Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TENTANG SPERMATOZOA DAN CAIRAN OTAK

(Cerebrospinal)

Anggota :

Fera Haniah (18)

Firda Aulianti (19)

Grace Olivia (20)

Indah Lestari (21)

Intan Yunitasari (22)

Kardina Eka Nadyaningsih (23)

Lintang Amara (24)

Mahadi Nuringtyas Manday (25)

SMK ANALIS KESEHATAN TUNAS MEDIKA

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun karya tulis ini yang
berjudul “Makalah Pembelajaran Kimia Klinik tentang Spermatozoa dan Cairan
Otak (Cerebrobsinal)” dengan baik.

Adapun maksud dan tujuan kami menyusun karya tulis ini untuk memenuhi
tugas Hematologi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Johan
Budiman selaku pembimbing materi dalam pembuatan karya tulis ini, serta
semua pihak yang telah mendukung dalam menyusun karya tulis ini.

Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang terdapat dalam karya
tulis ini. Oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran kepada berbagai
pihak untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja
untuk kedepannya.

Jakarta, 26 November 2017

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang


Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari bahasa Yunani Kuno yang
berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma akan
membentuk zigot.
Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi
embrio. Peran aktif spermatozoon adalah sebagai gamet jantan sehingga penting pada
keberhasilan munculnya individu baru. Oleh karena itu, di dalam reproduksi sering
diperlukan adanya standar kualitas spermatozoa.
1.2     Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini antara lain:

1)        Apa yang dimaksud dengan sel sperma?


2)        Bagaimana struktur sel sperma ?
3)        Bagaimana proses spermatogenesis ?
4)        Bagaimana kelainan pada sel sperma?
5)        Bagaimana pemeriksaan laboratorium analisis pada sperma?
1.3     Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain sebagai berikut:

1)        Dapat menjelaskan pengertian dari sel sperma.


2)        Dapat menjelaskan struktur sel sperma.
3)        Dapat menjelaskan proses spermatogenesis.
4)        Dapat menjelaskan tentang kelainan-kelainan pada sel sperma.
5)        Dapat menjelaskan tentangpemeriksaan laboratorium analisis pada sperma
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian

Sperma atau disebut juga spermatozoa adalah sel gamet dari laki-laki.Sel ini


mempunyai ukuran panjang keseluruhan 50-60 mikrometer, dimana terdiri tiga bagian yaitu
bagian kepala, bagian tengah (leher) dan ekor.Dimensi kepala dengan panjang 4 - 5
mikrometer, lebar 2.5 - 3.5 mikrometer, dengan rasio antara panjang dan lebar yaitu 1.50 -
1.75. Spermatozoa atau sperma dihasilkan oleh testis, sedangkan cairan seminal diproduksi
oleh kelenjar tambahan di sepanjang saluran reproduksi pria, yaitu kelenjar vesikula
seminalis, prostat, kelenjar bulbo urethralis (Cowper’s) dan kelenjarurethra (Littre’s),
(Anonim, 2009).

2.2  Struktur Sel Sperma


Spermatozoa merupakan sel yang sangat terspesialisasi dan padat yang tidak lagi
mengalami pembelahan atau pertumbuhan, berasal dari gonosit yang
menjadi spermatogonium,spermatosit primer dan sekunder dan  selanjutnya berubah
menjadi spermatid dan akhirnya berubah menjadi spermatozoa. Spermatozoa terdiri atas dua
bagian fungsional yang penting yaitu kepala dan ekor (Anonim, 2009).

Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah dan ekor
(flagellata).Kepala sperma mengandung nukleus. Bagian ujung kepala ini mengandung
akrosom yang menghasilkan enzim yang berfungsi untuk menembus lapisan–lapisan sel telur
pada waktu fertilisasi.Bagian tengah sperma mengandung mitokondria yang menghasilkan
ATP sebagai sumber energi untuk pergerakan sperma.Ekor sperma berfungsi sebagai alat
gerak (Anonim, 2009).
4

2.2.1 Kepala

Kepala spermatozoa bentuknya bulat telur dengan ukuran panjang 5 mikron, diameter 3
mikron dan tebal 2 mikron yang terutama dibentuk oleh nukleus berisi bahan-bahan sifat
penurunan ayah. Kepala sperma mengandung nukleus. Bagian ujung kepala atau pada bagian
anterior kepala spermatozoa terdapat akrosom, suatu struktur yang berbentuk topi yang
menutupi dua per tiga bagian anterior kepala dan mengandung beberapa enzim hidrolitik
antara lain: hyaluronidase, proakrosin,  akrosin, esterase, asam hidrolase  dan Corona
Penetrating Enzim (CPE) yang semuanya penting untuk penembusan ovum (sel telur) pada
proses fertilisasi (Anonim, 2009).

2.2.2 Ekor

Ekor dari sel sperma dibedakan atas 3 bagian, yaitu sebagai berikut:

      Bagian tengah (midpiece)


      Bagian utama (principle piece)
      Bagian ujung (endpiece).

Panjang ekor seluruhnya sekitar 55 mikron dengan diameter yang makin ke ujung
makin kecil: di depan 1 mikron, di ujung 0,1 mikron.  Panjang bagian tengah: 5-7 mikron,
tebal 1 mikron; bagian utama panjang 45 mikron, tebal 0,5 mikron dan bagian ujung panjang
4-5 mikron, tebal 0,3 mikron.  Bagian ekor tidak bisa dibedakan dengan mikroskop cahaya
tetapi harus dengan mikroskop electron (Anonim, 2009).

2.3  Spermatogenesis

Spermatogenesis terjadi didalam testis terdapat tubulus seminiferus.Dinding tubulus


seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat
sel–sel spermatogonia dan sel Sertoli yang berfungsi memberi nutrisi pada spermatozoa.
Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat pula sel Leydig yang mengsekresikan hormone
testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis (Anonim, 2009).
5

Sperma dihasilkan oleh tubulus seminiferus yang memiliki panjang 250 m dalam testes.
Spermatogenesis adalah proses kompleks sel germinal prmordial spermatogonia (46
kromosom) berproliferasi dan dikonversi menjadi spermatozoa motil (23 kromosom).

Prosesnya memerlukan waktu 64 hari dengan 3 tahap: mitosis, meiosis, dan spermiogenesis
(Anonim, 2011).

Proses pembentukan sel sperma melalui 3 fase yaitu fase pertumbuhan, fase


pembelahan dan fase diferensiasi.
        Fase Pertumbuhan
Pada fase pertumbuhan sel–sel calon indung sperma tumbuh, membesar dan
berduplikasi.Pada fase ini juga terjadi penambahan materi inti, sintesis DNA dan sintesis
organel sel. Fase ini juga disebut fase persiapan sebelum melakukan pembelahan. Akhir dari
fase pertumbuhan terbentuklah spermatogonium (sel induk sperma) yang sudah siap untuk
melakukan pembelahan(Anonim, 2009).
        Fase Pembelahan
Tiap spermatogonium yang sudah terbentuk akan mengalami proses pembelahan.
Spermatogonium yang terbentuk akan menjadi spermatosit primer.Spermatosit primer inilah
yang akan mengalami pembelahan. Pembelahan yang tejadi adalah pembelahan meiosis,
yaitu pembelahan yang terjadi pada pembentukan gamet yang bertujuan untuk mereduksi
jumlah kromosom.
        Fase Diferensiasi
Spermatid yang terbentuk pada fase pembelahan harus mengalami perubahan agar mampu
berenang mencari letak sel telur.Bentuk awalnya yang hanya berbentuk bulatan dirasa tidak
mungkin mampu mencapai sel telur. Maka dari itu , spermatid harus mengalami diferensiasi
menjadi sel–sel sperma yang siap untuk membuahi sel telur. Setelah proses diferensiasi,
terbentuklah 4 buah sel sperma aktif yang strukturnya sudah berubah. Kini sperma berbentuk
seperti seekor berudu, dengan bentuk kepala seperti mata panah dan berekor panjang.Tentu
saja bentuk seperti ini dimaksudkan agar sel sperma bisa dengan mudah berenang mencapai
sel telur.Selain itu pada bagian kepala terdapat organel aparatus Golgi yang berfungsi pada
saat penetrasi (Anonim, 2009).
Pada manusia proses spermatogenesis berlangsung setiap hari. Siklus spermatogenesis
berlangsung rata–rata 74 hari.Artinya, perkembangan sel spermatogonia menjadi
spermatozoa matang memerlukan waktu rata–rata 74 hari.
6
Sementara itu pemasakan spermatosit menjadi sperma memerlukan waktu dua hari. Proses
pemasakan spermatosit menjadi sperma dinamakan spermatogenesis dan terjadi di dalam
epididimis (Anonim, 2009).

                  

2.4  Kelainan pada Sel Sperma


2.4.1   Jumlah Sperma
Cairan yang dikeluarkan pria pada saat ejakulasi sewaktu senggama disebut cairan
semen.Volume normal cairan semen sekitar 2-5 ml. Cairan semen ini berwarna putih mutiara
dan berbau khas langu dengan pH 7-8.  Volume cairan semen dianggap rendah secara
abnormal jika kurang dari 1,5 ml. Volume semen melebihi 5 ml juga dianggap
abnormal. Dalam cairan semen inilah jumlah spermatozoa merupakan penentu keberhasilan
memperoleh keturunan. Yang normal, jumlah spermatozoanya sekitar 20 juta/ml. Pada pria
ditemukan kasus spermatozoa yang kurang (oligozoospermia) atau bahkan tak ditemukan sel
sperma sama sekali (azoospermia), (Tri Bowo, 2011).
Kecuali sel-sel spermatozoa, dalam cairan semen ini terdapat zat-zat lain yang berasal
dari kelenjar-kelenjar sekitar reproduksi pria.Zat-zat itu berfungsi menyuplai makanan dan
mempertahankan kualitas spermatozoa sehingga bisa bertahan hidup sampai masuk ke dalam
saluran reproduksi wanita, (Tri Bowo, 2011).
2.4.2   Kelainan Bentuk (Morfologi)

Sperma yang normal berbentuk seperti kecebong.Terdiri dari kepala, tubuh, dan ekor.
Kelainan seperti kepala kecil atau tak memiliki ekor akan mempengaruhi pergerakan sperma.
Ini tentu saja akan mempersulit sel sperma mencapai sel telur (Tri Bowo, 2011).

2.4.3   Pergerakan Lemah

Kasus lemahnya pergerakan sperma (asthenozoospermia) kerap dijumpai. Adakalanya


spermatozoa mati (necrozoospermia). Gerakan spermatozoa dibagi dalam 4 kategori, yaitu:

Bergerak cepat dan maju lurus


Bergerak lambat dan sulit maju lurus
Tak bergerak maju (bergerak di tempat)
Tak bergerak

Sperma dikatakan normal bila memiliki gerakan normal dengan kategori a lebih besar
atau sama dengan 25% atau kategori b lebih besar atau sama dengan 50%. 

Spermatozoa yang normal satu sama lain terpisah dan bergerak sesuai arahnya masing-
masing.

Dalam keadaan tertentu, spermatozoa abnormal bergerombol, berikatan satu sama lain,
dan tak bergerak.Keadaan tersebut dikatakan terjadi aglutinasi. Aglutinasi dapat terjadi
karena terjadi kelainan imunologis di mana sel telur menolak sel sperma.

2.4.4   Cairan Semen Terlalu Kental

Cairan semen yang terlalu kental mengakibatkan sel sperma sulit bergerak.Pembuahan
pun jadi sulit karena sel sperma tak berhasil mencapai sel telur. Pada kasus normal, saat
diejakulasikan, cairan semen dalam bentuk yang kental akan mencair (liquifaksi) antara 15-
60 menit.

2.4.5   Saluran Tersumbat

Saat ejakulasi, sperma keluar dari testis menuju penis melalui saluran yang sangat
halus.Jika saluran-saluran itu tersumbat, maka sperma tak bisa keluar.Umumnya hal ini
disebabkan trauma pada benturan.Bisa juga karena kurang menjaga kebersihan alat kelamin
sehingga menyuburkan kehidupan virus atau bakteri.

2.4.6   Kerusakan Testis

Testis dapat rusak karena virus dan berbagai infeksi, seperti


gondongan, gonorrhea,sifilis, dan sebagainya.

2.5  Pemeriksaan Laboratorium Analisis Pada Sperma


Metode pemeriksaan
1.      Makroskopis
2.      Mikroskopis
3.      Kimia
C.    Tujuan :
Pemeriksaan sperma penting dalam masalah fertilitas dan infertilitas. Selain itu juga untuk
post vasektomi.
D.    Prinsip Pemeriksaan :
1.      Alat
-    Wadah/pot dengan penutup
-    Kertas Label
-    Gelas ukur 5 atau 10 ml
-    Kertas indikator
-    Mikroskop binokuler
-    Kamar Hitung Improved Neubauer
-    Pipet Leukosit
-    Aquadestilata
-    Minyak Imersi
-    Objective dan Cover Glass 8
-    Gelas Bejana
2.      Reagen
-    Eosin 0,5%
-    Giemsa
-    Wright
-    Metil alkohol/ methanol
3.      Bahan pemeriksaan
-    Cairan Sperma segar
4.      Cara kerja
Memperoleh Sampel:
-    Pasien diminta selama 3 – 5 hari tidak melakukan kegiatan sexual
-    Pengeluaran ejakulat sebaiknya pagi hari
-    Jarak dengan laboratorium sedekat mungkin
-    Air mani ditampung di dalam gelas atau plastic bermulut lebar (sebelumnya  dibersihkan dan
dikringkan terlebih dahulu) dan diberi label yang tertulis: Nama, Waktu (Jam) pengeluaran
air mani dicatat serta segera diantar ke laboratorium
Pemeriksaan Makroskopis:
-    Terhadap volume, warna, pH, kekeruhan dan kentalnya air mani
-    Hitung (ukur) volume air mani dengan memindahkan ejakulat ke dalam gelas ukur 5  atau
10ml dan  volume baru dapat diukur setelah mani mencair
-    Catat warna dan kekeruhan air mani
-    Celupkan kertas indikator ke dalam wadah yang berisi air mani dan cocokkan dengan skala
warna pH kemudian catat pH nya.
Pemeriksaan Mikroskopis:
1.      Uji Motilitas :
-       Teteskan air mani sebanyak 1 tetes yang sudah mencair di atas  objective glass dan tutup
dengan cover glass
-       Pemeriksaan dilakukan dengan lensa objektif 40 X
-       Perhatikan  berapa % spermatozoa yang bergerak aktif dan hitung  pula waktu yang sudah
berlalu sejak  saat ejakulasi, karena  semakin banyak waktu lewat semakin  berkurang
motilitas spermatozoa berkurangnya motolitas banyak dipengaruhi oleh cara menyimpan
sampel
-       Campurlah sedikit air mani dengan larutan Eosin 0,5% dalam air, untuk membeda-kan
spermatozoa yang tidak bergerak aktif dari yang mati. Untuk spermatozoa yang  mati  akan 
memberi  warna  kemerah-merahan  dan yang  non-aktif  saja  tidak berwarna
2.      Jumlah Spermatozoa:
-       Menghitung  spermatozoa  dengan  menggunakan kamar hitung Improved Neubauer dan
teteskanlah air mani dengan pipet leukosit
-       Untuk mengencerkan dapat digunakan aquadestilata, isilah pipet leukosit dengan   air mani
yang sudah mencair dengan aquadest sampai garis bertanda 0,5 dan kemudian aquadest
sampai garis bertanda 11
-       Hitunglah spermatozoa dalam kamar hitung Improved Neubauer  pada permukaan  seluas 1
mm2  Jumlah yang dihitung dikalikan 200.000 untuk mendapatkan jumlah spermatozoa
dalam 1 ml mani
-       Pemeriksaan jumlah spermatozoa perlu disarankan untuk dilakukan hitung ulang pada lain
waktu karena kualitas air mani seseorang akan berbeda-beda dari satu waktu ke waktu yang
lain

3.      Morfologi:                            


-       Buatlah apusan air mani seperti membuat apusan darah tepi biarkan mengering pada hawa
udara 9
-       Kemudian lakukan fiksasi dengan metilalkohol  (methanol) selama 5 menit
-       Selanjutnya diwarnai dengan Reagen Giemsa/Wright atau lainnya
-       Periksalah morfologi spermatozoa dengan perbesaran 100 X menggunakan minyak Imersi
(kepala dan ekor spermatozoa)
-  Hitung % kelainan (abnormal) bentuk kepala (terlalu besar, terlalu kecil, terlalu memanjang,
inti terpecah dsb) dan bentuk ekor (tidak ada ekor, ada dua ekor, ekor amat pendek dsb)
4.      Jumlah Leukosit:
-   Hitunglah Leukosit yang ditemukan dalam kamar hitung Improved Neubauer seperti hitung
sel leukosit pada sediaan darah dan catat jumlah leukositnya
10

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Spermatozoa adalah sel gamet dari laki-laki.Sel ini mempunyai ukuran panjang
keseluruhan 50-60 mikrometer, dimana terdiri tiga bagian yaitu bagian kepala, bagian tengah
(leher) dan ekor.Kepala sperma mengandung nukleus.Bagian ujung kepala atau pada bagian
anterior kepala spermatozoa terdapat akrosom, suatu struktur yang berbentuk topi yang
menutupi dua per tiga bagian anterior kepala dan mengandung beberapa enzim
hidrolitik.Ekor dibedakan atas 3 bagian yaitu bagian tengah (midpiece), bagian utama
(principle piece), bagian ujung (endpiece). Proses pembentukan sel sperma atau
spermatogenesis dilakukan melalui 3 fase yaitu  fase pertumbuhan, fase pembelahan, dan fase
diferensiasi.

3.2 Saran

Sebaiknya seorang laki-laki tetap menjaga tingkat kesuburan alat reproduksinya dengan
tidak mengenakan celana ketat agar tidak meningkatkan suhu disekitar selangkangan yang
berdampak pada fungsi pembentukan spermatozoa.
11

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.   2009.    Spermatogenesis.   (Online).   Tersedia     http://sarmanpsgala.wordpress.com/200
9/06/01/spermatogenesis-proses-pembentukan-sperma/. Diakses tanggal 24 Desember 2011.

Anonim. 2011. Bioteknologi pada Sistem Reproduksi. Tersedia http://E-


bookbioteknologipdsistemreproduksi.pdf. Diakses tanggal 27 Desember 2011.

Bowo, Tri. 2011. Enam Masalah Pada Sperma


Pria. (Online). Tersedia http:// kesehatan. kompas. com /read/2010/05/19/17145773/ Masalah
. pada. sperma.Pria. Diakses  24 Desember 2011.
12

Anda mungkin juga menyukai