Anda di halaman 1dari 42

ANALISA SEMEN

retno s, m.kes
Definisi Cairan Semen (Sperma)
 Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa
(berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti benih
dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi
jantan. Sel sperma akan membentuk zigot.
 Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap

yang akan berkembang menjadi embrio.


 Peran aktif spermatozoon adalah sebagai gamet jantan

sehingga penting pada keberhasilan munculnya


individu baru. Oleh karena itu, di dalam reproduksi
sering diperlukan adanya standar kualitas spermatozoa.
Komposisi sperma
 Sperma adalah zat setengah cair atau setengah kental yg terdiri
dari dua bagian / plasma sperma (plasma semen) dan
spermatozoa. Plasma sperma dihasilkan oleh kelenjar2 prostat,
vesika seminalis, epididimis, cowper dan littre sedangkan
spermatozoa dihasilkan oleh aktifitas tubuli seminiferi.
Morfologi Cairan Semen atau Sperma
 Sperma atau disebut juga spermatozoa adalah sel
gamet dari laki-laki. Sel ini mempunyai ukuran panjang
keseluruhan 50-60 mikrometer, dimana terdiri tiga
bagian yaitu bagian kepala, bagian tengah (leher) dan
ekor. Dimensi kepala dengan panjang 4 - 5 mikrometer,
lebar 2.5 - 3.5 mikrometer, dengan rasio antara panjang
dan lebar yaitu 1.50 - 1.75
Struktur Sel Sperma atau Cairan Semen
 Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala,
bagian tengah dan ekor (flagellata).
 Kepala sperma mengandung nukleus. Bagian ujung

kepala ini mengandung akrosom yang menghasilkan


enzim yang berfungsi untuk menembus lapisan–lapisan
sel telur pada waktu fertilisasi.
 Bagian tengah sperma mengandung mitokondria yang

menghasilkan ATP sebagai sumber energi untuk


pergerakan sperma.
 Ekor sperma berfungsi sebagai alat gerak
Struktur sperma
Kepala
 Kepala spermatozoa bentuknya bulat telur dengan ukuran
panjang 5 mikron, diameter 3 mikron dan tebal 2 mikron
yang terutama dibentuk oleh nukleus berisi bahan-bahan
sifat penurunan ayah.
 Kepala sperma mengandung nukleus. Bagian ujung

kepala atau pada bagian anterior kepala spermatozoa


terdapat akrosom, suatu struktur yang berbentuk topi
yang menutupi dua per tiga bagian anterior kepala dan
mengandung beberapa enzim hidrolitik antara lain:
hyaluronidase, proakrosin,  akrosin, esterase, asam
hidrolase  dan Corona Penetrating Enzim (CPE) yang
semuanya penting untuk penembusan ovum (sel telur)
pada proses fertilisasi.
Ekor
 Ekor dibedakan atas 3 bagian, yaitu sebagai berikut:
a.       Bagian tengah (midpiece)
b.      Bagian utama (principle piece)
c.       Bagian ujung (endpiece).
Spermatogenesis
 Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa
disebut spermatogenesis.
 Spermatogenesis mencakup pematangan sel
epitel germinal melalui proses pembelahan dan
diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk
sperma fungsional.
 Pematangan sel terjadi di tubulus
seminiferus yang kemudian disimpan di
epididimis.Dinding tubulus seminiferus tersusun
dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal
(jaringan epitelium benih)
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja
beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:
 LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk

menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas,


androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin
sekunder.

 FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli


untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang
akan memacu spermatogonium untuk memulai proses
spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi
spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi
di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari 
Proses pembentukan sel sperma melalui 3 fase
yaitu fase pertumbuhan, fase pembelahan dan fase
diferensiasi.

 Fase Pertumbuhan
 Pada fase pertumbuhan sel–sel calon indung
sperma tumbuh, membesar dan berduplikasi.Pada
fase ini juga terjadi penambahan materi inti,
sintesis DNA dan sintesis organel sel. Fase ini juga
disebut fase persiapan sebelum melakukan
pembelahan. Akhir dari fase pertumbuhan
terbentuklah spermatogonium (sel induk sperma)
yang sudah siap untuk melakukan pembelahan(
 Fase Pembelahan
 Tiap spermatogonium yang sudah terbentuk akan mengalami
proses pembelahan. Spermatogonium yang terbentuk akan
menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer inilah yang
akan mengalami pembelahan. Pembelahan yang tejadi adalah
pembelahan meiosis, yaitu pembelahan yang terjadi pada
pembentukan gamet yang bertujuan untuk mereduksi jumlah
kromosom. Spermatosit primer mengalami pembelahan
meiosis I  membentuk 2 buah spermatosit sekunder. Jumlah
kromosom sel spermatosit sekunder adalah setengah dari sel
spermatosit primer.
 Pembelahan belum selesai, speratosit sekunder yang tebentuk
akan segera mengalami pembelahan menjadi 4 buah
spermatid. Spermatid inilah sel yang akan menjadi sel sperma.
 Spermatid yang terbentuk pada fase pembelahan harus
mengalami perubahan agar mampu berenang mencari
letak sel telur. Bentuk awalnya yang hanya berbentuk
bulatan dirasa tidak mungkin mampu mencapai sel telur.
Maka dari itu , spermatid harus mengalami diferensiasi
menjadi sel–sel sperma yang siap untuk membuahi sel
telur. Setelah proses diferensiasi, terbentuklah 4 buah sel
sperma aktif yang strukturnya sudah berubah. Kini
sperma berbentuk seperti seekor berudu, dengan bentuk
kepala seperti mata panah dan berekor panjang.Tentu saja
bentuk seperti ini dimaksudkan agar sel sperma bisa
dengan mudah berenang mencapai sel telur.Selain itu
pada bagian kepala terdapat organel aparatus Golgi yang
berfungsi pada saat penetrasi
 Pada manusia proses spermatogenesis berlangsung setiap hari.
Siklus spermatogenesis berlangsung rata–rata 74 hari.Artinya,
perkembangan sel spermatogonia menjadi spermatozoa
matang memerlukan waktu rata–rata 74 hari.Sementara itu
pemasakan spermatosit menjadi sperma memerlukan waktu
dua hari. Proses pemasakan spermatosit menjadi sperma
dinamakan spermatogenesis dan terjadi di dalam epididimis.
 Pada pria dewasa normal, proses spermatogenesis terus
berlangsung sepanjang hidup, walaupun kualitas dan
kuantitasnya makin menurun dengan bertambahnya usia
Kelainan Pada Sel Sperma
Jumlah Sperma
 Cairan yang dikeluarkan pria pada saat ejakulasi sewaktu senggama

disebut cairan semen.Volume normal cairan semen sekitar 2-5 ml. Cairan


semen ini berwarna putih mutiara dan berbau khas langu dengan pH 7-
8.  Volume cairan semen dianggap rendah secara abnormal jika kurang
dari 1,5 ml. Volume semen melebihi 5 ml juga dianggap abnormal. Dalam
cairan semen inilah jumlah spermatozoa merupakan penentu keberhasilan
memperoleh keturunan. Yang normal, jumlah spermatozoanya sekitar 20
juta/ml. Pada pria ditemukan kasus spermatozoa yang kurang
(oligozoospermia) atau bahkan tak ditemukan sel sperma sama sekali
(azoospermia)

 Kecuali sel-sel spermatozoa, dalam cairan semen ini terdapat zat-zat lain
yang berasal dari kelenjar-kelenjar sekitar reproduksi pria.Zat-zat itu
berfungsi menyuplai makanan dan mempertahankan kualitas spermatozoa
sehingga bisa bertahan hidup sampai masuk ke dalam saluran reproduksi
wanita,
Kelainan Bentuk (Morfologi)
 Sperma yang normal berbentuk seperti kecebong.Terdiri dari kepala, tubuh,

dan ekor. Kelainan seperti kepala kecil atau tak memiliki ekor akan
mempengaruhi pergerakan sperma. Ini tentu saja akan mempersulit sel
sperma mencapai sel telur .

Pergerakan Lemah
 Untuk mencapai sel telur, sel sperma harus mampu melakukan perjalanan
panjang.Ini pun menjadi penentu terjadinya pembuahan. Jumlah sel sperma
yang cukup, jika tak dibarengi pergerakan yang normal, membuat sel sperma
tak akan mencapai sel telur. Sebaliknya, kendati jumlahnya sedikit namun
pergerakannya cepat, bisa mencapai sel telur (Tri Bowo, 2011).Kasus
lemahnya pergerakan sperma (asthenozoospermia) kerap dijumpai.
 Adakalanya spermatozoa mati (necrozoospermia).
 Gerakan spermatozoa dibagi dalam 4 kategori, yaitu:
- Bergerak cepat dan maju lurus
- Bergerak lambat dan sulit maju lurus
- Tak bergerak maju (bergerak di tempat)
- Tak bergerak
 Sperma dikatakan normal bila memiliki gerakan normal dengan kategori a
lebih besar atau sama dengan 25% atau kategori b lebih besar atau sama
dengan 50%. Spermatozoa yang normal satu sama lain terpisah dan
bergerak sesuai arahnya masing-masing. Dalam keadaan tertentu,
spermatozoa abnormal bergerombol, berikatan satu sama lain, dan tak
bergerak.Keadaan tersebut dikatakan terjadi aglutinasi. Aglutinasi dapat
terjadi karena terjadi kelainan imunologis di mana sel telur menolak sel
sperma.
Cairan Semen Terlalu Kental
 Cairan semen yang terlalu kental mengakibatkan sel sperma
sulit bergerak.Pembuahan pun jadi sulit karena sel sperma tak
berhasil mencapai sel telur. Pada kasus normal, saat
diejakulasikan, cairan semen dalam bentuk yang kental akan
mencair (liquifaksi) antara 15-60 menit.

Saluran Tersumbat
 Saat ejakulasi, sperma keluar dari testis menuju penis melalui
saluran yang sangat halus.Jika saluran-saluran itu tersumbat,
maka sperma tak bisa keluar.Umumnya hal ini disebabkan trauma
pada benturan. Bisa juga karena kurang menjaga kebersihan alat
kelamin sehingga menyuburkan kehidupan virus atau bakteri.
Kerusakan Testis
 Testis dapat rusak karena virus dan berbagai infeksi, seperti

gondongan, gonorrhea, sifilis, dan sebagainya. Untuk


diketahui, testis merupakan pabrik sperma. Dengan demikian
kesehatannya harus dijaga karena testis yang sehat akan
menghasilkan sperma yang baik secara kualitas dan
kuantitas. Testis ini sangat sensitif.Mudah sekali dipengaruhi
oleh faktor-faktor luar. Jika testis terganggu, produksi sperma
bisa terganggu. Mungkin saat berhubungan, pria tetap
mengeluarkan sperma. Hanya saja tanpa sel sperma
(azoospermia).
Pemeriksaan Sperma atau analisis sperma

 Tujuan :
Pemeriksaan sperma penting tingkat untuk
mengetahui kesuburan/fertilitas dan infertilitas
seorang pria
Pemeriksaan Semen Di Laboratorium
 Masa abstinensia
 Waktu pengeluaran Semen
 Waktu Pemeriksaan semen
 Wadah tidak mengandung bahan yang bersifat spermatisida
 Pemeriksaan makroskopis meliputi ; volume, bau, pH,

viskositas dan warna


 Pemeriksaan mikroskopis meliputi; pem. Jumlah sperma, total

sperma, motilitas, dan morfologi


 Uji biokimia, dilakukan jika ada kelainan mikroskopik dan

makroskopik.
 Uji imunologi, u/ menguji kecurigaan adanya infeksi makroba
 Uji mikrobiologi, u/ menguji kecurigaan adanya infeksi

mikroba pd semen dan harus terbebas dari kontaminasi.


sampel
Syarat sampel yang baik
1. Sebelum pem. Pasien diminta untuk tidak
mengeluarkan sperma selama 3-7 hari
2. Sperma ditampung dalam wadah yg terbuat dari
gelas/ plastik yg bermulut lebar, bersih dan kering
3. Wadah harus tertutup rapat utk menjaga agar tdk
tertumpah
4. Pem. Sperma hrs segera dilakukan (<1 jam)

5. Kondom tidak dianjurkan utk menampung sperma


krna zat2 pd permukaan karet berpengaruh
terhadap viabilitas dan pergerakkan sperma
6. Spesimen diperoleh dengan cara masturbasi
Pemeriksaan Makroskopis
 Prinsip : memeriksa keadaan fisik dari cairan
semen yg segar dengan catatan waktu
pemeriksaaan secara tepat dari waktu
pengambilan.
Gambar Makroskopis Sperma
Alat dan Bahan
  ALAT
1. Wadah/pot cairan semen
2. Timer
3. Pipet tetes
4. Gelas ukur
5. Kertas indikator
6. Sampel semen
  
Cara Kerja
1. Pasien diminta u/ melaksanakan abstinensia 3-5 hari
2. Penampung disarankan dibagian laboratorium dengan
penampung gelas/botol steril.
3. Jarak dengan laboratorium sedekat mungkin
4. Nama, Waktu (Jam) pengeluaran air mani dicatat serta
segera diantar ke laboratorium.
5. ukur volume, pH, warna, bau, dan viskositasnya
Nilai Normal Makroskopis :
1. Volume : 2-5 ml
2. pH : 7,2-7,8
3. Warna : Putih Kekuning-Kuningan
4. Kekentelan : Kental
5. Bau : Khas
6. Pencairan : 10-20 menit

Catatan :
 Mengukur volume dilakukan dengan menggunakan gelas ukur dan

baru dpt dilakukan setelah sperma mencair


 Vol. sperma normal :2 – 5 ml

 Vol yg < 1ml atau > 6ml dihubkan dgn infertilitas

 Warna Sperma yg normal : putih atau kekuning2an.


Pemeriksaan Mikroskopis
 Morfologi Spermatozoa
 Prinsip :

Identifikasi bentuk/morfologi spermatozoa


pd sediaan kering yg diwarnai dari cairan
semen dan di amati bagian ekor, tengah, dan
kepala per lapangan pandang.
Alat dan Bahan
  ALAT
1. Wadah/pot cairan semen
2. Kertas Label
3. Pipet tetes
4. Kaca Objek
5. Alat penghitung
6. Sampel semen
7. Cat Giemsa    
Cara kerja
 Semen diteteskan pada kaca objek dan dibuat
apusan semen dan biarkan kering di udara
 Fiksasi apusan dengan metanol selama 5

menit
 Warnai apusan dengan pewarna giemsa

selama 20 menit
 Amati dibawah mikroskop dengan

pembesaran 100x dalam 100 spermatozoa


Lanjutan...
Nilai Normal Spermatozoa :
a. Normal
1. Kepala : >60%
2. Ekor : >60%

a. Abnormal
1. Kepala : <40%
2. Ekor : <40%
Hitung Jumlah Spermatozoa
 Prinsip :
menghitung jumlah sel spermatozoa dalam
kamar hitung dari cairan semen dengan
catatan waktu pemeriksaan secara tepat dari
waktu pengambilan semen.
Alat dan Bahan
  ALAT
1. Wadah/pot cairan semen
2. Timer
3. Pipet tetes
4. Kaca Objek
5. Alat penghitung
6. Sampel semen
7. Kaca penutup   
Cara kerja
1. Menghitung spermatozoa dengan menggunakan kamar hitung
Improved Neubauer dan teteskanlah air mani dengan pipet leukosit
2.Untuk mengencerkan dapat digunakan aquadestilata, isilah pipet leukosit
dengan   air mani yang sudah mencair dengan aquadest sampai garis
bertanda 0,5 dan kemudian aquadest sampaigarisbertanda bertanda 11

3. Hitunglah spermatozoa dalam kamar hitung Improved Neubauer  pada


permukaan  seluas 1 mm2  Jumlah yang dihitung dikalikan 200.000 untuk
mendapatkan jumlah spermatozoa dalam 1 ml mani

4. Pemeriksaan jumlah spermatozoa perlu disarankan untuk dilakukan


hitung ulang pada lain waktu karena kualitas air mani seseorang akan
berbeda-beda dari satu waktu ke waktu yang lain.
Motilitas Spermatozoa
 Prinsip : identifikasi jumlah spermatozoa
yang bergerak pada tetesan langsung/sedian
basah dari cairan semen dengan catatan
waktu secara tepat seperti pada jumlah
sperma per lapangan pandang
Cara kerja
 Semen diteteskan pada kaca objek dan tutup
dengan kaca penutup
 Amati dibawah mikroskop pembesaran 40x

dalam 10 lapangan pandang


 Hitung jumlah rata2 yang bergerak dan

jumlah rata2 yang tidak bergerak


 Hitung persentase dr spermatozoa yg

bergerak terhadap jumlah total yg bergerak


Lanjutan...
Nilai Normal Uji Motilitas :
Pergerakkan Aktif : >50 %
Pergerakkan Lemah : <30 %
Tak Bergerak : <20%
Jumlah Sperma : 60-150 juta
Pemeriksaan morfologi
 Morfologi:
1. Buatlah apusan air mani seperti membuat apusan darah tepi
biarkan mengering pada hawa udara
2. Kemudian lakukan fiksasi dengan metilalkohol  (methanol)
selama 5 menit
3. Selanjutnya diwarnai dengan Reagen Giemsa/Wright atau
lainnya
4. Periksalah morfologi spermatozoa dengan perbesaran 100 X
menggunakan minyak Imersi (kepala dan ekor spermatozoa)
5. Hitung % kelainan (abnormal) bentuk kepala (terlalu besar,
terlalu kecil, terlalu memanjang, inti terpecah dsb) dan bentuk
ekor (tidak ada ekor, ada dua ekor, ekor amat pendek dsb)
Morfologi sperma yang dapat di temui; selain bentuk normal
maka termasuk bentuk abnormal
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai