Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN PENGAMATAN MORFOLOGI dan MORTILITAS SPERMA SAPI dan KAMBING

Pelaksanaan Asistensi : Rabu, 23 November 2011 : Dr. Hj. Alfiah Hayati, M.Kes

Disusun Oleh : 1. Hendra Susilo 2. Lyna Febrianti 3. Karina Astri 4. Pratima Niana (080914053) (080914029) (080914117) (080914118)

DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA TAHUN 2011

I. TUJUAN Memahami cara mengukur kecepatan motilitasi spermatozoa, serta struktur morfologinya.

II.

BAHAN DAN ALAT : 1. Sperma kambing dan sapi 2. Pinset / gunting 3. Mikroskop cahaya dan binokularrumah 4. Cawan petri 5. Cover dan tutup objek glass

III. CARA KERJA 1. Mengambil semen kambing dan sapi yang beku, yang telah diletakkan pada sedotan khusus dan sudah disimpen dalam termos berisi Nitrogen cair. 2. Menunggu sekitar 10 menit, lalu setelah itu sedotan berisi sperma tadi , dibelah/digunting.. 3. Mengeluarkan sperma yang ada di dalam sedotan,, kemudian meletakkannya di objek glass. 4. Mengamati motilitas sperma dengan keterangan lambat, sedang, dan cepat. Serta mengamati struktur sperma melalui pewarnaan.

IV. DASAR TEORI Spermatozoa hewan dihasilkan melalui spermatogenesis dalam gonad pejantan (testis) melalui pembelahan meiosis. Mereka dibawa keluar dari tubuh laki-laki dalam cairan yang dikenal sebagai air mani. Sel sperma mamalia dapat hidup sampai 3 hari di dalam sistem reproduksi wanita. Semen atau air mani dalam Ilmu Reproduksi didefinisikan sebagai zat cair yang keluar dari saluran reproduksi pria saat terjadi kopulasi (hubungan seksual). Semen terdiri atas dua bagian yaitu sel spermatozoa dan cairan seminal plasma. Baik spermatozoa maupun cairan seminal plasma menurut analisis kimia terdiri atas rangkaian zat organik tertentu. Spermatozoa atau disebut juga sperma dihasilkan oleh testis dibagian tubulus seminiferus, sedangkan cairan seminal diproduksi oleh kelenjar tambahan di sepanjang saluran reproduksi pria yaitu kelenjar vesikula seminalis, prostat, kelenjar bulbo urethralis (Cowpers) dan kelenjar urethra (Littres). Spermatogenesis merupakan proses pembentukan, pembelahan dan pematangan selsel gamet sampai menjadi sel gamet (sel kelamin) yang siap berperan dalam proses reproduksi. Pada pria proses spermatogenesis meliputi spermatositogenesis dan spermiogenesis. Proses yang komplek diatas (spermatogenesis) digunakan dalam proses kopulasi, meliputi : 1. Spermatogenesis : tahap perkembangan sel germinal dalam testis 2. Adanya pengaruh control hormonal, yaitu pengaturan spermatogenesis oleh sekresi kelenjar hipofisis anterior yang berupa LH (merangsang sel interstisial Leydig membentuk testosteron) dan FSH+GH. 3. Gametogenesis : produksi sel gamet (spermatozoa/ ovum) Menurut Reksoprodjo dkk. (1999) pada proses spermiogenesis, terjadi beberapa proses penting yaitu (1) badan dan inti sel spermatid menjadi kepala spermatozoa (2) sebagian besar sitoplasma luruh dan diabsorpsi (3) terjadi juga pembentukan leher, lempeng tengah dan ekor (4) kepala sperma diliputi akrosom. Hasil akhir proses ini adalah sel-sel spermatozoa dewasa yaitu spermatozoa. Karena terjadi pemisahan pasangan kromosom, suatu sel sperma akan mengandung kromosom separuh dari induknya (44+XY) yaitu

kemungkinan

22+X

atau

22+Y.

Keseluruhan

proses

spermatogenesis

sampai

spermiogenesis normal pada pria memerlukan waktu 60-70 hari

Pembentukan spermatozoa pada pria normal berlangsung terus sampai usia lanjut. Hal ini dimungkinkan selama spermatogonium induk (bakal sperma) masih tersedia. Menurut Cormack dalam bukunya Clinically Integrated Histology bahwa perkembangan epitel seminiferi dalam pembentukan spermatozoa melalui 6 tahap dan terjadi dalam 64-74 hari. Lapisan paling luar sel-sel seminiferi merupakan spermatogonia yang pada masa pubertas mengalami diferensiasi. Spermatogonia ini sifatnya selalu membelah. Spermatogonia tersebut dinamakan spermatogonia primitif atau spermatogonia Ad (dark tipe A spermatogonia). Dari spermatogonia Ad akan dihasilkan sepasang generasi spermatogonia Ad yang baru. Salah satu dari Spermatogonia Ad tersebut akan membelah menjadi sepasang spermatogonia Ap (pale tipe A sperm atogonia) yang akan berkembang menjadi sepasang spermatogonia B. Spermatogonia B akan berkembang menjadi spermatosit primer dan sekunder. Spermatosit sekunder setelah mengalami proses mitosis berubah menjadi spermatid dan pada akhirnya membentuk ekor menjadi spermatozoa . Spermatozoa tersusun di sekeliling lumen tubuli seminiferi, kepalanya menempel ke sel sertoli dan ekornya melambai ke arah lumen (Yatim, 1984). Sel sperma yang berada di tubuli seminiferi masih belum masak (matur). Sel spermatozoa mengalami pemasakan (maturasi) di epididimis bagian cauda dan siap untuk diejakulasikan atau dipancarkan saat hubungan seksual (Hafez, 2000). Pada proses maturasi terjadi perubahan-perubahan meliputi ukuran, bentuk, struktur organisasi mitokondria, pola metabolik, fungsi imunitas, sifat, dan permeabilitas membran plasma, daya tahan terhadap perubahan fisikokimia, dan ultrasruktur akrosom. Perubahan-perubahan ini bertujuan untuk meningkatkan daya motilitas dan kapasitas fertilitas spermatozoa. . Motilitas spermatozoa dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: 1. Faktor endogen, antara lain meliputi: penyimpanan dalam epididimis, waktu ejakulasi, maturasi spermatozoa, dan transport membran spermatozoa,

2. Faktor eksogen, antara lain meliputi: pH, suhu, komposisi ion, dan faktor-faktor yang merangsang dan menghambat motilitas .

Struktur Spermatozoa Spermatozoa merupakan sel yang sangat terspesialisasi dan padat yang tidak lagi mengalami pembelahan atau pertumbuhan, berasal dari gonosit yang menjadi spermatogonium, spermatosit primer dan sekunder dan selanjutnya berubah menjadi spermatid dan akhirnya berubah menjadi spermatozoa. Spermatozoa terdiri atas dua bagian fungsional yang penting yaitu kepala dan ekor (Hafez, 2000). Kepala spermatozoa bentuknya bulat telur dengan ukuran panjang 5 mikron, diameter 3 mikron dan tebal 2 mikron yang terutama dibentuk oleh nukleus berisi bahan-bahan sifat penurunan ayah. Pada bagian anterior kepala spermatozoa terdapat akrosom, suatu struktur yang berbentuk topi yang menutupi dua per tiga bagian anterior kepala dan mengandung beberapa enzim hidrolitik antara lain: hyaluronidase, proakrosin, akrosin, esterase, asam hidrolase dan Corona Penetrating Enzim (CPE) yang semuanya penting untuk penembusan ovum (sel telur) pada proses fertilisasi (Yanagimachi, 1994). Bahan kandungan akrosom adalah setengah padat yang dikelilingi oleh membran akrosom yang terdiri dari dua lapis yaitu membran akrosom dalam (inner acrosomal membran) dan membran akrosom luar (outer acrosomal membran) (lihat Gamb. 3.4 dan 3.5) Secara molekuler susunan kedua membran akrosom ini sangat berbeda, membran akrosom luar bersatu dengan plasma membran (membran spermatozoa) pada waktu terjadinya reaksi akrosom sedang membran akrosom dalam menghilang. Bagian ekuatorial akrosom merupakan bagian penting pada spermatozoa, hal ini karena bagian anterior pada akrosom ini yang mengawali penggabungan dengan membran oosit pada proses fertilisasi berubah menjadi spermatid dan akhirnya berubah menjadi spermatozoa. Spermatozoa terdiri atas dua bagian fungsional yang penting yaitu kepala dan ekor (Hafez, 2000). Ekor dibedakan atas 3 bagian yaitu 1. bagian tengah ( midpiece) 2. bagian utama (principle piece) dan 3. bagian ujung (endpiece). Panjang ekor seluruhnya sekitar 55 mikron

dengan diameter yang makin ke ujung makin kecil: di depan 1 mikron, di ujung 0,1 mikron. Panjang bagian tengah: 5-7 mikron, tebal 1 mikron; bagian utama panjang 45 mikron, tebal 0,5 mikron dan bagian ujung panjang 4-5 mikron, tebal 0,3 mikron. Bagian ekor tidak bisa dibedakan dengan mikroskop cahaya tetapi harus dengan mikroskop elektron (Yatim, 1990). Mitokondria sebagai pembangkit energi pada spermatozoa. Principle piece dibungkus oleh sarung fibrous (fibrous sheath) yang perbatasannya disebut anulus. Sarung fibrous bentuknya terdiri dari kolom ventral dan dorsal yang masing-masing melalui rusukrusuk. Ke arah sentral ada semacam tonjolan yang memegangi cincin nomor 3, 8 dari aksonema. Keduanya (tahanan rusuk dan pegangan cincin aksonema) memberikan gerak tertentu (Hafez, 2000).

V. DATA PENGAMATAN Kel SAPI INDIVIDU % 5 15 40 25 1 30 45 2 50 20 1 10 10 5 10 1 10 15 3 10 60 2 5 5 10 5 2 15 25 5 20 10 3 70 68 20 60 93 35 15 83 20 5 4 0 2 25 0 3 10 0 7 0 5 KAMBING INDIVIDU % 0 3 10 5 2 60 15 5 5 5 3 1 7 2 10 6 15 5 6 5 15 7 2 10 80 20 7 15 60 68 80 20 5 3 75 8 20 10 5 15 21 10 25 55 4 5 45 75 5 5 0 35 30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

KELOMPOK % + ++ +++ 5 75 20 12 72 16 100 20 70 10 100 80 20 70 23 7 10 90 95 5 5 80 15

KELOMPOK % + ++ +++ 3 80 17 3 92 5 60 40 5 15 80 3 97 3 92 5 45 40 15 15 85 90 10 5 85 10

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini pengamatan sel gamet jantan menggunakan sampel semen sapi dengan dua macam jenisnya yaitu semen sapi straw. Semen sapi straw merupakan semen sapi yang mempunyai kualitas sperma yang baik. Pemeriksaan motilitas dan morfologi spermatozoa

menggunakan organisme kambing dan sapi. Pemeriksaan motilitas dan morfologi spermatozoa menggunakan metode kualitatif. Motilitas adalah unsur yang sangat penting dalam fertilitas, karena motilitas merupakan salah satu faktor yang menentukan gambaran

spermatozoa yang sehat. Motilitas berperan dalam membantu transpor spermatozoa untuk mencapai tempat terjadinya fertilisasi. Motilitas spermatozoa secara individual kali ini diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya. Pada sampel spermatozoa sapi yang kami amati, tampak bahwa kualitas spermatozoa bagus yaitu ditandai dengan gerakan spermatozoa yang cepat ketika diamati di depan mikroskop. Pada pergerakan kelompok spermatozoa tampak yang paling banyak diamati adalah kelompok spermatozoa yang bergerak ke arah depan tidak berbelok-belok dan adapula spermatozoa yang bergerak secara bersama-sama sehingga menimbulkan awan. Pada sampel spermatozoa kambing yang diamati, tampak kualitas spermatozoa juga baik yaitu ditandai dengan gerakan spermatozoa yang cepat ketika diamati di depan mikroskop. Pada pergerakan kelompok spermatozoa tampak yang paling banyak diamati adalah kelompok spermatozoa yang bergerak ke arah depan tidak berbelok-belok. Spermatozoa dapat bergerak karena pada bagian ekor spermatozoa dijumpai banyak mitokondria sebagai sumber energi untuk pergerakan. Energi yang diperlukan dalam bentuk ATP. Energi yang dikeluarkan menyebabkan terjadinya 2 macam gerakan. Pertama, gerakan bergelombang ke ujung ekor dan gerakan yang bersifat sirkuler tetapi arahnya melingkari batang tubuh bagian tengah terus ke ujung ekor. Resultan dari dua gerakan ini menyebabkan spermatozoa motil. Pada pemeriksaan morfologi spermatozoa kambing dan sapi, kami menggunakan pewarna nigrosin-eosin. Pewarnaan nigrosin dan eosin adalah pewarnaan negatif yaitu pewarnaan untuk membedakan spesimen kecil dengan cairan optiknya. Pewarnaan negatif atau pewarna asam dapat terjadi karena senyawa pewarna bermuatan negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral, dinding sel bakteri cenderung bermuatan negatif sehingga pewarna asam yang bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel. Oleh karena itu sel menjadi tidak berwarna. Setelah diwarnai, semen dihapuskan di atas gelas obyek. Setelah itu semen difiksasi dengan dilewatkan pada api. Tujuan fiksasi adalah untuk mematikan dan merekatkan sel spermatozoa pada gelas obyek. Setelah dilihat dengan menggunakan mikroskop, tampak bahwa spermatozoa kambing lebih panjang dari spermatozoa sapi. Spermatozoa terbagi atas bagian kepala, leher, dan ekor. Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan dalam percobaan ini adalah kurang cepatnya praktikan dalam mengamati spermatozoa karena spermatozoa hanya dapat hidup di luar sel tubuh dalam waktu kurang dari 15 menit.

VII. KESIMPULAN
1. Spermatozoa terbagi atas bagian kepala, leher, dan ekor. Spermatozoa dapat

bergerak karena pada bagian ekor spermatozoa dijumpai banyak mitokondria sebagai sumber energi untuk pergerakan / motilitas. Pemeriksaan motilitas dan morfologi spermatozoa menggunakan organisme kambing dan sapi. Pemeriksaan motilitas dan morfologi spermatozoa menggunakan metode kualitatif. Perhitungan motilitas / pergerakan sperma meliputi gerakan maju ke depan, gerakan cepat namun tidak beraturan, pergerakan sedang, pergerakan lambat.
2. Untuk mengamati morfologi sperma. Dilakukan proses pewarnaan terhadap sampel

semen sapid an kambing tersebut menggunakan pewarna nigrosin-eosin. Setelah dilihat dengan menggunakan mikroskop, tampak bahwa spermatozoa kambing lebih panjang dari spermatozoa sapi

VIII. DAFTAR PUSTAKA Hafez, B. dan E.S.E. Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animal 7th Edition. Lippincott William & Wilkins : Baltimore, USA Reksoprodjo, S. dkk. (1999). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Bina rupa Aksara NAFA., 2002. Manual on Basic Semen Analysis. Hlm 19-20. Schill, wolf-bernhard et al., 2006. Andrology for the Clinician. Springer. Hlm 41. Sono, onny pieters., 1978. Diktat Kuliah Analysa Sperma. Biomedik FK Unair. Suarabaya. (unpublished). Hlm 13-14.

Yatim, Wildan. 1984. REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI . Tarsito : Bandung.

IX.

LAMPIRAN :

1. Alat dan bahan yang digunakan

2. Straw sperma kambing dan sapi

3. Gambar sperma kambing

4. Gambar sperma sapi

Anda mungkin juga menyukai