functions and comparative


analysis of specific probes in detecting sperm cell damages. Asian Pacific
Journal ,of Reproduction, 6 (5). 445-452
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2305050016301622

Anda mungkin juga menyukai