KIMIA KLINIK
Disusun oleh :
Adapun yang menjadi rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini antara lain:
Adapun yang menjadi tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain sebagai berikut:
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sperma atau disebut juga spermatozoa adalah sel gamet dari laki-laki.Sel ini mempunyai ukuran
panjang keseluruhan 50-60 mikrometer, dimana terdiri tiga bagian yaitu bagian kepala, bagian tengah
(leher) dan ekor.Dimensi kepala dengan panjang 4 - 5 mikrometer, lebar 2.5 - 3.5 mikrometer, dengan
rasio antara panjang dan lebar yaitu 1.50 - 1.75. Spermatozoa atau sperma dihasilkan oleh testis,
sedangkan cairan seminal diproduksi oleh kelenjar tambahan di sepanjang saluran reproduksi pria, yaitu
kelenjar vesikula seminalis, prostat, kelenjar bulbo urethralis (Cowpers) dan kelenjar urethra (Littres),
(Anonim, 2009).
2.2 Struktur Sel Sperma
Spermatozoa merupakan sel yang sangat terspesialisasi dan padat yang tidak lagi mengalami
pembelahan atau pertumbuhan, berasal dari gonosit yang menjadi spermatogonium,spermatosit primer
dan sekunder dan selanjutnya berubah menjadi spermatid dan akhirnya berubah menjadi spermatozoa.
Spermatozoa terdiri atas dua bagian fungsional yang penting yaitu kepala dan ekor (Anonim, 2009).
Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah dan ekor (flagellata).Kepala
sperma mengandung nukleus.Bagian ujung kepala ini mengandung akrosom yang menghasilkan enzim
yang berfungsi untuk menembus lapisanlapisan sel telur pada waktu fertilisasi.Bagian tengah sperma
mengandung mitokondria yang menghasilkan ATP sebagai sumber energi untuk pergerakan sperma.Ekor
sperma berfungsi sebagai alat gerak (Anonim, 2009).
2.2.1 Kepala
Kepala spermatozoa bentuknya bulat telur dengan ukuran panjang 5 mikron, diameter 3 mikron dan
tebal 2 mikron yang terutama dibentuk oleh nukleus berisi bahan-bahan sifat penurunan ayah. Kepala
sperma mengandung nukleus. Bagian ujung kepala atau pada bagian anterior kepala spermatozoa terdapat
akrosom, suatu struktur yang berbentuk topi yang menutupi dua per tiga bagian anterior kepala dan
mengandung beberapa enzim hidrolitik antara lain: hyaluronidase, proakrosin, akrosin, esterase, asam
hidrolase dan Corona Penetrating Enzim (CPE) yang semuanya penting untuk penembusan ovum (sel
telur) pada proses fertilisasi (Anonim, 2009).
2.2.2 Ekor
Ekor dari sel sperma dibedakan atas 3 bagian, yaitu sebagai berikut:
Bagian tengah (midpiece)
Bagian utama (principle piece)
Bagian ujung (endpiece).
Panjang ekor seluruhnya sekitar 55 mikron dengan diameter yang makin ke ujung makin kecil: di depan 1
mikron, di ujung 0,1 mikron. Panjang bagian tengah: 5-7 mikron, tebal 1 mikron; bagian utama panjang
45 mikron, tebal 0,5 mikron dan bagian ujung panjang 4-5 mikron, tebal 0,3 mikron. Bagian ekor tidak
bisa dibedakan dengan mikroskop cahaya tetapi harus dengan mikroskop electron (Anonim, 2009).
2.3 Tahap Pembentukan Sperma
Spermatogenesis terjadi di dalam semua tubulus seminiferus selama kehidupan seksual aktif sebagai
akibat dari rangsangan hormon gonadotropin hipofisis anterior dimulai rata-rata pada usia 13 tahun dan
berlanjut sepanjang hidup
Proses pembentukan sel sperma melalui 3 fase yaitu fase pertumbuhan, fase pembelahan dan fase
diferensiasi.
Fase Pertumbuhan
Pada fase pertumbuhan selsel calon indung sperma tumbuh, membesar dan berduplikasi.Pada
fase ini juga terjadi penambahan materi inti, sintesis DNA dan sintesis organel sel. Fase ini juga
disebut fase persiapan sebelum melakukan pembelahan. Akhir dari fase pertumbuhan
terbentuklah spermatogonium (sel induk sperma) yang sudah siap untuk melakukan
pembelahan(Anonim, 2009).
Fase Pembelahan
Tiap spermatogonium yang sudah terbentuk akan mengalami proses pembelahan.
Spermatogonium yang terbentuk akan menjadi spermatosit primer.Spermatosit primer inilah
yang akan mengalami pembelahan. Pembelahan yang tejadi adalah pembelahan meiosis, yaitu
pembelahan yang terjadi pada pembentukan gamet yang bertujuan untuk mereduksi jumlah
kromosom. Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis I membentuk 2 buah
spermatosit sekunder. Jumlah kromosom sel spermatosit sekunder adalah setengah dari sel
spermatosit primer..
Pembelahan belum selesai, speratosit sekunder yang tebentuk akan segera mengalami
pembelahan menjadi 4 buah spermatid. Spermatid inilah sel yang akan menjadi sel sperma.
Fase Diferensiasi
Spermatid yang terbentuk pada fase pembelahan harus mengalami perubahan agar mampu
berenang mencari letak sel telur.Bentuk awalnya yang hanya berbentuk bulatan dirasa tidak
mungkin mampu mencapai sel telur. Maka dari itu , spermatid harus mengalami diferensiasi
menjadi selsel sperma yang siap untuk membuahi sel telur. Setelah proses diferensiasi,
terbentuklah 4 buah sel sperma aktif yang strukturnya sudah berubah. Kini sperma berbentuk
seperti seekor berudu, dengan bentuk kepala seperti mata panah dan berekor panjang.Tentu saja
bentuk seperti ini dimaksudkan agar sel sperma bisa dengan mudah berenang mencapai sel
telur.Selain itu pada bagian kepala terdapat organel aparatus Golgi yang berfungsi pada saat
penetrasi (Anonim, 2009).
Pada manusia proses spermatogenesis berlangsung setiap hari. Siklus spermatogenesis
berlangsung ratarata 74 hari.Artinya, perkembangan sel spermatogonia menjadi spermatozoa
matang memerlukan waktu ratarata 74 hari.Sementara itu pemasakan spermatosit menjadi
sperma memerlukan waktu dua hari. Proses pemasakan spermatosit menjadi sperma dinamakan
spermatogenesis dan terjadi di dalam epididimis (Anonim, 2009).
PEMATANGAN SPERMA
Setelah terbentuk dalam tubulus seminiferus sperma membutuhkan waktu beberapa hari untuk
melewati epididimis yang panjangnya 6 meter. Sel-sel Sertoli dan epitel epididimis menyekresikan suatu
cairan makanan khusus yang diejakulasikan bersama dengan sperma. Cairan ini mengandung hormon
(baik testosteron maupun estrogen), enzim-enzim, dan nutrisi khusus yang mungkin penting atau bahkan
sangat penting untuk pematangan sperma. Aktivitas sperma sangat ditingkatkan dalam medium netral dan
sedikit basa tetapi akan sangat ditekan dalam medium yang agak asam.
PENYIMPANAN SPERMA
Kedua testis dari seorang manusia dewasa muda dapat membentuk kira-kira 120 juta sperma setiap
harinya. Sejumlah kecil sperma disimpan dalam epididimis, tetapi sebagian besar sperma disimpan dalam
vas diverens dan ampula ves diverens. Sperma dapat disimpan dan mempertahankan fasilitasnya dalam
duktus genitalis paling aktif selama satu bulan. Selama waktu ini, sperma disimpan dalam keadaan inaktif
yang sangat ditekan karena banyak bahan penghambat dalam bahan sekresi duktus. Sebaliknya, dengan
aktivitas seksualitas yang tinggi, penyimpanan yang paling lama tidak lebih dari beberapa hari. Walaupun
sperma dapat hidup selama beberapa minggu dalam duktus genitalis testis, hidup sperma pada traktus
genetalia wanita hanya 1 sampai 2 hari.
KOMPOSISI SPERMA :
Sperma adalah zat setengah cair atau setengah kental yang terdiri dari dua bagian yaitu plasma sperma
(plasma semen) dan spermatozoa. Plasma sperma dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar prostat, vesika
seminalis, epididimis, cowper dan littre. Sedangkan spermatozoa dihasilkan oleh aktivitas tubuli
seminiferus.
Analisa sperma adalah suatu pemeriksaan laboratoris yang penting untuk menilai fungsi organ
reproduksi pria. Dari hasil analisa sperma dapat memberikan kualitas informasi yang banyak kepada kita
tentang keadaan testis baik kuantitas maupun kualitas spermatozoanya, fungsi sekretoris kelenjar seks
aksesori pria (baik kelenjar prostat, vesikula seminalis, parauretra littre & cowpri), juga epididimis
maupun kemungkinan adanya kesalahan fungsi seksual.
Analisa sperma merupakan pemeriksaan yang relatif sederhana dan tidak hanya diperlukan dalam
masalah penanganan infertilitas saja, tetapi juga dalam hal-hal lain seperti post vasektomi, hernia
inguinalis, gangguan desensus testis, pra klinefelter, kasus-kasus medikolegal, beberapa keluhan seksual,
dan sebagainya.
2.4 Pemeriksaan Analisa Sperma
2.4.1 Cara Penampungan Sperma Manusia
Sebelum pemeriksaan dilakukan sebaiknya pasien dianjurkan untuk memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Melakukan abstinensia selam 3 5 hari, paling lama selama 7 hari.
b. Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan harus dikeluarkan di laboratorium. Bila
tidak mungkin,harus tiba di laboraturium paling lambat 2 jam dari saat dikeluarkan.
c. Ejakulat ditampung dalam wadah / botol gelas bemulut besar yang bersih dan steril ( jangan sampai
tumpah ), Kemudian botol ditutup rapat-rapat dan diberi nama yang bersangkutan.
d. Pasien mencatat waktu pengeluaran mani, setelah itu langsung di serahkan pada petugas laboraturium
untuk pemeriksaan dan harus diperiksa sekurang-kurangnya 2 kali dengan jarak antara waktu 1-2 minggu.
Analisis sperma sekali saja tidak cukup karena sering didapati variasi antara produksi sperma dalam satu
individu.
e. Sperma dikeluarkan dengan cara : rangsangan tangan (onani/masturbasi), bila tidak mungkin dapat
dengan cara rangsangan senggama terputus (koitus interuptus) dan jangan ada yang tumpah.
f. Untuk menampung sperma tidak boleh menggunakan botol plastik atau kondom.
2.4.2 Beberapa cara memperoleh sperma
a.Masturbasi/Onani
Cara ini merupakan methode yang paling dianjurkan untuk memperoleh sperma, biasanya dengan tangan
(baik tangan sendiri maupun tangan istrinya) atau dengan suatu alat tertentu. Kebaikan cara ini
menghindari kemungkinan tumpah ketika menampung sperma, menghindari dari pencemaran sperma
dengan zat-zat yang lain.
b. Coitus Interuptus ( CI )
Adalah melakukan persetubuhan secara terputus, hal ini kurang baik dianjurkan sebab :
Memungkinkan sperma dapat tercampur dengan cairan vagina, sehingga banyak mengandung epitel,
leukosit, eritosit, bakteri, parasit, jamur dll.
Dalam jumlah penampungannya kurang, karena sperma sebagian dapat mesuk ke vagina. Disamping
itu terjadi kesalahan pada pemeriksaan PH dan konsentrasi.
c. Coitus Condomatosus
Pengeluaran sperma dangan cara ini dilarang dan sangat tidak diperkenankan. Karena sebagian besar
karet kondom mengandung bahan spermiacidal, yaitu bahan yang dapat mematikan sperma
d. Reflux poscital
Adalah suatu cara Coitus dimana setelah sperma keluar dan masuk kevagina, sperma tersebut dibilas
demga pz atau cairan lainnya. Hal ini akan timbul kekeliruan dalam volume konsentrasi dan viskositas.
e. Massage prostat
Adalah suatu cara pengeluaran dengan cara memijat kelenjar prostat lewat rectum, disini jelas akan
timbul kekeliruan dalam penafsiran pH, konsentrasi dan sebagainya yang keluar adalah cairan prostat..2
2.4.3 Tempat Penampung Sperma
Sebenarnya semua alat boleh dipakai asalkan tempat tersebut tidak mengandung spermatotoxic. Sperma
sangat tidak dianjurkan ditampung pada tempat-tempat yang terbuat dari :
1. Logam, sebab logam bisa mengganggu muatan listrik dan sperma, sehingga pergerakannya tergaggu.
2. Plastik sebab plastik umumnya mengandung gugus fenol (C6H5OH) sehingga sperma akan rusak.
Pada umumnya tempat yang digunakan menampung sperma terbuat dari gelas yang bersih . tidak
mengandung spermatotoxic. Tetapi sperma dilarang ditempat yang terbuat dari :
Tempat penampung sperma dianjurkan ditampung pada tempat yang terbuat dari bahan yang tidak
bereaksi apa-apa.
Tempat penampung sperma harus bermulut lebar supaya muat pada penis.
Tempat diberi penutup agar tidak terkontaminasi
Ukuran tempat penampung sperma 50 ml 100 ml.
2.4.4.Waktu pemeriksaan
Setelah penderita diberikan penerangan tentang cara-cara serta syarat-syarat pengeluaran sperma dan
lainnya, maka waktu pengeluaran sperma dapat pula ditetapkan. Hal ini tergantung dari kesiapan pasien
dan kesiapan laboratorium. Kalau syarat-syarat serta semua persiapan baik penderita maupun
laboratorium telah dipenuhi, maka pengeluaran sperma dapat dilakukan.
Segera setelah diterima petugas laboratorium, hendaknya sperma secepatnya diperiksa. Sperma harus
diletakkan di dalam suhu kamar. Contoh sperma tidak boleh didinginkan dibawah 20C atau dipanaskan
diatas 40C, oleh karena kedua hal ini dapat mempengaruhi motilitas dan viabilitas spermatozoa
PEMERIKSAAN PARAMETER SPERMA
1. Pemeriksaan makroskopis.
Segera setelah sperma diejakulasikan, hendaknya diamati dalam wadah penampung :
1. Ada/tidaknya koagulum
2. Warna sperma
3. Bau sperma
4. Proses likuefaksi sperma
Setelah proses likuefaksi selesai, ditentukan parameter sebagai berikut :
1. Volume sperma
2. pH sperma
3. Kekerasan dan warna sperma
4. Viskositas sperma
b. PH
Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk mengukur pH cukup dengan
menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan pH meter.
Cara kerjanya :
1.Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam botol penampung,
2.baca hasil.
Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa yaitu 7,2 7,8. pengukuran sperma harus
segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena
sperma terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi
oleh kuman gram (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya.
pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis
atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak.
c. Bau Sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik.Baunya Sperma yang khas
tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar
prostat.
Cara pemeriksaannya :
1.Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya
2.Dalam laporan bau dilaporkan : khas / tidak khas
Dalam keadaan infeksi sperma berbau busuk / amis. Sacara biokimia sperma mempunyai bau seperti
klor / kaporit.
d. Warna sperma
Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal biasanya berwarna putih
keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan. Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi
traktus genitalia dapat menyebabkan warna sperma menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan
menyebabkan sperma berwarna kemerahan.
Cara kerja :
1.Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar belakang warna putih
menggunakan penerangan yang cukup.
e. Liquefection
Liquefaction di check 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat dengan jalan melihat
coagulumnya.Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan (semininnya
jelek).Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin : Tak mempunyai coagulum oleh karena
saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika seminalis.
f. Viskositas (Kekentalan)
Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna. Pemeriksaan
viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara :
Cara subyektif
Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian ditarik maka akan
terbentuk benang yang panjangnya 3 5 cm. Makin panjang benang yang terjadi makin tinggi
viskositasnya.
Cara Pipet Elliason
Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus kering. Mengukur vikositas dengan
menggunakan pipet elliason. Prosedurnya cairan sperma dipipet sampai angka 0,1, kemudian atas pipet
ditutup dengan jari. Setalah itu arahkan pipet tegak lurus dan stopwath dijalankan, jika terjadi tetesan
pertama stopwath dimatikan dan hitung waktunya dengan detik. Vikositas sperma normal < 2 detik.
Semakin kental sperma tersebut semakin besar vikositasnya. Hal ini mungkin disebabkan karena :
- Spermatozoa terlalu banyak
- Cairannya sedikit
- Gangguan liquedaction
- Perubahan komposisi plasma sperma
- Pengaruh obat-obatan tertentu.
g. Fruktosa Kualitatif
Fruktosa sperma diproduksi oleh vesica seminalis. Bila tidak didapati fruktosa dalam sperma, hal ini
dapat disebabkan karena
- Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas deferens
- Bila kedua duktus ejakulatorius tersumbat
- Kelainan pada kelenjar vesika seminalis
Cara pemeriksaan fruktosa :
- 0.05 ml sperma + 2 ml larutan resolsinol ( 0.5 % dalam alkohol 96% ) campur sampai rata.
- Panaskan dalam air mendidih 5 menit.
- Bila sperma mengandung fruktosa maka campuran diatas menjadi merah coklat atau merah jingga.
- Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan warna.
Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan pemeriksaan rutin pada sperma azoospermia
2. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah proses likuefaksi selesai.
2.2 Analisa Sperma Secara Mikroskopik
Sebelum pemeriksaan mikroskopik, sperma tersebut harus diaduk dengan baik, untuk pemeriksaan
mikroskopik maka 1 tetes sperma, diameter sekitar 2 3 mm, diletakan diatas gelas objek yang bersih dan
kemudian ditutup dengan gelas penutup, Setelah itu siap di periksa dibawah pembesaran 100 X atau 400-
600 X.
2. Pergerakan Sperma
Pada pemeriksaan perlapang pandang sekaligus kita memeriksa pergerakan spermatozoa dalam
memeriksa pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa setelah 20 menit karena dalam waktu 20 menit
sperma tidak kental sehingga spermatozoa mudah bergerak akan tetapi jangan lebih dari 60 menit setelah
ejakulasi sebab dengan bertambahnya waktu maka :
- spermatozoa akan memburuk pergerakannya.
- pH dan bau mungkin akan berubah .
spermatozoa yang bergerak baik adalah gerak kedepan dan arahnya lurus, gerak yang kurang baik adalah
gerak zig-zag, berputar-putar dan lain-lain
- Jangan sekali-kali menyebut spermatozoa itu mati yang betul adalah spermatozoa tidak bergerak
- Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (20OC - 25 OC)..
PROSENTASE SPERMATOZOA MOTIL
Kualitas pergerakan spermatozoa disebut baik bila 50% atau lebih spermatozoa menunjukkan pergerakan
yang sebagian besar adalah gerak yang cukup baik atau sangat baik (grade II/III). Gradasi menurut
W.H.O. untuk pergerakan spermatozoa adalah sebagai berikut :
0 = spermatozoa tidak menunjukkan pergerakan
1 = spermatozoa bergerak ke depan dengan lambat
2 = spermatozoa bergerak ke depan dengan cepat
3 = spermatozoa bergerak ke depan sangat cepat
Bila spermatozoa yang motil kurang dari 50%, maka spermatozoa disebut astenik. Istilah yang digunakan
adalah Astenozoospermia.
Bila sperma immotil > 50 % maka dilakukan uji viabilitas (vitality test)
Spermatozoa disebut mempunyai kualitas bentuk yang cukup baik bila 50% spermatozoa mempunyai
morfologi normal. Pemeriksaan morfologi men-cakup bagian kepala, leher dan ekor dari spermatozoa.
Bila > 50% spermatozoa mempunyai morfologi abnormal, maka keadaan ini di sebut teratozoospermia.
Perhitungan :
Dihitung dulu spermatozoa yang tidak bergerak kemudian dihitung yang bergerak kurang baik, lalu yang
bargerak baik misal :
- yang tidak bergerak = 25%
- yang bergerak kurang baik = 50%
- yang bergerak baik = 100% - 25% - 50% = 25%
Prosentase pergerakan cukup ditulis dengan angka bulat (umumnya kelipatan 5 misalnya : 10%,15%,
20%)
Kalau sperma yang tidak bergerak > 50% maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut guna
mengetahui viabilitas sperma (banyaknya sperma yang hidup) sebab sprermatozoa yang tidak
bergerakpun kemungkinan masih hidup.
Sebab menurunnya motilitas spermatozoa
Dilakukan pemeriksaan yang terlalu lama sejak sperma dikeluarkan.
Cara penyimpanan sampel yang kurang baik
4.Morfologi
Pemeriksaan morfologi berdasarkan kepala dari spematozoa dapat dilakukan dengan cara :
Membuat preparat hapusan diatas obyek glass keringkan selama 5 menit, lalu di fixasi dengan larutan
metilalkohol selama 5 menit, kemudian selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan larutan giemsa, wright,
atau zat warna yang lain menurut kesukaan sendiri.
Arti klinik1. Spermatozoa Normal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Kepala : bentuk oval, batas teratur, mempunyai tepi akrosom yang menutupi > 1/3
permukaan kepala. Panjang = 3-5 U dan lebar = 2-3 U.
b. Leher (neck mid-piece) : ramping, lurus, dan batas teratur. Panjang = 7-8 U dan lebar < 1 U.
c. Ekor (tail) : ramping (tak tergulung), elegant, batas teratur, panjang minimal 45 U.
d. Tanpa adanya Cyptoplasmic-droplet.
2. Spermatozoa Abnormal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Kepala
Pyroform : yaitu kepala berbentuk seperti bola lampu / tetesan air mata dengan ukuran
kepala yang normal.
Tapering / lepto / lisong : yaitu kepala berbentuk seperti cerutu dengan panjang > 7 U dan
lebar < 3 U.
Pinhead : yaitu kepala berbentuk seperti jarum pentul.
Terato / amorphus : yaitu kepala berbentuk aneh sehingga tidak dapat dikelompokkan.
Macro : yaitu kepala dengan ukuran yang lebih besar dari normal dan batas tidak teratur.
Micro : yaitu kepala dengan ukuran yang lebih kecil dari normal dan batas tidak teratur.
Double/duplicated : yaitu kepala berjumlah dua dengan bentuk dan ukuran yang bermacam-
macam. Bagian tengah tidak normal (tidak lurus) sedangkan ekornya tampak kurang jelas.
b. Leher (neck mid-piece)
Adanya defek berupa leher yang lebih tebal atau patah.
c. Ekor (tail)
Ekor dapat berbentuk bengkok, ganda, pendek, patah, coiled (melingkar).
d. Cyptoplasmic droplet
Yaitu sisa cyptoplasma yang melekat pada bagian antara kepala leher atau pada bagian proksimal
dari ekor. Ukuran lebih kurang 1/2 besar kepala normal.
1. Banyak kepala normal / oval berarti fungsi testis baik
2. banyak bentuk bukan oval fungsi testis jelek
3. banyak sel imatur, epidemis banyak gangguan.
Misalnya : radang varicocle atau abstinensia seksualitasnya kurang lama.
5. Lekosit
Leukosit di laporkan per lapang pandang seperti halnya dalam sedimen urin, misalnya 3 8 perlapang
pandang. Jumlah lekosit yang besar erat hubunganya dengan infeksi organ organ spermiogenesis.
Penilaian dari 3 parameter yaitu motilitas, konsentrasi (jumlah), dan morfologi spermatozoa
Normozoospermia : Motilitas, konsentrasi, dan marfologi spermatozoa dengan hasil normal.
Oligozoospermia : Konsentrasi spermatozoa < 20 juta/mL
Asthenozoospermia : Motilitas A dan B < 50% dan atau motilitas A < 25%
Teratozoospermia : Morfologi sperma normal < 30%
Oligoasthenoteratozoospermia : Ditemukan kelainan pada ketiga variabel zoospermia, yaitu
konsentrasi, motilitas dan morfologi (kombinasi yang terdiri dari 2 kelainan, hanya 2 awalan
dapat dipakai), seperti :
Oligoasthenozoospermia : kelainan dari konsentrasi dan motilitas
Oligoteratozoospermia : kelainan dari konsentrasi dan morfologi
Asthenoteratozoospermia : kelainan dari motilitas dan morfologi
Azoospermia : Tidak ada spermatozoa dalam ejakulat
Cryptozoospermia : Jika ada spermatozoa yang tersembunyi
Nekrozoospermia : Jika spermatozoa 100% mati, diam tidak bergerak (None 100% dengan
Vitalitas/Viabilitas 0%)
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Spermatozoa adalah sel gamet dari laki-laki.Sel ini mempunyai ukuran panjang
keseluruhan 50-60 mikrometer, dimana terdiri tiga bagian yaitu bagian kepala, bagian tengah
(leher) dan ekor.Kepala sperma mengandung nukleus.Bagian ujung kepala atau pada bagian
anterior kepala spermatozoa terdapat akrosom, suatu struktur yang berbentuk topi yang menutupi
dua per tiga bagian anterior kepala dan mengandung beberapa enzim hidrolitik.Ekor dibedakan
atas 3 bagian yaitu bagian tengah (midpiece), bagian utama (principle piece), bagian ujung
(endpiece). Proses pembentukan sel sperma atau spermatogenesis dilakukan melalui 3 fase
yaitu fase pertumbuhan, fase pembelahan, dan fase diferensiasi.
3.2 Saran
Sebaiknya seorang laki-laki tetap menjaga tingkat kesuburan alat reproduksinya dengan
tidak mengenakan celana ketat agar tidak meningkatkan suhu disekitar selangkangan yang
berdampak pada fungsi pembentukan spermatozoa.
Daftar Pustaka:
1. Spermatogenesis (https://en.wikipedia.org/wiki/Spermatogenesis)
2. Proses Pembentukan Sel Sperma (Spermatogenesis) pada Pria / Manusia
(http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/12/proses-pembentukan-sel-sperma-
spermatogenesis-pada-pria-manusia.html)
3. Spermatogenesis (https://intanriani.wordpress.com/pembentukan-gamet-jantan-
spermatogenesis/)
4. SPERMATOGENESIS (PROSES PEMBENTUKAN SPERMA)
(http://www.ilmuternak.com/2015/04/spermatogenesis-proses-pembentukan-sperma.html
5. http://www.atlm.web.id/2014/11/makalah-sperma.html
6. http://anggraheniheksaningtyas.blogspot.co.id/2011/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html
7. Penuntun Laboratorium Klinik, R.Gandasoebrata, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 1989
8. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Frances.K.Widmann, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995