Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KIMIA KLINIK

TENTANG ANALISA SPERMA

Disusun oleh :

KELOMPOK 5-C1 D3 Analis Kesehatan

1.Rina Cahyaningsih NIM :1163127

2.Rini Hartiningrum NIM :1163128

3.Serli Cahyaningtia NIM :1163129

4.Sholikin NIM :1163130

5.Sri Handayani NIM :1163131

6.Waljiningsih NIM :1163132

7.Yuni Tri Mujiastuti NIM :1163133

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURAKARTA

PRODI DIII ANALIS KESEHATAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti
benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma akan membentuk zigot.
Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio. Peran
aktif spermatozoa adalah sebagai gamet jantan sehingga penting pada keberhasilan munculnya individu
baru. Oleh karena itu, di dalam reproduksi sering diperlukan adanya standar kualitas spermatozoa.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini antara lain:

1) Apa yang dimaksud dengan sel sperma?


2) Bagaimana struktur sel sperma ?
3) Bagaimana proses spermatogenesis ?
4) Bagaimana pemeriksaan laboratorium analisis pada sperma?
5) Bagaimana kelainan pada sel sperma?
1.3 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain sebagai berikut:

1) Dapat menjelaskan pengertian dari sel sperma.


2) Dapat menjelaskan struktur sel sperma.
3) Dapat menjelaskan proses spermatogenesis.
4) Dapat menjelaskan tentang pemeriksaan laboratorium analisis pada sperma
5) Dapat menjelaskan tentang kelainan-kelainan pada sel sperma.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sperma atau disebut juga spermatozoa adalah sel gamet dari laki-laki.Sel ini mempunyai ukuran
panjang keseluruhan 50-60 mikrometer, dimana terdiri tiga bagian yaitu bagian kepala, bagian tengah
(leher) dan ekor.Dimensi kepala dengan panjang 4 - 5 mikrometer, lebar 2.5 - 3.5 mikrometer, dengan
rasio antara panjang dan lebar yaitu 1.50 - 1.75. Spermatozoa atau sperma dihasilkan oleh testis,
sedangkan cairan seminal diproduksi oleh kelenjar tambahan di sepanjang saluran reproduksi pria, yaitu
kelenjar vesikula seminalis, prostat, kelenjar bulbo urethralis (Cowpers) dan kelenjar urethra (Littres),
(Anonim, 2009).
2.2 Struktur Sel Sperma
Spermatozoa merupakan sel yang sangat terspesialisasi dan padat yang tidak lagi mengalami
pembelahan atau pertumbuhan, berasal dari gonosit yang menjadi spermatogonium,spermatosit primer
dan sekunder dan selanjutnya berubah menjadi spermatid dan akhirnya berubah menjadi spermatozoa.
Spermatozoa terdiri atas dua bagian fungsional yang penting yaitu kepala dan ekor (Anonim, 2009).
Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah dan ekor (flagellata).Kepala
sperma mengandung nukleus.Bagian ujung kepala ini mengandung akrosom yang menghasilkan enzim
yang berfungsi untuk menembus lapisanlapisan sel telur pada waktu fertilisasi.Bagian tengah sperma
mengandung mitokondria yang menghasilkan ATP sebagai sumber energi untuk pergerakan sperma.Ekor
sperma berfungsi sebagai alat gerak (Anonim, 2009).
2.2.1 Kepala
Kepala spermatozoa bentuknya bulat telur dengan ukuran panjang 5 mikron, diameter 3 mikron dan
tebal 2 mikron yang terutama dibentuk oleh nukleus berisi bahan-bahan sifat penurunan ayah. Kepala
sperma mengandung nukleus. Bagian ujung kepala atau pada bagian anterior kepala spermatozoa terdapat
akrosom, suatu struktur yang berbentuk topi yang menutupi dua per tiga bagian anterior kepala dan
mengandung beberapa enzim hidrolitik antara lain: hyaluronidase, proakrosin, akrosin, esterase, asam
hidrolase dan Corona Penetrating Enzim (CPE) yang semuanya penting untuk penembusan ovum (sel
telur) pada proses fertilisasi (Anonim, 2009).
2.2.2 Ekor
Ekor dari sel sperma dibedakan atas 3 bagian, yaitu sebagai berikut:
Bagian tengah (midpiece)
Bagian utama (principle piece)
Bagian ujung (endpiece).
Panjang ekor seluruhnya sekitar 55 mikron dengan diameter yang makin ke ujung makin kecil: di depan 1
mikron, di ujung 0,1 mikron. Panjang bagian tengah: 5-7 mikron, tebal 1 mikron; bagian utama panjang
45 mikron, tebal 0,5 mikron dan bagian ujung panjang 4-5 mikron, tebal 0,3 mikron. Bagian ekor tidak
bisa dibedakan dengan mikroskop cahaya tetapi harus dengan mikroskop electron (Anonim, 2009).
2.3 Tahap Pembentukan Sperma
Spermatogenesis terjadi di dalam semua tubulus seminiferus selama kehidupan seksual aktif sebagai
akibat dari rangsangan hormon gonadotropin hipofisis anterior dimulai rata-rata pada usia 13 tahun dan
berlanjut sepanjang hidup
Proses pembentukan sel sperma melalui 3 fase yaitu fase pertumbuhan, fase pembelahan dan fase
diferensiasi.
Fase Pertumbuhan
Pada fase pertumbuhan selsel calon indung sperma tumbuh, membesar dan berduplikasi.Pada
fase ini juga terjadi penambahan materi inti, sintesis DNA dan sintesis organel sel. Fase ini juga
disebut fase persiapan sebelum melakukan pembelahan. Akhir dari fase pertumbuhan
terbentuklah spermatogonium (sel induk sperma) yang sudah siap untuk melakukan
pembelahan(Anonim, 2009).
Fase Pembelahan
Tiap spermatogonium yang sudah terbentuk akan mengalami proses pembelahan.
Spermatogonium yang terbentuk akan menjadi spermatosit primer.Spermatosit primer inilah
yang akan mengalami pembelahan. Pembelahan yang tejadi adalah pembelahan meiosis, yaitu
pembelahan yang terjadi pada pembentukan gamet yang bertujuan untuk mereduksi jumlah
kromosom. Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis I membentuk 2 buah
spermatosit sekunder. Jumlah kromosom sel spermatosit sekunder adalah setengah dari sel
spermatosit primer..
Pembelahan belum selesai, speratosit sekunder yang tebentuk akan segera mengalami
pembelahan menjadi 4 buah spermatid. Spermatid inilah sel yang akan menjadi sel sperma.
Fase Diferensiasi
Spermatid yang terbentuk pada fase pembelahan harus mengalami perubahan agar mampu
berenang mencari letak sel telur.Bentuk awalnya yang hanya berbentuk bulatan dirasa tidak
mungkin mampu mencapai sel telur. Maka dari itu , spermatid harus mengalami diferensiasi
menjadi selsel sperma yang siap untuk membuahi sel telur. Setelah proses diferensiasi,
terbentuklah 4 buah sel sperma aktif yang strukturnya sudah berubah. Kini sperma berbentuk
seperti seekor berudu, dengan bentuk kepala seperti mata panah dan berekor panjang.Tentu saja
bentuk seperti ini dimaksudkan agar sel sperma bisa dengan mudah berenang mencapai sel
telur.Selain itu pada bagian kepala terdapat organel aparatus Golgi yang berfungsi pada saat
penetrasi (Anonim, 2009).
Pada manusia proses spermatogenesis berlangsung setiap hari. Siklus spermatogenesis
berlangsung ratarata 74 hari.Artinya, perkembangan sel spermatogonia menjadi spermatozoa
matang memerlukan waktu ratarata 74 hari.Sementara itu pemasakan spermatosit menjadi
sperma memerlukan waktu dua hari. Proses pemasakan spermatosit menjadi sperma dinamakan
spermatogenesis dan terjadi di dalam epididimis (Anonim, 2009).

PEMATANGAN SPERMA

Setelah terbentuk dalam tubulus seminiferus sperma membutuhkan waktu beberapa hari untuk
melewati epididimis yang panjangnya 6 meter. Sel-sel Sertoli dan epitel epididimis menyekresikan suatu
cairan makanan khusus yang diejakulasikan bersama dengan sperma. Cairan ini mengandung hormon
(baik testosteron maupun estrogen), enzim-enzim, dan nutrisi khusus yang mungkin penting atau bahkan
sangat penting untuk pematangan sperma. Aktivitas sperma sangat ditingkatkan dalam medium netral dan
sedikit basa tetapi akan sangat ditekan dalam medium yang agak asam.
PENYIMPANAN SPERMA
Kedua testis dari seorang manusia dewasa muda dapat membentuk kira-kira 120 juta sperma setiap
harinya. Sejumlah kecil sperma disimpan dalam epididimis, tetapi sebagian besar sperma disimpan dalam
vas diverens dan ampula ves diverens. Sperma dapat disimpan dan mempertahankan fasilitasnya dalam
duktus genitalis paling aktif selama satu bulan. Selama waktu ini, sperma disimpan dalam keadaan inaktif
yang sangat ditekan karena banyak bahan penghambat dalam bahan sekresi duktus. Sebaliknya, dengan
aktivitas seksualitas yang tinggi, penyimpanan yang paling lama tidak lebih dari beberapa hari. Walaupun
sperma dapat hidup selama beberapa minggu dalam duktus genitalis testis, hidup sperma pada traktus
genetalia wanita hanya 1 sampai 2 hari.
KOMPOSISI SPERMA :
Sperma adalah zat setengah cair atau setengah kental yang terdiri dari dua bagian yaitu plasma sperma
(plasma semen) dan spermatozoa. Plasma sperma dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar prostat, vesika
seminalis, epididimis, cowper dan littre. Sedangkan spermatozoa dihasilkan oleh aktivitas tubuli
seminiferus.
Analisa sperma adalah suatu pemeriksaan laboratoris yang penting untuk menilai fungsi organ
reproduksi pria. Dari hasil analisa sperma dapat memberikan kualitas informasi yang banyak kepada kita
tentang keadaan testis baik kuantitas maupun kualitas spermatozoanya, fungsi sekretoris kelenjar seks
aksesori pria (baik kelenjar prostat, vesikula seminalis, parauretra littre & cowpri), juga epididimis
maupun kemungkinan adanya kesalahan fungsi seksual.
Analisa sperma merupakan pemeriksaan yang relatif sederhana dan tidak hanya diperlukan dalam
masalah penanganan infertilitas saja, tetapi juga dalam hal-hal lain seperti post vasektomi, hernia
inguinalis, gangguan desensus testis, pra klinefelter, kasus-kasus medikolegal, beberapa keluhan seksual,
dan sebagainya.
2.4 Pemeriksaan Analisa Sperma
2.4.1 Cara Penampungan Sperma Manusia
Sebelum pemeriksaan dilakukan sebaiknya pasien dianjurkan untuk memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Melakukan abstinensia selam 3 5 hari, paling lama selama 7 hari.
b. Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan harus dikeluarkan di laboratorium. Bila
tidak mungkin,harus tiba di laboraturium paling lambat 2 jam dari saat dikeluarkan.
c. Ejakulat ditampung dalam wadah / botol gelas bemulut besar yang bersih dan steril ( jangan sampai
tumpah ), Kemudian botol ditutup rapat-rapat dan diberi nama yang bersangkutan.
d. Pasien mencatat waktu pengeluaran mani, setelah itu langsung di serahkan pada petugas laboraturium
untuk pemeriksaan dan harus diperiksa sekurang-kurangnya 2 kali dengan jarak antara waktu 1-2 minggu.
Analisis sperma sekali saja tidak cukup karena sering didapati variasi antara produksi sperma dalam satu
individu.
e. Sperma dikeluarkan dengan cara : rangsangan tangan (onani/masturbasi), bila tidak mungkin dapat
dengan cara rangsangan senggama terputus (koitus interuptus) dan jangan ada yang tumpah.
f. Untuk menampung sperma tidak boleh menggunakan botol plastik atau kondom.
2.4.2 Beberapa cara memperoleh sperma
a.Masturbasi/Onani
Cara ini merupakan methode yang paling dianjurkan untuk memperoleh sperma, biasanya dengan tangan
(baik tangan sendiri maupun tangan istrinya) atau dengan suatu alat tertentu. Kebaikan cara ini
menghindari kemungkinan tumpah ketika menampung sperma, menghindari dari pencemaran sperma
dengan zat-zat yang lain.
b. Coitus Interuptus ( CI )
Adalah melakukan persetubuhan secara terputus, hal ini kurang baik dianjurkan sebab :
Memungkinkan sperma dapat tercampur dengan cairan vagina, sehingga banyak mengandung epitel,
leukosit, eritosit, bakteri, parasit, jamur dll.
Dalam jumlah penampungannya kurang, karena sperma sebagian dapat mesuk ke vagina. Disamping
itu terjadi kesalahan pada pemeriksaan PH dan konsentrasi.
c. Coitus Condomatosus
Pengeluaran sperma dangan cara ini dilarang dan sangat tidak diperkenankan. Karena sebagian besar
karet kondom mengandung bahan spermiacidal, yaitu bahan yang dapat mematikan sperma
d. Reflux poscital
Adalah suatu cara Coitus dimana setelah sperma keluar dan masuk kevagina, sperma tersebut dibilas
demga pz atau cairan lainnya. Hal ini akan timbul kekeliruan dalam volume konsentrasi dan viskositas.
e. Massage prostat
Adalah suatu cara pengeluaran dengan cara memijat kelenjar prostat lewat rectum, disini jelas akan
timbul kekeliruan dalam penafsiran pH, konsentrasi dan sebagainya yang keluar adalah cairan prostat..2
2.4.3 Tempat Penampung Sperma
Sebenarnya semua alat boleh dipakai asalkan tempat tersebut tidak mengandung spermatotoxic. Sperma
sangat tidak dianjurkan ditampung pada tempat-tempat yang terbuat dari :
1. Logam, sebab logam bisa mengganggu muatan listrik dan sperma, sehingga pergerakannya tergaggu.
2. Plastik sebab plastik umumnya mengandung gugus fenol (C6H5OH) sehingga sperma akan rusak.
Pada umumnya tempat yang digunakan menampung sperma terbuat dari gelas yang bersih . tidak
mengandung spermatotoxic. Tetapi sperma dilarang ditempat yang terbuat dari :
Tempat penampung sperma dianjurkan ditampung pada tempat yang terbuat dari bahan yang tidak
bereaksi apa-apa.
Tempat penampung sperma harus bermulut lebar supaya muat pada penis.
Tempat diberi penutup agar tidak terkontaminasi
Ukuran tempat penampung sperma 50 ml 100 ml.
2.4.4.Waktu pemeriksaan
Setelah penderita diberikan penerangan tentang cara-cara serta syarat-syarat pengeluaran sperma dan
lainnya, maka waktu pengeluaran sperma dapat pula ditetapkan. Hal ini tergantung dari kesiapan pasien
dan kesiapan laboratorium. Kalau syarat-syarat serta semua persiapan baik penderita maupun
laboratorium telah dipenuhi, maka pengeluaran sperma dapat dilakukan.
Segera setelah diterima petugas laboratorium, hendaknya sperma secepatnya diperiksa. Sperma harus
diletakkan di dalam suhu kamar. Contoh sperma tidak boleh didinginkan dibawah 20C atau dipanaskan
diatas 40C, oleh karena kedua hal ini dapat mempengaruhi motilitas dan viabilitas spermatozoa
PEMERIKSAAN PARAMETER SPERMA
1. Pemeriksaan makroskopis.
Segera setelah sperma diejakulasikan, hendaknya diamati dalam wadah penampung :
1. Ada/tidaknya koagulum
2. Warna sperma
3. Bau sperma
4. Proses likuefaksi sperma
Setelah proses likuefaksi selesai, ditentukan parameter sebagai berikut :
1. Volume sperma
2. pH sperma
3. Kekerasan dan warna sperma
4. Viskositas sperma

1. Analisa sperma Secara Makroskopis


a. Pengukuran Volume
Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja :
1.Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk sekali ejakulasi
2. Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml.
3.Kemudian baca hasil.
Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain bangsa lain volume. Bagi orang
indonesia volume yang normal 2 3 ml. Volume yang lebih dari 8 ml disebut Hyperspermia, Sedangkan
yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia.
Hypospermia disebabkan oleh :
Ejakulasi yang berturut-turut
Vesica seminalis kecil ( buntu cabstuksi )
Penampung sperma tidak sempurna
Hyperspermia disebabkan oleh :
Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat.
Minum obat hormon laki laki.
Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis.

b. PH
Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk mengukur pH cukup dengan
menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan pH meter.
Cara kerjanya :
1.Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam botol penampung,
2.baca hasil.
Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa yaitu 7,2 7,8. pengukuran sperma harus
segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena
sperma terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi
oleh kuman gram (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya.
pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis
atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak.

c. Bau Sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik.Baunya Sperma yang khas
tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar
prostat.
Cara pemeriksaannya :
1.Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya
2.Dalam laporan bau dilaporkan : khas / tidak khas
Dalam keadaan infeksi sperma berbau busuk / amis. Sacara biokimia sperma mempunyai bau seperti
klor / kaporit.

d. Warna sperma
Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal biasanya berwarna putih
keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan. Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi
traktus genitalia dapat menyebabkan warna sperma menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan
menyebabkan sperma berwarna kemerahan.
Cara kerja :
1.Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar belakang warna putih
menggunakan penerangan yang cukup.

e. Liquefection
Liquefaction di check 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat dengan jalan melihat
coagulumnya.Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan (semininnya
jelek).Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin : Tak mempunyai coagulum oleh karena
saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika seminalis.

f. Viskositas (Kekentalan)
Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna. Pemeriksaan
viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara :
Cara subyektif
Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian ditarik maka akan
terbentuk benang yang panjangnya 3 5 cm. Makin panjang benang yang terjadi makin tinggi
viskositasnya.
Cara Pipet Elliason
Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus kering. Mengukur vikositas dengan
menggunakan pipet elliason. Prosedurnya cairan sperma dipipet sampai angka 0,1, kemudian atas pipet
ditutup dengan jari. Setalah itu arahkan pipet tegak lurus dan stopwath dijalankan, jika terjadi tetesan
pertama stopwath dimatikan dan hitung waktunya dengan detik. Vikositas sperma normal < 2 detik.
Semakin kental sperma tersebut semakin besar vikositasnya. Hal ini mungkin disebabkan karena :
- Spermatozoa terlalu banyak
- Cairannya sedikit
- Gangguan liquedaction
- Perubahan komposisi plasma sperma
- Pengaruh obat-obatan tertentu.

g. Fruktosa Kualitatif
Fruktosa sperma diproduksi oleh vesica seminalis. Bila tidak didapati fruktosa dalam sperma, hal ini
dapat disebabkan karena
- Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas deferens
- Bila kedua duktus ejakulatorius tersumbat
- Kelainan pada kelenjar vesika seminalis
Cara pemeriksaan fruktosa :
- 0.05 ml sperma + 2 ml larutan resolsinol ( 0.5 % dalam alkohol 96% ) campur sampai rata.
- Panaskan dalam air mendidih 5 menit.
- Bila sperma mengandung fruktosa maka campuran diatas menjadi merah coklat atau merah jingga.
- Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan warna.
Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan pemeriksaan rutin pada sperma azoospermia

2. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah proses likuefaksi selesai.
2.2 Analisa Sperma Secara Mikroskopik
Sebelum pemeriksaan mikroskopik, sperma tersebut harus diaduk dengan baik, untuk pemeriksaan
mikroskopik maka 1 tetes sperma, diameter sekitar 2 3 mm, diletakan diatas gelas objek yang bersih dan
kemudian ditutup dengan gelas penutup, Setelah itu siap di periksa dibawah pembesaran 100 X atau 400-
600 X.

1. Jumlah Sperma Perlapang Pandang / Perkiraan densitas sperma


Sebelum menentukan atau menghitung konsentrasi sperma perlu dilakukan perkiraan kasar jumlah
sperma agar dapat menentukan prosedur pengenceran yang akan digunakan dan untuk mempersiapkan
sediaan apus untuk analisis morfologi.
Cara Pemeriksaanya :
a.Aduk sperma hingga homogen
b.Diambil 1 3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass lalu ditutup dengan cover
glass(ukuran standar)
c.Kemudian dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 X
d.Dihitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang
Misalnya dihitung berturut-turut : lapang pandang
I = 10 Spermatozoa
II = 5 Spermatozoa
III = 7 Spermatozoa
IV = 8 Spermatozoa
Disini dalam laporan dituliskan terdapat 5 10 spermatozoa perlapang pandang. Perkiraan konsentrasi
spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi spermatozoa adalah 5 10 juta/ml
Kalau spermatozoanya banyak dihitung perkwadran (1/4 lapang pandang)
Misalnya Lapang pandang = 50 spermatozoa, jadi perlapang pandang 200 spermatozoa. Perkiraan
konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi spermatozoa adalah 200
juta/ml
Kalau dilihat perlapang pandang didapatkan nol spermatozoa maka tidak usah dilakukan pemeriksaan
konsentrasi, jadi disini menghemat tenaga dan reagensia, bila didapatkan nol spermatozoa disebut
Azoospermia.
Azoospermia dapat disebabkan oleh karena :
- Testisnya kecil atau rusak
- Salurannya testis buntu (obstruksi)
- Vasectomy bila diperlukan untuk check up
Apabila Azoospermia, ini menggambarkan operasi vasectomy tersebut berhasil dan ini sangat
menggembirakan pasien
- Over dosis Androgen dan corticosteroid

2. Pergerakan Sperma
Pada pemeriksaan perlapang pandang sekaligus kita memeriksa pergerakan spermatozoa dalam
memeriksa pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa setelah 20 menit karena dalam waktu 20 menit
sperma tidak kental sehingga spermatozoa mudah bergerak akan tetapi jangan lebih dari 60 menit setelah
ejakulasi sebab dengan bertambahnya waktu maka :
- spermatozoa akan memburuk pergerakannya.
- pH dan bau mungkin akan berubah .
spermatozoa yang bergerak baik adalah gerak kedepan dan arahnya lurus, gerak yang kurang baik adalah
gerak zig-zag, berputar-putar dan lain-lain
- Jangan sekali-kali menyebut spermatozoa itu mati yang betul adalah spermatozoa tidak bergerak
- Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (20OC - 25 OC)..
PROSENTASE SPERMATOZOA MOTIL
Kualitas pergerakan spermatozoa disebut baik bila 50% atau lebih spermatozoa menunjukkan pergerakan
yang sebagian besar adalah gerak yang cukup baik atau sangat baik (grade II/III). Gradasi menurut
W.H.O. untuk pergerakan spermatozoa adalah sebagai berikut :
0 = spermatozoa tidak menunjukkan pergerakan
1 = spermatozoa bergerak ke depan dengan lambat
2 = spermatozoa bergerak ke depan dengan cepat
3 = spermatozoa bergerak ke depan sangat cepat
Bila spermatozoa yang motil kurang dari 50%, maka spermatozoa disebut astenik. Istilah yang digunakan
adalah Astenozoospermia.
Bila sperma immotil > 50 % maka dilakukan uji viabilitas (vitality test)

Spermatozoa disebut mempunyai kualitas bentuk yang cukup baik bila 50% spermatozoa mempunyai
morfologi normal. Pemeriksaan morfologi men-cakup bagian kepala, leher dan ekor dari spermatozoa.
Bila > 50% spermatozoa mempunyai morfologi abnormal, maka keadaan ini di sebut teratozoospermia.
Perhitungan :
Dihitung dulu spermatozoa yang tidak bergerak kemudian dihitung yang bergerak kurang baik, lalu yang
bargerak baik misal :
- yang tidak bergerak = 25%
- yang bergerak kurang baik = 50%
- yang bergerak baik = 100% - 25% - 50% = 25%
Prosentase pergerakan cukup ditulis dengan angka bulat (umumnya kelipatan 5 misalnya : 10%,15%,
20%)
Kalau sperma yang tidak bergerak > 50% maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut guna
mengetahui viabilitas sperma (banyaknya sperma yang hidup) sebab sprermatozoa yang tidak
bergerakpun kemungkinan masih hidup.
Sebab menurunnya motilitas spermatozoa
Dilakukan pemeriksaan yang terlalu lama sejak sperma dikeluarkan.
Cara penyimpanan sampel yang kurang baik

3. Perhitungan Jumlah Sperma


Perhitungan konsentrasi spermatozoa dapat ditentukan dengan mengunakan metode hemositometer atau
electronic coulter counter. Metode hemositometer lebih sering digunakan untuk sperma yang
mempunyai perkiraan spermatozoa yang sangat rendah (misalnya 10 juta/ml) atau pemeriksaan sperma
yang memerlukan penentuan jumlah dengan segera. Metode hemositometer ini dipergunakan di sebagian
besarnegara.
Sperma yang telah diaduk dengan baik diencerkan 1 :10, 1:20,1:50,atau 1:100 tergantung pada perkiraan
jumlah spermatozoa yang telah dilakukan sebelumnya. Sebagai pengencer berisi 50 gr NaHCO3, 10 ml
35% formalin, 5 ml cairan gentian violet pekat dan aquadestilita sampai 1000 ml. Pewarnaan tidak
diperlukan bila dipergunakan mikroskop fase kontras. Perlu digunakan 2 pengenceran untuk setiap
sperma. Meskipun sering digunakan pipet leukusit tidak cukup tepat untuk digunakan sebagai alat
pengenceran dan karena itu disarankan sebagai alat pengenceran dipergunakan pipet mikro modern (10,
50, 100 atau 200ul). Sperma yang diencerkan harus diaduk lebih dahulu dan segera dipindahkan ke
hemositometer (kamar hitung Neubauer) yang telah ditutup dengan gelas penutup.
hemositometer ini diletakan kamar lembab selama 15 menit sampai 20 menit agar semua sel mengendap
kemudian dihitung dibawah mikroskop cahaya atau mikroskop fase kontras dan pembesaran 100 atau
100X spermatozoa (sel benih yang matang yang mempunyai ekor yang dihitung). Perbedaan antara
jumlah sperma dari kedua pengenceran tadi tidak boleh lebih dari 10 % pada sperma yang mempunyai
densitas rendah atau 20% pada sperma yang mempunyai densitas tinggi (> 60 juta/ml).
Perlu dipahami bahwa yang disebut konsentrasi sperma adalah jumlah spermatozoa/ml sperma.
Sedangkan jumlah spermatozoa total ialah jumlah spermatozoa dalam ejakulat.
Prosedur perhitungan spermatozoa dengan menggunakan hemositometer (kamar hitung Neubauer) adalah
sebagai berikut :
Hitung jumlah sperma dengan objek 40 x pada daerah leukosit, cukup satu bidang saja (tidak perlu 4
bidang)
Kamar hitung Neubeur untuk menghitung spermatozoa
Perhitungan :
Luas = 1 mm2
Tinggi = 0,1 mm
Vol = 0,1 mm3
Jumlah sperma dalam 1 mm3 = 1/0,1 X pengenceran X N
= 10 X N X pengenceran
= 10 N X Pengenceran /mm3
Jumlah spermatozoa / cc = 10 N X Pengenceran x 1000
N = Jumlah sperma yang dihitung dalam kotak W

4.Morfologi
Pemeriksaan morfologi berdasarkan kepala dari spematozoa dapat dilakukan dengan cara :
Membuat preparat hapusan diatas obyek glass keringkan selama 5 menit, lalu di fixasi dengan larutan
metilalkohol selama 5 menit, kemudian selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan larutan giemsa, wright,
atau zat warna yang lain menurut kesukaan sendiri.
Arti klinik1. Spermatozoa Normal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Kepala : bentuk oval, batas teratur, mempunyai tepi akrosom yang menutupi > 1/3
permukaan kepala. Panjang = 3-5 U dan lebar = 2-3 U.
b. Leher (neck mid-piece) : ramping, lurus, dan batas teratur. Panjang = 7-8 U dan lebar < 1 U.
c. Ekor (tail) : ramping (tak tergulung), elegant, batas teratur, panjang minimal 45 U.
d. Tanpa adanya Cyptoplasmic-droplet.
2. Spermatozoa Abnormal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Kepala
Pyroform : yaitu kepala berbentuk seperti bola lampu / tetesan air mata dengan ukuran
kepala yang normal.
Tapering / lepto / lisong : yaitu kepala berbentuk seperti cerutu dengan panjang > 7 U dan
lebar < 3 U.
Pinhead : yaitu kepala berbentuk seperti jarum pentul.
Terato / amorphus : yaitu kepala berbentuk aneh sehingga tidak dapat dikelompokkan.
Macro : yaitu kepala dengan ukuran yang lebih besar dari normal dan batas tidak teratur.
Micro : yaitu kepala dengan ukuran yang lebih kecil dari normal dan batas tidak teratur.
Double/duplicated : yaitu kepala berjumlah dua dengan bentuk dan ukuran yang bermacam-
macam. Bagian tengah tidak normal (tidak lurus) sedangkan ekornya tampak kurang jelas.
b. Leher (neck mid-piece)
Adanya defek berupa leher yang lebih tebal atau patah.
c. Ekor (tail)
Ekor dapat berbentuk bengkok, ganda, pendek, patah, coiled (melingkar).
d. Cyptoplasmic droplet
Yaitu sisa cyptoplasma yang melekat pada bagian antara kepala leher atau pada bagian proksimal
dari ekor. Ukuran lebih kurang 1/2 besar kepala normal.
1. Banyak kepala normal / oval berarti fungsi testis baik
2. banyak bentuk bukan oval fungsi testis jelek
3. banyak sel imatur, epidemis banyak gangguan.
Misalnya : radang varicocle atau abstinensia seksualitasnya kurang lama.

5. Lekosit
Leukosit di laporkan per lapang pandang seperti halnya dalam sedimen urin, misalnya 3 8 perlapang
pandang. Jumlah lekosit yang besar erat hubunganya dengan infeksi organ organ spermiogenesis.

Penilaian dari 3 parameter yaitu motilitas, konsentrasi (jumlah), dan morfologi spermatozoa
Normozoospermia : Motilitas, konsentrasi, dan marfologi spermatozoa dengan hasil normal.
Oligozoospermia : Konsentrasi spermatozoa < 20 juta/mL
Asthenozoospermia : Motilitas A dan B < 50% dan atau motilitas A < 25%
Teratozoospermia : Morfologi sperma normal < 30%
Oligoasthenoteratozoospermia : Ditemukan kelainan pada ketiga variabel zoospermia, yaitu
konsentrasi, motilitas dan morfologi (kombinasi yang terdiri dari 2 kelainan, hanya 2 awalan
dapat dipakai), seperti :
Oligoasthenozoospermia : kelainan dari konsentrasi dan motilitas
Oligoteratozoospermia : kelainan dari konsentrasi dan morfologi
Asthenoteratozoospermia : kelainan dari motilitas dan morfologi
Azoospermia : Tidak ada spermatozoa dalam ejakulat
Cryptozoospermia : Jika ada spermatozoa yang tersembunyi
Nekrozoospermia : Jika spermatozoa 100% mati, diam tidak bergerak (None 100% dengan
Vitalitas/Viabilitas 0%)

3. Analisa Sperma Secara Kimia


Pemeriksaan kimia terbatas pada perhitungan kadar fruktosa, nilai normal fruktosa adalah : Fruktosa
tersebut berasal dari vesiculze Seminalis
Cara pemeriksaan Fruktosa :
Regensia :
1. Larurtan Ba(OH)2 0,3N
2. Larutan Zn SO4 0,175M
3. Larutan Resorcinol 0,1% dalam 100ml alkhohol 95%.
4. Standar fruktosa stock 50 mg fruktosa larut dalam 100 ml asam benzoat 0,2 %
Standar fruktosa 1 ml standar fruktosa stock diencerkan dengan H2O 100ml.
Konsentrasi 200 mg fruktosa / dalam mani.
Prosedur Kerja
1. Lakukan diproteinsasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih dahulu mengencerkan 0.1 ml mani
dengan 2.9 ml air. Kemudian tambah 0.5 ml larutan Ba(OH)2 campur tambahan 0.5 ml Zn SO4.
kemudian dicentrifuqe.
2. Sediakan 3 tabung , satu tabung Tt (test) S (standar) dan B (banko)
Tabung T diisi 2 ml cairan pada langkah 1
Tabung S diisi 2 ml sebagai fruktosa
Tabung B diisi 2 ml aquadest
3. Ketiga tabung ditambah masing - masing 2 ml recorcinol dan 6 ml HCl
4. Campur isi tabung, panasi dalam weter bath 900 C selama 10 menit
5. Baca aboubusi T terhadap S pada 490 mm dengan spektrofotometer
6. Hitung kadar fruktosa dengan rumus AT / AS x 200 = mg/dl
Kadar Fruktosa sperma normal : 120 450 mg/dl
2.5 Kelainan pada Sel Sperma
2.5.1 Jumlah Sperma
Cairan yang dikeluarkan pria pada saat ejakulasi sewaktu senggama disebut cairan semen.Volume
normal cairan semen sekitar 2-5 ml. Cairan semen ini berwarna putih mutiara dan berbau khas langu
dengan pH 7-8. Volume cairan semen dianggap rendah secara abnormal jika kurang dari 1,5 ml. Volume
semen melebihi 5 ml juga dianggap abnormal. Dalam cairan semen inilah jumlah spermatozoa merupakan
penentu keberhasilan memperoleh keturunan. Yang normal, jumlah spermatozoanya sekitar 20 juta/ml.
Pada pria ditemukan kasus spermatozoa yang kurang (oligozoospermia) atau bahkan tak ditemukan sel
sperma sama sekali (azoospermia), (Tri Bowo, 2011).
Kecuali sel-sel spermatozoa, dalam cairan semen ini terdapat zat-zat lain yang berasal dari kelenjar-
kelenjar sekitar reproduksi pria.Zat-zat itu berfungsi menyuplai makanan dan mempertahankan kualitas
spermatozoa sehingga bisa bertahan hidup sampai masuk ke dalam saluran reproduksi wanita, (Tri Bowo,
2011).
2.5.2 Kelainan Bentuk (Morfologi)
Sperma yang normal berbentuk seperti kecebong.Terdiri dari kepala, tubuh, dan ekor. Kelainan
seperti kepala kecil atau tak memiliki ekor akan mempengaruhi pergerakan sperma. Ini tentu saja akan
mempersulit sel sperma mencapai sel telur (Tri Bowo, 2011).
2.5.3 Pergerakan Lemah
Untuk mencapai sel telur, sel sperma harus mampu melakukan perjalanan panjang.Ini pun menjadi
penentu terjadinya pembuahan. Jumlah sel sperma yang cukup, jika tak dibarengi pergerakan yang
normal, membuat sel sperma tak akan mencapai sel telur. Sebaliknya, kendati jumlahnya sedikit namun
pergerakannya cepat, bisa mencapai sel telur (Tri Bowo, 2011).Kasus lemahnya pergerakan sperma
(asthenozoospermia) kerap dijumpai.Adakalanya spermatozoa mati (necrozoospermia). Gerakan
spermatozoa dibagi dalam 4 kategori, yaitu:
Bergerak cepat dan maju lurus
Bergerak lambat dan sulit maju lurus
Tak bergerak maju (bergerak di tempat)
Tak bergerak
Sperma dikatakan normal bila memiliki gerakan normal dengan kategori a lebih besar atau sama
dengan 25% atau kategori b lebih besar atau sama dengan 50%. Spermatozoa yang normal satu sama lain
terpisah dan bergerak sesuai arahnya masing-masing. Dalam keadaan tertentu, spermatozoa abnormal
bergerombol, berikatan satu sama lain, dan tak bergerak.Keadaan tersebut dikatakan terjadi aglutinasi.
Aglutinasi dapat terjadi karena terjadi kelainan imunologis di mana sel telur menolak sel sperma.
2.5.4 Cairan Semen Terlalu Kental
Cairan semen yang terlalu kental mengakibatkan sel sperma sulit bergerak.Pembuahan pun jadi
sulit karena sel sperma tak berhasil mencapai sel telur. Pada kasus normal, saat diejakulasikan, cairan
semen dalam bentuk yang kental akan mencair (liquifaksi) antara 15-60 menit.
2.5.5 Saluran Tersumbat
Saat ejakulasi, sperma keluar dari testis menuju penis melalui saluran yang sangat halus.Jika
saluran-saluran itu tersumbat, maka sperma tak bisa keluar.Umumnya hal ini disebabkan trauma pada
benturan.Bisa juga karena kurang menjaga kebersihan alat kelamin sehingga menyuburkan kehidupan
virus atau bakteri.
2.5.6 Kerusakan Testis
Testis dapat rusak karena virus dan berbagai infeksi, seperti gondongan, gonorrhea,sifilis, dan
sebagainya. Untuk diketahui, testis merupakan pabrik sperma. Dengan demikian kesehatannya harus
dijaga karena testis yang sehat akan menghasilkan sperma yang baik secara kualitas dan kuantitas. Testis
ini sangat sensitif.Mudah sekali dipengaruhi oleh faktor-faktor luar.Jika testis terganggu, produksi sperma
bisa terganggu.Mungkin saat berhubungan, pria tetap mengeluarkan sperma.Hanya saja tanpa sel sperma
(azoospermia), (Tri Bowo, 2011).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Spermatozoa adalah sel gamet dari laki-laki.Sel ini mempunyai ukuran panjang
keseluruhan 50-60 mikrometer, dimana terdiri tiga bagian yaitu bagian kepala, bagian tengah
(leher) dan ekor.Kepala sperma mengandung nukleus.Bagian ujung kepala atau pada bagian
anterior kepala spermatozoa terdapat akrosom, suatu struktur yang berbentuk topi yang menutupi
dua per tiga bagian anterior kepala dan mengandung beberapa enzim hidrolitik.Ekor dibedakan
atas 3 bagian yaitu bagian tengah (midpiece), bagian utama (principle piece), bagian ujung
(endpiece). Proses pembentukan sel sperma atau spermatogenesis dilakukan melalui 3 fase
yaitu fase pertumbuhan, fase pembelahan, dan fase diferensiasi.

3.2 Saran

Sebaiknya seorang laki-laki tetap menjaga tingkat kesuburan alat reproduksinya dengan
tidak mengenakan celana ketat agar tidak meningkatkan suhu disekitar selangkangan yang
berdampak pada fungsi pembentukan spermatozoa.
Daftar Pustaka:
1. Spermatogenesis (https://en.wikipedia.org/wiki/Spermatogenesis)
2. Proses Pembentukan Sel Sperma (Spermatogenesis) pada Pria / Manusia
(http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/12/proses-pembentukan-sel-sperma-
spermatogenesis-pada-pria-manusia.html)
3. Spermatogenesis (https://intanriani.wordpress.com/pembentukan-gamet-jantan-
spermatogenesis/)
4. SPERMATOGENESIS (PROSES PEMBENTUKAN SPERMA)
(http://www.ilmuternak.com/2015/04/spermatogenesis-proses-pembentukan-sperma.html
5. http://www.atlm.web.id/2014/11/makalah-sperma.html
6. http://anggraheniheksaningtyas.blogspot.co.id/2011/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html
7. Penuntun Laboratorium Klinik, R.Gandasoebrata, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 1989
8. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Frances.K.Widmann, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995

Anda mungkin juga menyukai